Anda di halaman 1dari 10

GAYA BAHASA KINAYAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Balagah al-Qur’an Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Program Magister UIN Alauddin Makassar

Oleh;
MUH. TAHIR
NIM. 80600222004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

ALAUDDIN MAKASSAR

2023
BAB 1

PENADAHULUAN

A. Lata Belakang

Al-Quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada umatmanusia untuk dibaca, di

tadabburi, dipahami dan diamalkan pesan-pesan ilahi yang dikandungnya. Rasul yang terpilih-

Nya untuk menerima wahyu tersebut adalah Nabi Muhammad SAW yang berasal dari

bangsa Arab. 

Dalam memahami isi kandungan al-Qur’an secara baik dan benar,kita wajib mengetahui

seluk beluk yang terdapat dalam al-Quran. Ilmu-ilmu bantu dalam penerjemahan al-Quran

menjadi sangat diperlukan bahkan wajib memahami secara mendalam serta dapat

menyembuhkan pada ayat-ayat al-Quran, sehingga akan menghasilkan pemahaman yang sesuai

konteks zaman.

Dalam al-Qur;an menggunakan bahasa Arab, yang dimana kalimat bahasa Arab ini yang

sering dikaji para cendikiawan untuk memperoleh dan mengetahui makna yang tersurat dan

tersirat dalam dalam al-Qur’an, dikarenakn dari segi kebahasan bahwa kosakata yang dimiliki

bahasa Arab terlampau banyak, tidak tanggung-tanggung jumlahnya bahkan mencapai 12 juta

lebih kosakata. Bahasa Arab dikenal memiliki banyak dialek yang beragam. Tentu hal itu juga

harus diketahui oleh seseorang yang belajar bahasa Arab.

Demikian itulah peran dari ilmu balaghah, yan dimana ilmu Balaghah adalah salah satu

ilmu ‘memperindah bahasa’ dalam bahasa Arab yang telah lama dikenal seiring dengan

berkembangnya kesusastraan Arab. Yang meliputi ilmu balaghah seperti, ilmu Bayaan, ilmu

Ma’ani, dan ilmu Badi’. Yang dimana masih banyak lagi cabang-cabang keilmuannya. Dengan

demikian, Balaghoh dapat juga diartikan sebagai kesesuaian antara konteks ucapan dengan

situasi dan kondisi lawan bicara (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal). Tak hanya
sesuai konteks, tapi juga disertai penggunaan kalimat atau bahasa yang fashih, jelas, dan mudah

dipahami.

Dalam ilmu alat al-Qur’an Balaghah terdapat kaidah penampungan, dalam makalah ini kami akan

membahas kinayâh (sindiran halus) yang merupakan salah satu kaidah mengamankan seperti majaz,

tasybih, dan lainnya. Kinayâh perlu dibahasa, mengingat bahasa komunikasi al-Qur’an yang variatif.

Terkadang menggunakan bahasa yang dimaksud biasa dipahami secara tekstual dan terkadang al-Qur’an

menggunakan bahasa yang tidak mudah dipahami secara teks saja, melainkan juga memahami konteks

ayat. Selain itu al-Qur’an sering menggunakan sindiran, yang memahami harus menggunakan kaidah dan

pemahaman konteks dan ilmu-ilmu kamu yang membantu untuk memahaminya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kinayâh?

2. Bagaimana Variatif Pembagian Kinayâh?

3. Apa Tujuan Kinayâh?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Kinayâh.

2. Untuk Mengetahui Variatif Pembagian Kinayâh.

3. Untuk Mengetahui Tujuan Kinayâh.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kinayâh

Secara bahasa, kinayâh berasal dari lafadz ‫ كناية‬- ‫كنى – يكنى‬/‫ كنا – يكنو‬yang berarti

menerangkan sesuatu dengan perkataan lain atau mengatakan dengan kiasan atau

sindiran.1 Sedangkan secara istilah kinayâh adalah lafadz yang diucapkan dan yang

dikehendakinya adalah kelaziman maknanya, serta boleh juga menghendaki makna dari

lafadz tersebut. Dan pula kinayâh banyak dipakai dalam al-Qur’an, dan ini menunjukkan

bahwa bahasa al-Qur’an sangat indah.2

Hal lain yang juga berkaitan dengan susunan kata adalah apa yang dinamai

kinayâh ‫كناية‬. Terlepas dari perbedaan pendapat apakah bentuk ini bagian dari Majâz atau

bukan, yang jelas bahwa ia banyak ditemukan dalam al-Qur'an. Kinayâh ‫ كناية‬adalah

menetapkan satu makna, tanpa menyebut lafazh yang digunakan untuk makna itu, tetapi

menyebut kata/kalimat lain sambil memberi indikator tentang maksudnya.3

B. Pembagian Kinayâh
Dilihat dari segi maknanya, kinayâh dibagi menjadi 34:

1. ‫كناية عن صفة‬
Kinayâh ‘an shifah ialah kinayâh yang berupa sifat yang menetap pada maushuf.
Kinayâh ‘an shifah terbagi menjadi 2:
a. Kinayâh Qaribah

1
Mahmus Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidayah karya agung, 1990, h. 384.
2
Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Husnus Shiyaghoh Syarah Durusul balaghoh , Rembang: al-Barokah,
2007, h. 116.
3
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera hati, 2013, h. 151
4
Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Husnus Shiyaghoh Syarah Durusul balaghoh , h. 116-117.
Yaitu kinayâh yang perpindahan makna mukanna ‘anhu kepada mukanna bih
tanpa melalui perantara. Contoh:

‫َّأس‬
ِ ‫زيد عظي ُم الر‬
Artinya: “Zaid besar kepala”

َ ‫صابِ َعهُ ْم فِي آ َذانِ ِه ْم َوا ْستَ ْغ َشوْ ا ثِيَابَهُ ْم َوَأ‬


‫صرُّ وا‬ َ ‫َوِإنِّي ُكلَّ َما َدعَوْ تُهُ ْم لِتَ ْغفِ َر لَهُ ْم َج َعلُوا َأ‬
‫۞ َوا ْستَ ْكبَرُوا ا ْستِ ْكبَارًا‬
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka kedalam telinganya dan
menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap mengingkari dan
menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh: 7)
b. Kinayâh Ba’idah
Yaitu kinayâh yang perpindahan maknanya melalui perantara. Perantara disini
tidaklah seperti ‘adat dan tasybih, melainkan sebab atau peristiwa tertentu yang
menghubungkan kedua makna tersebut. Contoh:

‫ كثي ُر الرَّما ِد‬yang bermakna banyak abunya. Namun yang dimaksud bukanlah makna
yang sebenarnya, melainkan makna lain yang menjadi kelazimannya. Maksudnya
adalah seseorang yang banyak abunya itu banyak menyalakan api, orang yang
banyak menyalakan api berarti banyak memasak, orang yang banyak memasak berarti
orang yang banyak tamunya, berarti ia dermawan.

2. ‫كناية عن موصوف‬
Kinayâh ‘an maushuf adalah kinayâh yang mukanna ‘anhunya berupa
maushuf atau sesuatu yang disifati. Contoh:

‫حارسُ على مالِه‬


ِ ‫هو‬
Artinya: “Dia penjaga hartanya”
Maksudnya adalah irang yang kikir

3. ‫كناية عن نسبة‬
Kinayâh ‘an nisbah ialah kinayâh yang disebutkan sifatnya namun tidak
disandarkan kepada dzat atau orang yang memiliki sifat tersebut tetapi disandarkan
kepada sesuatu yang berkaitan erat atau merupakan kemestian dari dzat tersebut.
Kinayâh nisbah adalah yang mukanna ‘anhunya adalah maushuf. Contoh:

‫المجْ ُد يَ ْتبَ ُع ِظلّه‬


Artinya: “Kemuliaan mengikuti bayangannya”

Sifat (‫ )المجْ ُد‬atau kemuliaan tidak disandarkan kepada orang yang memiliki sifat mulia,
tapi disandarkan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya yaitu bayangannya.

Dilihat dari segi perantara, kinayâh dibagi menjadi 4:5

1. Ta’ridh ( ‫) تعريض‬
Yaitu perkataan untuk menunjukkan suatu makna yang tidak disebutkan (tidak terang
maksudnya)
Contoh: 

‫المسلم من سلم المسلمون من لسانه‬

”Seorang muslim yang sebenarnya adalah yang tidak mengganggu muslim yang lainnya
dengan lisan dan tangannya” 
Contoh tersebut mengisyaratkan tiadanya sifat islam dari orang yang menyakiti.

2. Talwih  (‫) تلويح‬


Yaitu kinayâh yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhu terdapat media atau
perantara yang banyak.
Contoh:

ِ َ‫ب َم ْه ُزوْ ُل ْالف‬


‫صي ِْل‬ ِ ‫ان ال َك ْل‬
ُ َ‫ َجب‬# ‫ب فَِإنَّى‬
ٍ ‫ي ِم ْن َع ْي‬ ُ َ‫َو َما ي‬
َّ ِ‫ك ف‬

“padaku tidak terdapat aib # Karena aku adalah pengecut anjingnya dan kurus anak
sapinya.”

5
Abdurrahman Habanakata Al Maidani, Al Balaghah Al Arabiyyah, ( Damaskus: Daarul Qalami, 1993),
hlm.140-141.
ِ ‫ال َك ْل‬
Pada syi’ir tersebut terdapat ungkapan “‫ب‬ ِ َ‫” َم ْه ُزوْ ُل ْالف‬. Kedua
ُ َ‫ ” َجب‬dan “‫صي ِْل‬
‫ان‬
ungkapan ini pada dasarnya menggunakan gaya bahasa kinayâh. Kedua ungkapan ini
bermakna seseorang yang mulia.

3. Ramz  ( ‫) رمز‬
Yaitu kinayâh yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhunya terdapat sedikit
media atau perantara.
Contoh:

 ‫سا َد ْة‬
َ ‫الو‬
ِ ُ‫َريْض‬ ِ ‫فُاَل ُن ع‬ 
ِ ‫َريْضُ القَفَا َوع‬
Si fulan lebar tengkuknya dan lebar bantalnya
sebagai kinayâh untuk mengungkapkan orang idiot atau bodoh.

4. Imak atau isyaroh ( ‫اإلشارة‬ ‫) اإليماء أو‬


Yaitu kinayâh yang diantara mukanna bih dan mukanna ‘anhunya tidak banyak
terdapat media atau perantara,dan tidak samar.
Contoh:

‫اويَةٌ َعلَى ُعرُو ِشهَا َويَقُو ُل يَا لَ ْيتَنِي‬ َ َ‫َوُأ ِحيطَ بِثَ َم ِر ِه فََأصْ بَ َح يُقَلِّبُ َكفَّ ْي ِه َعلَى َما َأ ْنف‬
ِ ‫ق فِيهَا َو ِه َي َخ‬
‫۞ لَ ْم ُأ ْش ِر ْك بِ َربِّي َأ َحدًا‬
“maka ia membolak-balikkan kedua telapak tangannya terhadap apa yang ia infakkan,
sedangkan telapak tangannya itu kosong”. (QS. al-Kahfi: 42)

Pada ayat di atas terdapat ungkapan “‫كفيه‬ ‫ ”يقلب‬makna asal ungkapan tersebut adalah
‘membolak-balikkan kedua telapak tangannya’. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan
kinayâh yang maksudnya menyesal. 

C. Tujuan Kinayâh
Adapun tujuan kinayâh adalah6:
1. Menjelaskan

6
Syekh Abdurrohman bin Muhammad al-akhdhori, Al-Jawahir Al-Maknun juz 2 (Jombang: Pustaka Al-
Muhibbin, 2014) 18.
Kinayâh ini digunakan untuk memberikan gambaran yang tampak dan kelihatan. Contoh
dari QS. Al-Nisa ayat 23:
ْ ‫ُور ُكم ِّمن نِّ َسٓاِئ ُك ُم ٱ ٰلَّتِى د‬
‫َخَلتُم بِ ِه َّن‬
ٰ ٓ
ِ ‫ َو َر ٰبَِئبُ ُك ُم ٱلَّتِى فِى ُحج‬...
Artinya: “...anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu
campuri....”
Ayat ini secara harfiah menyatakan: dan diharamkan juga anak-anak tiri kamu yang
ٰ
berada dalam pemeliharaan kamu dari istri-istri kamu al-lâty dakhaltum bihinna (‫ٱل َّتِى‬

‫) َدخ َْلتُم بِ ِه َّن‬


kalimat al-lâty dakhaltum bihinna (yang telah kamu masuk terhadap mereka) adalah
kinayâh yang berarti yang kamu telah bersabadan dengannya.
2. Meringkas kalimat
Yakni untuk meringkas suatu kalimat atau ungkapan yang panjang. Contoh:

ْ ‫ارةُ ُأ ِع َّد‬
)۲٤ :‫ت لِ ْل َكافِ ِرينَ ۞ (البقرة‬ َ ‫ار الَّتِي َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
َ َّ‫فَِإ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا َولَ ْن تَ ْف َعلُوا فَاتَّقُوا الن‬
Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak akan dapat
membuatnya. Periharalahdirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Pada ayat ‫تَ ْف َعلُوا‬ ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا َولَ ْن‬ungkapan diatas merupakan ringkasan dari
‫ تَ ْف َعلُوا َولَ ْن تَ ْف َعلُوا‬.‫فَِإ ْن لَ ْم اى فَِإ ْن لَ ْم تأتوا بسورة من مثله‬
3. Menghindari ungkapan yang dianggap jelek atau buruk.
Yakni untuk mengganti suatu kata yang dianggap jelek untuk diucapkan. Contoh:

‫الس ْم ِع‬
َّ ‫هو ثقيل‬
Artinya: “Dia berat pendengarannya.”
4. Memelihara kesopanan.
Menghindari kata-kata yang dianggap tabu atau malu untuk diungkapkan. Contoh:

... ) ٤۳ :‫ (النساء‬...‫اء‬
َ ‫ِّس‬
َ ‫َْأو اَل َم ْستُ ُم الن‬

Artinya: “...atau kalian menyentuh perempuan (berhubungan suami istri).”


5. Menyembunyikan.
Contoh:

‫أهل ال ّدار‬
Artinya: “Penghuni rumah (istrinya)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kinayâh ‫ كناية‬adalah menetapkan satu makna, tanpa menyebut lafazh yang digunakan

untuk makna itu, tetapi menyebut kata/kalimat lain sambil memberi indikator tentang

maksudnya. Pembagian kinayâh Dilihat dari segi maknanya:


1. ‫كناية عن صفة‬

2. ‫كناية عن موصوف‬

3. ‫كناية عن نسبة‬
Dilihat dari segi perantara: Ta’ridh ,Talwih, Ramz, Imak atau isyaroh
Tujuan Kinayâh:
1. Menjelaskan
2. Meringkas kalimat
3. Menghindari ungkapan yang dianggap jelek atau buruk.
4. Memelihara kesopanan.
5. Menyembunyikan.

B. Impilkasi
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran utamanya

mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan tafsir. Sebagai bahan acuan, diaharapkan pada penulisan

selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam memaparkan berbagai sumber.

DAFTAR RUJUKAN

Al Maidani , Abdurrahman Habanakata. 1993. Al Balaghah Al Arabiyyah.


Damaskus: Daarul Qalami
Al-akhdhori, Abdurrohman bin Muhammad. 2014. Al-Jawahir Al-Maknun juz
2. Jombang: Pustaka Al-Muhibbin
Al-Fadani, Muhammad yasin. 2007. Husnus Shiyaghoh Syarah Durusul
balaghoh. Rembang: al-Barokah

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 2013, Tangerang: Lentera hati, Yunus,


Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidayah karya agung

Anda mungkin juga menyukai