Anda di halaman 1dari 35

1. https://www.kata.co.

id/Pengertian/Ejaan/2536

Kata ejaan sebenarnya berasal dari bahasa Arab “eja” yang mendapat akhiran –an. Ejaan
diartikan sebagai sejumlah aturan tentang cara penulisan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan berbeda dengan mengeja. Mengeja
merupakan kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata. Sedangkan ejaan mengatur
cara penulisan bahasa secara keseluruhan. Aturan dalam ejaan ini harus dipatuhi agar
terdapat keteraturan dan keseragaman bentuk, khususnya dalam bahasa tulis. Berikut ini
adalah pengertian ejaan menurut para ahli:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Pengertian ejaan menurut KBBI adalah kaidah atau cara yang mengambarkan bunyi kata
dan bunyi kalimat dalam bentuk tulisan serta mengatur penggunaan tanda baca.
2. Menurut Keraf

Pengertian ejaan menurut Keraf adalah seluruh aturan tentang bunyi, ujaran, dan hubungan
antara lambang-lambang tersebut (pemisahan atau penggabungannya) dalam suatu
bahasa.
3. Menurut Arifin

Pengertian ejaan menurut Arifin adalah aturan-aturan tentang bagaimana melambangkan


bunyi uraian dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang yang dimaksud.
1. Ejaan Van Ophuijsen

Awalnya, bahasa Indonesia ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Namun karena adanya
kontak budaya dengan dunia Barat akibat terjadinya penjajahan, maka digunakanlah huruf
Latin. Pada tahun 1900, seorang ahli bahasa dari Belanda bernama Van Ophuijsen
diperintah untuk membuat suatu ejaan yang bisa dipakai dalam bahasa Melayu. Karena
dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu, ia akhirnya berhasil menggabungkan
ejaan Latin dan ejaan Belanda, yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini
diresmikan pada tahun 1901 dan digunakan selama kurang lebih 46 tahun.
2. Ejaan Republik

Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Indonesia mulai memikirkan masalah ejaan
yang dianggap tak mengikuti perkembangan ejaan internasional. Karena itulah, pemerintah
melalui Mendikbud melakukan pengubahan ejaan agar sesuai dengan perkembangan
zaman. Muncul sebuah ejaan baru yang resmi menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan
tersebut dikenal sebagai Ejaan Republik dan diresmikan pada tahun 1947.
3. Ejaan Melindo

Pada akhir tahun 1950-an, sejumlah penulis merasakan adanya kelemahan pada Ejaan
Republik. Ada beberapa kata-kata yang dianggap sangat mengganggu penulisan karena
terdapat satu bunyi bahasa yang dilambangkan dengan dua huruf. Contohnya seperti ch,
ng, sj, tj, dan dj. Para pakar bahasa menginginkan satu bunyi dilambangkan dengan satu
huruf. Keinginan tersebut dibawa dalam pertemuan negara Indonesia dan Malaysia.
Hasilnya, diciptakanlah sebuah ejaan baru bernama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Akan tetapi, ejaan ini tak pernah diresmikan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tahun 1972, Presiden Soeharto meresmikan ejaan baru yang diberi nama Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan ini diresmikan berdasarkan Keppres No. 57 Tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pun menyebarkan buku kecil berupa Pedoman
EYD yang di dalamnya berisi tentang pedoman pemakaian ejana yang baru.

Ejaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa,
baik itu yang berkaitan dengan pembakuan tata bahasa ataupun kosakata dan peristilahan.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Selain tiga fungsi di atas, sebenarnya ejaan juga memiliki fungsi lain. Secara praktis, ejaan
memiliki fungsi untuk mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang
disampaikan dalam bentuk tulisan.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan dalam Bahasa Indonesia terdiri atas hal-hal berikut
ini:
1. Pemakaian Huruf

Dalam bahasa Indonesia, terdapat huruf abjad dan juga penggabungan untuk
melambangkan diftong, seperti au (harimau), atau ng (lambang). Berbeda dengan bahasa
Inggris, ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis, di mana hanya ada satu bunyi untuk
satu lambang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemenggalan kata adalah harus
menggunakan tanda hubung, tidak boleh memenggal kata dengan garis bawah, tidak boleh
memenggal satu huruf,dan lain sebagainya.
2. Penulisan Huruf

Ada banyak sekali jenis huruf, seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring. Huruf
kapital digunakan untuk awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama nama
orang, huruf pertama nama jabatan, huruf pertama nama orang, dan lain sebagainya.
Sedangkan huruf miring dipakai untuk menulis nama buku atau nama majalah yang dikutip
dari karangan tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata, serta menulis nama
ilmiah atau ungkapan asing.
3. Penulisan Kata

Kata juga memiliki beragam jenis, seperti kata dasar, kata turunan, dan lain sebagainya.
Kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata turunan,
imbuhan harus ditulis serangkai dengan kata dasar.
4. Penulisan Unsur Serapan

Banyak sekali bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, salah satu contohnya
adalah bahasa Arab. Untuk menyerap bahasa Arab, kita harus memperhatikan beberapa
hal, seperti unsur mad (panjang) harus dihilangkan, konsonan yang tak ada dalam bahasa
Indonesia sebaiknya disesuaikan dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa
Indonesia. Jika tidak ada, maka tulislah kata tersebut sesuai dengan lafal sebenarnya dan
jangan lupa gunakan huruf miring.
5. Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca seringkali diabaikan dalam suatu tulisan. Padahal tanda baca sangat membantu
kita dalam memahami suatu tulisan. Contoh tanda baca antara lain:
a. Tanda titik (.)
b. Tanda koma (,)
c. Tanda titik koma (;)
d. Tanda titik dua (:)
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda tanya (?)
g. Tanda seru (!)
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda garis miring (/)
j. Tanda pisah (--)
k. Tanda kurung siku ([])
l. Tanda petik satu ( ‘ )
m. Tanda petik dua (“)

2. https://fatihalqurba.wordpress.com/2013/04/05/ejaan-tanda-baca-dan-jenis-jenis-ejaan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca.html

1. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran,


bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu
kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.

2. Macam-macam Ejaan

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna


bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya
Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus
ejaan Van Ophuysen:

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

1. Huruf (u) ditulis (oe).


2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka
di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)


 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
 Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf
Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan
latin untuk Bahasa Indonesia.

Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).


2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.

Contohnya :

a. Berlari-larian

b. Berlari2-an

6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara

Contohnya :

a. Tata laksana

b. Tata-laksana

c. Tatalaksana

7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra)
bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan
melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia
tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan
dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan


pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.
156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada
tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.

1. Pemakaian Huruf

Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya
menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah
Disempurnakan menggunakan 26 huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada
26buah.Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang
terdapat dalam abjad.Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam
pengembangan Bahasa Indonesia.

Pemakaian Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala bidang
seirama dengan tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang ditempuhnya dengan
menyerap unsur-unsur asing (yang mengandung konsep yang tidak terdapat dalam
Bahasa Indonesia) dalam pemakaian Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya
dalam Bahasa Indonesia, mereka menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan
vak dalam Bahasa Indonesia. Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya
tidak ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat dihindari, sebab
situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak pantas lagi mengikuti
aliran purisme yang mempertahankan “keaslian” bahasanya secara tidak
proposional.Menyadari keadaan yang demikian itulah, ejaan kita sekarang
menerima pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c dalam Bahasa Indonesia, walaupun
pemakaiannya dalam batas-batas tertentu.

 Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu dan


nama. Jadi, dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum dan istilah, kedua
huruf itu belum dapat dipakai. Dalam matematika, misalnya, dapat menandai
sesuatu dengan q da x. begitu juga nama Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox,
Xerxes, sinar-X (nama barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium,
equator, quadrat, extra, dan taxi harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat,
ekstra, dan taksi.Jadi q diganti k dan x digantti ks.
 Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia keduanya dibunyikan
sama tetap dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang diucapkan (f) tak bersuara
oleh pemakaian bahasa asing yang bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia,
sedangkan yang diucapkan (v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang
bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata asing factor, physiology,
photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah menjadi faktor, fisiologi,
fotokopi, vitamin, televisi, dan vakum.
 Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi
kerjasama antara indonesia dan Malaysia, khususnya dalam hal pengembangan dan
pembinaan kedua bahasa, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia . apabila
pada Ejaan suwandi penulisan bunyi (cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat,
maka pada ejaan sekarang ditulis cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun
ditulis cacat dan sayat.
 Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam Bahasa Indonesia ditulis
sebagai bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata zakat, ziarah, zebra, zat, zodiac
yang dianggap tepat, tetapi bukan jakat, jiarah, jebra, jat, dan sodiak.

Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah
tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan
tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara
terperinci, huruf-huruf serta nama dan bunyinya sebagai berikut.

Huruf Nama Bunyi yang dilambangkan

A A A

B Be B dan P
C Ce C

D De D dan T

E E E

F Ef F

G Ge G dan K

H Ha H

I I I

J Je Je

K Ka K dan G

L El L

M Em M

N En N

O O O

P Pe P

Q Ki K

R Er R
S Es S

T Te T

U U U

V Ve F

W We W

X Eks Ks

Y Ye Y

Z Zet Z

Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf
Diftong. Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu
suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Diftong
Awal Tengah Akhir

Ai Ain Syaitan Pandai

Au Aula Saudara Harimau

Oi – Boikot Amboi

Ei – Pleistosen Survei

 
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat
gabungan huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya
adalah:

Contoh Pemakaian dalam Kata


Gabungan
Huruf
Konsonan
Awal Tengah Akhir

Kh Khusus Akhir Tarikh

Ng Ngilu Bangun Senang

Ny Nyata Hanyut –

Sy Syarat Isyarat –

2. Penulisan Huruf

Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang dibicarakan yaitu tentang
penulisan huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf miring.

Di dalam pedoman ejaan telah dijelaskan bahwa penulisan huruf kapital


selain dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat juga dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:Mengapa kamu sedih?

Ayah bertanya, “Mengapa kamu sedih?”

“Mengapa kamu sedih?”Tanya ayah.

Dalam pemakaian sehari-hari, terutama dalam suratkabar dan majalah,


sering kita jumpa pemakaian nama gelar, jabatan dan pangkat diikuti
selain nama orang,bahkan tidak diikuti sama sekali. Misalnya pada
kalimat berikut:

 Kemarin Gubernur Jawa Timur berkunjung ke Desa besuki.


 Pada kesempatan itu, Gubernur menghimbau agar penduduk ikut
mensukseskan sensus pertanian.
 Bersamaan dengan itu, Camat Karang Ploso, Hermadi, juga melaporkan
kemajuan daerah itu kepada Bupati Malang, Edi Slamet.

Pada prinsinya penulisan nama gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti
nama orang tidak ditulis dengan huruf kapital awal katanya. Tetapi
contoh-contoh diatas walaupun tidak diikuti nama orang terap mengacu
kepada orang tertentu. Berarti sebagai nama pengganti nama diri. Oleh
sebab itu, huruf awal nama jabatan atau gelar ketiga contoh diatas ditulis
dengan huruf kapital.

Lain lagi halnya dengan pemakaian nama jabatan pada contoh berikut:

 Seorang gubernur yang menjabat di daerah yang masyarakatnya multi


kompleks harus bijak.
 Siapa saja yang menjadi gubernur jawa timur harus dapat menjalankan
program Koran masuk desa
 Apakah kakakmu yang menjadi camat Sekar Putih sekarang?

Kata gubernur, gubernur jawa timur, dan camat Sekar Putih ditulis
dengan huruf kecil awalnya, sebab tidak menunjuk pada orang tertentu.
Jadi, kata yang menunjukkan jabatan atau pangkat tersebut sama dengan
kata-kata benda umumnya, seperti radio, rumah, orang, dan kucing.

Masalah selanjutnya tentang bagaimana penulisan kata yang mengikuti


kata sandang? Ditulis dengan kata sandang apa tidak? Yang jelas, ada
dua kemungkinan. Apabila mengikuti kata sandang merupakan kata
nama, maka awal katanya ditulis dengan huruf besar. Jadi, penulisan
berikutlah yang benar.

si Gandu

sang Kerempeng

si Bisu

Tetapi, apabila yang mengikuti kata sandang berupa kata pengganti


nama, huruf awal tidak ditulis dengan huruf kapital, misalnya:

sin terdakwa

si anak
sang pembatu

sang istri

Tentang penulisan kata yang menunjukkan kekerabatan apakah ditulis


dengan huruf kapital awalnya? Tidak selalu. Yang ditulis dengan huruf
kapital awalnya hanyalah yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan
saja, sedangkan yang lainnya tidak.Perhatikan conroh kata yang
menunjuk kekerabatan berikut.

 Mengapa Saudara mengatakan hal itu?


 Saya benar-benar menganggap keluarga Pak Ali sebagai saudara sendiri.
 “Ayo, ke sini, Nak !” kata Ibu kepadaku.
 Seorang anak harus berbakti kepada ibunya.

Kata saudara pada kalimat pertama serta nak dan ibu pada kalimat ke-


tiga ditulis dengan huruf kapital awalnya karena kata tersebut sebagai
kata sapaan (Saudara dan Nak) dan kata ganti (Ibu).Pada kalimat ke-2
dan ke-4 ditulis dengan huruf biasa, karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.

3. Penulisan Kata

Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang


tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa
Indonesia terbentuk dari kata-kata.

Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:

1. Kata Dasar

Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun

2. Kata Turunan

Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan

3. Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak
maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan
lambang (-)

4. Gabungan Kata

Merupakan kata majemuk yang mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis


terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan tanda (-)

5. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya

Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung

6. Kata Depan di, ke, dan dari

Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya

7. Kata si dan sang

Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis


terpisah dengan kata dasarnya

8. Partikel

Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya,


sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya

9. Singkatan dan Akronim


10. Angka dan Lambang Bilangan

4. Penulisan Unsur Serapan

Masalah pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam Bahasa


Indonesia sangat runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian Bahasa
Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan
situasi dan kondisinya.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian Bahasa Indonesia dibenarkan


apabila:
1. Konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia,
atau
2. Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak
dipakai unsur Indonesianya.

Apakah dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia


miskin akan kata-kata? Tidak.Penyerapan unsur asing merupakan
kejadian biasa padasetiap bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan pemakai
bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat
karena masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya (yang
masing-masing berlatar belakang kebudayaan berbeda) berkomunikasi,
maka timbullah akulturasi, yaitu saling berpengaruhnya satu kebudayaan
dengan yang lain. Salah satu wujud akulturasi itu adalah saling
berpengaruhnya konsep-konsep tertentu. Misalnya, karena masyarakat
Indonesia tidak mempunyai konsep tenteng “radio”, maka mereka
menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris.
Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai
konsep “bambu” maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat
pemakai Bahasa Indonesia.Jadi peristiwa penyerapan tidak ada kaitannya
dengan kaya atau miskin kata-kata.

Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur


serapan adaptasi:

 ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

Haemoglobin hemoglobin

Haematitehematite

 ai tetap ai

Trailer trailer

Caisson kaison

 e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k

Construction konstruksi

Crystal Kristal
Classification klasifikasi

Caupe kup

 c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s

Central sentral

Cylinder silinder

Ceolom selom

 cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k

Accommodationakomodasi

Acculturation akulturasi

Accumulation akumulasi

 cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi k

Charisma karisma

Chromosome kromosom

 ch, yang lafalnya c menjadi c

Chek cek

China cina

 ee (belanda) menjadi e

Statosfeer statosfer

System system

 ph, menjadi f

Phase fase
Photocopyfotokopi

 q menjadi k

Aquarium akuarium

Equator ekuator

3. Penggunaan Tanda Baca

Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu


memperhatikan tanda baca yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa
tanda baca yang dipakai dalam Bahasa Indonesiayaitu :

1. Tanda baca titik (.)

Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :

a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan
yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.

Contoh : – Saya beragama islam

–Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.

b.Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar atau daftar.

Contoh :– 4.1 Pembahasan

–Lampiran 2. Calon jamaah haji

c. Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan jangka waktu.

Contoh :– pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.

Contoh : – Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.


2. Tanda baca koma (,)

Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:

1. Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu


perincian.

Contoh:Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara,


apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.

Contoh:– Semua pergi, tetapi dia tidak.

–Dia bukan kakakku, melainkan adikku.

3. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk
kalimat.

Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.

4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika
anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh: Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.

5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar


kalimat yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh: Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

3. Tanda baca titik koma (;)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :

1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau


setara.

Contoh: Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan;


memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
2. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-


masing. Ayah sedang membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik
membersihkan taman di depan rumah.

4. Tanda baca titik dua (:)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut:

1. Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.

Contoh:Ketua : Ahmad Wijaya,

Sekretaris : Imam Tantowi

Bendahara: Siti Khotijah

2. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata
dan penerbit buku acuan.

Contoh: Tempo, I (1971). 34:7

Surat Yasin:19

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah


terbit.

5. Tanda hubung (-)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :

1. Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di


dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an,
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap.

Contoh: Se-Indonesia

hadiah ke-2
tahun 50-an

Menteri-Sekretaris-Negara

sinar-X

Men-PHK-kan

2. Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Contoh: di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge

6. Tanda Pisah (–)

Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan
arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah
(–)dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.

Contoh: 1920–1945

Tanggal 15—10 April 19970

(Samsudin), 1999:25—34

Samsudin (1999:25—34)

7. Tanda elipsis (…)

Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang hilang.

Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau


diteliti lebih lanjut.

8. Tanda kurung ((…))

Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
Bab II pasal 10.

2. Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan


bagian integral pokok pembicaraan.

Contoh: Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi


angkatan 45.

9. Tanda tanya (?)

Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.

Contoh: Siapa yang membawa tas saya ?

10. Tanda seru (!)

Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa


seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!

Ambilkan buku itu!

Duduklah!

Dasar mata keranjang!

11. Tanda kurung siku ( [] )

Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas


yang sudah bertanda kurung.

Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam


Bab II [lihat halaman 67-89])
12. Tanda petik (“…..”)

Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .

Contoh: Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”

“Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)

13. Tanda petik tunggal (‘…’)

Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan


kata atau ungkapan asing.

Contoh: Mastery Learning ‘belajar tuntas’

Reformasi ‘perubahan’

Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’

Islami ‘bernuansa islam’

14. Tanda garis miring (/)

Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun
takwim.

Contoh: 14/YPU-i/12/99

Jalan Kramat III/10 Jakarta

Tahun Anggaran 1985/19986

15. Tanda apostrof (‘)

Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk
menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.

Contoh: malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

1 Januari ’88 (’88 = 1988)


 

Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang berlaku


di dalam EYD dalam Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-prinsip
umum pemakain tanda baca dapat diuraikan sebagai berikut

1. Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan
tanda seru (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata
yang mendahuluinya dan diberi spasi dengan kata yang sesudahnya.
2. Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (())
masing-masing diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing
diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
4. Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali
(x), bagi (:), lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi
dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.

3.  https://puebi.readthedocs.io/en/latest/?q=ejaan&check_keywords=yes&area=default

PUEBI Daring adalah versi web ramah gawai dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) Permendikbud 50/2015. Isi PUEBI Daring diperkaya dengan beberapa
catatan tambahan yang belum dinyatakan atau dinyatakan secara implisit pada dokumen
asli Permendikbud 50/2015.

Daftar Isi

1. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
2. Huruf Vokal
3. Huruf Konsonan
4. Huruf Diftong
5. Gabungan Huruf Konsonan
6. Huruf Kapital
7. Huruf Miring
8. Huruf Tebal
2. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
2. Kata Berimbuhan
3. Bentuk Ulang
4. Gabungan Kata
5. Pemenggalan Kata
6. Kata Depan
7. Partikel
8. Singkatan dan Akronim
9. Angka dan Bilangan
10. Kata Ganti
11. Kata Sandang
3. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
2. Tanda Koma (,)
3. Tanda Titik Koma (;)
4. Tanda Titik Dua (:)
5. Tanda Hubung (-)
6. Tanda Pisah (—)
7. Tanda Tanya (?)
8. Tanda Seru (!)
9. Tanda Elipsis (…)
10. Tanda Petik ("…")
11. Tanda Petik Tunggal ('…')
12. Tanda Kurung ((…))
13. Tanda Kurung Siku ([…])
14. Tanda Garis Miring (/)
15. Tanda Penyingkat ('')
4. Penulisan Unsur Serapan

Latar Belakang
Pada tanggal 30 November 2015, Permendiknas 46/2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku karena
digantikan oleh Permendikbud 50/2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI). Naskah PUEBI yang beredar di internet umumnya berbentuk PDF sehingga sulit
untuk ditelusuri oleh mesin pencari dan dirujuk dengan tautan spesifik. PUEBI seyogianya
tersedia dalam format HTML agar memenuhi kebutuhan tersebut.

Teknologi
Proyek ini adalah prakarsa semenjana untuk meningkatkan keterbacaan PUEBI dengan
memanfaatkan Markdown, MkDocs, dan Github Pages. Proyek ini juga dimanfaatkan untuk
membiasakan diri dengan Sublime Text sebagai editor teks pengganti EditPlus yang sudah
memasuki masa pensiun.
Hak Cipta
Hak cipta PUEBI dimiliki oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik
Indonesia. Penyuntingan dan pengatakan (layout) spesifik yang diterapkan pada situs ini
diberi lisensi CC-BY-SA 4.0 oleh @ivanlanin.

5. https://fachmycasofa.com/pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia-puebi/
6. https://ridiawan.blogspot.com/2012/02/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html
7. Pengertian Ejaan
8. Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menulis suatu bahasa baik yang
menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan
bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini adalah menganut sistem tulisan fonemis. Yang dimaksud
dengan sistem  tulisan fonemis adalah bentuk suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk
melambangkan sebuah fonem itu hanya dengan satu huruf saja. Namun demikian dalam kenyataan
masih kita  dapatkan satu huruf untuk melambangkan dengan dua huruf.
9. Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha untuk
menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan bahasa
Indonesia yang pernah kita pakai, yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun 1972.
10.

11. B.                 Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia


12. Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun
kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan
ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai :
13. 1.      Landasan pembakuan tata bahasa.
14. 2.      Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
15. 3.      Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
16. Apabila pembakuan ejaan telah dalam dilaksanakan, pembakuan aspek kebahasaan yang lain pun
dapat ditunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang bersangkutan
telah menaati segala ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman.
17. Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan di atas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang
lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna
informasi yang disampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat dicapai jika segala
ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah diterapkan dengan baik.
18.

19. C.                Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


20. Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.
21. Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia adalah :
22. 1.      Ejaan van Ophuysen
23. Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka dipergunakan sejak tahun
1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya
dari Ch. A. van Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga
yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
24. Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
25. a.       Huruf y ditulis dengan j.
26. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Sayang Sajang
Yakin Jakin
Saya Saja
27.

28.

29. b.      Huruf u ditlus dengan oe


30. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Umum Oemoem
Sempurna Sempoerna
Surat soerat
31.

32. c.       Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
33. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Rakyat Ra’yat
Bapak Bapa’
Makmur Ma’moer
34.

35. d.      Huruf j di tulis dengan dj.


36. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Jakarta Djakarta
Raja Radja
Jangan Djangan
37.

38. e.       Huruf c ditulis dengan tj.


39. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Pacar Patjar
Cara Tjara
Curang Tjurang
40.

41.
42. f.       Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.
43. Misalnya:
EYD Ejaan van Ophusyen
Khawatir Chawatir
Akhir Achir
Khazanah Chazanah
44.

45.            
46. 2.      Ejaan Republik
47. Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van Ophuysen. Ejaan Republik
mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan  Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal
pula atau dinamakan juga dengan Ejaan Suwandi.
48. Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di
Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus
istilah.
49. Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan  Ophusyen dapat diperhatikan
dalam uraian di bawah ini:
50. a.       Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan Republik.
51. b.      Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan Republik.
52. c.       Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
53. d.      Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
54. e.       Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
55. Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberi beberapa contoh.
56.

Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik


Oemoer Umur
Koeboer Kubur
Ma’loem Maklum
57.

58.

59. 3.      Ejaan Pembaharuan


60. Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik.
Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
61. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua
nama tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.
62. Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi,
hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan.
63. Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf
yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di
bawah ini.
64. a.       Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
65. b.      Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
66. c.       Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
67. d.      Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
68. e.       Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
69. Kecuali itu, gabungan vokal ai, au,  dan  oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan  oy.
70.

71. Misalnya:
EYD Ejaan Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw
Amboi amboy
72.

73.

74. 4.      Ejaan Melindo


75. Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu dan Indonesia
pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa
Indonesia yang kedua pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo
adalah merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum
sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita Republik
Indonesia dengan pihak Malaysia.
76. Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta,
diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan njseperti njonja, diganti dengan huruf nc, yang
sama sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti
dengan ts dan ń.
77.

78. 5.      Ejaan Baru (Ejaan LBK)


79. Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo.
Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia.
Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu
bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19
september 1967.
80. Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :
81. a.       Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
82. Misalnya :
EYD Ejaan Baru
Remaja Remadja
Jalan Djalan
Perjaka Perdjaka
83.

84. b.      Gabungan konsonan tj diubah menjadi j


85. Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Cakap Tjakap
Baca Batja
Cipta Tjipta
86.
87. c.       Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
88. Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Sunyi Sunji
Nyala Njala
Bunyi Bunji
89.

90. d.      Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy


91. Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Syarat Sjarat
Isyarat Isjarat
Syukur Sjukur
92.

93. e.       Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh


94. Misalnya:
EYD Ejaan Baru
Takhta Tachta
Makhluk Machluk
Ikhlas Ichlas
95.

96.

97. 6.      Ejaan Yang Disempurnakan


98. Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia
yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk  bahasa
Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada
tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta
penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan
Maret 1947.
99. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
100.a.       Perubahan Huruf
Ejaan Lama EYD
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata Nyata
Sjarat Syarat
Achir Akhir
Supaja Supaya
101.

102.b.      Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
103.Misalnya:
104.Khilaf
105.Fisik
106.Valuta
107.Universitas
108.Zakat
109.khazanah
110.c.       Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya
pada kata Furqan, dan xenon.
111.d.      Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata depan. Sebagai
awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di- sebagai kata depan
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
112.

113.

114.Contoh:
Awalan Kata Depan
Dicuci Di kantor
Dibelikan Di sekolah
Dicium Di samping
Dilatar belakangi Di tanah
115.

116.e.       Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai
penanda perulangan:
117.Misalnya:
118.Anak-anak, bukan anak2
119.Bermain-main, bukan bermain2
120.Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
121.Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
122.1)      Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
123.2)      Penulisan kata.
124.3)      Penulisan tanda baca.
125.4)      Penulisan singkatan dan akronim.
126.5)      Penulisan angka dan lambang bilangan.
127.6)      Penulisan unsur serapan.
128.

129.BAB III
130.PENUTUP
131.

132.

133.A.                Kesimpulan
134.Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran
dan bagaimana atar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa). Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
penulisan tangda baca.
135.Beberapa fungsi ejaan di dalam bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
136.1.      Landasan pembakuan tata bahasa.
137.2.      Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
138.3.      Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
139.Ejaan bahasa Indonesia yang telah kita kenal ternyata mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan.
Adapun ejaan-ejaan yang pernah dipergunakan dalam bahasa Indonesia adalah :
1.      Ejaan van Ophusyen
2.      Ejaan Republik
140.3.      Ejaan Pembaharuan
141.4.      Ejaan Melindo
142.5.      Ejaan Baru (EjaanLBK)
143.6.      Ejaan yang Disempurnakan
144.

145.B.                Saran
146.Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari kesempuraan.
Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah sehingga akan lebih
bernanfaat kontibusinya bagi hazanah keilmuan. Wallahu a’lam.
147.

Anda mungkin juga menyukai