Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
1. Latar Belakang………………………………………………………………
2. Rumusan Masalah………………………………………………………….
3. Tujuan Makalah……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..
a. Konsepsi Ejaan…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah
Dalam
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan pada latar belakang makalah ini, permasalahan yang akan dibahas ini adalah:
1.3 TUJUAN
b. Untuk menambah pengetahuan tentang kaidah dan Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN EJAAN
Ejaan adalah peraturan tentang bagaimana menggambarkan bunyi ujaran suatu
bahasa.
Ejaan harus menyentuh dua hal, yaitu:
a. Perlambangan Unsur Segmental
Perlambangan unsur segmental bahasa bukan hanya bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran dalam bentuk-bentuk tulisan, tetapi juga bagaimana menulis
sebuah kata secara lengkap, bagaimana memotong-motong suatu kata dalam suku-
suku kata, bagaimana menggabungkan kata baik dengan imbuhan maupun antara
kata-dengan kata. Tulisan yang dianggap paling baik adalah tulisan fonemis yang
mempergunakan satu tanda atau lambang untuk satu bunyi. Bahasa Indonesia
secara resmi menerima aksara Latin yang fonemis dalam sistem ejaannya.
b. Perlambangan Unsur Suprasegmental
Perlambangan unsur suprasegmental menyangkut masalah bagaimana
melambangkan tekanan, nada, durasi, perhentian, dan intonasi. Peraturan
melambangkan unsur-unsur suprasegmental ini dikenal dengan namatanda baca
atau pungtuasi.
2. EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Sejak peraturan ejaan bahasa Indonesia dengan huruf latin ditetapkan tahun 1901
berdasarkan konsep Ch.A.van Ophuijsen
Usaha itu pertama kali disarankan dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo pada
tahun 1938. Langkah penyempurnaan berikutnya ialah penetapan Edjaan Republik
atau Edjaan Soewandi pada tahun 1947.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tahun 1954 diputuskan pula
agar Edjaan Soewandi disempurnakan. Hasilnya ialah konsepEdjaan Pembaharuan
yang selesai pada tahun 1957.
Pada akhir tahun 1959 dihasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu – Indonesia). Konsep ini tidak pernah
diresmikan karena perkembangan politik sesudahnya.
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga
Bahasa Nasional, dan pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, ditugaskan menyusun program pembakuan bahasa
Indonesia secara menyeluruh, termasuk ejaannya. Konsep-konsep terdahulu dikaji
kembali beberapa kali, akhirnya ditetapkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei
1972, No.03/A.I/72 dan dinyatakan resmi dipergunakan mulai tanggal 17 Agustus
1972, dengan Surat Keputusan Presiden No.52 tahun 1972.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tersebut mencakup baik unsur segmental
maupun suprasegmental, yang secara rinci bertekaitan dengan pemakaian huruf,
penulisan huruf, penulisan kata, dan tanda baca.
Ejaan Republik
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Van Ophuijsen
(Ejaan Soewandi)
(mulai 16 Agustus 1972) (1901-1947)
(1947-1972)
a) . Pemakaian Huruf
Abjad, Vokal dan Konsonan, berpedoman pada EYD, Khususnya cara pelafalan huruf
yang benar, setiap penutur bahasa indonesia hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan.
Dalam membaca singkatan kata yang di baca huruf demi huruf.
Pemenggalan Kata, adalah pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata. Pemenggala kata
dasar dapat dilakukan dengan:
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
b) Penulisan huruf
Penulisan huruf kapital dan huruf miring. Huruf kapital biasanya di tulis pada suku kata pertama
baik itu awal paragraf, nama tempat, gelar. atau judul karya ilmiah. Seperti
Profesor Lionel Lakmu. Jika huruf miring di pakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian, kata, atau kelompok kata. Misalnya, tabloid Motor Plus.
c) Penulisan kata
Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa :
Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan.Misalnya : Kantor pos
sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru. (ketiga kalimat tersebut di bangun
dengan kata dasar)
Kata turunan yaitu imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata
dasarnya. Misalnya : bergerigi, gemetar, sentuhan,mepertanyakan.
Kata ulang, di tulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-
anak, ibu-ibu, bapak-bapak, hati-hati.
Gabungan kata, Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya di tulis terpisah. Misalnya: duta besar, alat pandang-dengar, acapkali, beasiswa.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya. Kata ganti ini sebagai bentuk singkat kata aku dan
engkau, ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: Bolehkah aku ambil jeruk
ini satu? akan tetapi Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kata Depan di, ke, dan dari kata depan ini di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap satu kata seperti kepada dan daripada
Kata sandang si dan sang kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. contoh : sikecil, sang diktator, sang koruptor
Partikel seperti partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Dan perlu diingat kelompok yang dianggap padu ditulis serangkai. Misalnya: adapun sebab-
musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Singkatan dan Akronim . Singkatan adalah bentuk yang di pendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Adapaun penulisannya adalah, sebagai berikut: Perseroan Terbatas disingkat
PT.
Angka dan Lambang Bilangan. Angka di pakai untuk menyatakan lambang
bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka
Romawai. Misalnya: angka romawi: I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X
tanda-tanda baca yang lain. Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-),
tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([ ]),
tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Cet.VII. Bandung: CV Pustaka Setia.
firdaus-muslim.blogspot.co.id/2010/11/makalah-ejaan-yang-disempurnakan-dan.html?m=1