Anda di halaman 1dari 24

Ejaan Yang Di Sempurnakan

ALANGIT PUTRI NURDA

RIZKA RAHMA FAUZIYAH

TIARA AMELLIA
PENGERTIAN
EJAAN
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan dari ejaan-
ejaan sebelumnya. EYD diresmikan pada saat pidato kenegaraan
memperingati HUT Kemerdekaan RI XXVII, 17 agustus 1972. Kemudian
dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. EYD ini
hasil kerja panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk tahun 1966.
PENGERTIAN EYD
Ejaan merupakan keseluruhan dari peraturan tentang bagaimana
menggambarkan tentang lambang – lambang bunyi ujaran.
Ejaan juga mengatur tentang bagaimana interelasi antara
lambang – lambang tersebut ke dalam suatu bahasa.
Sebelum pemerintah memberlakukan EYD sudah terdapat beberapa Ejaan
sebelumnya yang berlaku di Indonesia antara lain,

1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)

Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang


diterbitkan pada tahun 1901 yang pada saat itu Bahasa
Indonesia masih disebut sebagai bahasa Melayu.
2. Ejaan Soewandi (1947)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti ejaan suwandi


adalah sistem ejaan latin untuk bahasa indonesia sesudah proklamasi
kemerdekaan yang dimuat dalam surat keputusan menteri pengajaran,
pendidikan, dan kebudayaan, mr. soewandi no. 264/bhg. a tanggal 19
maret 1947 yang merupakan penyederhanaan atas ejaan van ophuysen,
antara lain, adalah perubahan oe menjadi u.
Contoh ejaan Soewandi antara lain,

'j' menjadi 'y' : sajang – sayang


'dj' menjadi 'j' : djakarta – jakarta
'nj' menjadi 'y' : njamuk – nyamuk
'ch' menjadi 'kh' : achir – akhir
'tj' menjadi 'c' : tjutji – cuci
'sj' menjadi 'sy' : sjarat – syarat
3. Ejaan Yang Disempurnakan (1972)

Ejaan ini berlaku pada tahun 1972 sampai 2015 ejaan ini mengatur secara
lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang
unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”.
penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf
“f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi
menjadi bagian Bahasa Indonesia.
FUNGSI EYD
Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata
atau kalimat dengan benar. Ejaan juga memiliki fungsi yang
cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia. Menurut
Siti Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi (2019),
berikut fungsi ejaan diantaranya:

- Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.


- Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
- Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya.
- Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan
mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur
RUANG LINGKUP EYD

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :


(1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4)
penulisan unsur (5) pemakaian tanda baca.
1. Pemakaian huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang
digunakan sebanyak 26 buah
2. Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD,
yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
A. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya : Dia menulis surat di kamar.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya : Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?"
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya : Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,


keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : aja Gowa adalah Sultan Hasanuddin
B. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya : Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
(Negarakertagama)

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok


kata.
Misalnya : Dia bukan menipu, tetapi ditipu. (menipu, ditipu)
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya : Politik devideet et impera pernah merajalela di
Indonesia. (devideet et impera)
4. Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli
bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan
demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap
unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia


dikelompokkan dua bagian, yaitu :
Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh,
baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang
tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.

Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem,
atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5. Pemakaian Tanda Baca

Tanda Titik (.)


Penulisan tanda titik dipakai pada :
- Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
- Akhir singkatan nama orang.
- Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
- Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri
atas tiga huruf atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
- Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan
rasa emosi yang kuat
.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara. serta memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Tanda Titik Dua ( : )


Tanda titik dua dipakai :
Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang
dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir
diberi jarak atau loncatan.

Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring ( / ) dipakai :
Dalam penomoran kode surat.
Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
Tanda Penyingkat / Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )


Tanda petik tunggal dipakai :
Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing
Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau
yang belum dikenal.
Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai