Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HADITS TENTANG MUDHAROBAH (INVESTASI)


(Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Hadits Ahkam)

Dosen Pengampu:
Supriyadin Hasibuan, M.Sy.

Disusun Oleh :

Nanda Kusuma 19.1233


Sariani 19.1237

SEMESTER 4/A2
HUKUM EKONOMI SYARI’AH
STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
pemikiran kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah yang membahas Hadits
Tentang Mudharobah (Investasi) ini dengan tepat waktu.
Penulis dengan penuh rendah hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih
kepada bapak Supriyadin Hasibuan, M.Sy. selaku dosen mata kuliah Tafsir Hadits
Ahkam telah banyak memberikan bimbingan dan waktunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Dan penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kapada
semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya sebagai penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang konstruktif selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bintan, 09 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN .........................................................................


A. Latar Belakang ..........................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................

BAB II :PEMBAHASAN .........................................................................


A. Teks Hadits tTentang Jual Beli dengan Akad Salam ..................
B. Mufradat ....................................................................................
C. Unsur Hadis ...............................................................................
D. Kualitas Hadits ..........................................................................
E. Asbabul Wurud..........................................................................
F. Istinbath Hadits..........................................................................

BAB III :PENUTUP...................................................................................


A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dikehidupan ini kita saling membutuhkan untuk bekerjasama, dan kita ini
adalah mahkluk sosial yang tida bisa hidup sendiri , dalam artian kita pasti butuh
orang lain untuk membantu kita, bekerjasama agar terciptanya keselarasan dan tujuan
yang di inginkan. Di al quran juga disebutkan agar kita bekerjasama , saling
membantu satu sama lain. Di islam di kenal dengan mudharabah , yang intinnya
bekerjasama antara dua pihak ataupun lebih dengan syarat dan ketentuan tertentu.
Mudharobah merupakan salah satu bentuk kerja sama yang sampai saat ini banyak
dipakai dalah hal pengolahan usaha. Mudharobah ini dikenal dengan kerja sama yang
saling menguntungkan bagi pihak yang berkerja sama dan memang terdapat di dalam
hadits Nabi SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teks hadits tentang mudharobah?
2. Bagaimana mufradat hadits tentang mudharobah?
3. Apa saja unsur unsur hadits tentang mudharobah?
4. Bagaimana kualitas hadits tentang mudharobah ini?
5. Apa aswabul wurud hadits tentang mudharobah ini?
6. Bagaimana istinbath hukum yang terkandung dalam hadits tentang mudharobah?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengentahui Bagaimana teks hadits tentang mudharobah
2. Dapat mengentahui Bagaimana mufradat hadits tentang mudharobah
3. Dapat mengentahui Apa saja unsur unsur yang terdapat dalam hadits
4. Dapat mengentahui kualitas hadits tentang mudharobah
5. Dapat mengentahui Apa aswabul wurud hadits
6. Dapat mengentahui Bagaimana istinbath hukum yang terkandung dalam hadits
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teks Hadits Tentang Mudharabah

‫ أَنههُ َدفَ َع ِإلَى يَ ُهو ِد َخ ْيبَ َر نَ ْخ َل‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫َّللا‬
ِ ‫سو ِل ه‬ ُ ‫ع َم َر َع ْن َر‬ ِ ‫َع ْن نَافِعٍ َع ْن َع ْب ِد ه‬
ُ ‫َّللا ب ِْن‬
‫َط ُر ث َ َم ِرهَا‬ ْ ‫ ش‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫َّللا‬
ِ ‫ض َها َعلَى أ َ ْن يَ ْعت َِملُوهَا ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َو ِل َرسُو ِل ه‬ َ ‫َخ ْيبَ َر َوأ َ ْر‬
Artinya : “Dari Nafi‟, dari „Abdullah bin „Umar, bahwasannya Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam menyerahkan kepada bangsa Yahudi
Khaibar kebun kurma dan ladang daerah Khaibar, agar mereka yang
menggarapnya dengan biaya dari mereka sendiri, dengan perjanjian,
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendapatkan separuh dari hasil
panennya.” (HR. Bukhari no. 2329 dan Muslim no. 1551).

B. Mufradat

Khaibar kebun kurma: ‫َخ ْي َب َر وَ ْخ َل َخ ْيبَ َر‬ Dari : ْ‫عه‬


َ

َ ‫َوأ َ ْر‬
ladang daerah Khaibar: ‫ض َها‬ َ ‫َوأ َ ْر‬
ladang daerah Khaibar: ‫ض َها‬

agar mereka menggarapnya: ‫أَنْ يَعْت َ ِملُىهَا‬ Kepada : ‫إِلَى‬

biaya mereka sendiri: ‫أ َ ْم َىا ِل ِه ْم‬ Bangsa Yahudi : ‫يَ ُهى ِد‬

mendapatkan separuh hasil panennya:


‫ش ْط ُر ث َ َم ِرهَا‬
َ
C. Unsur Hadits
Sebuah riwayat bisa disebut sebagai hadits apabila riwayat itu memenugu lima
unsur penting wang wajib ada dan kelima unsur tersebut menjadi petimbahangan
terhadap dan penilaian apakah riwayat tersebut masuk ke dalam katagori shahih,
hasan atau dhaif. Kelima unsur tersebut yaitu:
1. Rawi
Rawi adalah informan atau orang yang menyampaikan riwayat dari Nabi
Muhammad SAW yang terdiri atau sahabat, tabi’in, dan seterusnya. Adapun
sifat yang harus dimiliki oleh seorang rawi yaitu: tidak banyak salah, teliti,
bukan pembohong, bukan orang yang ragu-ragu, bukan orang fasik, kuat
hafalannya, tidak sering bertentangan denganrawi yang lain, dan minimal
dikenal oleh dua orang ahli hadits pada masanya.
2. Sanad
Sanad adalah silsilah atau kumpulan rawi dari sahabat hingga orang terakhir
yang meriwayatkannya.
3. Mukharrij

Mukarrij adalah rawi yang terakhir yang menuliskan riwayat yang ia dapat
dalam sebuah catatan.

4. Shiyaghul ada’
Shiyaghul ada’ adalah redaksi yang dipakai oleh seoarang rawi yang
meriwayarkan sebuah hadits.
5. Matan
Matan adalah redaksi yang dari riwayat yang disampaikan oleh rawi dari
perkataan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Dari penjelasan mengenai unsur unsur hadits tersebut, dapat kita simpulakan
bahwa hadits tentang Mudharabah di atas mengandung unsur unsur, yaitu:
a. Yang sebagai rawi adalah Nafi,i dan Abdullah bin Umar
b. Dari hadits tentang mudharabah di atas terdapat dua perawi yaitu dari
Nafi’i dari Abdullah sehingga sanadnya bersambung.
c. Dalaam hadits tersebut yang menjadi mukarrij adalah Imam Bukhari dan
Imam Muslim.
d. Yang tergolong dalam katagori Shiyaghul ada’yaitu lafadz ‘an Redaksi-
redaksi ini nantinya akan mempengaruhi kualitas sebuah sanad, khususnya
dalam hal apakah sanad tersebut bersambung sampai kepada Nabi atau
terputus.
e. Matan yang terdapat dalam hadits di atas yaitu ,Rasulullah menyerahkan
kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang daerah Khaibar,
agar mereka menggarapnya dengan biaya mereka sendiri, dengan
perjanjian, Rasulullah mendapatkan separuh hasil panennya.

D. Kualitas Hadits
Para ulama membagi kualitas hadist menjadi tiga, yaitu hadist shahih, hasan
dan dhaif.
1. Hadist Shahih
Hadist shahih adalah hadist yang disandarkan kepada Nabi saw yang
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit
hingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak ber'illat.
2. Hadis hasan
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya tersambung, dengan perantara
perawi yang adil, yang sedikit lemah hafalannya, tidak ada syadz (berbeda
dengan hadis yang lebih shahih) dan illat (penyakit). al-hasan secara bahasa
merupakan sifat musyabahah dari kata al-husna yang berarti al-jamal, yang
baik / bagus.
3. Hadis Dhaif
Hadis dhaif adalah hadis yang lemah Artinya, para ulama menilai bahwa
suatu hadis memiliki kelemahan yang cukup serius sehingga menyebabkan
mereka kurang yakin bahwa hadis tersebut bersumber dari Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kami tidak menemukan kualitas dari hadis diatas, tetapi dilihat dari perawi
yaitu Nafi bin Sarjis Abu Abdullah ad-Dailami dan Abdullah bin Umar dan juga
banyak ustad yang merekomendasikan hadis ini diantaranya Ustadz Fadly Gugul
dan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal kami simpulkan kalau hadis ini dapat
dipercaya
E. Asbabul Wurud
Asbabul wurud merupakan konteks historisitas yang melatar belakangi
munculnya suatu hadis. Asbabul Wurud disamakan dengan ilmu asbab an-nuzul.
Dilihat dari segi sebab-sebab muncul/lahirnya, para ahli hadis membagi hadis
kepada dua bagian, yaitu hadis-hadis yang memiliki asbab al-wurud dan hadis
yang tidak memiliki asbab al-wurud.
Pada umumnya, hadis yang memiliki asbab al-wurud terdiri atas hadis-hadis
yang berkaitan dengan perbuatan manusia/hukum. Sedangkan hadis-hadis yang
tidak berkaitan dengan perbuatan manusia tidak banyak yang memiliki asbab al-
wurud. Hal ini disebabkan, kebanyakan hadis itu muncul karena adanya
pertanyaan sahabat tentang hukum suatu kejadian atau perbuatan yang mereka
saksikan. Pada hadis-hadis yang memiliki asbab al-wurud, adakalanya asbab al-
wurud-nya disebut dalam matan/teks hadis yang bersangkutan, dan adakalanya
tidak disebut dalam teksnya sendiri, melainkan disebut pada tempat lain.
Pada hadits di atas dapat dilihat bahwa nabi menerapkan kerja sama dengan
akad Mudharabah bahkan dengan kaum yahudi dngan membuat beberapa
perjanjian yg adi bagi kedua belah pihak.

F. Istinbath Hadits

Pada hadits ini dengan jelas dinyatakan bahwa perkebunan kurma dan
ladang daerah Khaibar yang telah menjadi milik umat Islam dipercayakan
kepada orang Yahudi setempat, agar dirawat dan ditanami. Adapun
perjanjiannya adalah dengan bagi hasil 50% banding 50%. Pembagian bagi
hasil ini ditetapkan dari hasil panen, bukan dari modal yang ditanam oleh si
pemodal.

Pada akad mudharabah, asas keadilan benar-benar harus dapat


diwujudkan. Yang demikian itu dikarenakan kedua belah pihak yang terkait,
sama-sama merasakan keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana mereka semua
menanggung kerugian bila terjadi secara bersama-sama, pemodal menanggung
kerugian materi (modal), sedangkan pelaku usaha menanggung kerugian non-
materi (tenaga dan pikiran). Sehingga pada akad mudharabah tidak ada seorang
pun yang dibenarkan untuk mengeruk keuntungan tanpa harus menanggung
resiko usaha.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada akad mudharabah, asas keadilan benar-benar harus dapat diwujudkan. Yang
demikian itu dikarenakan kedua belah pihak yang terkait, sama-sama merasakan
keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana mereka semua menanggung kerugian bila
terjadi secara bersama-sama, pemodal menanggung kerugian materi (modal),
sedangkan pelaku usaha menanggung kerugian non-materi (tenaga dan pikiran).
Sehingga pada akad mudharabah tidak ada seorang pun yang dibenarkan untuk
mengeruk keuntungan tanpa harus menanggung resiko usaha.

B. Saran
Dalam pembahasan makalah ini kami yakin masih memiliki banyak kekurangan.
Kami berharap kritik dan saran kepada seluruh pembaca agar dalam pembuatan makalah
yang akan datang dapat terselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaiakan makalah
ini.Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://muslim.or.id/19658-memanfaatkan-modal-dalam-islam.html

https://islam.nu.or.id/post/read/84943/ini-lima-unsur-dasar-pada-sebuah-hadits

https://m.merdeka.com/trending/pengertian-hadis-beserta-syarat-dan-unsurnya-wajib-
diketahui-umat-islam.html?page=all

https://bimbinganislam.com/penjelasan-ringkas-mudharabah-atau-bagi-hasil/

Anda mungkin juga menyukai