Makalah
Bahasa Arab
Dosen Pengampu :
Dr. H. Syukur Abu Bakar, Lc., M.Ag.
Prof. Dr. H. Rusydi Khalik, M. A
Oleh :
Kusniadin : 80400222010
ALAUDDINMAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
menyelesaikan tugas makalah ulumul Qur’an ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini
yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini
membahas mengenai “Qashashul Qur’an”. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak kekeurangan.
Kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik
dan dapat berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………...14
B. Saran…………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu keunikannya adalah suka mendengar dan mempelajari cerita. Hal tersebut,
disebabkan karena kisah dapat menarik perhatian apabila di dalamnya terselip pesan-pesan
dan pelajaran yang dapat menanamkan kesan rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi. Nasihat atau pelajaran yang disampaikan tanpa variasi walau dengan
tutur kata yang indah belum tentu dapat menarik perhatian akal. Bahkan isinya pun belum
tentu dapat dipahami. Akan tetapi bila nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang
menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan, maka akan terwujudlah dengan jelas
kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh akan nasehat dan
Kesusasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni
bahasa dan kesusasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam uslub
arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah -
kisah al-Qur’an.1 Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau
merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang
Secara eksplisit al-Qur’an berbicara tentang pentingnya sejarah, hal tersebut tertera
1
Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, (Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973),
h. 305
1
2
Terjemahnya:
“Dan kamu (pada perang uhud) terkena luka, Maka kaum lainpun (kafir) kena luka
pula seperti itu. Dan hari (kejayanan dan kekalahan) itu akan datang silih berganti.2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
Qur’an
2
M. Said, Tarjamah Al-Qur;an al Karim, (Cet. I; Bandung: PT. Alma’arif, 1987), h. 62 .
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Qashash berasal dari bahasa Arab yang bermakna kisah kisah, sebagaimana
penamaan salah satu surah dalam al-Qur’an yaitu surah al-Qashash surah ke 28. Qashash menurut
Muhammad Ismail Ibhrahim yang berarti “hikayat (dalam bentuk) prosa yang panjang ”. Sedang
menurut Manna Khalil al-Qattan qashash ialah menelusuri jejak”. 3 Contoh kata qashash
صا
ً ص ِ َ ع لَ ى آ ث
َ َار ِه َم ا ق ْ َف
َ ارت َد َّا
Maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak darimana keduanya itu datang.
Dan firmanNya melalui lisan ibu Musa, QS. Al-Qashash (28): 11 sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ikutilah dia”.
Secara etimologi (bahasa), al-qashash mempunyai arti urusan (al-amr), berita (al-
khabar), perbuatan (al-sya’an), dan keadaan (al-hal). Dalam kamus Bahasa Indonesia,
kata al-Qashsash diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan
dari qashsha yaqushshu, secara lughawi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan
di atas, yang dipahami sebagai “cerita yang ditelusuri” seperti dalam firman Allah swt. Qs
3
Manna Khalil al-Qattan, op.cit.,h.305
4
M. Said, Tarjamah, Op, cit., h. 272
5
Purwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 512
4
Terjemahnya:
bahwa Qishash sama dengan kisah yang mempunyai arti segala peristiwa, kejadian atau
berita yang telah terjadi dari suatu cerita untuk menelusuri jejaknya.
“Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan peristiwa yang
pernah terjadi”.7
mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
neger-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan, bahwa pada kisah-kisah yang
dimuat dalam al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi,
khayal, apalagi dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagian orientalis bahwa al Qur’an
6
M. Said, Op. Cit., h. 224
7
Manna Khalil al-Qattan, op.cit.,h.150
8
Hasan Basri, Horizon al Qur’an , dari judul asli Les Grens Themes Du Coran oleh Jacquis
Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002), h. 80
9
Muhammad al Khidir Husain, Balogat al Qur’an, (Ali al Rida al Tunisi, 1971), h. 104
5
Dilihat dari sisi pelaku, Manna al- Qathtan membagi menjadi tiga macam yaitu:
Bagian ini bersikan tentang ajakan para nabi kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat
dakwah dan perkembangannya serta akibat yang menimpa orang beriman (mempercayai)
dan golongan yang mendustakan para nabi. Misalnya kisah nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa
as., Harun as, Isa as., Muhammad saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b. Kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan
kenabiannya.
Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halamannya, yang beribu-ribu
jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putera Adam, Ashabul Kahfi,
Dzul Qarnain, Qarun, Ashabus Sabti (orang –orang yang menangkap ikan pada hari sabtu),
Seperti perang Badar dan Uhud dalam surah Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk
dalam surah al_Taubah, perang al-Akhzab, Hijrah, Isra’ dan lain-lain. Cerita-cerita
mengenai para nabi dalam Al-Qur’an bervariasi sesuai dengan kasus, tetapi mereka semua
adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan Allah swt. Kepada para
hambaNya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalam narasi yang dipercepat dengan
insiden. Contoh Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari api yang dilempar kedalamnya oleh
10
Manna Khalil al Qattan, Op. Cit., h. 306
6
umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung QS. al Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa
tiga,11 yaitu:
a. Kisah panjang,
Contohnya kisah nabi Yusuf a.s dalam QS. Yusuf (12) yang hamper seluruh ayatnya
mengungkapkan kehidupan nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan
memiliki kekuasaan. Contoh lainnya adalah kisah nabi Musa a.s dalam surah al-Qashash
(28), kisah nabi Nuh a.s dan kaumnya dalam QS Nuh (71), dan lain-lain.
Seperti kisah Maryam dalam QS Maryam (19), kisah Ahzab al-Kahfi pada QS al-
Kahfi (18), kisah nabi Adam a.s dalam QS al-Baqarah (2), dan QS Thoha(20), yang terdiri
c. Kisah pendek yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah
nabi Hud a.s nabi Luth a.s dalam Qs al-A’raaf (7), kisah nabi Shahih a.s dalam Qs Hud
macam,12 yaitu:
Husna, 1984),h. 72
12
Ibid, h. 74
7
memperjelas suatu pengertian, bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya
perkiraan.
c. Kisah asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan,
fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
manusia. Dalam QS an-Naml (27): 23, tetapi juga ada malaikat, dalam QS Hud (11): 69-
83, Jin dalam QS saba’ (34):12, dan binatang (burung, semut, dll), dalam QS An-Naml
(27): 18-19.
b. Peristiwa (ahdats), hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan, peristiwa
yang dianggap luar biasa dalam QS Almaidah (5): 110-115, dan peristiwa yang dianggap
dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar. Tetapi terkadang berbagai kisah
disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan al-
Qur;an dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan
ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara
panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang
meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an. Mereka yang ragu terhadap al-
Qur’an sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara
8
kronologis dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami? Karena hal itu tersebut menurut
2. Memberi perhatian besar terhadap kisah tersebut untuk menguatkan kesan yang
Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti kuat bagi umat manusia bahwa al-
Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka karena sejak kecil sampai dewasa bahkan
sampai tua, jarang orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunyai tujuan
ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan. Al -
Qur’an sebagai kitab hidayah mencakup kedua aspek itu, disamping tujuan yang mulia,
juga kisah-kisah tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehingga tak
ada orang yang bosan membaca dan mendengarnya. Sejak dahulu sampai sekarang, telah
berlalu empat belas abad, kisah-kisah al-Qur’an yang diungkapkan dalam bahasa Arab itu
masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal bahasa-bahasa lain telah
banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi dalam berkomunikasi seperti bahasa
Cerita-cerita dalam al-Qur’an bukanlah suatu gubahan yang bernila sastera saja, baik
13
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima
Yasa, 1989), h. 11.
15
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h.230
9
media untuk mewujudkan tujuan yang asli. Kisah-kisah dalam al-Qur’an secara umum
mempunyai tujuan untuk kebenaran dan semata-mata untuk keagamaan.16 Adapun tujuan-
1. Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan, QS. Yusuf (12): 2-3, QS. (28):3, QS. (3):44.
2. Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah SWT. QS. (21): 51-92
3. Menerangkan bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang
4. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan
sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa. QS. Hud
5. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad
SAW. Dengan agama nabi Ibrahim a.s secara khusus. Dengan agama-agama bangsa Israil
pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hugungan umum
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya dalam menegakkan agama Allah SWT. serta
SWT. dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya, QS. Hud (11):120.
16
Sayyid Qutb, Seni Penggambaran dalam al Qur’an, Terjemah Khadijah
Nasution (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981), h. 138
17
Muhammad Chirjin, Op. Cit,. h. 120-121
10
orang-orang terdahulu.
6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan
Berkaitan dengan penuturan nama dan gelar dalam kisah-kisah di dalam Al-Quran,
ada sebuah persoalan penting yang harus dijadikan jawabannya. Misalkan, suatu kisah di
dalam Al-Quran yang menyebutkan nama-nama pelaku khusus, apakah hanya berlaku bagi
para pelaku kisah tersebut, ataukah berlaku secara umum bagi siapa saja? Dengan kata lain,
Mayoritas ulama berpendapat bahwa hal yang harus dijadikan pertimbangan adalah
pertimbangan itulah yang dilakukan oleh para sahabat dan golonga lain. Ini dapat
dibuktikan antara lain pada ayat zhihar dalam kisah Salman bin Shakhar, ayat li’an dalam
kisah Hilal bin Umayyah, dan ayat qadzaf dalam kisah tuduhan terhadap Aisyah.
Penyelesaian terhadap kasus-kasus trsebut diterapkan pula terhadap peristiwa lain yang
serupa.
Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa banyak ayat yang diturunkan berkenaan dengan
kisah tertentu, bahkan menunjuk pribadi seseorang namun, berlaku umum. Misalnya, surat
Al-Maidah (5) ayat 49 tentang perintah kepada Nabi untuk mengadili secara adil. Ayat ini
sebenarnya diturunkan berkenaan dengan kasus Bani Quraidzah dan Bani Nadhir. Namun,
18
Oom Mukarrommah Ulumul Qur'an —Ed. 1—Cet. 1.—Jakarta: (Rajawali Pers, 2013.) hal
57
11
menurut Ibn Taimiyyah, tidak benar jika dikatakan bahwa perintah berlaku adil bagi Nabi
Penjelasan mengenai penyebutan nama pelaku kisah, atau hakikat kisah itu sendiri,
memandang bahwa pada dasarnya kandungan Al-Quran itu terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan
mengenai nilai-nilai ajaran agama islam, sedangkan bagian kedua dimaksudkan sebagai
ajakan melakukan perenungan untuk memperoleh hikmah. Kisah kesabaran Nabi Ayub
archetype mengenai kejahatan tirani pada masa paling awal yang pernah dikenal manusia.
Kisah kaum Tsamud yang membunuh unta milik Nabi Shaleh lebih menggambarkan
menjelaskan bahwa kisah-kisah dalam Al-Quran tidak dimaksudkan sebagai uraian sejarah
lengkap tentang kehidupan bangsa atau pribadi tertentu, tetapi sebagai bahan pelajaran bagi
umat manusia.
sekularistik, lebih tertarik membahas apakah pelaku-pelaku kisah didalam Al-Quran itu
pernah ada atau hanya khayalan semata. Dengan mengambil contoh kisah Nabi Ibrahim dan
“Taurat telah mengisahkan kepada kita tentang Ibrahim dan Ismail, demikian juga
Al-Quran. Akan tetapi, munculnya kedua nama tokoh itu dalam Tauran dan Al-Quran tidak
menjamin keberadaan keduanya secara historis. Kita terdorong untuk melihat keduanya di
12
dalam sejarah sebagai suatu jalan untuk menetapkan hubungan antara orang-orang
Yahudi dan orang-orang Arab di satu pihak, serta agama Islam dan agama Yahudi, Al-
Tidak hanya itu, Thaha Husein pernah mengatakan bahwa hijrahnya Ibrahim ke
Mekah yang kemudian mengembangkan bangsa Arab musta’rabah hanyalah fiksi belaka.
Maka, wajarlah jiksa para ulama konsevatif menganggap gagasan-gagasannya itu sebagai
Benang merah yang dapat ditangkap dari pendapat ketiga orang di atas adalah hal
terpenting dari kisah-kisah yang terdapat Al-Quran bukanlah wacana pelakunya, tetapi
drama kehidupan yang mereka mainkan. Atas dasar ini pulalah, Muhammad Abduh
pelaku kisah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang terjadi pada masa lampau,masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam al -qur’an
banyak diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah Nabi atau para Rasul serta ikhwal Negara
dan perilaku bangsa-bangsa kaum dahulu. Macam-macam qashash yaitu, kisah hal-hal
ghaib pada masa lalu, kisah hal-hal ghaib pada masa kini, kisah hal-hal ghaib pada masa
yang akan datang. Beberapa faedah dari qashash Quran yaitu meneguhkan hati Rasulullah
dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-
orang yang beriman melalui datangnyabpertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta
dibawa setiap nabi, membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-
orang-orang terdahulu.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam
penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam pembasannya. Oleh
karena itu, penulis memohon saran dan kritikannya yang bersifat membangun sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Basri, Hasan, Horizon Al-Qur’an, dari judul asli Lea grands themes du Coran oleh Jasques
Chirjin, Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998.
1984.
Mukarrommah, Oom Ulumul Qur'an —Ed. 1—Cet. 1.—Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Al-Qattan, Manna khalil, Mahabis fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973.