Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 1 :

1. An-nisa Febria Purwanti (202180010)


2. Afifatur Rosyidah (202180079)
3. Asna Zultiva Rahmawati (202180017)
4. Faruq Maksum Ali (2021800)

Kelas : PBA A

A. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Sejak masih dalam masa penjajahan Belanda, Indonesia sudah


memiliki ejaan. Ejaan pertama yang dimiliki bahasa Indonesia lahir pada
tahun 1901. Ejaan tersebut dinamai Ejaan Van Ophyusen yang dirancang oleh
orang Belanda bernama Charles Van Ophusyen dibantu oleh Tengku Nawawi
dan M. Taib Soetan. Lalu, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi pada
tahun 1947. Ejaan Republik merupakan perbaikan dari Ejaan Van Ophusyen.
Pada 1972 dikeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972 yang
berisi tentang digantinya Ejaan Soewandi dengan Ejaan yang Disempurnakan
atau (EYD). Ejaan yang Disempurnakan merupakan hasil kerja sama bilateral
antara Indonesia dan Malaysia. Ejaan ini berlaku sampai tahun 2015 dan telah
mengalami dua kali perbaikan pada tahun 1987 dan 2009.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau PUEBI lahir pada 26


November 2015 berdasarkan ketetapan dari Menteri Pendidikan, Dr. Anis
Baswedan tentang pergantian nama Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Ketetapan tersebut tercantum dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI Nomor 50
Tahun 2015 Pasal 1 - 3 Sejak saat itu hingga sekarang, ejaan tersebut berlaku
sebagai kaidah penulisan bahasa Indonesia. PUEBI terdiri atas pedoman atau
petunjuk pemakaian ejaan bahasa Indonesia, yaitu pemakaian huruf, penulisan
kata dan pemakaian tanda baca.

A. Pengertian Ejaan

Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan bahwa yang


dimaksud dengan ejaan adalah kaedah-kaedah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat) dan sebagainya. Dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Pemakaian huruf dan tanda baca
dinamakan ejaan. Ejaan adalah kaedah atau peraturan penulisan bahasa.
Peraturan itu harus dipatuhi oleh pemakai bahasa agar kelancaran komunikasi
tertulis tercapai. Ketidak tepatann terhadap ejaan merupakan pelanggaran.
Pelanggaran berarti penyimpangan. Setiap penyimpangan berarti kesalahan.
Tulisan yang dihasilkan melalui pelanggaran kaedah ejaan, tentu termasuk
tulisan yang salah. Untuk itu, agar pemakai bhasa termasuk mahasiswa dapat
menggunakan ejaan dengan baik, mereka harus memahami tentang ejaan
bahasa indonesia dan terampil menggunakannya.

B. Macam-macam ejaan dalam bahasa indonesia.


1. Ejaan van ophuijsen

Pada tahun 1901, ejaan bahasa melayu dengan huruf latin yang di
sebut ejaan van ophuijsen, di tetapkan ejaan tersebut di rancang oleh van
ophuijsen dibantu oleh engku nawawi gelar soertan ma’oer dan
muhammad taib sultan ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini
adalah sebagai berikut:

a. Huruf J untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


b. Huruf oe untuk menulisakan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda di akritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
2. ejaan soewan

pada tanggal 19 maret 1947, ejaan soewandi di resmikan mengantikan


ejaan van ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan
republik. Hal-hal yang perlu di ketahui sehubungan dengan pergantin
ejaan itu ialah sebagai berikut:

a. huruf oe di ganti dengan u seperti pada guru, itu, umur.


b. Bunyin hamzah dan bunyi sentat di tulis dengan k, seperti pada
kata-kata tak, maklum, rakyat.
c. Kata ulang boleh di tulis den gan angka 2, seperti anak2, berjalan2,
kebarat2an.
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya di tulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya seperti kata depan di pada
dirumah, dikebun, disammakan dengan imbuhan di pada di tulis,
dikarang.
3. Ejaan melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan indonesia dan melayu


(slametmulyana-syekhnasir bin ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian di kenal dengan nama ejaan melindo (melayu
indonesia). Perkembanga politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan itu

4. Ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 agustus 1972, presiden republik indonesia


meresmikan pemakaian ejaan indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan putusan presiden no. 57, tahun 1972. Departemen pendidikan
dan kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakain ejaan
itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, panitia pengembangan


Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
dibentuk oleh menteri pendidikan dan kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amron Halim,
Ketua), menyusun buku pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum pembentukan istilah.

Pada tahun 1987, kedua pedoman tersebut direfisi. Edisi refisi


dikuatkan dengan surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 september 1987. Beberapa hal yang perlu
dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut:

a) Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempunakan


Djalan, Djauh Jalan, Jauh
Pajung, Laju Payung, Layu
Njonja, Bunji Nyonya, Bunyi
b) Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam
Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakainannya. Misalnya, huruf f (maaf,fakir),
v(valuta,universitas),z(zeni,lezat).
c) Huruf-huruf Q dan X yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta
tetap dipakai seperti a:b:q, sinar-X
d) Penulisan di atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di atau ke sebagai awalan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya sedangkan di atau ke sebagai kata
depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya hal ini bisa
dilihat dalam tabel berikut.

Di (awalan) Di (kata depan)


Ditulis, dibakar,dilempar Di kampus, di rumah, di jalan
dipikirkan Di sini
Ketua,kekasih, kehendak Ke kampus, ke luar negeri, ke
atas
e) Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan
angka 2. Misalnya: anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
C. Ruang Lingkup Ejaan Bahasa Indonesia.
1. Pemakaian Huruf Huruf dalam abjad kita terdiri dari 26 huruf.

Setiap huruf terdiri atas huruf kapital dan huruf kecil. Aa, Bb, Cc, Dd,
Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv,
Ww, Xx, Yy, dan Zz. Dari 26 huruf tersebut terdapat 5 huruf vokal (a, i, u,
e, o) dan 21 huruf konsonan. dalam pemakaian huruf terdapat jenis huruf
diftong yaitu ai, au, dan oi. Selain itu, terdapat gabungan kata konsonan
dalam EYD. Ada empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan sy.1

2. Pemakaian Huruf Kapital Huruf kapital digunakan dalam berbagai hal,


yaitu:

​Pitasarirahmaningsih,”​mengajarkanejaanpadasiswa”,j​ urna ilmiah guru “COPE”, No.


1

01/Tahun XX/Mei, 2016, hlm 6.


a.) sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat,

b.) sebagai huruf pertama petikan langsung,

c.) sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, serta termasuk kata ganti untuk,

d.) dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang,

e.)dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi atau nama tempat,

f.) dipakai sebagai huruf pertama unsurunsur nama orang,

g.) dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa,

h.) dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah,

i.) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi,
j.) dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi,

k.) dipakai sebagai huruf bertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal,

l.) dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan,
m.) dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan,

n.) dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.2

3. Huruf Miring Penggunaan huruf miring adalah sebagai berikut.

a) Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan


surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

b.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhusukan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

c.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk penulisan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

4. Pemakaian Tanda Baca Penulisan tanda baca dapat dibedakan sebagai


berikut.

a. Tanda titik (.)

1) Digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2)


Digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar. 3) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu. 4) Dipakai untuk memisahkan angka angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. 5) Dipakai di antara
nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau

2
​Ibid, hlm 62.
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. 6) Dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. 7) Dipakai pada akhir udul
yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan

sebagainya. 8) Dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau


nama dan alamat pengirim surat.3

b. Tanda koma (,)

1) Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


2) Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi dan melainkan. 3)
Dipakai untuk memisahkan memisahkan anak kalimat dari induk kalimat.
4) Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. 5) Dipakai untuk memisahkan kata seperti o,
ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat dalam kalimat.6)
Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. 7) Dipakai di antara nama dan alamat; bagian-bagian alamat;
tempat dan tanggal; dan nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan. 8) Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. 9) Dipakai di antara bagian-bagian
dalam catatan kali. 10) Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga. 11) Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen. 12) Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. 13) Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.4

3
Ibid, hlm 63
4
Ibid, hlm 64
c. Tanda titik dua (:)

1) Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian. 2) Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. 3) Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan
pelaku dalam percakapan 4) Dipakai kalau rangkaian atau pemberian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan; 5) Dipakai di antara
jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab
suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan

d. Tanda hubung (-)

Tanda hubung dipakai untuk: 1) menyambung suku-suku kata dasar yang


terpisah karena pergantian baris; 2) menyambung awalan dengan bagian
kata di belakangnya; 3) menyambung unsur-unsur kata ulang; 4)
menyambung huruf kata yang dieja; 5) memperjelas hubungan
bagianbagian ungkapan; 6) merangkaikan se- dengan angka, angka dengan
–an, singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata; 7) untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

e. Tanda pisah (-)

1) Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


pelajaran. 2) Dipakai untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 3) Dipakai di antara dua
bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara nama
dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai.

f. Tanda garis miring (/)


1) Dipakai dalam penomoran kode surat, misalnya: No. 7/ PK/ 1983. 2)
Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya: mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,000 / lembar.5

5
​Ibid, hlm 65

Anda mungkin juga menyukai