Anda di halaman 1dari 10

Hikmah wakaf, Keutamaan wakaf, Harta wakaf, dan

Pemanfaatan wakaf

Disusun oleh :

M. Hawwin Nuryaqin

Rheinhard Julianto

X MIA 6

SMA NEGERI 1 KABUPATEN TANGERANG


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah pada Program Studi Ekonomi Syari’ah
IAI AL-AZIZIYAH dengan ini penulis mengangkat judul “Wakaf”

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum
Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian wakaf dan dasar hukum wakaf ....................................... 2
B. Macam-macam wakaf ....................................................................... 6
C. Syarat dan rukun wakaf .................................................................... 7
D. Hikmah dan manfaat wakaf dalam kehidupan ................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber utama institusi wakaf adalah Alquran. Walaupun dalam Alquran, kata wakaf yang
bermakna memberikan harta tidak ditemukan sebagaimana zakat, tetapi merupakan interprestasi
ulama mujtahid terhadap ayat-ayat yang membicarakan pendermaan harta berupa sedekah dan
amal jariah.
Diantara ayat-ayat tersebut; QS. Ali Imran (3) : 92 dan QS. Al-hajj (22) : 77, para ulama
memahami ayat-ayat tersebut sebagai ibadah wakaf. Diantara mufassir itu ditemukan dalam Tafsir
Al-Manar karangan Muhammad Rasyid Ridha. Kendatipun di dalam Alquran terdapat kata-kata
wakaf ditemui sebanyak empat kali; yaitu pada QS. Al-an’am (6) : 27 dan 30, QS. Saba’ (34) : 31,
QS. Al-saffat (37) : 24, tetapi wakaf dalam ayat-ayat tersebut bukan bermakna wakaf sebagai
pemberian. Tiga ayat pertama berarti mengedepakan sedangkan ayat keempat bermakna berhenti
atau menahan. Konteks pembicaraan dalam ayat ini adalah proses ahli neraka yang akan
dimasukkan kedalam neraka. Meski demikian, Alquran dapat dikatakan sebagai sumber utama
perwakafan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf ?


2. Apa saja Hikmah dan Keutamaan Wakaf ?
3. Apa saja Harta Wakaf ?
4. Bagaimana pemanfaatannya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf
2. Untuk mengetahui Hikmah dan Keutamaan Wakaf
3. Untuk mengetahui Harta Wakaf dan Pemanfaatannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf


1. Pengertian Wakaf
Menurut bahasa wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-
tahbis (tertahan) , al-tasbil (tertawan) dan al-man’u (mencegah) .[1] Perkataan wakaf yang
menjadi bahasa Indonesia, berasal dari bahsa Arab dalam bentuk masdar atau kata yang dijadikan
kata kerja atau fi’il waqafa. Kata kerja atau fi’il waqafa ini adakalanya memerlukan objek
(muta’addi). Dalam perpustakaan sering ditemui sinonim waqf ialah habs Waqafa dan habasa
dalam bentuk kata kerja yang bermakna menghentikan dan menahan atau berhenti di tempat.[2]
Sedangkan menurut istilah syara, ialah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk
diambil manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya,
artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan
untuk diambil manfaatnya saja.
Ada beberapa pengertian tentang wakaf antara lain:
a. Menurut mazhab syafi’i dan hambali adalah seseorang menahan hartanya untuk bisa
dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut sebagai
taqarrub kepada Allah ta’alaa.
b. Menurut imam Abu Hanafi adalah menahan harta-benda atas kepemilikan orang yang berwakaf
dan bershadaqah dari hasilnya atau menyalurkan manfaat dari harta tersebut kepada orang-orang
yang dicintainya. Berdasarkan definisi dari Abu Hanifah ini, maka harta tersebut ada dalam
pengawasan orang yang berwakaf (wakif) selama ia masih hidup, dan bisa diwariskan kepada ahli
warisnya jika ia sudah meninggal baik untuk dijual atau dihibahkan.
c. Menurut mazhab Maliki adalah memberikan sesuatu hasil manfaat dari harta, dimana harta
pokoknya tetap/lestari atas kepemilikan pemberi manfaat tersebut walaupun sesaat.
d. Menurut Peraturan Pemerintah / PP No.41 tahun 2004 adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan sebagian benda miliknya, untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam jangka waktu
tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wakaf itu termasuk salah satu
diantara macam pemberian, akan tetapi hanya boleh diambil manfaatnya, dan bendanya harus tetap
utuh. Oleh karena itu, harta yang layak untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis dipakai
dan umumnya tidak dapat dipindahkan, misalnya tanah, bangunan dan sejenisnya. Utamanya
untuk kepentingan umum, misalnya untuk masjid, mushala, pondok pesantren, panti asuhan, jalan
umum, dan sebagainya.
Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka berwakaf
bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan manfaatnya terhadap orang
yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus menerus selama barang atau benda yang
diwakafkan itu masih berguna dan bermanfaat. Hukum wakaf adalah sunah.
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Akan tetapi, harta
wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum
sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits Nabi yang artinya: “Sesungguhnya Umar
telah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah SAW; Wahai
Rasulullah apakah perintahmu kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau menjawab:
Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan petunjuk beliau
itu, Umar menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak akan dijual tanahnya, tidak
dihibahkan dan tidak pula diwariskan.”(HR Bukhari dan Muslim).
2. Dasar Hukum Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari :
a. Ayat Al-Quran, antara lain : Q.S Al-Hajj ayat 77 dan Ali Imran ayat 92
b. Sunnah Rasulullah SAW.
َّ ‫ضا ِبخَـ ْيبَ َر َفأَتَى النَّ ِب‬
‫ي‬ ً ‫ع َم َر أ َ ْر‬ُ ‫اب‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫ أ‬: ‫ع ْن ُه َما قَا َل‬ َ ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫َع ْن اب ِْن‬ .c

‫ضا ِبخَـ ْي َب َر‬ ً ‫صـ ْبتُ أ َ ْر‬ ِ ُ ‫س ْو ُل هللا ِإنِي أ‬ ُ ‫ار‬ َ ‫ َي‬:‫سلَّ َم يَ ْسـتَأ ْ ِم ُر فِ ْي َها فَقَا َل‬َ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو‬ َ
‫س ْو ُل هللا صلى‬ ْ
ُ ‫ فَقَا َل لَهُ َر‬. ‫ِي ِم ْنهُ فَ َما تَأ ُم ُر ِن ْي ِب ِه‬ ْ ‫س ِع ْند‬ َ ٌّ
ُ َ‫صبْ َماالً قَط ُه َو أ ْنف‬ ُ
ِ ‫لَ ْم أ‬
‫ أَنَّ َها‬،‫ع َم ُر‬ َ ‫ت بِ َها فَتَـ‬
ُ ‫صـدَّقَ بِ َها‬ َ ‫صدَّ ْق‬َ َ ‫صلَ َها َوت‬ ْ َ‫ت ا‬ َ ‫ت َحبَ ْس‬ َ ْ‫ إِ ْن ِشئ‬، ‫هللا عليه وسلم‬
‫اء َوفِي ْالقُ ْربَى َوفِي‬ ِ ‫صـدَّقَ بِ َها فِي ْالفُـقَ َر‬ َ ‫ قَا َل َوتَـ‬.‫ث‬ ُ ‫َـب َوالَت ُ ْو َر‬ ُ ‫الَتُبَاعُ َوالَت ُ ْوه‬
‫ْف الَ ُجنَا َح َعلَى َم ْن َو ِليُّ َها أ َ ْن‬ ِ ‫ضي‬ َّ ‫س ِب ْي ِل َوال‬ َّ ‫س ِب ْي ِل هللا َواِب ُْن ال‬ َ ‫ب َوفِي‬ ِ ‫الرقَا‬ ِ
ْ
‫ف َويُـط ِع ُم َغي َْر ُمتَـ َم ِول‬ ِ ‫يَأ ْ ُك َل ِم ْن َها ِبال َمـ ْع ُر ْو‬
ْ
Artinya: "Dari Ibnu Umar ra. berkata : 'Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang tanah di
Khaibar, kemudian Umar ra. menghadap Rasulullah saw. untuk meminta petunjuk. Umar
berkata: "Hai Rasulullah saw., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?" Rasulullah
saw. bersabda: "Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan
(hasilnya). "kemudian Umar mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola), tidak dijual, tidak di
hibahkan dan tidak di wariskan. Ibnu Umar berkata: "Umar menyedekahkannya (hasil
pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil
dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (Nadhir) wakaf makan dari hasilnya dengan
cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud
menumpuk harta" (HR. Muslim).
Dalam sebuah hadits lain disebutkan:
‫ أ َ ْو َولَد‬،‫ أ َ ْو ِع ْلم يُ ْنـتَفَ ُع بِ ِه‬،‫اريَة‬ َ :‫ط َع َع َمـلُهُ إالَّ ِم ْن ثَـالَث‬
ِ ‫صدَقَة َج‬ َ ‫ات اب ُْن آدَ َم ا ْنقَـ‬ َ ‫إذَا َم‬ .d

‫ رواه مسلم‬.ُ‫عو لَه‬ ُ ‫صا ِلح يَ ْد‬


َ
Artinya: "Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara:
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya". (HR.Muslim)[3]
c. Dalil Ijma' :
Imam Al-Qurthuby berkata: Sesungguhnya permasalahan wakaf adalah ijma (sudah disepakati)
diantara para sahabat Nabi; yang demikian karena Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah,
Fathimah, Amr ibn Al-Ash, Ibnu Zubair, dan Jabir, seluruhnya mengamalkan syariat wakaf, dan
wakaf-wakaf mereka, baik di Makkah maupun Madinah, sudah dikenal masyhur oleh khalayak
ramai. (Lihat: Tafsir Al-Qurthuby: 6/339, Al-Mustadrah 4/200, Sunan Al-Daraquthny 4/200, Sunan
Al-Baihaqy 6/160, Al-Muhalla 9/180).

Jabir berkata: Tiada seorangpun dari sahabat Nabi yang memiliki kemampuan dan kelapangan
rizqi, kecuali pasti pernah mewakafkannya. (Lihat: Al-Mughni 8/185, Al-Zarkasyi 4/269). Ibnu
Hubairah berkata: Mereka sepakat atas dibolehkannya wakaf. (Lihat: Al-Ifshah 2/52).
Imam Syafii berkata: Telah sampai riwayat kepadaku bahwa ada 80 orang sahabat Nabi dari
kalangan Anshar yang mengeluarkan shadaqah dengan shadaqah mulia. Imam Syafii menyebut
wakaf dengan nama shadaqah mulia.
Imam Tirmidzi menyatakan: Wakaf telah diamalkan oleh para ulama, baik dari kalangan sahabat
Nabi maupun yang lainnya, saya tidak melihat ada perbedaan pendapat di kalangan ulama
mutaqaddimin tentang bolehnya wakaf, baik wakaf tanah maupun wakaf yang lainnya.” (Lihat:
Sunan Tirmidzi 5/13 setelah hadits no. 1375).

Hikmah dan Keutamaan Wakaf


Adapun manfaat wakaf bagi orang yang menerima atau masyarakat adalah:
Mampu menghilangkan kebodohan dan mencerdaskan ummat.Mampu menghilangkan atau
mengurangi tingkat kemiskinan.Mampu menghilangkan atau mengurangi kesenjangan sosial sehingga
laju ekonomi tidak terpusat pada kelompok masyarakat ekonomi kelas atas saja.Mampu menstimulus
kemajuan serta meningkatkan kesejahteraan ummat.
1. Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad, Panduan Wakaf, Hibah dan Wasiat dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah, Penerjemah; Abu Hudzaifah, Penerbit: Pustaka Iman Syafi’i, 2008. dan Rasyid, H.
Sulaiman, Fiqih Islam (Hukum Fiqh Islam), Penerbit Sinar Baru Algensindo, Cetakan ke-34, 2001.
2. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab “Asy-Syuruuth”, Bab ”As-Syuruut fil Waqf,” (no.
2737) dan Muslim Kitab ”al-Washiyyah”, Bab ”al-Waqf” (no. 1633) dari Ibnu Umar Radiyallahu
anhuma.
3. Rasyid, H. Sulaiman, Fiqih Islam (Hukum Fiqh Islam), Penerbit Sinar Baru Algensindo,
Cetakan ke-34, 2001.
4. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah (IV/282), Bab ”al-Waqf”, Pentahqiq: Syaikh Muhammad
Naashiruddin Al-Albani, Penerbit: Daarul Fath, Cetakan Kedua, Tahun 1419 H/1999 M. Sayyid Sabiq
berkata: dan yang dimaksud dengan shadaqah jariyah adalah wakaf.
5. Diriwayatkan oleh Muslim (III/ 1255) dalam Kitab “al-Washiyyah”, Bab “Maa Yalhaqul Insaan
minast tsawaabi ba’da wa faatihi”, Abu Daud (III/300) dalam Kitab ”al-Washiyyah”, Bab ”Ash-
shadaqatu ’anil mayyit”, An-nasa’i (VI/251) dalam Kitab ”al-Washiyyah”, Bab ”Fadhlush shadaqah ’anil
mayyit”, At-Tirmidzi (III/651) dalam Kitab ”Al-Ahkaam”, Bab ”Fil Waqf” dan At-Tirmidzi berkata :
Hadits Hasan Shahih.
6. Muttafaqun ’alaih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (V/97, Al-fath) dan Muslim (2580) dari
sahabat Ibnu Umar Radiyallaahu ‘Anhuma.
Harta wakaf dan Pemanfaatan wakaf
Berdasakan hadist Rasulullah S.A.W. dan amal para sahabat, harta wakaf berupa benda yang tidak
habis dipakai dan tidak rusak jika dimanfaatkan, baik benda bergerak maupun tidak bergerak. Sebagai
contoh Umar Bin Khattab ra. Mewakafkan sebidang tanah di Khaibar. Khalid bin Walid ra. mewakafkan
pakaian perang dan kudanya.
Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka
panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Harta benda
wakaf terdiri dari benda tidak bergerak, dan benda bergerak.

1. Wakaf benda tidak bergerak, yaitu


· Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku,
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
· Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
· Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
· Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Tata cara perwakafan tanah milik secara berurutan dapat diuraikan sebagai berikut:
§ Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya diharuskan datang
sendiri dihadapan PPAIW untuk melaksanakan ikrar Wakaf.
§ Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu harus menyerahkan surat – surat
(sertifikat, surat keterangan dll) kepada PPAIW.
§ PPAIW meneliti surat dan syarat – syaratnya dalm memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah.
§ Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas, tegas dan dalam
bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW maka dapat membuat ikrar secra tertulis
dengan persetujuan dari kandepag.
§ PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat dalam daftar akta ikrar wakaf dan
menyimpannya bersama aktanya dengan baik.

Ø Sertifikasi Tanah Wakaf


Dalam praktek di Indonesia, masih sering ditemui tanah wakaf yang tidak disertifikatkan.
Sertifikasi wakaf diperlukan demi tertib administrasi dan kepastian hak bila terjadi sengketa atau
masalah hukum. Sertifikasi tanah wakaf dilakukan secara bersama oleh Departemen Agama dan
Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pada tahun 2004, kedua lembaga ini mengeluarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala BPN No. 422 Tahun 2004 tentang Sertifikasi
Tanah Wakaf. Proses sertifikasi tanah wakaf dibebankan kepada anggaran Departemen Agama.
Ø Ruilslag Tanah Wakaf
Nadzir wajib mengelola harta benda wakaf sesuai peruntukan. Ia dapat mengembangkan potensi
wakaf asalkan tidak mengurangi tujuan dan peruntukan wakaf. Dalam praktek, acapkali terjadi
permintaan untuk menukar guling (ruilslag) tanah wakaf karena alasan tertentu. Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2006 memperbolehkan tukar guling atau penukaran harta benda wakaf
dengan syarat harus ada persetujuan dari Menteri Agama
Ø Sengketa Wakaf
Penyelesaian sengketa wakaf pada dasarnya harus ditempuh melalui musyawarah. Apabila
mekanisme musyawarah tidak membuahkan hasil, sengketa dapat dilakukan melalui mediasi,
arbitrase, atau pengadilan.
2. Wakaf benda bergerak
· Uang
Wakaf uang dilakukan oleh LKS yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dana wakaf berupa uang
dapat diinvestasikan pada aset – aset financial dan pada asset riil.

· Logam mulia,
Logam mulia yaitu logam dan batu mulia yang sifatnya memiliki manfaat jangka panjang.
· Surat berharga
· Kendaraan
· Hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Haki mencakup hak cipta, hak paten, merek dan
desain produk industri.

Anda mungkin juga menyukai