Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN QIRA’AT SEJAK ZAMAN NABI HINGGA SEKARANG

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qira’at

Dosen Pengampu
Dr. H. A. Nasich Hidayatulloh, MHI.

Disusun Oleh:

Anisa Lekha M (07020320030)

Ayu Nudia Alfi (07020320034)

Este Nazila Fajria (07020420117)

Tsania Frisca NU (E93219125)

PRODI STUDI ILMU QIRA’AT

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan ridho-Nya, sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Sejarah Perkembangan Qira’at Sejak Zaman
Nabi Hingga Sekarang”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.yang mana telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang, yakni agama Islam. Dan tak lupa kepada para sahabat, tabi’in, serta para ulama
dengan karya-karya atau buku-bukunya kita dapat mengambil referensi pembelajaran untuk
menyelesaikan makalah kami dengan baik dan benar.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Qira’at Qur’an.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat memberikan manfaat kepada
akademisi.

Kami selaku penulis, mengucapkan maaf atas segala kekurangan baik dalam pengertian
maupun kesalahan dalam makalah ini. Jika ada kebenaran dalam makalah ini, itu murni karena
pertolongan Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Surabaya, 17 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Kepenulisan..............................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Perkembangan Pada Zaman Nabi SAW...............................................................................2
B. Masa Sahabat........................................................................................................................2
C. Qira’at pada Masa Tabi’in dan Imam Qira’at.....................................................................3
D. Masa Sekarang......................................................................................................................4
E. Masa Kodifikasi Qira’at.......................................................................................................5
F. Klasifikasi Qira’at................................................................................................................6
G. Tokoh-Tokoh Dan Karya Ilmiahnya....................................................................................8
BAB IV..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. yang menjadi panduan bagi umat
Islam sejak dulu hingga sekarang. Berbagai aspek dalam Al-Qur’an telah dikaji dan dipelajari oleh umat
Islam untuk menemukan hikmah dan kesempurnaan dari Al-Qur’an itu sendiri. Dalam perkembangannya,
pengkajian terhadap Al-Qur’an kemudian didukung dengan munculnya berbagai ilmu-ilmu tentang Al-
Qur’an yang lazim disebut dengan ulumul quran. Salah satu cabang ilmu dalam ulumul qur’an ialah ilmu
qira’at.

Ilmu qira’at merupakan bagian dari Ulum al-Qur’an atau ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang
membahas tentang kaedah membaca al-Qur-an. Ilmu ini disandarkan kepada masing-masing imam
periwayat dan pengembangnya yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah saw. Metode
pengambilan ilmu ini adalah secara talaqqi yakni berhadapan langsung antara guru dan murid dengan
memperhatikan bentuk mulut, lidah, dan bibir guru dalam melafazkan ayat-ayat al-Qur’an.

Dari waktu ke waktu, ilmu qira’at semakin maju sejajar dengan ilmu-ilmu lain yang berkembang
dalam dunia Islam pada saat itu. Ilmu yang asalnya hanya dipelajari dan diterima dari mulut ke mulut
mulai dibukukan untuk diwariskan kepada generasi yang akan datang. Dalam makalah ini akan
membahas tentang sejarah perkembangan Qira’at sejak zaman nabi hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan qira’at dari masa Nabi hingga saat ini ?


2. Bagaimana proses kodifikasi qira’at ?
3. Apa saja klasifikasi qira’at ?
4. Siapa saja tokoh-tokoh yang masyhur dalam qira’at ?

C. Tujuan Kepenulisan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan qira’at.


2. Untuk mengetahui proses kodifikasi qira’at.
3. Untuk mengetahui klasifikasi qira’at.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokohnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pada Zaman Nabi SAW

Al-Qur’an turun ialah wahyu yang orisinilitasnya sangat terjaga dan telah digaransi sampai akhir
zaman. Hal itu juga dikarenakan penurunan wahyu yang tidak dilakukan sekali, melainkan secara
gradual guna memudahkan dalam memahami dan menghafalnya. Ulama’ berpendapat tentang awal
munculnya qira’at. Terdapat dua pendapat yaitu:

1. Qira’at turun saat nabi berada di Mekkah bersamaan dengan turunnya Al-Qur’an, dikarenakan
Sebagian surat dan ayat-ayat al-Qur’an ialah Makkiyah, yang berarti lebih banyak turun di
Mekkah.
2. Qira’at turun di Madinah, karena di masa itu islam telah menyebar di Jazirah Arab 1 banyak orang
yang berasal dari berbagai suku, kabilah memeluk agama islam yang otomatis islam akan
berhadapan dengan pluralistik dan system linguistik yang berbeda sehingga dalam membaca Al-
Qur’an mereka menggunakan lahjah masing-masing. Nabi sadar atas heterogenitas umatnya
sehingga beliau memohon kepada Allah melalui malaikat Jibril. 2 Hal tersebut termaktub dalam
hadits nabi:

:‫ا َل‬Dَ‫ ق‬،‫ب‬ ٍ ‫ ع َْن ُأبَ ِّي ب ِْن َك ْع‬،‫ش‬


ٍ ‫ ع َْن ِز ِّر ْب ِن ُحبَ ْي‬،‫ ٍم‬D‫َاص‬ِ ‫ ع َْن ع‬، ُ‫ ْيبَان‬D‫ َّدثَنَا َش‬D‫ َح‬:‫ا َل‬Dَ‫ ق‬،‫ى‬D‫وس‬ َ ‫الح َسنُ بْنُ ُم‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫يع‬ٍ ِ‫َح َّدثَنَا َأحْ َم ُد بْنُ َمن‬
َّ ‫ َو‬،‫ ِم ْنهُ ُم ال َعجُو ُز‬: َ‫ت ِإلَى ُأ َّم ٍة ُأ ِّميِّين‬
،‫ َوال ُغالَ ُم‬،ُ‫ير‬DDِ‫ ْي ُخ ال َكب‬D‫الش‬ ُ ‫ ُل ِإنِّي ب ُِع ْث‬D‫ا ِجب ِْري‬DDَ‫ ي‬:‫ال‬D َ ‫لَّ َم ِجب ِْر‬D‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ َ‫ فَق‬،‫ل‬D‫ي‬ َ ِ‫لَقِ َي َرسُو ُل هللا‬
3
ٍ ‫ يَا ُم َح َّم ُد ِإ َّن القُرْ آنَ ُأ ْن ِز َل َعلَى َس ْب َع ِة َأحْ ر‬:‫ال‬
.‫ُف‬ ُّ َ‫ َوال َّر ُج ُل الَّ ِذي لَ ْم يَ ْق َرْأ ِكتَابًا ق‬،ُ‫اريَة‬
َ َ ‫ ق‬،‫ط‬ ِ ‫الج‬
َ ‫َو‬
Dari Ubai bin Ka’ab, dia berkata, “Rasulullah SAW, menjumpai Jibril sembari berkata: Wahai
Jibril, aku telah diutus kepada umat yang ummi (buta aksara). Di antara mereka ada yang sudah
lanjut usia, hamba sahaya lelaki maupun perempuan, dan orang yang sama sekali tidak
mengenal aksara‟ Maka Jibril berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Al-Qur’an itu
diturunkan dengan tujuh huruf.‟

Dari dua pendapat di atas yang mengacu pada tempat, dapat diinformasikan bahwa qira’at ini sudah ada
sejak zaman Nabi.

B. Masa Sahabat

Perkembangan qira’at pada masa sahabat ini berangkat dari inisiatif Umar bin Khattab untuk
melakukan kodifikasi karena tulisan masih berserakan hingga pada masa khalifah Utsman bin Affan
inisiatif itu terealisasi.

1
Qurrota A’yun. Sejarah Ilmu Qira’at, hlm.3
2
Khairunnas Jamal, Afriadi Putra. (2020). Pengantar Ilmu Qira’at, hlm.19
3
At-Turmudzi, Sunan At-Turmudzi, 5:44 no. 2944

2
Pada masa khalifah Usman bin Affan, islam telah menyebar luas. Mushaf yang tersebar juga masih
menggunakan khat kufi, tidak bertitik, tidak berharokat. Atas dasar itulah terbukanya peluang umat untuk
membacanya dengan berbagai qira’at. Oleh karenanya, dalam melafadzkan suatu qira’at tidak boleh
terlepas dari talaqqi juga masih dalam pengawasan orang-orang yang tsiqoh.

Untuk menjamin kesamaan qira’at yang telah dipilih dan mutawattir tersebut, Usman bin Affan
mengirimkan orang yang ahli dalam penyertaan pengiriman mushaf ke pelosok Jazirah Arab. Kelompok
imam qurra’ di masa ini di antaranya Usman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Mas’ud dan Abu Musa Al-‘Asy’ari.4

C. Qira’at pada Masa Tabi’in dan Imam Qira’at

Pada permulaan abad ke-2 H, atau pada generasi Tabi’in, muncul beberapa orang yang
menfokuskan perhatian mereka pada masalah qira’at.

Keberadaan para ahli qira’at tidak hanya terfokus di sebuah kawasan Islam, namun sudah
menyebar cukup merata di beberapa daerah. Dalam Thabaqat al-Qurra’ disebutkan setidaknya ada 18
orang ahli qira’at di kalangan Tabi’in yang masyhur.

a) Madinah misalnya, muncul tokoh qira’at bernama Abu Ja‘far Yazid bin al-Qa‘qa‘ (w. 130/747),
Nafi‘ bin ‘Abdurrahman bin Abi Nu‘aim (w. 169/785), dan masih banyak yang lain.
b) Makkah terdapat ‘Abdullah ibn Katsir al-Dari (w.120/737), Humaid bin Qais al-A‘raj (w.
123/740), dan yang lainnya.
c) Syam terdapat ‘Abdullah al- Yahshubi yang terkenal dengan julukan Ibnu ‘Amir (w. 118/736),
Isma‘il bin ‘Abdillah (w. 170/786).
d) Basrah ada Zabban bi al-‘Ala’ bin ‘Ammar yang terkenal dengan julukan Abu ‘Amr (w.
154/770), ‘Abdullah bin Abi Ishaq (w. 117/735), ‘Isa bin ‘Amr, ‘Ashim al-Jahdari (w. 128/745),
Ya‘kub bin Ishaq al-Hadhrami (w. 205/820), dan yang lainnya.
e) Kufah muncul ‘Ashim bin Abi al-Najud al-Asadi (w. 127/744), Hamzah bin Habib al-Zayyat (w.
188/803), Sulaiman al-A‘masi (w. 119/737), al-Kisa’i (w. 189/804), dan yang lainnya.

Pada masa ini juga muncul para Imam Qira’at yang terkenal dengan sebutan Imam qira’at sab‘ah, tujuh
Imam qira’at tersebut adalah; Ibnu Katsir, Nafi‘, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, ‘Ashim, Hamzah dan Kisa’i
seperti yang telah penulis sebutkan pada sub bab sebelumnya.

Ketika semakin banyak orang yang ingin belajar membaca Al-Qur'an terutama dari yang tidak
berlatar belakang budaya Arab, maka pada masa ini diperkenalkan pertama kali tanda titik ( a'jam) ke
dalam naskah Al-Qur'an atas inisiatif Abu Al-Aswad Al-Du'ali salah seorang tokoh Tabi'in. Memang
tanda baca titik (a'jam) sudah dikenal sebelum masa Islam, namun masih jarang dipergunakan. Dan untuk
Al-Qur'an sendiri dari masa Nabi hingga para Sahabat tidak ditemukan tanda baca titik tersebut.
Kemudian dilanjut dengan penggunaan tanda baca harakat yang diinisasi oleh Al-Khalil bin Ahmad yang
juga dari generasi Tabi'in.5

Pada masa ini terdapat para Imam Qurra' dari kalangan Tabi'in yang berguru pada Imam Qurra' dari
generasi Sahabat. Kelompok ini memiliki halaqah di kota-kota, seperti Mekah, Madinah, Kuffah, Bashrah
4
Suarni, (2013) Sejarah dan Perkembangan Qira’at Al-Qur’an, Jurnal Mu’ashiroh IAIN Ar-Raniry, vol.10, No.2, 114
5
Abdul Majid, Khon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at ‘Ashim dan Hafsh, (Jakarta: Amzah,
2011), 27.

3
dan Suriyah. Di Mekah, tabi'in yang mengajarkan al-Qur'an adalah Ubaid bin Umar, Atha' bin Abi Rabah,
Thawus, Mujahid, Ikrimah dan Ibnu Abi Mulaikah. Tabi'in yang tinggal di Kuffah adalah Alqamah, al-
Aswad, Masruq, Ubaidah, Amr bin Syurahbil, al-Harits bin Qais Amr bin Maimun, Abu Abdirrahman as-
Sulami, Said bin Jubair, an-Nakha'I dan Asy-Sya 'dua. Tabi'in yang tinggal di Basrah adalah Abu Aliyah,
Abu Raja', Nashr bin Ashim, Yahya bin Ya'mar, al-Hasan, Ibnu Sirin, dan Qatadah. Imam Qurra yang
tinggal di Syam adalah al-Mughirah bin Abi Syihab al-Makhzumi (murid Utsman) dan Khalifah bin Sa'ad
(murid Abu Darda'). 6

D. Masa Sekarang

Setelah menjelaskan perkembangan qira’at dari masa ke masa sebelum nya, akan perkembangan
ilmu ini pada masa sekarang. Qira’at seolah-olah kembali berkembang dari awal lagi. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kriteria berikut ini:

a) Tersebarnya qira’at di wilayah kaum muslimin

Qira’at sepuluh yang selama ini dikenal telah tersebut di seluruh wilayah Islam. Para penduduk di
wilayah tersebut membaca Al-Qur’an menurut bacaan imam yang mereka pelajari. Imam al-Dani
berkata: bahwa imam yang mengimami shalat di kota Basrah tidaklah membaca Al-Qur’an kecuali
dengan bacaan Imam Ya’qub.

Selain itu qira’at Imam Nafi’ riwayat Qalun juga banyak dibaca di wilayah Libya, sebagian wailayah
Tunisia dan Aljazair. Adapun qira’at Imam Nafi’ riwayat Warasy banyak dibaca di Barat Mesir,
Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania, Chad, Kamerun, Nigeria,sebagian wilayah Afrika
Barat, dan Utara dan wilayah Barat Sudan. Riwayat Imam al-Duri dari Abu Amru banyak dibaca di
Sudan, Somalia, dan Hadhramaut di Yaman

b) Percetakan Al-Qur’an dengan berbagai macam riwayat

Sangat jelas terlihat, bahwa penyebaran riwayat Hafsh dari Imam ‘Ashim di sebagian besar wilayah
umat Islam disebabkan oleh tersebarnya mushaf Al-Qur’an yang dicetak menurut riwayat
tersebut.Namun kemudian mushaf dengan riwayat yang berbeda juga ikut serta dicetak, seperti
mushaf Al-Qur’an qira’at Imam Nafi’ riwayat Warsy, yang dicetak di percetakan Al-Qur’an Raja.

Oleh sebab itu pihak percetakan menuliskan jenis qira’at maupun riwayat pada pada kedua belah sisi
sampul untuk menghilangkan keraguan para pembaca Al-Qur’an tentang mushaf yang mereka baca
sehingga tidak akan muncul pikiran bahwa Al-Qur’an yang mereka baca itu terdapat kesalahan
penulisan dan lain sebagainya

c) Kaset rekaman

Perkembangan teknologi terutama teknologi informasi pada masa sekarang dapat dimanfaatkan oleh
Islam untuk kemajuan da’wah islamiyah. Salah satu bentuk da’wah tersebut adalah rekaman suara
para qari’ dalam bentuk kaset-kaset Al-Qur’an dengan berbagai jenis qira’at. Qira’at Imam ‘Ashim
riwayat Hafsh telah direkam dengan surat puluhan bahkan ratusan para qari.

6
Suarni,Sejarah..., 115

4
Ensiklopedi ini ditulis oleh Dr. Muhammad Khalid Manshur. Fakultas Ilmu Al-Qur’an di Universitas
Madinah juga telah menyusun ensiklopedi qira’at sepuluh yang direkam dalam bentuk kaset
menggunakan metode pengajaran yang baik.

d) Berdirinya lembaga dan fakultas yang peduli dengan ilmu qira’at.

Ilmu ini kembali dipelajari dengan talaqqi dan musafahah dan seiring dengan itu tumbuh pula pusat-
pusat pembelajaran qira’at di berbagai tempat di wilayah umat Islam, antara lain:

1. Ma’had al Qira’ah di Khairo Mesir


Ma’had ini didirikan pada tahun 1946 M/1365 H. Di lembaga ini dipelajari qira’at sepuluh
dari thariq syatibiyyah dan ad-Durrah serta thariq al-Thayyibah. Tenaga pengajar pada
lembaga itu adalah para pakar qira’at yang secara keilmuan tidak diragkan kapasitasnya,
seperti Muhammad bin Muhammad Jabir al-Mishri, Mahmud Hafiz Baraniq, Muhammad
Sulaiman Saleh, Amir al-Sayyaid Utsman Abdul Azim al-Khayyath dan lain sebagainya
2. Kuliah Al-Qur’an di Madinah al-Munawwarah
Lembaga di berdiri pada tahun 1394 H, Qira’at sepuluh melalui thariq syatibiyyah dan al-
Durrah diajarkan disini. Begitu pula dengan materi-materi tafsir serta penulisan Al-Qur’an,
jumlah ayat, metode penafsiran Al- Qur’an, tauhid, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW dan
i’jaz Al-Qur’an
3. Jami’ah Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman di Sudan.
Lembaga ini berdiri pada tahun 1990 M/1410 H dengan membawahi enam program studi.
Lembaga ini mempunyai beberapa cabang di wilayah Sudan lainnya. Lembaga ini juga
mengajarkan qira’at sepuluh dan ilmu-ilmu Al-Qur’an lainnya serta ilmu-ilmu syariat Islam.
4. Kuliah Tinggi Al-Qur’an di Yaman.
Lembaga ini berdiri pada tahun 1994 setingkat strata satu dan memberikan ijazah bersanad
terhadap mata mata kuliah Al-Qur’an.
5. Jurusan qira’at Al-Qur’an Universitas al-Balqa’ di Yordania
Inilah sebuah jurusan baru dibuka pada tahun ajaran 2000/2001. Para pelajar yang belajar di
jurusan ini dapat mempelajari qira’at sepuluh dari thariq syatibiyyah dan ad-Durrah. Mereka
juga akan mempelajari qira’at Syaz, i’jaz Al-Qur’an penulisan rasm utsmani dan lain
sebagainya dari ilmu-ilmu syariat yang sangat bermanfaat bagi masa depan mereka.
6. Al-Jam’iyyah al-Muhafazah di Yordania. Lembaga ini didirikan pada tahun 1991 dan fokus
kepada pengajaran qira’at sepuluh. Di tempat ini juga dipelajari ilmu tajwid dan diberikannya
ijazah qira’at sepuluh atau sebagiannya.

Inilah sejumlah contoh dari lembaga atau sekolah yang mengkhususkan diri nya kepada Al-Qur’an
dan qira’at serta cabang-cabang ilmu Al-Qur’an lainnya.

E. Masa Kodifikasi Qira’at

Pada abad pertama kedua dan ketiga pengkodifikasian ilmu qira’at lebih dominan kepada
penghimpunan riwayat dalam qira’at.Pada masa ini ulama berlomba-lomba dalam membukukan
materi-materi qira’at pada kitab-kitab mereka.Ada yang membukukan materinya satu imam qira’at
hingga beberapa imam qira’at.Akan tetapi pada abad keempat ilmu qira’at berada pada titik yang
mengkhawatirkan karena disebabkan oleh bercampurnya qira’at yang shahih dan tidak shahih.

5
Pada masa selanjutnya terdapat ulama yang ingin menghimpun qira’at yang mewakili setiap
negeri islam yang memang benar-benar mereprentasikan qira’at yang mutawatir dan membukukan
bacaan-bacaan yang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama pada masa itu.Yang termasuk
bagian dari tindakan yang bijaksana adalah apa yang dilakukan oleh Ibnu Mujahid yang (wafat pada
tahun 324 H) dengan menuliskan bacaan 7 Imam Qira’at yang diambil secara teliti dari negeri-negeri
Madinah,Makkah,Basrah,Syam dan Kufah. 7 Imam Qira’at ini dihimpun dalam kitabnya dengan
judul “Al-Sab’ah” yang menjadi penyebab awal kemunculan Qira’at Sab’ah.

Terdapat perbedaan pendapat menurut ahli sejarah tentang awal penyusunan ilmu Qira’at.
Menurut Ibnu Al-Jazari (wafat 225 H) dalam Ghayah An-Nihayah,ilmu qira’at pertama kali disusun
oleh Abu Hatim as-Sajastani. Sedangkan menurut Sayyid Hasan dalam kitabnya Ta’sis al-syi’ah li
ulum al-islam mengatakan bahwa orang yang peratama kali menyusun ilmu Qira’at adalah Aban bin
Taghlub al-Kufi (wafat 141 H). Akan tetapi mayoritas ulama yang berpendapat bahwa pencetus awal
disusunnya Ilmu Qira’at adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (wafat 224 H)

Menurut As-Suyuthi yang dikutip oleh Manna’ al-Qaththan orang yang pertama kali menyusun
kitab tentang Qira’at adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam,kemudian Ismail bin Ishaq al-Maliki
yang merupakan murid dari Qalun,lalu Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari.Selanjutnya Abu Bakar bin
Mujahid.Lebih lanjut as-Suyuthi menjelaskan bahwa pada masa ibnu Mujahid mulai tampak para ahli
yang menyusun buku mengenai berbagai macam Qira’at,baik yang mencakup semua Qira’at maupun
tidak.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa sebelum Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam terdapat
sekelompok orang yang menyusun ilmu Qira’at,akan tetapi adanya kitab yang disusun oleh Abu
Ubaid ibn Sallam telah mempopulerkan Ilmu Qira’at dibandingkan dengan Ilmu sebelumnya.Abdul
Hadi al-Fadli menyatakan bahwa orang yang pertama kali menyusun Ilmu Qira’at adalah Yahya bin
Yu’mar (wafat 90 H) yang merupakan murid dari Abu Aswad ad-Duali.Ibnu Athiyah menyebutkan
bahwa Abdul Malik bin Marwan telah memerintahkan untuk melakukan proses pemberian tanda baca
pada Al-Qur’an.Disamping itu Hajjaj bin Yusuf bin al-Hakam al-Tsaqafi juga memberikan kontribusi
dalam penyusunan Ilmu Qira’at dengan membagi Al-Qur’an kedalam beberapa hizb.al-Hasan dan
Yahya bin Yu’mar juga telah memberikan pengaruh dalam penyusunan Ilmu Qira’at dengan
menyusun kitab dalam ilmu qira’at yang membahas tentang perbedaan pendapat mengenai
periwayatan qira’at yang sesuai dengan syakal.Proses pengkodifikasian Ilmu Qira’at memakan waktu
yang cukup lama sampai pada masa Ibnu Mujahid yang juga menulis kitab dalam ilmu Qira’at.

F. Klasifikasi Qira’at

Pembagian ilmu qira’at terbagi menjadi beberapa macam bagian, yaitu ditinjau dari segi diterima dan
ditolak,segi sanad,serta kesatuan makna dan bilanganya. 1

1. Pembagian Qira’at dari segi diterima dan ditolaknya


a. Bacaan yang diterima (Qira’at Maqbulah)
Merupakan bacaan yang sanadnya shahih, sesuai dengan kaidah rasm Mushaf Utsmani serta
sesuai dengan dialek Arab. Sedangkan mengenai kedlobitan qira’at maqbulah yang
menetapkanya ialah Ibnu Mujahid (w.324 H) Ibnu khalawaih (w.370 H) Makki bin Abi Thalib
(w.437 H), ibnu Jazari (w.833 H), Abu syamah (w.665 H) dan Kawasyi (w.680 H). penetapan
tersebut mengacu pada dlobit sanad,dlobit rasm dan dlobit dialek Arab.

6
Macam-macam Qira’at Maqbulah:
1) Qira’at Mutawatir
2) Qira’at Masyhur
3) Qira’at Ahad
Sedangkan hukum qira’at mutawatir dan qira’at masyhu sendiri merupakan qira’at yang
disepakati, dibaca ketika sholat serta sesuai dengan hakikat Al-Qur’an (dan membacanya
merupakan ibadah). Sedangkan qira’at ahad sesuai dengan dialek Arab, sanadnya sah, tidak
syadz dan tidak terdapat kejanggalan, namun memiliki rasm yang berbeda. Qira’at ini
diterima tapi tidak dibaca karena ke-ahad an yang dimilikinya.
b. Bacaan yang ditolak (Qira’at Mardudah)
Merupakan qira’at yang tidak memenuhi dlobit qira’at maqbulah. Akidah dari qira’at
mardud adalah kebaikan dari ke dlobitan qira’at maqbulah. Hukumnya tetap tidak
masukkedalamhitungan bacaan, tidak dibaca dalam sholat serta ketika membaca tidak ada
nilai ibadahnya seperti membaca Ak-Qur’an .
Macam-macam Qira’at Mardudah
1) Qira’at ahad ( yang bukan termasuk dialek arab)
2) Qira’at Syadzah
3) Qira’at Mudrajah
4) Qira’at Maudu’ah

2. Pembagian berdasarkan Sanad


a. Qira’at Mutawatir
b. Qira’at Masyhur
c. Qira’at Ahad
3. Pembagian dari segi makna dan beberapa Makna
a. Qira’at Satu Makna
Qira’at satu makna yakni qira’at yang berbeda dn menjadi perselisihan dalam pelafadzan,
namun disepakati maknanya. Didalamnya termasuk qira’at yang berbeda dalam hal ushul.
b. Qira’at yang memiliki banyak makna
Adalah qira’at yang diperselisihkan dalam hal lafadz dan maknanya. Perbedaan makna yang
dimaksudkan ialah perbedaan macam-macamnya, bukan perbedaan yang kontradiktif. Ibnu
al-jauzi mengatakan ada tiga perbedaan yang dimaksudkan, yaitu tanaqud (kritik),
kebohongan dan perbedaan yang berlainan dengan ke fashihan kalam.
4. Pembagian dari segi jumlah
Penyebutan jumlah Qira’at cukup beragam, ada yang mengatakan
enam,tujuh,delapan,sepuluh,sebelas,tiga belas,dan empat belas. Tetapi, dari berbagaai macam
qira’at yang telah dibukukan, hanya ada tiga macamyang masyhur. 2, yakni:
a. Qira’at sab’ah
1) Nafi, yang meriwayatkan dari beliau adalah Qalun dan warsy
2) Ibnu Katsir, yang meriwayatkan dari beliau adalah al-Buzzi dan Qumbul
3) Abu Amr, dua perawinya yang cukup terkenal ialah as-Duri dan as-susi
4) Ibnu Amir, perawi qira’atnya ialah Hisyam dan DZAKWAN
5) Ashim perawinya ialah syu’bah dan Hafs
6) Hamzah, peranya yang masyhur yaitu khalaf dan khallad

7
7) Khalaf al-Asyir, yang meriwayatkan dari beliau adalah ishaq dan idris
b. Qira’at Arba Asyrah
Dalam qira’at ini, ditambahkan 4 orang yang disandarkan pada:
1) Ibnu Muhais perawinya al-Bazzi dan Abu al-Hasan
2) Al-Yazidi, perawinya ialah sulaiman bin al-Hakam serta Ahmad bin Farh
3) Hasan al-Basyri, perawinya yakni syuja dan ad-Duri
4) Al-Amasy, yang meriwayatkan dari beliau adalah al- Hasan bin sa’id dan Abu al- Farjh. 3

G. Tokoh-Tokoh Dan Karya Ilmiahnya

Dengan berkembangnya Ilmu Qira’at yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang ahli
Qira’at lalu mereka mengamalkan ilmunya dalam bentuk karya tulis.
Tokoh-tokoh ahli qira’at dan karya tulisnya:
1. Makki bin Abu Thalib al-Qaisi
Kitab yang disusun : Al-Ibanah ‘an-Ma’ani Al-Qira’at dan al-Kasyufu’an Wujuuhi al-Qira’ati
al-Sab’i wa ilaaliha.
2. Abdurrahman bin Ismail,yang lebih dikenal dengan nama Abu Syaamah.
Kitab yang disusun : Ibrazu Ma’ani min Harzi al-Amani dan Syarah Kitab al-Syatibiyah.
3. Ahmad bin Muhammad al-Dimyati.
Kitab yang disusun : Itafu Fudalai al-Basyari fi al-qira’at al-Arba’i ‘Asyar.
4. Imam Muhammad al-Jazari.
Kitab yang disusun : Tahbir al-Taisir fi al-Qira’at al-‘Asyar min Thariqi al-Syatibiyah wa al-
Daurah.
5. Imam ibn al-Jazari.
Kitab yang disusun : Taqrib al-Nasyar fi al-Qira’at al-‘Asyar dan Al-Nasyar fi al-Qira’at
al-‘Asyar.
6. Husain bin Ahmad bin Khalawaih.
Kitab yang disusun : al-Hujjatufi Qira’at al-Sab’I dan Mukhtashar Syawaadzi al-Qur’an.
7. Imam Ahmad bin Musa bin Mujahid.
Kitab yang disusun : Kitab al-Sab’ah
8. Imam Syatibi.
Kitab yang disusun : Harzu al-Amani wa Wajhu al-Nahani-Nazam fi Qira’at al-Sab’i.
9. Syaikh Ali al-Nawawi al-Shafaqisi
Kitab yang disusun : Ghaitsu al-Nafi’ fi al-Qira’ati al-Sab’i.
10. Imam Abu Amr al-Dani.
Kitab yanh disusun : al-Taysir fi al-Qira’at al-Sab’i.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwasanya Qira’at ini muncul sejak
zaman Nabi hanya saja perkembangannya masih sederhana yakni berupa pengajaran secara
langsung. Pada masa sahabat dan tabiin qira’at semakin dikenal seiring dengan perkembangan
pemeluk islam dari berbagai suku dan daerah.Qira’at mulai mendapat tempat sebagai bagian dari
ulumul qur’an sejak bermunculannya banyak karya yang meneliti dan menghimpun qira’at
dimulai dari Abu Ubaid Qasim bin al-Sallam hinggan Ibnu Mujahid yang memperkenalkan
Qira’at Sab’ah.Qira’at Sab’ah,Syira’at ‘Asyrah dan Qira’at Arba’a ‘Asyrah adalah tiga madzhab
Qira’at yang termasyhur hingga saat ini.

B. Saran

Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu
penulis menyarankan kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritikan dalam memperbaiki
makalah penulis untuk yang akan dating.

16
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, Qurrota. Sejarah Ilmu Qira’at, web https://www.academia.edu/29489870/Sejarah_Ilmu_ Qira’at


Abdul Hadi al-Fadli, Al-Qira’at al-Quraniyyah; Tarikh wa ta’rif, (Beirut: Dar al-Qalam, 1980)

Abdul Halim bin Muhammad al-Hadi Qabhah, Al-Qira’at al-Qur’aniyyah tarikhuha Tsubutuha
Hujjaituha wa ahkamuha, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1999)

Abdul Majid, Khon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at ‘Ashim dan Hafsh,
(Jakarta: Amzah, 2011)

Akaha, Abduh Zulfidar. 1996. Al-Qur’an dan Qiroat. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).

Al-Isma’il, Nabil bin Muhammad Ibrahim. 2000. Ilmu al-Qira’at. (Riyadh: Maktabah at-Taubah)

Al-Qattan, Manna Khalil. 1973. Mabahis Fi Ulumil Qur'an. (Surabaya: Al-hidayah).

Al-Qodi, Abdul Fattah Abdul Ghoni. 2009. Al-Wafi fi Syarhi Asy-Syathibiy. Mesir.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At-Tibyan Fi Ulumil Qur'an. Jakarta. Darul Kutub Al-1slamiyah.

Dar el-Islam,.

Dr.KH.Ahsin Sakho Muhammad dalam memberikan kata pengantar dalam Implikasi Qira’at Syadzdzah

Khairunnas Jamal, Afriadi Putra. 2020. Pengantar Ilmu Qira’at. (Yogyakarta : Kalimedia)

Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Qira’at, terj. Aunur Rafiq El-Mazani, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005)

Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur'an Praktis. Jakarta. Pustaka Amani.

Suarni, (2013) Sejarah dan Perkembangan Qira’at Al-Qur’an, Jurnal Mu’ashiroh IAIN Ar-Raniry,
vol.10, No.2

17

Anda mungkin juga menyukai