Nim : 202180031
Menurut bahasa fashahah bermakna ‘jelas’ atau ‘terang’, sedangkan menurut istilah fashahah
ada tiga macam yaitu kalimat fashahah, kalam fasih, dan mutakallim fasih. Fashahah merupakan
bagian dari balaghah, karena kedua nya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu
bayan.
A. Kalimat Fashihah (kata Fashih)
Suatu kata disebut fashih atau ‘jelas’, jika kata tersebut selamat dari :
1. Tanafur al-Huruf.( )تنا فر الحرف, yakni kata – kata yang sukar diucapkan.
Contoh :
تَرْ عَى الهُع ُخ َع.تَ َر ْكتُهَا
(aku membiarkannya makan rumput)
Perkataan Hu’khu’u dirasa sulit dan berat untuk mengucapkannya.kesulitan mengucapkan
seperti ini dinamakan tanafurul huruf. Setiap kata yang tanafur adalah tidak fashih. Karenanya,
kalimat fashih itu harus terhindar dari tanafur huruf.
2. Mukhalafah al-Qiyas( ) مخالفة القياس, yakni kata – kata yang menyalahi atau tidak sesuai
dengan kaidah umum ilmu sharaf1.
1Contoh :
ي َكتَ َكأْ ُكئِ ُك ْم َعلَى ِذىْ ِجنَّ ٍة اِ ْف َر ْنقِعُوا
َّ َماَلَ ُك ْم تَ َكأْ َك ْئتُ ْم َعل
Mengenai perkataan ini, sekalipun ia orang Arab, maka akan merasa kesulitan untuk
memahaminya. Setelah dicari dalam kmus barulah diketahui; yaitu :
ص ِرفُوا
َ اع ُك ْم َعلَى ِذىْ ِجنَّ ٍة اِ ْن َّ َماَلَ ُك ْم اِجْ تَ َم ْعتُ ْم َعل
ِ ي كَأجْ تِ َم
(mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton orang gila? Pergilah !)
Kata yang sulit artinya disini ialah Takak-kaktum dan Ifronqi’u. kedua kata tersebut dianggap
gharabah, karena jarang digunakan sehingga sulit mengartikannnya. Setiap kata yang gharabah
adalah tidak fashih. Karenanya, kalimat fashih itu harus terhindar dari gharabah.
1. Susunan kalimatnya tidak tanafur yakni tidak tersusun dari kata – kata yang berat atau sukar
diucapkan.
Contoh :
ٌب قَرْ ب َ ْْس قُر
ِ ْب قَر
ٍ ْب َحر ِ ب بِ َم َكا ٍن – َولَي
ٍ َْوقَ ْب ُر َحر
(adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat dengan kuburan itu).
Susunan kalimat pada syi’ir diatas dianggap berat mengucapkannya, sebab berkumpul
beberapa kata yang hampir bersamaan hurufnya.
2. Susunan kalimatnya tidak dha’uf al-ta’lif, yaitu susunan kalimat yang lemah, sebab
menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf seperti :
ضرب زيدا غالمه seharusnya ضرب غالمه زيدا
Kecuali : ضرب زيدغالمهatau ضرب غالمه زيد
Kaimat (jumlah) yang terakhir ini dibolehkan karena ada dhamir munfashil yang kembali ke
fa’il.
3. Adanya ta’qid lafzhi (kerancuan pada kata – kata) suatu kalimat termasuk kategori ta’qid
lafzhy apabila ungkapan kata – katanya tidak menunjukan tujuan karena ada cacat dalam
susunannya, seperti kata Farazdaq :
ِ ََّو َما ِم ْثلُهُ فِى الن
ِ َاس إالَّ َملِ ًكا اَبُو اُ ِّم ِه َح ٌّي اَبُوهُ يُق
ُاربُه
Susunan kalimat diatas asalnya ,
ُاربُهُ اِالَّ َملِ َكا اَبُو اُ ِّم ِه اَبُوه ِ ََّو َما ِم ْثلُهُ فِى الن
ِ َاس َح ٌّي يُق
(tiadalah seorangpun yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya itu masih hidup, yaitu
bapaknya (Ibrahim) yang menyerupai dia)
Maksudnya tiada diantara manusia yang masih hidupnya menyerupai dia, kecuali raja yang
menyerupai bapak ibunya, yaitu Ibrahim.
4. Ta’qid ma’nawi
Pada syiir diatas terdapat dua kata, yaitu “ " يُحْ لَ ُلdan ” َحالِ ٌلshigah (bentuk) kedua kata
tersebut tidak sesuai dengan kaidah – kaidah ilmu sharaf. Jika mengikuti kaidah kedua kata
tersebut seharusnya " يَ ِحلdan “ ." َح َل
3. Gharabah ( ( غراب, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata – kata yang asing, jarang
dipakai, dan tidak diketahui oleh banyak orang.
Contoh
َ َوتَ ْس ُكبُ َع ْينَا# ار َع ْن ُك ْم لِتَ ْق ُربُوْ ا
ي ال ُّد ُموْ َع ْ َ َسا
ِ طلُبُ بُ ْع َد ال َّد