Anda di halaman 1dari 16

Ilmu Qashahul Quran

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ulumul Quran

Dosen Pengampu: Dr. Abd. Rozak M.A.

Disusun Oleh:
Muhammad Novrijal 11180510000058

Iis Uswatunisa 11180510000131

Fina Nahdiyana 11180510000034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Qashahul Quran”.
Penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ulumul Quran. Kami
berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta pembaca mengetahuai penjelasan tentang
kisah kisah dalam Al-Quran

Menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada kelompok sepuluh yang telah bekerja sama dalam
proses penyusunan makalah ini.

CIPUTAT, SEPTEMBER 2019

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN .................................................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
1. Pengertian Qashash .................................................................................................... 6
2. Macam-macam Qashshashil Qur’an ......................................................................... 8
a. Ditinjau dari segi waktu ................................................................................................................ 8
b. Ditinjau dari segi materi................................................................................................................ 9
3. Karakteristik Kisah dalam Al-Quran ..................................................................... 10
4. Tujuan Kisah-kisah dalam Al-Quran ..................................................................... 11
5. Relevansi Kisah dengan Sejarah ............................................................................. 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai kitab terakhir, menutup semua kitab sebelumnya memiliki kelebihan
yang menjadikannya istimewa dibandingkan dengan kitab suci lainnya
Alquran bukanlah legenda. Itu sepenuhnya didasarkan pada peristiwa sejarah faktual.
Kemurniannya selalu dijaga oleh Allah SWT. Sepanjang sejarahnya yang panjang, Quran dapat
memenuhi tantangan saat ini dan memenuhi kebutuhan manusia sebagai pedoman atau petunjuk
yang membuktikan keasliannya sebagai wahyu dari Tuhan.
Al-Quran serta wahyu Tuhan juga merupakan panduan yang membantu semua orang dalam
hal tasyri, aqidah dan moralitas demi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah telah
memerintahkan umat Islam untuk selalu memahami dan menghayati kebijaksanaan di dalamnya,
sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam Al-Quran ada berbagai sejarah dan cerita yang terjadi di masa lalu ketika orang
tidak pandai menulis sejarah. Dengan menceritakan kisah seperti ini, Al-Quran tidak bermaksud
untuk menyediakan hiburan atau memberikan data historis, tetapi untuk membangun masyarakat
berdasarkan ajaran yang ditawarkannya, dan agar orang dapat belajar pelajaran moral dari
kehidupan para pendahulu mereka. Kisah-kisah dalam Al-Quran terkait dengan beberapa peristiwa
baik yang terjadi sebelum Al-Quran atau peristiwa yang akan terjadi.
Intinya, kisah-kisah Al-Quran adalah fungsi khusus yang tidak pernah habis selamanya dan
seperti sumber air yang tidak pernah habis (kering) tentang pelajaran, instruksi dan peringatan,
tentang iman dan aqidah, tentang amal dan dakwah, tentang jihad dan perlawanan, tentang logika
dan retorika, tentang kesabaran dan tekad.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah:
1. Apa itu pengertian Qashahul Quran ?
2. Apa macam macam kisah kisah dalam Al-Quran ?
3. Bagaimana Karakteristik Kisah kisah dalam Al-Quran ?
4. Apa tujuan kisah kisah dalam Al-Quran ?
5. Bagaimana relevansi kisah dengan sejarah ?

4
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan pengertian Qashahul quran

2. Menjelaskan macam macam kisah dalam Al-Quran

3. Menjelaskan Karakteristik kisah kisah dalam Al-Quran

4. Menjelaskan Tujuan kisah kisah dalm Al-Quran

5. Menjelaskan relevansi kisah dengan sejarah

5
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Qashash
Qashah adalah mashdar dari qashsha yang berarti mencari bekasan atau mengikuti
bekasan (jejak). Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan. Qashash juga berarti
berita-berita yang berurutan Qashash al-Qur’an ialah khabar-khabar Al-Qur’an tentang
keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi. Al-Qur’an meliputi keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekasan-
bekasan dari kaum purba itu. 1 Menurut bahasa, kata Qashash berupa bentuk jamak dari qishah,
yang berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah. 2 Di dalam Al-Qur’an
kata Qashshash juga mempunyai tiga arti tersebut, seperti terlihat dalam ayat-ayat sebagai
berikut:
- Ayat 64 surah Al-Kahfi :

‫صا‬
ً ‫ص‬ ِ َ ‫ار ت َد َّا عَ ل َ ٰى آ ث‬
َ َ ‫ار ِه َم ا ق‬ ْ َ‫ف‬
Artinya : “Lalu keduanya mengikuti kembali jejak mereka sendiri.”
Dalam ayat ini lafal Qashash berarti mengikuti jejak yang sama dengan menelusuri bekas.
- Ayat 11 surat Al-Qashas :

ِ ُ ‫ت ِِل ُ ْخ ت ِ ِه ق‬
ۖ ‫ص ي ِه‬ ْ َ ‫َو ق َ ا ل‬
Artinya : “Dan berkatalah Ibu Musa kepada saudari Musa: “Ikutilah dia.”
Di sini lafal qushi/qashash berarti mengikuti
- Ayat 62 surat Ali Imran :

ُّ ‫ص الْ َح‬
ۚ‫ق‬ َ َ ‫إ ِ َّن ٰهَ ذ َا ل َ هُ َو الْ ق‬
ُ ‫ص‬
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah cerita yang benar.”
- Ayat 111 surah Yusuf :

1
Teungku M. Habi ash-shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang, PT.PUSTAKA RIZKI PUTRA
2009) hlm.179
2
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya, Dunia Ilmu 1998) hlm. 293

6
ۗ ِ‫ص ِه ْم ِع ب َْر ة ٌ ِِل ُو لِ ي ْاِل َلْ ب َ ا ب‬ َ َ ‫ل َ ق َ دْ كَ ا َن ف ِ ي ق‬
ِ ‫ص‬
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah merka itu terdapat pengajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.”

Menurut istilah, qashshashul Qur’an ialah kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang


menceritakan ikhwal umat-umat dahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa Lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Di dalam
Alqur’an, banyak diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah Nabi/para Rasul sera ihwal
Negara dan prilaku bangsa-bangsa kaum dahulu.3
Terkadang Al-Qur’an menceritakan kejadian manusia pertama Nabi Adam a.s. dan
kehidupannya; menerangkan kenikmatan sorga dan siksaan neraka di akhirat, sebagaimana
sering menjelaskan tugas dan nama-nama para malaikat dan keadaan hari kiamat dan
sebagainya.
Kisah-kisah itu didengarkan oleh bangsa Arab dan pakar-pakar sejarah dari
berbagai bangsa yang lain, dari para ahli kitab, orang-orag Yahudi dan Nasrani serta orang
kafir Quraisy. Bagi orang-orang kafir, cerita-cerita Al-qur’an itu menjadi bahan fitnahan
dan tertawaan, sedang bagi orang-orang mukmin menambah keimanan, seperti bagi orang-
orang mukmin menambah keimanan, seperti keterangan ayat 31 surah Al-Muddatstsir.

‫ار إ ِ َّاَّل َم ََل ئ ِ كَ ًة ً ۙ َو َم ا َج ع َ لْ َن َا ِع د َّت َ ُه ْم إ ِ َّاَّل ف ِ ت ْ َن َ ًة ً لِ ل َّ ِذ ي ََن كَ ف َ ُر وا‬


ِ َّ ‫اب ال َن‬ ْ َ ‫َو َم ا َج ع َ لْ َن َا أ‬
َ ‫ص َح‬
َ ‫س ت َيْ قِ ََن ال َّ ِذ ي ََن أ ُو ت ُوا الْ ِك ت‬
ۙ ‫َاب َو ي َ ْز د َا د َ ال َّ ِذ ي ََن آ َم َن ُوا إ ِ ي َم ا ن ً ا‬ ْ َ ‫لِ ي‬
Artinya : “Dan tiada kami jadikan penjaga-penjaga mereka itu, melainkan terdiri dari
malaikat. Dan tidak kami jadikan bilangan mereka itu, melainkan untuk menjadi fitnah bagi
orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin dan supaya orang-
orang beriman bertambah kuat imannya.”
Tetapi orang-orang musyrik Quraisy mempermasalahkan kisah-kisah Al-Qur’an itu.
Mereka menanyakan, dari mana Muhammad mempunyai pengetahuan sejarah yang begitu
luas? Padahal dia hidup di lingkungan bangsa yang kebanyakkan ummi, tidak pandai
menulis dan membaca. Apakah ada malaikat yang turun mengajari Nabi Muhammmad SAW
sebelum diangkat menjadi Rasul? Seolah-olah orang Quraisy tidak mengenal beliau sebelum
menjadi Nabi/Rasul selama 40 tahun lamanya.

Sebenarnya, orang-orang musyrik Quraisy tersebut sudah mengenal Nabi sejak kecil.
Mereka mengenal Muhammad sebagai orang yang mendapat julukan al-amin (orang yang

3
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya, Dunia Ilmu 1998) hlm. 294

7
terpercaya). Apakah mengherankan kalau kemudian dia diajari Allah Dzat Yang Maha
Mengetahui, Sehingga dalam Al-Qur’an banyak kisah-kisah Nabi yang dahulu.

2. Macam-macam Qashshashil Qur’an


Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan para
nabi dan umat-umat dahulu, dan ada yang mengisahkan berbagai macam peristiwa dan
keadaan dari masa lalu hingga masa yang akan datang.4
a. Ditinjau dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam Al-Qur’an, maka
Qashshashul Qur’an itu ada 3 macam.
a) Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashashul ghuyub al-madhiyah). Yaitu
kisah-kisha yang menceritakan hal-hal ghaib yang sudah tidak bisa ditangkap
panca indera, yang terjadinya di masa lampau.
Contohnya seperti kisah-kisahNabi Nuh, Nabi Musa, dan Maryam.
b) Kisah hal-hal ghaib masa kini (al-qashashul ghuyub al-hadhirah). Yaitu kisah
yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu
masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang menyingkap rahasia
orang-orang munafik.
Contohnya seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala
sifat-sifatnya, para malaikat, jin, setan, dan siksaan neraka, kenikmatan surga dan
sebagainya.
c) Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashashul ghuyub a;-
mustqbillah). Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang,
yang belum terjadi waktu turunnya Al-qur’an, kemudian peristiwa tersebut betul-
betul terjadi. Karena itu pada masa sekarang ini, berarti peristwa yang dikisahkan
itu telah terjadi.
Contohnya kemenagan bangsa Romawi atas Persia, yang diterangkan ayat 1-4
surah Ar-rum. Dan seperti mimpi Nabi bahwa beliau akan dapat masuk Masjidil
Haram bersama para sahabat, dalam keadaan sebagian mereka mencukur rambut
dan yang lain tidak. Pada waktu perjanjian Hudaibiyah, Nabi gagal masuk Makkah,

4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya, Dunia Ilmu 1998) hlm. 296

8
sehingga diejek orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kaum Munafik, bahwa mimpi
nabi tidak terlaksana. Maka turunlah ayat 27 surat Al-Fath.

b. Ditinjau dari segi materi


Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah Al-Qur’an itu terbagi menjadi
3 macam, sebagai berikut;
a) Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan penentang serta
pengikut mereka. Contohnya, seperti kisah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW dan lain-lain.
b) Kisah orang-orang yang belum tentu Nnabi dan kisah orang-orang tertentu.
Contohnya seperti kisah Luqmanul Hakim, Qarun, Thaluth, Yaqul, Ashabul Fiil,
Ashhabus Sabti, dan lain-lain.
c) Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah SAW.
Contohnya, seperti kisah Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, Perang
Tabuk, Perang Ahzab, Hijrah, dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Cerita-cerita mengenai para nabi dalam Al-Qur’an bervariasi sesuai dengan
kasus, tetapi mereka semua adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan
Allah swt. Kepada para hambaNya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalam
narasi yang dipercepat dengan insiden. Contoh Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari api
yang dilempar kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung
QS. al Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa as diselamatkan ketika Allah swt, secara mukjizat
menghalanginya dari orang-orang Yahudi dari menyalibnya QS. an-Nisa (4): 157.5

Kisah-kisah al-Qur’an pada umumnya mengandung tiga unsur6, yaitu:

5 ,
Hasan Basri, Horizon al Qur’an ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002),

hlm.82
6
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006) hlm.67-72

9
1) Pelaku (al-sakhsiyyat ), kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an tidaklah hanya
manusia. Dalam QS an-Naml (27): 23, tetapi juga ada malaikat, dalam QS Hud (11):
69-83, Jin dalam QS saba’ (34):12, dan binatang (burung, semut, dll), dalam QS An-
Naml (27): 18-19.
2) Peristiwa (ahdats), hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan, peristiwa yang
dianggap luar biasa dalam QS Almaidah (5): 110-115, dan peristiwa yang dianggap
biasa dalam QS Almaidah (5):116-118.
3) Dialog (alhiwar), dalam QS Al-A’raf (7):11-25, Thaha (20): 9-99.

3. Karakteristik Kisah dalam Al-Quran


Beberapa karakteristik kisah-kisah yang disebutkan dalam Al Qur’an antara lain :
1. Kisah dalam Al Qur’an tidak diceritakan secara berurutan dan panjang lebar berarti
diceritakan secara ringkas, namun terkadang atau bahkan banyak diceritakan secara
panjang lebar.
2. Sebuah kisah terkadang berulang-ulang diceritakan dalam Al Qur’an dan dikemukakan
dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda.7
Secara umum, Al-qur'an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara
berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar, tetapi
terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa
kisah disebutkan Alquran dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang
didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan
kadang secara panjang lebar.

Hal tersebut menimbulkan perdebatan di antara kalangan orang yang meyakini dan
orang-orang yang meragukan Alquran. Mereka yang ragu terhadap Alquran sering
mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam Alquran tidak disusun secara kronologis dan
sistematis sehingga lebih mudah dipahami? Karena hal itu menurut mereka dipandang tidak
efektif dan efisien8

7
(Samalanga 2016)
8
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989), hlm. 11.

10
Disamping secara umum firman Allah adalah kebenaran, Allah SWT juga
menegaskan secara khusus bahwa kisah dalam Al Qur’an adalah kebenaran seperti dalam
ayat berikut :
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫ّللاَ لَ ُه َو ْالعَ ِز‬ َّ ‫ص ْال َح ُّق َو َما ِم َْن إِلَه إِ َّاَّل‬
َّ ‫ّللاُ َوإِ َّن‬ َ َ‫إِ َّن َهذَا لَ ُه َو ْالق‬
ُ ‫ص‬

Artinya : “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron : 62)

4. Tujuan Kisah-kisah dalam Al-Quran


Kisah-kisah dalam Al-Quran mempunyai banyak hikmah, diantaranya :

1) Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah san menjelaskan pokok-pokok syari’at yang
dibawa oleh para nabi.

ٰ ُ ‫س ْلَنَا ِم َْن قَ ْبلِكَ ِم َْن َر‬


ِ ‫وحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ َاَّل إِلَهَ إِ َّاَّل أَنَا فَا ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ُ‫سول إِ َّاَّل ن‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
Arti: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS.Al-Anbiya Ayat 25)

2) Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Nabi Muhammad atas agama Allah,
memperkuat kepercayaan orang Mukmin tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.

َ ‫س ِل َما نُثَ ِبتُ ِب ِه فُ َؤادَكَ ۚ َو َجا َءكَ فِي ٰ َه ِذ ِه ْال َح ُّق َو َم ْو ِع‬
َ‫ظًةٌ َو ِذ ْك َر ٰى ِل ْل ُمؤْ ِمَنِيَن‬ ُ ‫الر‬ ِ َ‫ص َعلَيْكَ ِم َْن أَ ْنب‬
ُّ ‫اء‬ ُّ ُ‫َو ُك اَل نَق‬
Arti: Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud Ayat 120)

11
3) Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta
mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4) Menampilkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diibaratkannya
tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5) Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan membeberkan keterangan yang semula mereka
sembunyikan, kemudian menentang mereka dengan menggunakan ajaran kitab mereka
sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu diubah dan diganti.

‫طعَ ِام َكانَ ِح اَل ِلبََنِي إِس َْرائِي َل إِ َّاَّل َما َح َّر َم إِس َْرائِي ُل َعلَ ٰى نَ ْف ِس ِه ِم َْن قَ ْب ِل أَ ْن تَُن ََّز َل التَّ ْو َراة ُ ۗ قُ ْل فَْأْتُوا بِالتَّ ْو َراةِ فَاتْلُوهَا إِ ْن‬
َّ ‫ُك ُّل ال‬

َ ‫ُك َْنت ُ ْم‬


َ‫صا ِدقِيَن‬
Arti: Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan
oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.
Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun
Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar".
(QS. Ali ‘Imran Ayat 93)

6) Kisah termasuk salah satu sebuah sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar
mempengaruhi jiwa.

‫ش ْيء‬ َ ‫صي َل ُك ِل‬ ْ َ ‫ب ۗ َما َكانَ َحدِيثًا يُ ْفت َ َر ٰى َو ٰلَ ِك َْن ت‬


ِ ‫صدِيقَ الَّذِي َبيَْنَ َيدَ ْي ِه َوتَ ْف‬ ِ ‫ص ِه ْم ِعب َْرة ٌ ِِلُو ِلي ْاِل َ ْل َبا‬ َ َ‫لَقَدْ َكانَ ِفي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫َو ُهدًى َو َرحْ َمًةً ِلقَ ْوم يُؤْ ِمَنُون‬

Arti: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS.Yusuf: 111)9

5. Relevansi Kisah dengan Sejarah


Seperti yang telah kita lihat di atas, kisah-kisah dalam Al-Quran memiliki realitas yang
diyakini benar, termasuk peristiwa di dalamnya. Al-Quran adalah bagian dari ayat-ayat yang
diturunkan dari sisi Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Sebagai kitab suci, Alquran

9
Syaikh Manna Al-Qaththan, Maktabah Wahabah, Kairo. hlm.388-389 atau Chirjin, Muhammad, Al-Qur’an dan
Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.

12
bukanlah kitab sejarah, sehingga tidak adil jika Alquran dianggap tidak subur, hanya karena
kisah-kisah yang terkandung di dalamnya tidak dijelaskan dengan jelas. Namun, tidak seperti
fiksi, mereka tidak didasarkan pada imajinasi yang jauh dari kenyataan.
Kisah-kisah dalam Al-Quran dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan asli,
yaitu tujuan keagamaan yang menceritakan adanya kebenaran, pelajaran dan peringatan.
Al-Qur'an tidak secara kronologis menggambarkan peristiwa peristiwa dan tidak
menjelaskannya secara terperinci. Ini dimaksudkan sebagai peringatan bagi hukum Allah
dalam kehidupan sosial dan untuk pengaruh baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
Beberapa kisah didalam Al-quran adalah bagian sejarah yang tidak berarti bahwa mereka
melanggar sejarah, karena pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan arkeologis sedikit
untuk mengungkapkan kisah kisah Al-Quran dalam konteks pengetahuan modern. Kisah tidak
ingin mengajarkan peristiwa sejarah seperti buku sejarah. Hal terpenting dalam kisah Al-Quran
adalah memberikan nasihat, bukan untuk menyelaraskan individu atau kelompok bangsa.
Namun, jika metode historis penuh akan digunakan dalam memahami kisah-kisah Alquran,
seolah-olah akan ada banyak kesulitan dalam memahami dokumen-dokumen sejarah, begitu
banyak ulama dan mufassir menganggap cerita Al-Quran sebagai ayat - ayat mutasyabihat10
Relevansi kisah dengan sejarah adalah sebagai berikut:
1. Kisah-kisah dalam al-Qur’an itu memiliki realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk
peristiwa yang ada di dalamnya. Ia bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi Yang
Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
2. Kisah-kisah dalam al-Qur’an dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuannya
yang asli, yaitu tujuan keagamaan yang meriwayatkan adanya kebenaran, pelajaran dan
peringatan.
3. Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak
memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang
hukum Allah SWT dalam kehidupan sosial serta pengaruh baik dan buruk dalam
kehidupan manusia.
4. Sebagian kisah dalam al-Qur’an merupakan petikan sejarah yang bukan berarti menyalahi
sejarah, karena pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-penemuan
arkeologi sangat sedikit untuk mengungkapkan kisah dalam al-Qur’an dalam kerangka
pengetahuan modern.

10
A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan Pada kisah-kisah Al Qur’an, (Pustaka al Husna, Jakarta, 1983), hlm. 26

13
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Qashah adalah mashdar dari qashsha yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekasan
(jejak). Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita
yang berurutan Qashash al-Qur’an ialah khabar-khabar Al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat
yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an
meliputi keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-
bangsa, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekasan-bekasan dari kaum purba itu.
Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan para nabi
dan umat-umat dahulu, dan ada yang mengisahkan berbagai macam peristiwa dan keadaan dari
masa lalu hingga masa yang akan datang
Al-qur'an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan (kronologis) dan
memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar, tetapi terkadang berbagai kisah disebutkan
berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan Alquran dalam bentuk
yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-
kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar.
Beberapa kisah didalam Al-quran adalah bagian sejarah yang tidak berarti bahwa mereka
melanggar sejarah, karena pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan arkeologis sedikit
untuk mengungkapkan kisah kisah Al-Quran dalam konteks pengetahuan modern. Kisah tidak
ingin mengajarkan peristiwa sejarah seperti buku sejarah. Hal terpenting dalam kisah Al-Quran
adalah memberikan nasihat, bukan untuk menyelaraskan individu atau kelompok bangsa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Teungku M. Habi ash-shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang, PT.PUSTAKA RIZKI
PUTRA 2009)
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya, Dunia Ilmu 1998)
Hasan Basri, Horizon al Qur’an, ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002)
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006)
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989)
Syaikh Manna Al-Qaththan, Maktabah Wahabah, Kairo. hlm.388-389 atau Chirjin,
Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1998
A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan Pada kisah-kisah Al Qur’an, (Pustaka al Husna, Jakarta,
1983)

16

Anda mungkin juga menyukai