Pendidikan Anti Korupsi Dalam Surat Al Mutaffifin 1-10
Pendidikan Anti Korupsi Dalam Surat Al Mutaffifin 1-10
MAKALAH
Oleh :
Ahmad Zainuri
NIM : 21300011016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Tafsir Ayat dan Hadis Pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.
- Halaman depan
- Kata pengantar
- Daftar isi
- Pendahuluan
- Pembahasan, harus mencakup :
Ayat dan terjemahannya
Penafsiran ayat tersebut. Minimal dari 5 kitab tafsir
Temuan konsep/teori pendidikan dari ayat tersebut
Komparasi temuan tersebut dengan teori-teori pendidikan yang sudah
ada
- Kesimpulan / penutup
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM SURAT AL MUTAFFIFIN 1-10
A. PENDAHULUAN
1
M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Amzah, Jakarta, 2011, h. 33
2
Albert Hasibuan, Titik Pandang untuk Orde Baru, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1997, h. 342-347
3
Syed Husain Alatas, Korupsi, Sifat dan fungsi, LP3ES, Jakarta, 1987, h.8
B. PEMBAHASAN
1. Ayat, Terjemahan dan Tafsirnya
10
Khoiruddin, Etika Pelaku Bisnis dalam Perspektif Islam. ASAS, Vol. 7,
No. 1, Januari 2015, hlm. 50
11
Aidh bin Abdullah l-Qarni, NIkmatnya Hidangan Al-Qur‟an. (Jakarta:
Magfirah Pustaka,2005), hlm. 241-242
12
BPKP, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, (Jakarta:Puslitbang BPKP,
1999), hlm 20
Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku
kecurangan (actor), sedangkan faktor-faktor Opportunities dan Exposures
berhubungan dengan korban perbuatan kecurangan (victim).
1. Greeds. Keserakahan (Greeds) berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang
secara potensial ada dalam diri setiap orang. Untuk mengendalikan
Keserakahan ini perlu antara lain mendorong pelaksanaan ibadah dengan
benar.
2. Opportunities. Kesempatan (Opportunities) berkaitan dengan keadaan
organisasi/instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka
kesempatan bagi setiap orang untuk melakukan kecurangan
terhadapnya.Untuk meminimalkan kesempatan orang melakukan kecurangan
perlu antara lain keteladanan dari pimpinan organisasi.
3. Needs. Kebutuhan (Needs) berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan
oleh setiap individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut perlu pendapatan/gaji yang seimbang dengan kinerja yang
ditunjukkan dalam organisasi.
4. Exposures. Pengungkapan (Exposures) berkaitan dengantindakan atau
konsekuensi yang dihadapi oieh pelaku kecuranganapabila diketahui telah
melakukan kecurangan. Untuk memastikan seseorang melakukan kecurangan
akan menghadapi tindakan yang tegas maka perlu pranata hukum yang jelas
dan tegas.
Berdasarkan teori diatas,suatu perbuatan Korupsi akan dapat muncul
apabila terdapat keadaan G-O-N-E yang cukup untuk melakukan tindakan
korupsi.
3. Nilai Nilai yang ada dalam Surat Muthaffifin ayat 1-20
1. Nilai-Nilai Kejujuran, untuk Pendidikan Antikorupsi
Tujuan Pendidikan Islam tidak hanya berpusat pada penguasaan
konsep-konsep dan keterampilan tapi lebih kepada pendidikan jiwa
dengan tujuan Insan kamil, yang tercermin pada akhlaknya. Sehingga
manusia mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi
dan hamba yang taat kepada Tuhannya. untuk mencapai tujuan tersebut
pendidikan Islam memiliki karakteristik yaitu bertumpu pada landasan
tauhid.13
Atas dasar tauhidlah semua ajaran Islam dibangun. Maka dari
itu nilai tauhid adalah yang utama dan pertama kali ditanamkan
dalam diri anak didik. Jika nilai ini tertanam dengan baik, akan muncul
kualitas-kualitas moral/akhlak mulia yang terakumulasi dalam konsep
taqwa. Sifat- sifat orang bertaqwa adalah konsekuensi logis dari
kemurnian tauhid tersebut. Kedua faktor, taqwa dan akhlak yang mulia yang
menghantarkan seseorang masuk surga.
Dengan kata lain, misi Nabi adalah terbentuknya generasi yang
berkarakter. Misi ini tercapai karena faktor Nabi sendiri sebagai figur yang
pantas diteladani. Untuk mengetahui lebih detail akhlak Nabi adalah dengan
mengkaji isi al-Qur’an.
14
Diakses dari https://pendis.kemenag.go.id/pai/berita-182-kejujuran-adalah-kunci-
kesuksesan.html#informasi_judul, pada tanggal 30 November 2021 Jam 20.19
15
Diakses dari http://www.dakta.com/news/19737/keutamaan-amanah-dalam-kehidupan-
seorang-muslim pada tanggal 30 November 2021 Jam 21.25
Khianat merupakan lawan dari amanah, khianat adalah tidak
menjalankan amanah yang dibebankan pada seseorang. Tanggung jawab
merupakan jaminan tatanan sosial dalam masyarakat berjalan dengan
semestinya.
3. Nilai Kesederhanaan untuk Pendidikan Antikorupsi
Korupsi dilakukan oleh orang yang punya kuasa baik untuk dirinya
maupun kelompok tertentu. Dalam artian, orang yang punya kekuasaan atau
jabatan adalah yang paling potensial melakukan tindakan korupsi.
Pola hidup berlebih-lebihan erat kaitannya dengan tindakan
korupsi, setidaknya pola hidup berlebihan merupakan salah satu
faktor penyebab korupsi yang sulit disembuhkan yaitu kerakusan (greedy).16
Allah mengajarkan kita agar memiliki himmah ‘aliyah yakni semangat
yang tinggi dalam beramal shalih. Jika dia melihat ada orang lain yang beramal
shalih maka dia tidak ingin kalah seakan-akan mengejar ketertinggalan, itulah
hakikatnya perlombaan. Hendaknya tidak merasa cukup dalam masalah agama,
tetapi dia selalu haus untuk meraup sebanyak-banyaknya amal shalih. Berbeda
dalam masalah dunia, kita dianjurkan untuk memiliki sifat qana’ah yaitu
merasa cukup.
Seseorang yang memiliki hati yang qana’ah dan menerima nikmat yang
Allah berikan maka seakan-akan keadaannya seperti raja dunia yaitu sama-
sama bahagia. Dalam masalah dunia hendaknya kita menerima apa yang Allah
berikan. Tetapi dalam masalah akhirat kata Allah hendaknya berlomba-lomba.
Jangan membandingkannya dengan orang yang tidak pernah shalat sama sekali
kemudian mencukupkan bagi dirinya shalat dua kali sehari. Tetapi hendaknya
dia menjadi orang yang berlomba. Jika ada orang yang di depannya dalam
masalah agama, maka dia pun berusaha mengejar orang tersebut. Inilah sikap
yang benar yang seharusnya dimiliki, karena orang-orang yang beriman
terhadap akhirat meyakini bahwa para penghuni surga juga bertingkat-tingkat.
Pola hidup berlebihan, melanggar batas-batas yang ditentukan
oleh Allah. Kita diperbolehkan menikmati karunia Allah dengan syarat
tidak berlebihan (sederhana). Salah satu nilai antisipatif untuk
membendung sikap korupsi yang sangat krusial adalah menerapkan pola
hidup sederhana.
4. KESIMPULAN
Dari analisis ayat-ayat antikorupsi, dapat disimpulkan bahwa orang
beriman yang landasan keyakinannya kokoh (tauhid) akan terpatri dalam
dirinya kejujuran, sinkron antara kata dan perbuatannya, bersikap
transparan dan egaliter. Konsekuensi logis dari keimanannya adalah
tanggung jawab, dapat dipercaya, pantang berkhianat apa pun
konsekuensinya, selalu hidup sederhana, jauh dari pola hidup berfoya- foya.
Dengan demikian nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab
dan kesederhanaan sebagai bagian dari nilai- nilai antikorupsi telah dibahas
dalam al- Qur’an dan sejalan dengan nilai-nilai pendidikan antikorupsi
16
Satriya Nugraha, Jurnal Socioscientia, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Maret 2016, Volume 8
Nomer 1
yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA