Standar kompetensi bab ini adalah kompetensi afektif, kognitif, serta psikomotorik
pemakaiaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dengan baik dan benar. Standar
kompetensi ini didukung oleh kompetensi dasar (1) pengertian dan pembinaan ejaan bahasa
Indonesia, (2) pemakaian huruf, (3) penulisan huruf, (4) penulisan kata dengan baik dan
benar. Indikator pemilikan kompetensi dasar (1) merumuskan pengertian dan pembinaan
ejaan bahasa Indonesia, (2) mencontohkan pemakaian huruf, (3) mencontohkan penulisan
huruf, (4) mencontohkan penulisan kata.
Dalam bab ini dibahas (1) pengertian dan pembinaan ejaan bahasa Indonesia, (2)
pemakaian huruf, (3) penulisan huruf, (4) penulisan kata.
1|Page
Ejaan suatu bahasa tidak hanya berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda baca dan sebagainya, melainkan juga
meliputi hal-hal seperti bagaimana memisahkan suatu kata, bagaimana menggabungkan kata,
baik antara kata dengan imbuhan maupun antara kata dengan kata depan. Pemisahan suku
kata perlu kita perhatikan, terutama dalam hal pemisahan huruf-huruf dari suatu kata yang
terletak pada akhir suatu garis yang kebetulan tidak dapat tertulis seluruhnya. Misalnya kita
memisahkan kata kantor menjadi kan-tor.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fonetis dan ejaan fonemis. Ejaan fonetis ialah ejaan
yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, setelah mengukur dan
mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram). Dengan demikian akan terdapat
banyak lambang atau huruf yang dipergunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu.
Ejaan fonemis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau
satu huruf, sehingga jumlah lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan
dengan jumlah lambang dalam ejaan fonetis.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal dua puluhan dan sebagai
bahasa resmi negara lahir sesudah proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Dengan demikian,
bahasa Indonesia masih sangat muda usianya. Meskipun demikian, bahasa Indonesia sudah
mampu dipergunakan sebagai bahasa pengantar kebudayaan, bahkan sebagai bahasa
pengantar ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh
pertumbuhannya yang cukup pesat. Kepesatan pertumbuhan itu disebabkan oleh kemampuan
bahasa Indonesia menyerap unsur-unsur bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari
bahasa asing.
Tentang pengaturan yang merupakan usaha pembinaan bahasa Indonesia, dapat dilihat
antara lain pada aspek ejaannya. Dengan usia yang relatif masih muda, bahasa Indonesia
sudah tiga kali mengalami sistem ejaan. Sistem ejaan yang dimaksudkan adalah:
2|Page
b) Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1972.
Perbedaan ketiga jenis ejaan yang pernah dan sedang berlaku dalam aspek
penghurufan dapat dilihat sebagaimana tertera di bawah ini.
Adapun motif lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah sebagai
berikut:
a. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia.
b. Membina ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
c. Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
d. Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.
3|Page
2. Pemakaian Huruf
2.1 Pengantar
Pemakaian huruf dalam bab ini sebagai berikut:
a. Abjad
b. Vokal
c. Diftong
d. Konsonan
e. Persukuan
f. Nama Diri
2.2 Abjad
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai berikut:
2.3 Vokal
Di dalam bahasa Indonesia terdapat lima buah huruf vokal, yaitu a, e, i, o, u.
4|Page
2.4 Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
2.5 Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, oi.
5|Page
2.6 Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa Indonesia seperti
yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan sebagai berikut. Setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai
oleh sebuah vokal. Vokal ini dapat didahului atau diikuti oleh konsonan.
(a) Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata.
1) V : a-nak, i-bu, ba-u
2) VK : ar-ti, ma-in, om-bak
3) KV : ra-kit, ka-in
4) KVK : pin-tu, kan-tor, lan-tai
(b) Di samping itu bahasa Indonesia mengenal pola suku kata berikut:
1) KKV : pra-ja, sas-tra, in-fra
2) KKVK : blok, trak-tor, prak-tis
3) VKK : eks, ons
4) KVKK : teks, kon-teks
5) KKVKK : kom-pleks
6) KKKV : stra-te-gi, in-stru-men
7) KKKVK : struk-tur, in-struk-tur
(c) Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1) Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu.
Contoh: ma-af, bu-ah, ri-ang
2) Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan itu.
Contoh: a-nak, a-pa, a-gar
Oleh karena ng, sy, ny, dan kh melambangkan satu konsonan, pemisahan
suku kata terdapat sebelum atau sesudah huruf itu.
Contoh: sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat
6|Page
3) Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan terdapat di
antara kedua konsonan itu.
Contoh: man-di, tem-pat, lam-bat, ker-tas
4) Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut di
antara konsonan yang pertama, (termasuk ng) dengan konsonan kedua.
Contoh: in-stru-men, bang-krut, ul-tra
(d) Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang
biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam persukuan kata
dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh: ma-ka-nan, me-ne-mu-i, be-la-jar, per-gi-lah, dan wa-lau-pun
Nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim disesuaikan
dengan Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.
Misalnya:
Universitas Negeri Medan
Institut Teknologi Bandung
S. Soebardi
Djoko Kentjono
7|Page
3. Penulisan Huruf
Dalam bagian ini khusus pembicaraan mengenai penulisan huruf yang akan diurutkan
sebagai berikut.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Yang Mahakuasa
Quran
Injil
Islam
Tuhan merahmati hamba-Nya
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang.
Contoh: Presiden Soekarno
Wakil Presiden Adam Malik
Profesor Soebroto
8|Page
Bandingkanlah:
Ia akan dilantik menjadi profesor.
Saya akan menemui Profesor Soebroto.
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh: bangsa Indonesia
suku Batak
bahasa Jepang
Bandingkanlah:
Sifatnya kebelanda-belandaan.
Mengindonesiakan kata-kata asing.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh: tahun Masehi
bulan Agustus
hari Minggu
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh: Asia Tenggara
Gunung Sinabung
Danau Toba
9|Page
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi.
Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Luar Negeri
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari, untuk, dan, yang untuk,
yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh: Dari Ave Maria ke Jalan Lainke Roma
Sinar Harapan
Waspada
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
Contoh: a) di depan nama
Dr. Doktor
Drs. Doktorandus
Prof. Profesor
Ny. Nyonya
b) di belakang nama
M.A. Master of Arts
S.H. Sarjana Hukum
B.A. Bachelor of Arts
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekembatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti
sapaan.
Contoh: Apakah Ibu jadi ke Medan besok?
Surat Paman sudah lama saya terima.
Mengapa Anda belum mandi?
10 | P a g e
Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pemakaian huruf kapital atau
huruf besar dalam bahasa Indonesia, marilah kita perhatikan gambar berikut ini.
b. Huruf Miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh: Majalah Bahasa dan Kesustraan.
Buku Negarakertagama.
Surat kabar Surya Karya.
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata ajeg adalah a
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “pandangan hidup”
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Istilah up-grading sudah diganti dengan “penataran”.
11 | P a g e
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi garis dibawahnya.
Sebagai rangkuman huruf miring yang telah dibicarakan tadi, perhatikan gambar
berikut ini.
4. Penulisan Kata
Dalam bagian ini kita mengkhususkan pembicaraan mengenai penulisan kata. Hal-hal
yang akan dibicarakan diurutkan sebagai berikut.
a) Kata Dasar
b) Kata Turunan
c) Kata Ulang
d) Gabungan Kata
e) Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
f) Kata Depan di, ke dan dari
g) Kata Sandang si dan sang
h) Partikel –lah,-kah,-tah, pun dan per
i) Singkatan dan Akronim
j) Angka dan Lambang Bilangan
12 | P a g e
a) Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: pagar, rumah, tanah, sedang.
b) Kata Turunan
(a) Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat, penetapan, mempermainkan, bergerigi.
(b) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata.
Contoh: bertanggung jawab, serah terimakan, membabi buta.
(c) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran
maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh: penyalahgunaan, memberitahukan, diserahterimakan,
mempertanggungjawabkan.
(d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan
itu ditulis serangkai.
Contoh: pancasila, nonaktif, antarkota, inkonvensional, amoral, subpokok,
multilateral, transmigrasi, infrastruktur, swadaya, tunanetra, kolonialisme.
c) Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: lari-lari, sayur-mayur, berlari-lari, dibesar-besarkan, tumbuh-tumbuhan,
gerak-gerik, buah-buahan, lauk-pauk, tarik-menarik, berdua-duaan,
tunggang-langgang, berkali-kali.
d) Gabungan Kata
(a) Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam, jalan raya, papan tulis, simpang empat,
tata bahasa, lalu lintas, uji coba, rumah sakit umum.
(b) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang – dengar, ibu – bapa, anak pegawai – texas,
buku sejarah – lama.
13 | P a g e
(c) Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai.
Contoh: alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra, matahari, bilamana,
bismillah, hulubalang, bagaimana, halalbihalal.
14 | P a g e
(b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Apa pun alasanmu, kau tetap salah.
Siapa pun tidak ada yang menolongnya.
Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun.
Contoh: Adapun hasilnya tidak mengecewakan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.
(c) Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh: Mereka masuk satu per satu.
Harganya Rp. 2000,00 per helai
Gaji naik per 1 April.
15 | P a g e
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. dan lain-lain
dst. dan seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan di atas
yth. yang terhormat
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan meta uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu kuprum
TNT trinitrotoleur
Cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp 5000,00 lima ribu rupiah
(b) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, yang diperlukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
16 | P a g e
Contoh: Akabri Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi
Akronim yang bukan nama diri yang merupakan gabungan huruf, suku kata
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil
Contoh: pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranking
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaraan
3) Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Contoh: Jalan Pintu Air I No. 15.
Hotel Garuda, Kamar 137
4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 125, Surah Yasin : 9.
17 | P a g e
5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
(a) Bilangan utuh
Contoh: dua belas 12
dua puluh dua 22
dua ratus dua puluh 220
6) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Contoh: Paku Buwono X
Pada awal abad XX
Dalam kehidupan pada abad ke-20 ini.
Lihat bab II
Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu.
7) Penulisan lambang bilangan yang mendapatkan akhiran –an mengikuti cara berikut:
Contoh: Tahun 20-an atau dua puluhan
Tahun 80-an atau delapan puluhan
8) Penulisan lambang yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan seperti dalam perincian
dan pemaparan.
Contoh: Kami sudah memiliki lembu sebanyak dua puluh ekor.
Diantara 50 anggota yang hadir, 40 orang memberikan suara setuju,
9 orang tidak setuju, dan 1 orang blangko.
9) Bilangan awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu lambang susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Contoh: Tiga puluh orang luka dalam kecelakaan.
Bukan : 30 orang luka dalam kecelakaan.
18 | P a g e
10) Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian agar
lebih mudah dibaca.
Contoh: Usaha yang direncanakan memerlukan biaya sebanyak 450 juta rupiah.
11) Kecuali dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis
angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contoh: Sekolah itu mempunyai dua ratus orang murid.
Bukan : Sekolah itu mempunyai 200 (dua ratus) orang murid.
12) Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh: Pos wesel berisi Rp 5.500,00 (lima ribu lima ratus rupiah)
19 | P a g e