Anda di halaman 1dari 3

.

Definisi Al-Kināyah

Al-kināyah (‫ )الكناية‬adalah lafaz yang dipergunakan bukan pada makna aslinya


sekalipun tidak ada qarīnah yang mencegahnya dari makna tersebut. Dalam pembahasan
ilmu al-bayān, al-kināyah menempati posisi pertengahan antara al-haqīqah dan al-majāz.
Al-kināyah tidak digolongkan ke jenis al-haqīqah, karena lafazh tersebut tidak ditujukan
untuk penunjukan makna aslinya, dan bukan juga dikelompokkan ke jenis al-majāz karena
pada kalimat yang mengandung kināyah tidak disyaratkan adanya qarīnah yang mencegah
suatu makna dari penunjukan makna aslinya. Sementara pada al-majāz disyaratkan adanya
qarīnah yang mencegah suatu makna dari penunjukan makna aslinya.
Contohnya: ‫محمد طويل النَّ َجاد‬, makna aslinya adalah Muhammad mempunyai sarung
pedang yang panjang. Tetapi bukan makna ini yang dimaksudkan dari kalimat tersebut.
Makna kināyah-nya adalah Muhammad adalah seorang pemberani . Karena seorang yang
memiliki sarung pedang panjang dipastikan memiliki postur tubuh tinggi. Orang yang
berpostur tubuh tinggi dipastikan seorang pemberani.
Contoh lain: ‫ َعلِ ٌّي كثير الرَّماد‬, makna aslinya adalah Ali mempunyai banyak arang
(abu). Tetapi bukan makna ini yang dimaksudkan dari kalimat tersebut. Makna kināyah-
nya adalah Ali adalah seorang pemurah (dermawan) . Karena seorang yang memiliki
banyak arang dipastikan sering memasak dan orang yang sering memasak sudah tentu
karena banyaknya atau seringnya tamu yang datang ke rumah orang tersebut.
Contoh lain: ‫ ُع َمر َك ْلبُه ال يَ ْنبَ ُح طارقا‬, makna aslinya adalah Umar memiliki anjing yang
tidak pernah menyalak (menggonggong). Tetapi bukan makna ini yang dimaksudkan dari
kalimat tersebut. Makna kināyah-nya adalah Umar adalah seorang pemurah (dermawan) .
Karena seseorang yang memiliki anjing tetapi tidak pernah menyalak (menggonggong)
menandakan tuannya sering menerima tamu sehingga anjing itu tidak bisa membedakan
orang yang datang untuk bertamu atau tujuan-tujuan lain.
Contoh lain: ‫صيْل‬ِ َ‫بَ ْك ٌر َم ْه ُزول الف‬, makna aslinya adalah Bakr memiliki anak onta yang
kurus. Tetapi bukan makna ini yang dimaksudkan dari kalimat tersebut. Makna kināyah-
nya adalah Bakr adalah orang yang pemurah (dermawan). Penyebab anak onta itu kurus
karena ia tidak meminum air susu yang cukup, berhubung air susu yang diperas dari ibu
onta tersebut terlalu sering atau terlalu banyak dihidangkan kepada para tetamu.
ِ ‫زيد رفيع‬, makna aslinya adalah Zaid mempunyai tonggak kemah
Contoh lain: ‫الع َماد‬
yang tinggi. Tetapi bukan makna ini yang dimaksudkan dari kalimat tersebut. Makna
kināyah-nya adalah Zaid adalah seorang pemuka (yang ditokohkan) di sukunya . Seorang
yang memiliki tonggak kemah yang tinggi dipastikan karena banyak dan seringnya orang
bertandang ke kemahnya untuk meminta nasehat dan saran. Orang seperti itu dipastikan
seorang pemuka yang ditokohkan di sukunya.

Ada dua hal yang membedakan antara al-kināyah dengan al-haqīah dan al-majāz;
yaitu:
1. Makna asli dalam kalimat yang mengandung al-kināyah tidak mesti sesuai dengan
kenyataan. Bisa saja seseorang berkata: ‫ علي كثير الرماد‬dengan makna kināyah-nya Ali
itu pemurah, sekalipun pada kenyataannya ia tidak memiliki abu (arang) banyak di
dapurnya.
2. Pada kalimat yang mengandung al-kināyah, tidak disyaratkan adanya Qarīnah yang
mencegah suatu lafaz dari makna aslinya, berbeda dengan al-majāz yang
mengharuskan adanya Qarīnah yang mencegah suatu lafazh dari makna aslinya.

b. Macam-macam al-Kināyah
1. Kināyah Shifah (‫ )كناية عن صفة‬yaitu kināyah yang disebutkan zatnya (makna hakiki)
tetapi yang dimaksudkan adalah sifat dari zat tersebut.
Contohnya: ‫اد‬33‫ير الرم‬33‫زيد كث‬. Disebutkan makna hakikinya (banyak abu) tetapi yang
dimaksudkan adalah sifat dari zat tersebut yaitu dermawan (pemurah).
Contoh lain: ‫ا‬33‫ص‬
َ ‫دُبُّ على ال َع‬33َ‫فالن ي‬Disebutkan makna hakikinya (berjalan dengan
tongkat) tetapi yang dimaksudkan adalah sifat dari zat tersebut yaitu lanjut usia (tua
umurnya). Orang yang berjalan dengan memakai tongkat biasanya adalah orang yang
sudah tua atau pikun.
Contoh lain: ‫عائشة نَئُوْ َمةُ الضُّ َحى‬. Disebutkan makna hakikinya (tidur pada waktu dhuha)
tetapi yang dimaksudkan adalah sifat dari zat tersebut (kaya). Seorang perempuan yang
tidur pada waktu dhuhā biasanya karena tidak ada pekerjaan yang dikerjakannya. Dia
mempunyai banyak pembantu dan pesuruh. Semua pekerjaan dikerjakan oleh
pembantunya. Orang yang tidur waktu dhuhā biasanya adalah orang yang
kehidupannya mapan dan kaya.
Contoh lain: ‫فاطمة نَا ِع َمة ال َكفَّيْن‬. Disebutkan makna hakikinya (tangannya halus) tetapi
yang dimaksudkan adalah sifat dari zat tersebut (hidup mewah/kaya). Seorang
perempuan yang halus tangannya karena tidak ada pekerjaan yang membuat
tangannya berbekas. Dia mempunyai banyak pembantu dan pesuruh. Semua
pekerjaan dikerjakan oleh pembantunya. Orang yang halus tangannya biasanya adalah
orang yang kehidupannya mapan dan kaya.
2. Kināyah Maushūf (‫ )كناية عن موصوف‬yaitu kināyah yang disebutkan sifatnya (makna
hakiki), tetapi yang dimaksudkan adalah zat dari sifat tersebut.
Contohnya: ‫هو حارس على َمالِه‬. Disebutkan makna hakikinya (menjaga harta bendanya),
tetapi yang dimaksudkan adalah zat dari sifat tersebut (bakhil/kikir).
Contoh lain: ‫اض ٌّي‬ ِ َ‫هو فَتًى ِري‬. Disebutkan makna hakikinya (pemuda yang suka olah
raga), tetapi yang dimaksudkan adalah zat dari sifat tersebut (pemuda yang kuat dan
kekar).
Contoh lain: ‫ َع قَ ْلبِه‬3‫فَا لِي َمجْ َم‬3‫ص‬
َ ‫ أحمد‬si Ahmad mengungkapkan kepadaku isi hatinya.
Disebutkan makna hakikinya (tempat berkumpulnya hati), tetapi yang dimaksudkan
adalah zat dari sifat tersebut yaitu isi hatinya.
3. Kināyah Nisbah (‫بة‬33‫ ) كناية عن نس‬yaitu kināyah yang disebutkan sifatnya dengan
ketentuan ia tidak disandarkan kepada zat/orang yang memiliki sifat tersebut tetapi
disandarkan kepada sesuatu yang berkaitan erat atau merupakan kemestian dari zat
tersebut.
Contohnya: ‫جاعة بين أَ ْث َوابِه‬333‫الش‬. Disebutkan sifat ‫جاعة‬333‫( الش‬keberanian). Ia tidak
disandarkan kepada zat atau orang yang memiliki sifat tersebut tetapi disandarkan
kepada sesuatu yang berkaitan erat dengan orang tersebut yaitu pakaian.
Contoh lain: ‫ ُع ِظلَّه‬3َ‫ ُد َي ْتب‬3ْ‫ال َمج‬. Disebutkan sifat ‫( المجد‬kemuliaan). Ia tidak disandarkan
kepada zat atau orang yang memiliki sifat tersebut tetapi disandarkan kepada sesuatu
yang berkaitan dengannya yaitu bayangannya.

Anda mungkin juga menyukai