Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PENULISAN AL – QUR’AN

Makalah

Mata Kuliah : Studi Al – Qur’an

Dosen : Endah Tri Wisudaningsih M.Pd.I

KELOMPOK III

Disusun oleh :

1. Himmatul Bariroh (7265)


2. Fika Hoirinah (7258)
3. Islamiatul Ula (7276)

KELAS 1 B PAI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Ilahi rabbi karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, serta sholawat dan
salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW yang
mana telah melimpahkan taufiq serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang di amanhkan kepada kami pada mata kuliah studi qur an serta
sebagai wasillah untuk memperdalam tentang studi Al qur an dan pihak lain yang
berkenan membacanya,makalah ini bahasanya sangat sederhana dan fokus pada pokok
bahasan sehingga mudah di pahami dan di mengerti serta memiliki ruang lingkup yang
terbatas pada judul di atas.

namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah
mendatang. Dala dan m menyusun makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak.untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.kami berharap mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kraksaan, 13 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

BAB I ......................................................................................................................ii

PENDAHULUAN .................................................................................................iii

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1


B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Masalah .....................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengumpulan al-qur’an...........................................................................3
B. Rasm al qur’an.......................................................................................10
BAB III...................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. KESIMPULAN..........................................................................................13
B. SARAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-qur’an adalah keajaiban Islam yang tidak dapat dihancurkan, dan kemajuan
ilmu pengetahuan terus mendukung keajaibannya. Rasulullah SAW menerimanya
dari Allah SWT. Ada banyak kata atau pengucapan dalam Al-qur’an yang berbeda
dalam penulisan dari tulisan resmi bahasa Arab, dan itu bisa jadi terbukti dari catatan
sejarah bahwa kaidah penulisan bahasa Arab. Huruf hijaiyah yang terdapat disetiap
mushaf tetap dipertahankan oleh penulis sesuai dengan apa yang ditulis para Sahabat
Nabi.
Pada masa Nabi, tulisan Al-qur’an masih berserakan di lembaran-lembaran dan
belum tertata atau berurut dengan sempurna. Setiap wahyu yang Allah SWT
turunkan kepada Nabi langsung dituliskan oleh para Sahabat semasa Nabi masih
hidup, dan hal ini dilakukan agar menjaga kesucian Al-qur’an. Selain itu, proses
reduksi ayat Al-qur’an terus berlangsung, sehingga sulit untuk disempurnakan secara
berurutan. Meskipun semua ayat Al-qur’an ditulis pada masa Nabi, baik huruf
maupun ayatnya sendiri tidak di kompilasi.

‫اِنَّا نَحْ ُن نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُ ْو َن‬1


Artinya : “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
pasti kami (pula) yang memeliharanya”. ( QS. Al-Hijr : 9 ) 2

Sejak wafatnya Nabi atau masa Khalifahnya Abu Bakr Ash-Shiddiq, sejarah
penulisan Al-qur’an melibatkan pencatatan dan pengumpulan halaman-halaman
mushaf. Naskah tersebut disimpan oleh Khalifah Umar bin Khattab hingga wafatnya,
kemudian oleh putri Umar, Hafshah binti Umar, dan terakhir diberikan kepada
Khalifah Utsman bin Affan untuk diamankan.
1
Al-qur’an,15:9
2
Departemen Agama (Depag), Al-quran dan terjemahan, (cetakan 8: Surabaya:
Pustaka Indah, 2010), (hal 15:9).

1
Rumusan masalah

1. Bagaimana pengumpulan al qur’an?


2. Bagaimana cara mempelajari rasm al qur’an?

Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui sistem pengumpulan al qur’an


2. Untuk mengetahui rasm al qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUMPULAN AL-QUR’AN
Lafadz qara’a, yang di terjemahkan menjadi “mengumpulkan dan
mengumpulkan” adalah arti Al-qur’an dalam bahasa aslinya. Dan dari lafadz qira’ah,
yang berarti menyatukan huruf dan kata dari sumber yang berbeda menjadi pidato
yang tertata dengan baik. Al-qur’an aslinya ditulis dengan cara yang sama dengan
qira’ah, menggunakan infinitif masdhar dari kata qara’a, qira’atan, dan qur’an.

١٨3 ۚ ٗ‫ فَاِ َذا قَ َر ۡا ٰنهُ فَاتَّبِ ۡع قُ ۡر ٰانَه‬١٧ ۖ  ۚٗ‫اِ َّن َعلَ ۡينَا َجمۡ َعهٗ َوقُ ۡر ٰانَه‬
Artinya :
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu”4. (Al;-Qiyamah :17-18)

ِ ‫َواِ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ ٰا ُن فَا ْستَ ِمع ُْوا لَهٗ َواَ ْن‬
‫صتُ ْوا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم ْون‬ 5

Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu
mendapat rahmat6.(QS. Al-a'raf: 204).

Mayoritas ulama’ menegaskan bahwa kitab yang menyandang nama Al-qur’an ini
adalah salah satu kitab Tuhan karena memuat dasar-dasar semua kitab dan ilmu. Selain
itu, sebagian ulama’ berpendapat bahwa Al-qur’an pada mulanya tidak memuat hamzah
sebagaimana turunan. Hal ini bisa disebabkan karena ia digunakan sebagai nama untuk
kata yang diwahyukan kepada Nabi daripada kata yang berasal dari kata qarana. Ayat-

3
Al-Qura’an,75:17,18
4
Departemen Agama (Depag), Al-qur’an dan Terjemahan, (cetakan 10: Jakarta:
Pustaka Indah, 2008), (hal 75:17-18).
5
Al-Qur’an,7:204
6
Departemen Agama (Depag), Al-qura’an dan Terjemahan, (Cetakan 10: Jakarta:
Pustaka Indah, 2008), (hal 7:204).

3
ayatnya mirip satu sama lain, kata “asy-sya’il” yang juga berarti “menghubungkan
sesuatu dengan yang lain “ juga berasal dari kata kerja “qara’in” yang berarti “
berpasangan”. Oleh karena itu, surat itu asli. Pendapat ini, disisi lain, masih diragukan.
Apalagi, pendapat awal itu benar.

Allah menambahkan dalam firman-nya yang berbunyi :


ۤ ۤ
‫َّطنَا فِى‬ َ َ‫ض َواَل ٰط ِٕى ٍر ي َِّط ْي ُر بِ َجن‬
ْ ‫اح ْي ِه آِاَّل اُ َم ٌم اَ ْمثَالُ ُك ْم ۗ َما فَر‬
ِ ْ‫َو َما ِم ْن َدابَّ ٍة فِى ااْل َر‬
‫ب ِم ْن َش ْي ٍء ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم يُحْ َشر ُْو َن‬
ِ ‫ْال ِك ٰت‬
7

Artinya :

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya
merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun
yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan8.(QS. Al an'am: 38)

1. Penulisan Al Qur’an Pada Masa Nabi

Isi Al-qur’an tidak hanya dipahami dan dihafalkan, tetapi juga ditulis ketika Nabi
masih hidup. Dia telah menunjuk para Sahabat terkemuka seperti Ali, Muawiyah, ‘Ubai
bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit untuk menulis wahyu. Pada masa Nabi Muhammad
SAW, belum ada satupun naskah yang memuat Al-qur’an. Karena sebagian ayat dalam
Al-qur’an bersifat dinasikh, yang berarti “diganti tidak dipakai”, dan diturunkan secara
bertahap dari waktu ke waktu. Jangka waktu dua puluh tahun atau lebih. Beliau
menginstruksikan para Sahabat untuk menuliskannya dan menunjukkan letak ayat
tersebut dalam surah tersebut sehingga memudahkan penulis untuk menghafal setiap
halaman Al-qur’an ditulis oleh sebagian Sahabat pada pelepah kurma, lempengan batu,

7
Al Qura’an 6: 38

8
Departemen Agama (Depag), Al-qur’an dan Terjemahan, (Cetakan 9: Surabaya:
Pustaka Pelita, 2009), (hal 6:38).

4
daun lontar, kulit kayu atau daun kayu, pelana, dan pecahan tulang semuanya tanpa
petunjuk Nabi.

َ ‫ث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّ َن َرس ُْواًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُ ْوا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُ َز ِّك ْي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِك ٰت‬
‫ب‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذيْ بَ َع‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِي ۙ ٍْن‬
َ ‫ َو ْال ِح ْك َمةَ َواِ ْن َكانُ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي‬9
2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa)
mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun
sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyat10a.(QS. Al jumuah: 2)

‫اس َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكر ُْو َن‬ َ ‫الزب ۗ ُِر َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَي َِّن لِلن‬ ِ ‫بِ ْالبَي ِّٰن‬
ُّ ‫ت َو‬ 11

Artinya :

(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-


kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan
kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka
memikirkan,12 (Qs. An-nahl:44).

Hal ini menunjukkan betapa sulitnya para Kuttabul Wahyi untuk menulis Al-qur’an.
Mereka mungkin tidak memiliki peralatan menulis pada saat itu, sehingga hafalan
mereka semakin baik dan para Sahabat hanya menulis apa yang dikatakan Nabi.

Pada masa Nabi, tulisan-tulisan Al-qur’an tidak disusun menjadi satu manuskrip, dan
apa yang dimiliki seseorang tidak selalu menjadi milik orang lain. Menurut para ulama’,
pada masa Nabi, sekelompok dari mereka, termasuk Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal,
‘Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud, telah hafal seluruh Al-
qur’an. Mereka juga menyebutkan bahwa Zaid bin Tsabit adalah yang terakhir dari
orang-orang tersebut. Membaca Al-qur’an didepan Nabi.

9
Al qura’an:62,2
10
Departemen Agama (Depag), Al-quran dan Terjemahan, (Cetakan 9: Surabaya:
Pustaka Pelita: 2009), (hal 62:2).
11
Al qura’an : 16,44
12
Departemen Agama (Depag), Al-qur’an dan Terjemahan, (Cetakan 9: Surabaya:
Pustaka Pelita: 2009), (hal 16:44).

5
Para Sahabat pada masa Nabi selalu memberikan Al-qur’an kepada Rasulullah SAW
dalam bentuk tulisan dan hafalan agar ayat-ayat yang dipisahkan darinya dapat disusun
dan dikumpulkan dalam surat-suratnya sendiri dengan petunjuk dan kesimpulan
langsung. Memahami istilah diperlukan sebelum melenjutkan bahwa Al-qur’an dengan
sejarah akuntansi Al-qur’an.

Secara khusus, bacaan terakhir yang dilakukan Nabi dengan malaikat Jibril sesaat
sebelum dia meninggal. Kita tahu bahwa ayat-ayat Al-qur’an diturunkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan, dan Al-qur’an masih mengalami perubahan dan
kelahiran pada saat itu. Setiap tahun, pada malam Ramadhan, malaikat Jibril
membacakan Al-qur’an kepada Rasulullah. Nabi didatangi malaikat Jibril saai itu untuk
mengajarinya membaca, menunjukkan kepadanya cara menuyusun ayat dan huruf,
hingga membuat Al-qur’an standar, membuang yang tidak ada, dan seterusnya. Oleh
karena itu, setaip tahun, Al-‘Ardhoh terjadi dua kali pada akhir usianya, di Al-‘Ardhotil
Akhiroh, yang menunjukkan bahwa Al-qur’an bisa sempurna dalam segala hal.

Sebelum meneruskan sejarah pembukuan al-qur’an perlu dipahami tentang istilah:

a. Al-‘Ardlotul Akhirah

Khususnya bacaan tujuh huruf, yang menjelaskan bahwa Al-qur’an diturunkan


dalam tujuh huruf. Fakta bahwa wajah bacaan Al-qur’an dan dialek bahasa
Arabyang berbeda dari satu daerah ke daerah lain memperjelas bahwa ada
keterkaitan disini. Akibatnya, Nabi meminta kelonggaran dan akhirnya diberikan
kelonggaran untuk membaca hingga tujuh huruf (tujuh dialek berbeda). Karena
itu mencakup semau huruf dan wajah qira’ah yang dipilih di antara para lahjah
karena satu alasan yang membuatnya memudahkan mereka untuk membaca,
menghafal, dan memahaminya. Al-qur’an yang diturunkan Allah kepada Rasul-
nya, Muhammad, menyempurnakan makna mukjizatnya.13.

b. Al-Ahrufus Sab’ah

Para sahabat Abu Bakr menjalankan urusan Islam setelah wafatnya Nabi dan
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa penting seperti banyaknya murtad dan

13
H. Maftuh Basthuh birri, Al Qur’an Rosm ‘Ustmaniy (Kediri:Pelita Nusa 2008) 18

6
musailimah yang emngaku sebagi Nabi, dan sekitar tujuh puluh qari’ dari mitra
yang gugur. Karena banyaknya qari’ yang terbunuh, para Sahabat Umar bin
Khattab menjadi sangat prihatin dan meminta nasihat dari para Sahabat Abu
Bakr untuk memastikan bahwa Al-qur’an tidak akan dihancurkan. Sebaliknya,
para Sahabat Abu Bakr menentang pandagan Umar bin Khattab kaarena dia
menentang melakukan apa yang tidak pernah dialkukan Nabi. Namun, Sahabat
Umar bin Khattab terus membujuknya, dan Allah membuka hati Abu Bakr
terhadap pendapat Umar bin Khattab. Setelah itu, Abu Bakr langsung
mengarahkan pembentukan tim penulis kepada Sahabat Zaid bin Tsabit yang
mengingatnya. Posisinya dalm qira’at, menulis, pemahaman, dan kecerdasan
disamping disamping kehadirannya pada bacaan akhir. Ia prihatin dengan
pendapat Sahabat Umar, Abu Bakr memberitahunya. Seperti Abu Bakr sebelum
dia, Zaid awalnya menolak. Keduanya kemudian berbicara tentang pemikiran
mereka, sampai Zaid bin Tsabit akhirnya setuju untuk menulis Al-qur’an dengan
anggun.14.

2. Pada Masa Kholifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Setelah nabi wafat,sahabat Abu Bakr menjalankan urusan islam dan


dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besar seperti banyak ummat yang murtad
dan Musailimah mengaku menjadi Nabi.Dan juga terjadinya Peperangan
Yamamah yang terjadi pada tahun dua belas Hijriyah yang banyak melibatkan
para Sahabat yang hafal Al-qur’an (sekitar tujuh puluh qari’ dari para Sahabat
yang gugur).Dan Sahabat Umar bin Khattab merasa sangat khawatir melihat
banyaknya para qari’ yang terbunuh dan Sahabat Umar bin Khattab menghadap
ke Sahabat Abu Bakr mengajukan pendapat agar Al-qur’an di kumpulkan dan di
bukukan agar tidak musnah.Sedangkan Sahabat Abu Bakr menolak pendapat
yang di katakan oleh Sahabat Umar bin Khattab karena merasa keberatan
melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.Tetapi Sahabat
Umar bin Khattab tetap membujuknya,sehingga Allah membukakan hati Abu
Bakr menerima pendapat Sahabat Umar bin Khattab.Kemudian terbentuk lah
14
H. Maftuh Basthuh birri, Al Qur’an Rosm ‘Utsmaniy (Kediri:Pelita Nusa 2008) 19

7
team penulisan yang di perintah langsung oleh Abu Bakr kepada Sahabat Zaid
bin Tsabit yang mengingat kedudukannya dalam qira’at, penulisan,pemahaman
dan kecerdasannya serta kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali.Abu
Bakr menceritakan kepadanya kekhwatiran tentang pendapat Sahabat
Umar.Pada awalnya Zaid menolak sama halnya seperti Abu Bakr
sebelumnya.Kemudian keduanya bertukar pendapat ,sampai akhirnya Zaid bin
Tsabit menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-qur’an itu.Zaid bin
Tsabit memulai tugasnya yang berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada
dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada para penulis,kemudian
lembaran-lembaran (kumpulan) itu di simpan oleh Abu Bakr.Setelah wafatnya
Abu Bakr pada tahun ketiga belas Hijriyah,lembaran-lembaran itu berpindah ke
tangan Umar bin Khattab sampai hingga wafatnya,kemudian mushaf itu
berpindah ke tangan putri Umar yakni Hafshah binti Umar15.

3. Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan

Pada pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan penyebaran Islam semakin


luas dan para Sahabat qurra tersebar luas di berbagai wilayah dan di setiap wilayah
para penduduk mempelajari qira’at (bacaan) dari qari’ yang di kirim kepada
mereka.Cara pembacaan (qira’at) Qur’an yang mereka bawakan berbeda-beda cara
bacanya perbedaan-perbedaan bacaan ini pada zaman Nabi telah dimaklumi oleh
para Sahabat diantara satu sama lainnya tiada yang memperselisihkan karena masih
adanya Nabi yang dibuat barometer (memperbolehkan),terkadang sebagian dari
mereka merasa puas karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu semuanya
telah disandarkan kepada Rasulullah tetapi bukan berarti dengan adanya keadaan
tersebut tidak memunculkan rasa ragu terhadap generasi-generasi baru yang sama
sekali belum pernah mendapatkan didikan dari Rasulullah sehingga terjadilah
perselisihan pendapat tentang mana bacaan yang baku dan yang mana lebih baku
dan pada saatnya akan menimbulkan pertentangan bila hal ini terus tersebar bahkan
akan menimbulkan hal-hal yang buruk seperti permusuhan,fitnah maka dosa-dosa

15
Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor:Litera AntarNusa 2019) 185-
188

8
seperti ini harus segera diselesaikan. Para sahabat amat memperihatinkan kenyataan
ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan
perubahan, mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang
ada pada Abu Bakr dan menyatukan umat Islam pada lembaran-lembaran itu dengan
bacaan yang tetap pada satu huruf. Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada
Hafshah binti Umar ( untuk meminjamkan mushaf Abu Bakr yang ada padanya )
dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya, kemudian
Utsman memanggil Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,Sa’id bin ‘As,
Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ketiga orang ini adalah suku Quraisy, lalu
memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf. Hudhaifah
mengusulkan ide kepada Kholifah Utsman yang mana disetujui oleh beliau yakni
untuk membentuk panitia yang terdiri dari empat orang Zaid Thabit, Sa’id bin
al-‘As, ‘Abdullah bin al-Zubair dan ‘Abd al-Rahman bin Harith bin Hisham. Panitia
ini diketuai oleh Zaid dan bertugas menyalin suhuf Al-qur’an yang disimpan oleh
Hafshah sebab suhuf tersebutlah yang dipandang sebagai naskah Al-qur’an
standard16.

Panitia zaid diperintahkan untuk menyalin suhuf Hafshah kedalam bentuk mushaf
untuk dikirimkan kebeberapa daerah islam dengan instruksi bahwa semua suhuf dan
mushaf Al-qur’an yang berbeda dengan mushaf Utsman yang sudah dikirim harus
dimusnahkan atau dibakar. Alhamdulillah hampir semua umat Islam bahkan semua
sahabat nabi menymbut dengan baik mushaf tersebut dan mematuhi instruksi
Kholifah dengan baik. Setelah panitia Zaid berhasil melaksankan tugasnya semua
suhuf Hafshah yang dipinjam tersebut itu dikembalikan kepada hafsah. Marwan bin
Al Hakam seorang kholifah dari dinasti umayyah yang wafat pada tahun 65H pernah
meminta kepada Hafshah supaya suhufnya itu dibakar, Tetapi Hafshah menolaknya.
Barulah setelah Hafshah wafat, Suhufnya diambil oleh Marwan kemudian dibakar
olehnya. Marwan mengatakan bahwa tindakan nya tersebut terpaksa dilakukan,
Demi mengamankan keseragaman mushaf Al-qur’an yang telah diusahakan oleh
Kholifah Ustman dengan menyalin seluruh isi suhuf Hafsah kedalam mushaf
16
Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor:Litera AntarNusa 2019) 189-
195

9
Utsman,dan lagi untuk menghindarkan keragu-raguan umat Islam dimasa yang akan
datang terhadap mushaf Al-qur’an, jika masih terdapat dua macam naskah ( suhuf
Hafsah dan mushaf Utsman).17

B. RASM AL QUR’AN

1. Makna Rasm Al-qur’an

Istilah rams al-qur’an terdiri dari dua kata, yaitu Rams dan Al-Qur’an.
Secara harfiah, rasm sama artinya dengan atsar (berkas), yaitu berkas tulisan
suatu lafal. Sedangkan Al-Qur’an, sebagaimana yang telah dijelaskan adalah
wahyu Allah yang merupakan sumber utama ajaran agama Islam. Dan secara
istilah, rasm berarti melukiskan kata dengan huruf hijaiyah, menetukan
permulaan dan akhirnya.18

a. Bentuk Rasm Al-Qur’an

Al-qur’an diturunkan Allah kepada Muhammad dalam Bahasa arab,maka


kaidah-kaidah penulisannya sesuai dengan kaidah tulisan arab. Akan
tetapi, terdapat banyak kata atau lafal dalam Al-qur’an yang berbeda
penulisannya dengan tulisan arab yang resmi digunakan. Di antaranya
kaidah mengenai hadzf (membuang suatu huruf atau tidak
mencantumkannya dalam tulisan), Az-ziyadah (penambahan), al-badl
(pengganti), Washal (bersambung), dan Al-fashal (berpisah). Hal inilah
yang membedakan tulisan Al-qur’an dengan tulisan resmi yang
digunakan dalam bahasa Arab.

b. Pendapat para ulama’ tentang Rasm Al-Qur’an

1. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Rasm Utsmani untuk Al-


Qur’an ini bersifat tauqifi yang wajib dipakai dalam penulisan Al-

17
Dra. Liliek Channa AW.,M.Ag, Ulumul Qur’an (Surabaya:Kopertais IV Press
2010) 30
18
Drs. Ahmad izzan, M.Ag, Ulumul Qur’an (Surabaya:Kopertais IV Press 2010)
209

10
Qur’an, dan harus sungguh-sungguh disucikan. Mereka menisbahkan
tauqifi dalam penulisan Qur’an ini kepada Nabi. Ibnul Mubarak
mengutip gurunya Abdul Aziz Ad-Dabbag yang mengatakan
kepadanya bahwa,”Para sahabat dan orang lain tidak campur tangan
seujung rambut pun dalam penulisan Al-Qur’an karena penulisan
Qur’an adalah tauqifi ketentuan dari Nabi. Dialah yang
memerintahkan kepada mereka untuk menuliskannya dalam bentuk
seperti yang dikenal sekarang, dengan menambhkan alif atau
menguranginya karena ada rahasia-rahasia yang tidak dapat
terjangkau oleh akal. Itulah salah satu rahasia Allah yang diberikan
kepada kitab-nya yang mulia, yang tidak dia berikan kepada kitab-
kitab samawi lainnya. Sebagaimana susunan Qur’an adalah mukjizat,
maka penulisannya pun mukjizat pula”.19
2. Banyak Ulama’ berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan tauqifi
Nabi, tetapi hanya merupakan satu cara penulisan yang disetuju
Utsman dan diterima ummat dengan baik, sehingga menjadi suatu
keharusan yang wajib dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar.
Asyhab berkata: “Malik ditanya: Apakah mushaf boleh ditulis
menurut ejaan (kaidah penulisan) yang diadakan orang? Malik
menjawab: Tidak, kecuali menurut tata cara penulisan yang
pertama”. (Riwayat Abu ‘Amr ad-Dani dalam al-Muqni ).
3. Segolongan orang berpendapat bahwa Rasm Utsmani itu hanyalah
sebuah istilah, tata cara, dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila
orang telah mempergunakan satu Rasm tertentu untuk imla dan Rasm
itu tersiar luas diantara mereka. Abu Bakr Al-Baqalani menyebutkan
dalam kitabnya al-intisar: “Taka da yang diwajibkan oleh Allah
mengenai (cara atau bentuk) penulisan mushaf. Karena itu para
penulis Qur’an Qur’an dan mushaf tidak diharuskan menggunakan
Rasm tertentu yang diwajibkan kepada mereka sehingga tidak boleh

19
Drs. Mudzakir AS. Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa 2019) *211-
21

11
cara lain, hal ini mengingat kewajiban semacam ini hanya dapat
diketahui melalui pendengaran (dalil sama’i) dan tauqifi.

BAB III

PENUTUP

12
KESIMPULAN

1. Al-qur’an selain dihafal dan difahami isinya juga ditulis sewaktu Rasulullah
masih hidup sebab Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan sebagian
ayat-ayatnya di nasikh dan Rasulullah memerintah kepada para Sahabat untuk
menuliskan Al-qur’an yang turun sehingga hal tersebut membantu memudahkan
para penulis menghafal setiap lembar mushaf Al-qur’an yang nantinya akan
diurutkan. Dan atas usulan Sahabat Umar bin Khattab kepada Abu Bakr yang
mengkhawatirkan Al-qur’an agar tidak musnah setelah wafatnya Nabi agar
mushaf Al-qur’an itu di bukukan dan dikumpulkan menjadi satu dan Sahabat
Abu Bakr langsung membentuk sebuah panitia yang mana diketuai langsung
oleh Zaid bin Tsabit dalam bertugas dan menyalin suhuf dan setelah selesai
panitia Zaid bin Tsabit berhasil telah membukukan mushaf Al-qur’an. Dan
setelah pembukuan dan terkumpul menjadi satu mushaf Al-qur’an pertama
disimpan oleh Abu Bakr sampai wafat setelah Abu Bakr wafat diganti oleh
Sahabat Umar bin Khattab sampai wafat setelah Umar bin Khattab wafat
disimpan sementara oleh Hafshah putri Umar dan setelah itu diberikan kepada
Sahabat Utsman bin Affan.
2. Rasm itu sendiri berkas tulisan suatu lafal, wahyu allah yang merupakan sumber
utama ajaran agama Islam yang mana Al-qur’an yang diturunkan dalam bahasa
Arab, maka kaidah-kaidah penulisannya sesuai dengan kaidah tulisan Arab.
Meskipun terdapat banyak kata atau lafal yang berbeda penulisannya, jumhur
ulama berpendapat bahwa Rasm al qur’an adalah taufiqi ada juga yang
berpendapat bahwa Rasm al qur’an bukanlah taufiqi melainkan satu cara -
penulisan yang disetuju Utsman dan diterima ummat dengan baik, sebagian lain
mengakatan bahwa Rasm al qur’an hanyalah sebuah istilah, tata cara, dan tidak
ada salahnya jika menyalahi bila orang telah mempergunakan satu Rasm tertentu
untuk imla dan Rasm itu tersiar luas diantara mereka.

SARAN

13
Kita sebagai ummat islam biasanya lebih giat lagi untuk membaca Al-qur’an dan
mengamalkan ajaran Nabi Muhammad Saw yang terkandung dalam Al-qur’an.
Sebagaimana para Sahabat yang membukukan,mengumpulkan dan juga menulis serta
merapikan lembaran-lembaran Al-qur’an tapi tidak merubah sedikit pun isi dari Al-
qur’an dari pertama turunnya sampai akhir,dan kita lebih mendalami lagi dalam belajar
Al-qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

14
Al Qur’anul karim.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, Surabaya: Pustaka Indah, 2010.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Pustaka Indah, 2008.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, Surabaya: Pustaka Pelita, 2009.

Mudzakir AS, 2019. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Litera Antar Nusa.

Liliek Channa AW, 2010. Ulumul Qur’an, Kopertais IV Press.

Yusuf M kadar, 2021. Studi Al-qur’an, AMZAH.

Izzan Ahmad, 2005. ulumul Qur’an, tafakur (kelompok humaniora) anggota ikapi.

Yusuf Muhammad, Wekke Suardi Ismail, 2018. Bahasa Arab bahasa Al-qur’an, Cv
Budi utama.

Shihab Quraisy, 2013. Rekonstruksi sejarah al qur’an, PT. Pustaka Alfabet Anggota
IKAPI.

Drajat Amroeni, 2017. Ulumul Qur’an, KENCANA.

Abdulwaly Cece Penu, 2021. Sejarah Singkat Penulisan Mushaf Al-Qur’an, Cv Farha
Pustaka.

Sauqi Muhammad, 2021. Ulumul Qur’an, Cv Pena Persada Redaksi.

Basthuh Birri H. Mafthuh, 2008. Al-Qur’an Rosm ‘Utsmaniy, Pelita Nusa.

15
16

Anda mungkin juga menyukai