Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAHKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pembelajaran

Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Kelompok III (Tiga)

Dini Aminarti B0423025

Zulfa Ayu Tifani B0423007

Auliah Nengsih B0423043

Yati Faqbil AL B0423338

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


2023

ABSTRAK

Dalam penulisan Bahasa Indonesia, tentu ejaan sangatlah penting untuk di


perhatikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ejaan adalah kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi ( kata,kalimat,dan sebagainya ) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dikutip dari buku Esai
Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, Ejaan disebut
juga sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai Bahasa supaya keteraturan
dan keseragaman dalam penulisan Bahasa dapat tercapai. Jadi dapat dikatakan
bahwa Ejaan adalah cara dalam menuliskan kata / kalimat dengan benar, dengan
memperhatikan penggunaan serta tanda baca yang benar.

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan dalam penulisan kata-kata /kalimat


dalam Bahasa Indonesia yang termuat dalam keputusan Presiden Nomor 57
Tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan yang disempurnakan atau lebih sering disingkat
EYD adalah aturan dasar ejaan dalam Bahasa Indonesia yang hingga sampai saat
ini masi digunakan.

Kata kunci : Ejaan Yang Disempurnakan


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayat-Nya sehingga penulisan makalah “Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD)“ . Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademik dalam mata
kuiah Bahasa Indonesia.

Makalah ini bertujuan sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar
semakin baku, membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku
penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan
mudah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu St.Harpiani selaku dosen


pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan dan arahan selama
penulisan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca. Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yan membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Majene,17 September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain


digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan
reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi
dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut
secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika
berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita
selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu
ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran
yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara
komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut
dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata
bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) memiliki peran yang cukup besar dalam
mengantur etika berbahasa secara tertulis, diharapkan hal ini dapat disampaikan
serta dipahami secara komprehensif dan terarah. Diharapkan juga aturan EYD ini
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga proses penggunaan tata
Bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas. Rumusan masalah tulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan EYD
2. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan
kata ?
3. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,
singkatan, akronim, dan angka?
4. Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan EYD


2. Mengetahui cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan
kata
3. Mengetahui cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,
singkatan, akronim, dan angka
4. Mengetahui cara penggunaan tanda baca yang benar sesui dengan EYD
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian EYD
Ejaan adalah aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan
pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah sistem aturan yang
jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan memberikan dampak pada ketepatan dan kejelasan makna. Seperti
saat pengemudi sedang mengemudikan kendaraannya, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh pengemudi.
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan
menteri ini, maka EYD revisi sebelumnya diganti dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik.
EYD memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan
penggunakan tanda baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk
menstandarkan bahasa Indonesia secara baik dan benar (Waridah, 2013:1)

2.2 Pemakaian Huruf

Abjad, Vokal dan Konsonan


Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal
setiap huruf. sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf

Huruf Lafa HurufLafalHurufLafal


l
Aa [a] Jj [je] Ss [es]
Bb [be] Kk [k] Tt [te]
Cc [ce] Ll [el] Uu [u]
Dd [de] Mm [em] Vv [fe]
Ee [e] Nn [en] Ww [we]
Ff [ef] Oo [o] Xx [eks]
Gg [ge] Pp [pe] Yy [ye[
Hh [ha] Qq [ki] Zz [zet]
Ii [i] Rr [er]
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata

Gabungan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Kh khusus akhir tarikh
ng ngilunyata bangun senang
Ny syarat banyak -
Sy isyarat arasy

Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a, i, u, e, o sisanya adalah
konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia
juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang. Setiap
pasangan itu menghasilkan satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu,
kh, ng, ny, sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).

Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan
harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah
kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Diftong
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Ai ain syaitan pandai
Au aula saudara harimau
Oi - boikot amboi
2.3 Penulisan Huruf

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.


Misalnya: Dia membaca buku
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan agama, Tuhan, dan kitab suci; termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya: Allah, Quran, Sang Pencipta, Alkitab
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
Misalnya: Haji Agus Salim, Mahaputra Yamin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan, pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat
Misalnya: Gubernur Imam Utomo, Wakil Presiden
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
dengan catatan huruf kapital tidak dipakai pada de, van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal)
serta bin atau binti.
Misalnya:
- Bibit Slamet Riyanto - Syamsul Hidayat
- Vasco da Gamma - Siti Fatimah binti Salim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: mesin diesel, 5 ampere
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia, bahasa Jepang
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya: mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya: bulan September, hari Natal
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya: Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi.
Misalnya: Laut Jawa, Selat Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak dipakai menjadi unsur nama diri.
Misalnya: berlayar ke teluk, menyeberangi selat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
dipakai sebagai nama jenis.
Misalnya: garam inggris, kacang bogor
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya: Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama
dokumen resmi.
Misalnya: menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya: Perserikatan Bangsa Bangsa, Undang-Undang
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk yang
tidak terletak apda posisi awal.
Misalnya: Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Dr. = doktor, dr. = dokter, Prof = professor
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan.
Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Misalnya: Sudahkah Anda tahu?
B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusatraan
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Dia bukan menipu tapi ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya: Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi satu garis di bawahnya.

C. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya:
Saya tidak mengambil bukumu
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris

Seharusnya:
Saya tidak mengambil bukumu
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung bariS

2. 4 Penulisan Kata

A. Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Buku itu sangat menarik
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya: bergerigi, terhapus
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya: Bertanda tangan, tanda tangani
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: memberitahukan, ditandatangani, melipatgandakan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: dwiwarna, antibiotik, biokimia, mahasiswa

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
kata tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, kerja sama, kambing hitam, mata kuliah
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsur yang berkaitan.
Misalnya:
- ibu-bapak kami
- anak-istri Ali
- ibu bapak-kami
- anak istri-Ali
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat
padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya: apabila, bagaimana, beasiswa, kilometer

E. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
- Saya sudah makan di restoran.
- Ibuku sedang ke luar kota.
- Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
- Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
- Kami percaya kepada Anda

F. Partikel
1. Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Catatan:
Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu
adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
- Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
- Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

G. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai
berikut.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
- Nomor disingkat no.
- Halaman disingkat hlm.
b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik.
Misalnya:
- atas nama disingkat a.n.

iAkan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan


huruf awal ulis tanpa titik.

Misalnya:
- Perseroan Terbatas disingkat PT
- Perusahaan Dagang disingkat PD
- Comannditaire Venootschap disingkat CV
c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai
dan satu tanda titik.
Misalnya:
- kawan-kawan disingkat dkk.
- dan lain-lain disingkat dll.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan
huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya:
- BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- DKI (Daerah Khusus Ibukota)
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.
Misalnya:
- Au aurum
- TNT trinitrotoleun
- cm centimeter
- Rp rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca
diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan
akronim.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:
- FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam)
- ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya:
- Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
- Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
- Sespa (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
- rudal peluru kendali
- iIptek ilmu pengetahuan dan teknologi

H. Angka dan Lambang Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam
tulisan lazim digunakan angka Latin atau Romawi.
Misalnya:
Angka Latin : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I,II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1000)
2. Angka digunakan untuk menggunakan ukuran panjang, berat, luas,
dan isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas.
Misalnya: 19 meter, Pukul 15.30, 5 jam, Rp 10.000,00
3. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya: Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 354; Surat Annisa: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
- Dua belas 12
- Dua puluh dua 22
- Dua ratus dua puluh dua 222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
- Setengah ½
- Tiga perempat¼
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Misalnya: Lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu
7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
- Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.
- Pak Yayat mengundang 500 orang tamu.
Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat

I. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
-ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Catatan:
Kata-kata ganti di atas (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda
hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata
yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya: KTP-mu, SIM-nya, STNK-nya

J. Kata Sandang si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Toko itu memberi hadiah kepada si pembeli.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu
diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada Sa Kancil
2.5 Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

Catatan :
Tanda tititk tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan
tempat terbit.

Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya: Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ’45)
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal suat
atau nama dan alamat surat.
Misalnya:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau


pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau
melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.
Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak datang.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya: Dia tahu bahwa soal itu penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya: Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: O, begitu?
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya: “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
7. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
Kuala Lumpur, Malaysia.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya utnuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya: B. Ratulangi, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
13. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu
berakhir dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya: “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian


kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu bekerja di dapur.
D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau
mati.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengkahiri pernyataan.

Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang


memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.”
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”
4. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta di antara nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Misalnya:
- Tempo, I (34), 1971: 7
- Surah Yasin: 9

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh


pergantian baris.
Misalnya:
……………………………………. Di samping cara-cara lama itu juga
ca-ra yang baru………….
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
……………………………………...… Kini ada acara baru untuk meng-
ukur panas.
3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Misalnya: p-a-n-i-t-i-a, 8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan dan penghilangan baian kelompok kata.
Misalnya: ber-evolusi be-revolusi
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan -an,
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap.
Misalnya: se-Indonesia
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia
dengan unsure bahasa asing.
Misalnya: di-smash, pen-tackle-an

F. Tanda Pisah (―)

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya: Tanggal 5―10 April 1970
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Elipsis (…)


1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan
atu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat….

H. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


Misalnya: Kapan ia berangkat?
2. Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Misalnya: Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
- Alangkah seramnya peristiwa itu!
- Bersihkan kamar itu sekarang juga!

J. Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar
Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga
kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan
itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.

L. Tanda Petik (“…”)


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat”.
5. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
6. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya: feed-back ‘balikan’

N. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 tahun anggaran
1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya: dikirim lewat darat/laut.

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya: Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah), Januari ’88. (’88 = 1988)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan


lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-
lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang
disempurnakan bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia
yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam EYD, seperti :
1. pemakaian huruf,
2. penulisan huruf,
3. penulisan kata,, dan
4. pemakaian tanda baca.
3.2 Saran

Dari tugas makalah ini, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang
sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu
semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan
pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang
tentu saja sesuai dengan EYD.
DAFTAR PUSTAKA

Nadia, Nai. 2022. Mengenal lebih jelas Ejaan Yang DIsempurnakan (EYD)
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/ejaan-x-eyd-pengertian-fungsi-dan-
penulisan-kata-dalam-bahasa-indonesia

Fitriantiwi, Widya. 2020 Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia.Medan :


Guepedia

Waridah, Ernawati. 2013. EYD; Ejaan yang Disempurnakan & Seputar Kebahasa-
Indonesiaan. Bandung: Ruang Kata.

Waridah, Ernawati. 2014. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku Dilengkapi Ejaan
yang Disempurnakan. Bandung: Ruang Kata.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang......................................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2

I.3 Tujuan....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian EYD..................................................................................................................3

2.2 Pemakain Huruf..................................................................................................................

2.3 Penulisan Kata....................................................................................................................

2.4 Pemakaian Tanda Baca......................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai