Anda di halaman 1dari 8

Ejaan

Disusun oleh : Dimas Dwi A., Dwi Perdana, Edwar Anas, Nisa Lestari Putri, Reddy Juliardi, dan Rizki Ali N. Bahasa merupakan alat vital dalam berhubungan pada segala aspek kehidupan. Tanpa bahasa tentunya kita akan kesulitan untuk berkomunikasi. Setiap negara mempunyai bahasanya masing-masing, tidak terkecuali bangsa Indonesia yang mempunyai alat pemersatu kebangsaan salah satunya adalah bahasa Indonesia. Tentu sebagai bahasa sendiri, bangsa Indonesia mengerti akan makna bahasa tersebut, namun kurang paham akan kaidah-kaidah dan tata bahasa yang ada dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, perlulah bagi kita untuk terus melestarikan bahasa kebanggaan kita. Dalam sebuah bahasa tentu ada kaidah yang mengatur tata caranya yang disebut ejaan. Ejaan merupakan kaidah atau aturan yang mengatur tata cara kebahasaan yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa. Ruang lingkup dari ejaan yaitu pengaturan penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak ukur, tercipta tidak luput dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen bangsa. Dalam perkembangannya, ejaan mengalami perubahan-perubahan yang dialami sebanding dengan konsep kebahasaan yang dinamis dan selalu berkembang. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali perubahan eja, yaitu : 1. Ejaan Van Ophuysen Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ejaan ini digunakan pada bahasa Melayu menurut model Belanda, karena ejaan dianut ketika bangsa Belanda menguasai Indonesia. Ejaan Van Ophuysen menggunakan huruf latin yang mirip dengan huruf-huruf Belanda, yaitu: a. Huruf (u) ditulis (oe). b. Koma hamzah (k) ditulis dengan tanda () pada akhir kata misalnya bapa, ta. c. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (). d. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda () di atasnya. e. Kata ulang diberi angka 2, misalnya janda2 (janda-janda). 2. Ejaan Suwandi Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 Maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem Ejaan Suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Suwandi : a. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menjadi (u). b. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan. c. Koma ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata menjadi katak. d. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb. e. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : berlarilarian, dan berlari2-an. f. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : tatalaksana, dan tatalaksana.

g. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: putra bukan putera, dan praktek bukan peraktek. 3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang diresmikan berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Ciri khusus EYD adalah perubahan huruf seperti j, dj, nj, ch,tj, sj menjadi y, j, ny, kh, c,sy. Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu : a. Pemakaian Huruf Sampai saat ini terdapat 26 huruf abjad yang terdiri dari 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan. 1) Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan di sebelahnya.

2) Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

3) Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

4) Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

diftong

yang

5) Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

b. Penulisan Huruf Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu: 1) Penulisan Huruf Kapital Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu : a) digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat; b) digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung; c) digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci; d) digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang; e) digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat; f) digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang; g) digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa;

h) digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah; i) digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri; j) digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung; k) digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan; l) digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda; m) digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan; n) digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi; o) digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. 2) Penulisan Huruf Miring Huruf miring digunakan untuk : a) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan; b) menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata; c) menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. c. Penulisan Kata Penulisan kata dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu : 1) kata dasar; 2) kata turunan; 3) bentuk ulang; 4) gabungan kata; 5) kata ganti ku, kau, mu, dan nya; 6) kata depan di, ke, dan dari; 7) kata si dan sang; 8) partikel; 9) singkatan dan akronim. d. Penulisan Unsur Serapan Masalah pemakaian unsur serapan dalam bahasa Indonesia sangat runyam. Dikatakan demikian sebab pemakaian bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan situasi dan kondisinya. Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa Indonesia dibenarkan apabila konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam bahasa Indonesia atau unsur itu

merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kurang layak dipakai unsur Indonesianya. Apakah dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa bahasa Indonesia miskin akan kata-kata? Tidak. Penyerapan unsur asing merupakan kejadian biasa pada setiap bahasa. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan pemakai bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama. Pada suatu saat karena masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya (yang masing-masing berlatar belakang kebudayaan berbeda) berkomunikasi, maka timbullah akulturasi, yaitu saling berpengaruhnya satu kebudayaan dengan yang lain. Salah satu wujud akulturasi itu adalah saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu. Misalnya, karena masyarakat Indonesia tidak mempunyai konsep tentang radio, maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Inggris. Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris tidak mempunyai konsep bambu maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Jadi peristiwa penyerapan tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin kata-kata. Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi: 1) ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e; 2) ai tetap ia; 3) c di muka a,u, o, dan konsonan, menjadi k; 4) c di muka e,i,oe, dan y, menjadi s; 5) cc di muka o,u, dan konsonan, menjadi k; 6) cih, dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi k; 7) ch yang lafalnya c menjadi c; 8) ee (belanda) menjadi e; 9) ph menjadi f; dan 10) q menjadi k. e. Penggunaan Tanda Baca Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa tanda baca yang dipakai dalam bahasa Indonesia, yaitu : 1) Tanda Baca Titik (.) Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.), yaitu : a) tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seru, b) tanda baca titik (.) digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar, c) tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu, dan d) tanda baca titik (.) digunakan di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. 2) Tanda Baca Koma (,)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

9)

Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut: a) tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian, b) tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan, c) tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat, d) tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya, dan e) tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Tanda Baca Titik Koma (;) Kaidah penggunaannya sebagai berikut : a) digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara, dan b) digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Tanda Baca Titik Dua (:) Kaidah penggunaannya sebagai berikut: a) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian, dan b) digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan. Tanda Hubung (-) Kaidah penggunaannya sebagai berikut: a) digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang di dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan -an, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap, dan b) digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Tanda Pisah () Tanda pisah () digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai ke atau sampai dengan. Penulisan tanda baca pisah () dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Tanda Elipsis () Tanda ini digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang. Tanda Kurung (()) Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: a) digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan, dan b) digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan jawaban. 10) Tanda Seru (!) Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. 11) Tanda Kurung Siku ([ ]) Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. 12) Tanda Petik (..) Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung. 13) Tanda Petik Tunggal () Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau ungkapan asing. 14) Tanda Garis Miring (/) Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. 15) Tanda Apostrof () Tanda ini berfungsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun. Kaidah-kaidah yang terlampir dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan haruslah dipatuhi, terutama pada bahasa tulis. Karena dengan demikian ke keteraturan bahasa Indonesia akan tetap terjaga walaupun bahasa akan terus berkembang. Jangan sampai bahasa kebanggaan Negara Indonesia lenyap oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Keberlangsungan bahasa Indonesia diemban oleh masyarakat Indonesianya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai