Anda di halaman 1dari 89

HADITH TENTANG MUNCULNYA DAJJAL (STUDI

MA’ANIL HADITH)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Pensyaratan Memperoleh Gelar sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Quran Tafsir
Fakultas Ushuluddin

Oleh
MOHAMAD HAFIZ BIN FADZIL
NIM : UT 160052

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
Motto
1
.‫ْي َعْي نَ ْي ِه ك ف ر‬ ٌ ُ‫س ِِب َْع َوَر َمكْت‬
َ ْ َ‫وب ب‬ ‫ِا‬ ِ ِ ‫َما ِم ْن نَِ ٍّ ِا‬
َ ‫ب إَّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أُامتَهُ ْاْل َْع َوَر الْ َكافَر أَََّل إناهُ أ َْع َوُر َوإن َربا ُك ْم لَْي‬
ّ
"Tidak ada satu nabipun kecuali mengingatkan umatnya mengenai yang buta
sebelah lagi pendusta (Dajjal), ketahuilah dia itu buta sebelah sedang RABB
kalian tidaklah buta sebelah. Tertulis di matanya KAFARA".

1
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.

v
PERSEMBAHAN

َٰ ۡ ‫ٱَّللِ ٱلار‬
‫حَ ِن ٱلارِحي ِم‬ ‫بِ ۡس ِم ا‬
Segala puji saya ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena memberikan
saya kekuatan dan nikmat untuk saya hasil tulisan ini. Dan juga kepada junjungan
besar baginda Rasulullah Saw yang telah berjuang menyampaikan agama Islam
sehingga dapat kita merasai nikmat iman dan nikmat Islam yang merupakan
nikmat yang terbesar bagi kita.
Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada kedua orang tua saya iaitu
Hawa binti Said dan ayah saya Fadzil bin Kassim yang telah membesarkan saya
sehingga saya menjadi dewasa yang telah banyak berkorban dari segi harta dan
tenaga agar saya membesar memjadi insan yang berguna.
Tidak lupa juga Bapak Dr. Abdul Halim S. Ag M.ag selaku Dosen Pembimbing I,
dan Sajida Putri. S.ud. M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi
tunjuk ajar dan membantu serta meluangkan waktu dalam membimbing
penyelesaian skripsi ini.
Serta tidak lupa Terima kasih kepada semua Asatizah Wa Ustazah Yang Telah
Mengajarku Di Kolej Islam As-Sofa, Ust Sufi , Ust Rahman dan semua sahabatku
Hashim Halim, Muhammad Azamudeen, Luqman Nul Hakim, Abu Darda, Farhan
Fikri, Aiman Syafiq, Adam Aziz, Anas Zakuan, Rafiq Irfan, Tengku Mus‟ab,
Syahira, Adibah rakan fakultas satu jurusan yang banyak membantu ketika saya
mendapatkan ilmu.
Serta sahabat-sahabatku di Indonesia mahupun yang berada di Malaysia yang
telah memberikan semangat dan dorongan di kala suka mahupun duka, semoga
persahabatan kita tetap terjalin dengan baik dan semoga ini semua menjadi
kenangan yang terindah dalam hidupku.
“Jazakallahukhairan khatira”

vi
ABSTRAK

Sebuah penelitian yang berjudul “Hadith Tentang Munculnya Dajjal (Studi


Ma‟anil Hadith)” bertujuan untuk mengkaji kualitas sanad dan matan hadith
melalui takhrij dan ma’anil hadith. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas
yang memperhatikan dan memerlukan perhatian, yaitu hadith tentang munculnya
Dajjal, penulis melihat kondisi pada zaman ini terdapat masyarakat sudah
mendengar tentang Dajjal tetapi masih ada keraguan dan kesamaran tentang
pemahaman hadith ini karena terdapat perbedaan pendapat antara ulama. Pendapat
pertama mengatakan Dajjal adalah simbol penipuan dan pendapat kedua
mengatakan Dajjal adalah manusia. Sehubungan dengan itu, tujuan penulis ingin
mengkaji tentang kualitas hadith yang digunakan ini adakah dapat dijadikan hujah
atau tidak, penulis juga ingin mengkaji komentar dari ulama‟ terhadap hadith dari
segi sanad, matan dan pemahaman.
Sebagai pendekatan penelitian, penulis menggunakan penelitian pustaka
(library research) untuk menganalisis. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan
data-data dalam penelitian ini, penulis melakukan pencarian data dari buku-buku
yang ada berkaitan dengan pembahasan terutama kitab hadith Musnad Ahmad dan
kutubusittah. Kemudian penelitian hadith menggunakan metode Takhrij dan
I’tibar. Selanjutnya, penelitian matan hadith dengan menggunakan metode
ma’anil hadith, agar penyampaian hadith dari sanad dan matan lebih jelas dan
mendapat pemahaman terhadap hadith.
Hasil akhir dari penulis nyatakan adalah dari empat hadith tersebut,
peringkat validitasnya adalah dua hadith shahih dan dua hadith hasan dan
didukung oleh kualitas sanad hadith tentang muncul Dajjal pada jalur sanadnya
telah terbukti bahwa semua periwayatan telah sampai kepada Rasulullah Saw.
Setelah di kaji dan ditelusuri, terdapat hadith dari jalur Anas bin Malik dan
Ubaidullah bin Abdullah pada musnad imam ahmad jatuh ke tahap status gharib
karena perawinya menyendiri adapun hadith pada jalur ubadah bin Ash Shamit
dan Uwaimir bin Malik afalah hadith ahad karena hadith yang diriwayatkan oleh
seorang perawi tetapi tidak sampai tahap mutawattir. Dari sudut pemahaman
hadith dengan menggunakan metode ma‟anil hadith, dapat diketahui bahwa lafaz
dan matan hadith tentang dajjal tidak terdapat percanggahan dengan ayat al-
Qur‟an, hadith, akal dan indra yang sihat. Dari kontekstualisasi, hadith tentang
Dajjal, bahwa interpretasi dari ulama meyakini Dajjal itu bukanlah simbol, sifat
laku dan kiasan belaka (majazi). Akhirnya penulis merekomendasikan kepada
seluruh masyarakat agar senantiasa berpegang kepada al-Qur‟an dan Sunnah.
Kemudian senantiasa bersama dengan para ulama‟ yang memperjuangkan sunnah
dan bersemangat dalam mempelajari serta memahami ilmu.

vii
KATA PENGANTAR

َٰ ۡ ‫ٱَّللِ ٱلار‬
‫حَ ِن ٱلارِحي ِم‬ ‫بِ ۡس ِم ا‬

‫ص ْحبِ ِه‬ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫السالَ ُم َعلَى أَ ْش َرف اْألَنْبِيَاء َوال ُْم ْر َسل‬
َ ‫ْي َو َعلَى اَله َو‬ َّ ‫الصالَةُ َو‬ َ ْ ‫ب ال َْعالَ ِم‬
َّ ‫ْي َو‬ ِّ ‫ا ْْلَ ْم ُدِ هلل َر‬
‫َْجَ ِع ْْي أ ََّما بَ ْع ُد‬
ْ‫أ‬
Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan hidayah ke jalan
yang benar. Hanya Engkaulah sebaik-baik pembimbing dan penolong. Selawat
dan salam atas junjungan Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabat Baginda,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya judul “HADITH TENTANG
MUNCULNYA DAJJAL (STUDI MA‟ANIL HADITH)” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai memenuhi salah satu syarat
untuk memperolehi Sarjana Strata Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama dalam Jurusan Ilmu Al-Quran Tafsir, UIN Sulthan Thaha
Saifuddin,Jambi. Tidak lupa juga rasa terima kasih yang mendalam penulis
ucapkan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Abdul Halim S.Ag M.ag selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu
Sajida Putri. S.ud. M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dan meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas
Usuluddin dan Studi Agama
3. Dr. H. Ghaffar M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akedemik yang
membimbing dari semester lima sampai semester sembilan.
4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag, selaku DekanFakultasUsuluddindanStudi
Agama.
5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat
Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan Studi
Agama.
6. Bapak, Prof. Dr. Su‟aidi, MA. Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
8. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
9. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Provinsi Jambi maupun
Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi Agama.
10. Kedua orang tua, dan keluarga besar penulis.
11. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu-Al-Quran dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.
13. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan
inspirasi kepada penulis.

viii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik teknik penulisan, analisa, maupun dalam
mengungkapkan argumentasi pada bahasan skripsi ini. Karena itu penulis
mengharapkan kelapangan dada pada semua pihak yang budiman dan sekaligus
memperbaiki sebagaimana mestinya.
Demikianlah ucapan hormat penyusun, semoga jasa dan budi baik mereka
menjadi amal baik dan diterima oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penyusun memohon ampunan dan petunjuk
dari segala kesalahan.

Jambi, 13 November 2019


Penyusun

MOHAMAD HAFIZ BIN FADZIL


UT 160052

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


NOTA DINAS ............................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Batasan Masalah................................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 6
E. Tinjauan Kepustakaan ....................................................................... 7
F. Metode Penelitian ............................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
BAB II METODOLOGI MA’ANIL HADITH
A. Pengertian Ma‟anil Hadith ............................................................. 13
B. Metode Kajian Hadith .................................................................... 14
C. Metode Ma‟anil Hadith .................................................................. 15
1. Riwayah bil Ma‟na ...................................................................... 16
2. Gharib al Hadith .......................................................................... 16
3. Hakiki dan Majazi ....................................................................... 17
4. Asbab al Wurud........................................................................... 17
D. Metode Memahami Hadith ............................................................ 18
1.Tekstual………………….. ......................................................... 18
2.Kontekstual………….. ............................................................... 18
BAB III PENELITAN SANAD DAN MATAN HADITH
A. Pengertiaan I‟tibar Sanad ................................................................. 20
C. Skema Perawi Hadith ....................................................................... 30
D. Biografi Periwayat Hadith ............................................................... 34
E. Penelitian Sanad Hadith.................................................................... 54

x
F. Penelitian Matan Hadith .................................................................. 55

BAB IV PEMAHAMAN HADITH TENTANG DAJJAL


A. Kajian Riwayah bil Ma‟na ............................................................ 58
B. Kajian Gharib al Hadith ................................................................ 60
C. Memahami Kalimat Hakiki dan Majazi ....................................... 61
D. Kajian Asbab Wurud al Hadith .................................................... 63
E. Kontekstualisasi Hadith ................................................................. 63
F. Perlindungan Dari Fitnah Dajjal .................................................... 68

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 71
B. Rekomendasi .................................................................................. 72

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI2

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ ‟ ‫ط‬ ṭ
‫ب‬ b ‫ظ‬ ẓ
‫ت‬ t ‫ع‬ „
‫ث‬ th ‫غ‬ gh
‫ج‬ j ‫ف‬ f
‫ح‬ ḥ ‫ق‬ q
‫خ‬ kh ‫ك‬ k
‫د‬ d ‫ل‬ l
‫ذ‬ dh ‫م‬ m
‫ر‬ r ‫ن‬ n
‫ز‬ z ‫ه‬ h
‫ش‬ s ‫و‬ w
‫ش‬ sh ‫ء‬ ٬
‫ص‬ ṣ ‫ي‬ y
‫ض‬ ḍ

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ َ
a
َ‫ا‬ ā ‫اِى‬
ُ‫ا‬ ‫اَى‬ ‫اَو‬
u á aw

ِ‫ا‬ i
‫اُو‬ ū ‫اَى‬ ay

2
Mohd. Arifullah – Bambang Husni Nugroho - Abdul Halim – Masiyan Kayra Ilmiah
(Fak. Ushuluddin UIN STS Jambi, Jambi,2016) Halaman 149

xii
C. Tā‟ Marbtūṭah

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:


1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.

Arab Indonesia
‫صالة‬ Ṣalāh
‫مراة‬ Mir‟āh

2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan


dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia
‫وزارة التربية‬ Wizārat al-Tarbiyah
‫مراة السمن‬ Mir‟āt al-zaman

3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah


/tan/tin/tun.
Contoh:

Arab Indonesia
‫فجنة‬ Fajannatan

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ajaran Islam yang disebut syariat Islam bersumber pada wahyu Allah.
Wahyu Allah itu adalah Kalamullah (al-Qur‟an) yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, dalam bahasa yang difahami benar oleh
penerimanya. Ajaran yang terkandung dalam wahyu Allah itu bersifat universal,
dapat dilaksanakan dalam setiap waktu dan tempat, disetiap situasi dan kondisi
sepanjang masa. Keuniversalan itulah yang membuat ajaran dan perintah di dalam
ayat-ayat al-Qur‟an bersifat global dan tidak detail. Seperti perintah Shalat yang
datang secara garis besarnya saja tanpa ada keterangan dalam al-Qur‟an tentang
jumlah raka‟at, waktu dan cara pelaksanaannya, dan perintah zakat yang tidak ada
penjelasan tentang ukuran dan syarat-syaratnya, dan banyak lagi masalah-masalah
lainnya.
Untuk mengetahui makna wahyu tersebut secara khusus dan rinci,
diperlukan penjelasan dari Rasul Saw. Karena Rasul Saw ditugaskan Allah Swt
untuk menyampaikan al-Qur‟an serta menjelaskan isi kandungannya kepada umat
manusia, sebagai mana firman Allah Swt QS, Al-Nahl, ayat 44:

ۡ ِۗ
ِ ۡ ِ ‫َنزلنآ إِلَ ۡي‬ ِ َ‫بِ ۡٱلب يَِٰن‬
 ‫َّاس َما نُِّزَل إِلَ ۡي ِه ۡم َولَ َعلَّ ُه ۡم يَتَ َف َّكُرو َن‬
ِ ‫ّي لِلن‬
َ ِّ َ‫ك ٱل ّذكَر لتُب‬
َ َ َ ‫ٱلزبُِر َوأ‬
ُّ ‫ت َو‬ َّ

“(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat)


dan kitab-kitab. Dan kami turunkan Az-Zikr (al-Qur‟an) kepadamu, agar
engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka, dan agar memikirkan”. (QS. Al-Nahl: 44).1
Penjelasan, rincian serta bimbingan dari Rasulullah Saw itulah yang lazim
disebut sebagai hadith atau sunnah. Hadith atau sunnah nabi merupakan sumber
ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur‟an.2 Banyak dalil al-Qur‟an yang

1
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul, (Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009), 272.
2
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis Dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah,(Jakarta : Bulan Bintang,1995), 3.

1
2

memerintahkan kepada orang-orang beriman, untuk patuh serta mengikuti


petunjuk Nabi Saw. Salah satunya dalam QS. An-Nisa, ayat 59:
ِ‫ول وأُوِِل ۡٱۡل َۡم ِر ِمن ُك ۖۡۡم فَإِن تَ َٰنز ۡعت ۡم ِِف ش ۡيء فَرُّدوه إِ ََل ٱ ََّّلل‬ ِ ‫ٱَّلل وأ‬ ِ ِ َّ
ُ ُ َ ُ ََ ْ َ َ ‫ٱلر ُس‬ َّ ْ‫َط ُيعوا‬ َ ‫َََٰٓيَيُّ َها ٱلذ‬
َ ََّ ْ‫ين ءَ َامنُ ٓواْ أَط ُيعوا‬
ۡ ِ‫ٱَّللِ و ۡٱلي ۡوِم ۡٱۡلٓ ِخ ِِۚر َٰذَل‬
 ‫ك َخ ۡي َوأ َۡح َس ُن ََت ِو ًيًل‬ ِ ِ ۡ ۡ ِ ِ َّ ‫و‬
َ َ َ َّ ‫ٱلر ُسول إن ُكنتُم تُؤمنُو َن ب‬ َ

“Wahai orang-orang yang beriman!, Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad) dan "Ulil-Amri" (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (al-Qur‟an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan Hari kemudian. Itu, lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa)3
Dalam memahami ajaran Islam dan dapat mengamalkan dengan baik dan
benar, umat Islam harus berpegang kepada al-Qur‟an dan Sunnah atau Hadith.
Hadith merupakan sumber hukum Islam Kedua setelah al-Qur‟an. Ia bukan saja
sebagai penguat dan penjelas bisa dijadikan dasar hukum baru yang tidak
dijelaskan dalam al-Qur‟an. Oleh kerana itu sebagai sumber hukum, maka
layaknya bagi semua orang Islam melakukan pengkajian dalam supaya hadith
terjaga dari penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin merusak
dan menjelekkan agama Islam, Goldziher (1850-1921M) misalnya, meragukan
adanya hadith yang berasal dari Rasulullah Saw. Bahkan sampai pada kesimpulan
bahwa tak satupun hadith yang otentik dari nabi, khususnya hadith-hadith tentang
hukum.4
M. Syuhudi mengungkapkan ada enam faktor utama yang menjadi latar
belakang pentingnya penelitian hadith tersebut, sebagaimana yang tertera dibawah
ini:
1. Hadith merupakan sumber ajaran Islam.
2. Tidak semua hadith nabi ditulis pada masa nabi.
3. Telah munculnya berbagai usaha pemalsuan hadith Nabi Saw.
4. Proses perhimpunan yang telah memakan waktu yang cukup lama.
5. Telah terjadi periwayatan hadith-hadith Nabi secara makna.

3
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul (Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009), 87.
4
Ali Mustafa Ya‟kub, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadith (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996), 14.
3

6. Terdapat jumlah kitab hadith yang cukup banyak dengan metode


penyusunan beragam.5
Hadith-hadith yang dapat dijadikan pedoman dalam menyampaikan
hujjah, serta sebagai sumber ajaran Islam, adalah hadith yang maqbul (yang
diterima), yaitu hadith shahih dan hasan dan maqbul, terdapat juga hadith
mardud, yaitu yang ditolak dan tak sah penggunaanya sebagai dalil hokum atau
sumber ajaran Islam. Hadith yang ditolak dan tidak sah penggunaanya sebagai
dalil hukum atau sumber ajaran Islam. Hadith mardud banyak sekali jumlah dan
macamnya seperti hadith maudhu‟ (palsu), hadith munkar, hadith matruk dan lain-
lain dari berbagai macam hadith dhaif lainya.
Selain itu, salah satu persoalan yang penulis bahaskan dalam hadith namun
tidak ditemukan dalam al-Qur‟an adalah seputar persoalan Dajjal. Mengingat
tema tersebut belum pernah digulirkan secara tekstual dalam al-Qur‟an, maka
kemudian penjelasan tentang Dajjal menggunakan hadith.
Dajjal adalah seorang manusia dari keturunan Yahudi. Dia bukan Jin
ataupun apa jua makhluk lain selain ia sebagai manusia yang ditangguhkan
ajalnya “Minal Munzharin” seperti halnya Nabi Isa As yang diangkat oleh Allah
Swt ke atas langit dan ditangguhkan kematiannya sehingga beliau nantinya turun
semula keatas muka bumi ini lalu beliau akan wafat dan dikuburkan di Madinah
Al-Munawwarah. Sama juga halnya dengan Iblis yang di tangguhkan kematianya
sehingga kematianya sehingga kiamat.
Di antara sekian banyak hadith, penulis memilih salah satunya yaitu hadith
yang membicarakan tentang munculnya Dajjal6 serta fitnah-fitnahnya, yang mana
penulis melihat kondisi pada zaman ini terdapat masyarakat yang sudah
mendengar tentang Dajjal tetapi masih ada keraguan dan kesamaran tentang
pemahaman hadith ini karena terdapat perbedaan pendapat antara ulama, namun
bukan berarti tidak ada kejelasan dan kepastian tentang semua itu.

5
M.Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: bulan bintang, 1992), 7
6
Term ini, dalam Kamus Besar Indonesia dimaknai dengan “Setan yang datang kedunIa
apabila kiamat sudah dekat (berupa Raksaksa besar) penipu, pembohong, serta orang yang buruk
kelakuan. Pusat Bahasa Departemern Pendidikan Nasional , Kamus Besar Indonesia (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008) ,308.
4

Melihat kondisi di atas, sangat penting untuk melakukan sebuah penelitian


terhadap hadith-hadith yang beredar di dalam lingkungan masyarakat kita,
menyingkapi hal seperti ini maka penulis mencoba meneliti atau mentakhrij
hadith terhadap suatu masalah yang ada yaitu hadith tentang munculnya Dajjal.
Menurut A.J Wensinck dalam al-Mu’jam al-Muhfahras li Alfaz al-Hadith
al-Nabawi hadith-hadith tentang fitnah Dajjal banyak ditemukan dalam
kutubusittah sebagai berikut: Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Ibnu Majah,
Abu Daud serta Ahmad bin Hambal.7 Meskipun susunan kalimat pada matan
hadith tersebut terdapat perbedaan, namun maknanya sama. Hal itu wajar terjadi
sebab dalam periwayatan hadith telah terjadi secara makna.
Di dalam membahas tentang kualitas dan pemahaman hadith tentang Dajjal,
maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dan meneliti ma’anil
hadith berdasarkan hadith yang disampaikan oleh Rasulullah:
ِ‫اَّلل‬ ِ ٍ ِ‫ال ََِسعت أَنَس بن مال‬
َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ث ق‬ ُ ‫ك ُُيَ ّد‬ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َادةَ ق‬
‫س ِِب َْع َوَر‬ َّ ِ ِ ِ َِّ ٍ َِ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم َما ِم ْن ن‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ب إَّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َكافَر أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬ّ َ َ
8 ِ
.‫ّي َعْي نَ ْيو ك ف ر‬ َ ْ َ‫وب ب‬
ٌ ُ‫َمكْت‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dan Hajjaj berkata, telah
memberitakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata, saya telah
mendengar Anas Bin Malik menceritakan (hadith), berkata, Nabi
Muhammad Saw bersabda, "Tidak ada satu nabipun kecuali mengingatkan
umatnya mengenai yang buta sebelah lagi pendusta (Dajjal), ketahulilah
dia itu buta sebelah sedang RABB kalian tidaklah buta sebelah. Tertulis di
matanya ‫"ك ف ر‬.9
Hadith diatas menerangkan tentang salah satu sifat dajjal yang buta sebelah
matanya. Hadith ini merupakan gambaran umum dan perlu dibahaskan bagaimana
memahami hadith tentang dajjal, adakah semua umat Muhammad bisa melihat
dengan jelas perkataan )‫ (ك) (ف) (ر‬itu? Oleh karena hadith ini hanya

7
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), 111.
8
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.
9
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad. Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadits
Kitab 9 imam.
5

menggambarkan salah satu karakteristik dan sifat Dajjal, penulis ingin mengkaji
kualitas hadith tentang Dajjal serta pemahaman hadith tersebut. Penulis meragui
hadith ini adakah shahih atau dhaif untuk di sampaikan kepada masyarakat. Untuk
mengetahui kesahihan sesebuah hadith dengan melalui cara mentakhrijkan hadith
menggunakan al-Mu’jam al-Muhfahras.
Pernyataan Rasullullah Saw tersebut meneguhkan keberadaan Dajjal di
akhir zaman. Adapun tafsir dan definisi tentang Dajjal sangatlah beragam. Ada
yang mengatakan bahwa Dajjal hanyalah sekedar isyarat atau perumpamaan
budaya-budaya baru umat Islam yang deskruktif seperti budaya televisi, atau
isyarat fisik semisal segi tiga bermuda, dan lain sebagainya. Namun spekulasi ini
dibantah oleh sedemikian banyak hadith menjelaskan secara utuh akan kehadiran
Dajjal sebagai makhluk berwujud manusia, lengkap dengan ciri-ciri fisiknya
secara terperinci.10
Abu Fatiah al-Adnani menjelaskan bahwa tanda-tanda kemunculan sosok
Dajjal sebagai fitnah akhir zaman, yakni terjadinya kerusakan bertumpuk-tumpuk,
kezaliman bertindih-tindih, kesyirikan merajalela, dan kemungkaran sulit
dibendung. Kebenaran sulit dibedakan dari kebatilan, halal dan haram sulit
dipisahkan. Hal yang baik bercampur baur dengan hal yang buruk. Pada
kebanyakan manusia, hati nurani dan fitrah mereka telah rusak dan
terkontaminasi. Akibatnya mereka tertipu, terpedaya oleh arus fitnah yang ada.
Pada saat itu manusia mudah tergoncang, bahkan karena beratnya fitnah yang
dihadapi manusia, ada di antara mereka yang di waktu pagi beriman namun pada
waktu sorenya telah menjadi kafir.11
Pokok masalah daripada penelitian ini ialah memandangkan pembahasan
tentang Dajjal terdapat berbagai perbedaan pendapat di kalangan para ulama
terletak pada pemaknaan pemaknaan redaksi hadith tersebut. Sebagian ulama‟
meyakini secara hadith Dajjal secara hakiki, dan sebagian lain mengatakan dajjal
adalah simbol penipuan. Adakah umat Islam pada hari ini memahami hadith

10
S. Royani Marhan, Kiamat dan Akhirat: Panduan Ringkas Mengenal Kehidupan Abadi
setelah Mati (Erlangga Mahameru. 2012 ), 25.
11
Abu Fatiah al-Adnani, Kita Berada Di Akhir Zaman (Surakarta: Granada Mediatama,
2009), 328-329.
6

tentang Dajjal? penulis merasakan perlu diadakan kajian yang bertemakan Dajjal
bagi memberi kefahaman kepada masyarakat supaya memahami dan membuat
persedian bagi mengahadapi kemunculan dajjal .
Berangkat dari latar belakang ini, betapa pentingnya penelitian hadith dan
memahami hadith tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengangkat beberapa
buah dalam pembahasan skripsi yang berjudul: Hadith Tentang Munculnya
Dajjal (Studi Ma’anil Hadith).

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa
perlu untuk merumuskan permasalahan yaitu bagaimana validitas dan pemaknaan
hadith tentang Munculnya Dajjal? Pokok masalah ini akan dihuraikan dalam sub
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas sanad dan matan hadith tentang Dajjal?
2. Bagaimana studi ma’anil hadith tentang Dajjal?
3. Bagaimana kontekstualisasi hadith tentang Dajjal?

C. Batasan Masalah
Untuk lebih menekankan permasalahan yang akan dibahas, penulis
membatasi lingkup bahasan penelitian ini pada hadith tentang hadith munculnya
dajjal yaitu hadith yang dijadikan dalil oleh ulama dalam Shahih Muslim, Shahih
Bukhari, Musnad Imam Malik, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Tirmizi.
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti dalam Musnad Imam Ahmad
karena di dalam kitab tersebut terdapat banyak hadith tentang Dajjal dan yang
akan dibahas dengan menggunakan metode Ma’anil hadith serta kitab-kitab yang
berkaitan dengan hadith tentang Dajjal.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Penelitian ini, secara umumnya bertujuan untuk mengetahui kefahaman
hadith munculnya Dajjal dari segi hadith. Manakala secara khusus, penelitian
bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui kualitas hadith tentang Dajjal.
7

2. Untuk memperoleh pemaknaan hadith tentang Dajjal sesuai dengan ilmu


ma’anil hadith.
3. Untuk mengetahui pemahaman hadith tersebut.
E. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian tentang berbagai aspek di bidang tertentu sangat banyak


sedangkan meneliti tentang hadith yang dikaitkan dengan masalah Dajjal juga
cukup banyak, diantaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Farid Kurniawan
dengan judul Hadith Munculnya Dajjal Sebagai Tanda Kiamat Dalam Kitab
Risalah Ahlu Al-Sunnah Wa al-Jamaah.12 Penelitian ini menggunakan metode
takhrij, untuk mengetahui kualitas hadith baik dari segi sanad dan matan di dalam
kitab Risalah Ahlu Al-Sunnah Wa al-Jamaah karangan K.H. Hasyim Asy'ari
karena di dalam kitab itu tidak menjelaskan kualitas hadith, baik dari segi sanad
maupun matannya. Dari hasil penelitian hadith yang ditulis oleh Farid Kurniawan
mengenai hadith munculnya Dajjal dari Khurasan, penulis mengambil kesimpulan
hadith tersebut dapat dijadikan hujjah, karena sanadnya sahih dan matannya sahih.
Adapun kajian yang akan dikaji oleh saya pula berbeda dengan beliau karena
menggunakan metode ma’anil hadith dengan cara menafsirkan hadith supaya
dipahami secara kontekstual dan ada yang lebih tepat dipahami secara tekstual,
serta meneliti konteks historis yang ada pada masa kini.
Selain itu, skripsi karya Shintalia, Jurusan Sistem Informasi, Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi, UIN Raden Fatah yang berjudul Studi Ma’anil Hadith
Tentang Dajjal Dalam Musnad AL-Imam Ahmad Ibnu Hanbal)13 Penelitian yang
ditulis oleh Saudari Shintilia adalah mengangkat persoalan dajjal sebagai tanda
kiamat yang terdapat dalam hadith pada Musnad al-Imam Ahmad Ibnu Hanbal
alasan pemilihan kitab hadith ini karena hadith di dalamnya belum ditakhrij oleh
para ulama dengan menggunakan metode ma’anil hadith serta metode Takhrij
hadith daripada kitab Musnadal Imam Ahmad Ibnu Hanbal dan lain-lain kitab

12
Farid Kurniawan, Hadis Munculnya Dajjal Sebagai Tanda Kiamat Dalam Kitab
Risalah Ahlu Al-Sunnah Wa al-Jama’ah (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, 2008) skripsi tdk
ditrbitkan.
13
Shintalia, Studi Ma’anil Hadis Tentang Dajjal Dalam Musnad AL-Imam Ahmad Ibnu
Hanbal (Palembang: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, 2016) UIN Raden Fatah.
8

seperti Kitab Mu’jam, Kitab Syarah Hadith, Tahzibul Tahzib, Buku-Buku Ulumul
Hadith, kitab-kitab tentang dajjal. Hasil temuan daripada beliau adalah secara teks
hadith dajjal bukanlah simbol-simbol yang diagungkan sebagian orang, karena
bertentangan dengan dalil-dalil yang shahih. Dajjal merupakan sosok berwujud
dan memiliki ciri-ciri fisik yang telah diterangkan dalam hadith yang dikajinya.
Adapun kajian yang dilakukan oleh saya adalah meneliti hadith-hadith tentang
munculnya Dajjal dengan mencari maksud kontekstual darpada hadith itu supaya
dipahami maksud tersirat walaupun menggunakan metode ma’anil hadith tetapi
tidaklah menelitinya dengan hanya dari kitab Musnad Ibnu Hambal sahaja,
melainkan dengan meneliti dari Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Karya lain yang membahas tentang munculnya Dajjal adalah buku yang
berjudul Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman,14 buku yang ditulis oleh
Muhammad Fadlun menggunakan metode maudhu’I namun hadith yang ada
dalam buku ini hanyalah mengumpulkan Hadith-hadith tentang dajjal serta artinya
tanpa membuat kajian tekstual dan konstekstual hadith yang ditampilkan. Tidak
seperti penelitian saya yang menjelaskan dari makna ayat itu sendiri
menggunakan metode ma’anil hadith.
Ada lagi tulisan buku yang berjudul Konspirasi Dajjal karya Miftahul
Asror Malik,15 penulis menggunakan berbagai metode deskriptif dengan
menggunakan hadith nabi serta kondisi yang terjadi sekarang ini seperti UFO,
serta persoalan tentang benarkah dajjal bermata satu dan hampir dihadirkan secara
lengkap tanda-tanda muncul Dajjal yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang
terekam dalam riwayat hadith, namun buku ini hanya menghadirkan berbagai
riwayat tanpa menghadirkan analisa pemaknaan dalam kajian ilmu hadith.
Temuan yang penulis kaji banyak disebutkan dalam buku ini adalah dajjal
sememangya licik dalam mengatur manusia pada akhir zaman dengan berbuat
kekacauan dan akhirnya nabi Isa as membunuh dajjal.

14
Muhammad Fadlun, Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman (Surabaya: Pustaka
Agung Harapan, 2009), 31.
15
Miftahul Asror Malik, Konspirasi Dajjal, (Yogyakarta: Semesta hikmah, 2016), 121.
9

Ada juga kajian berupa jurnal yang ditulis oleh Pipin Armita dan Jani
Arni, yang berjudul Dinamika Pemahaman Ulama Tentang Hadith Dajjal.16
Penelitian ini memuatkan semua yang berkaitan dengan ciri-ciri fisik dajjal dan
menggunakan metode madhui, takhrij hadith dan analisis sanad, dengan
menggunakan wahyu Allah yang mengatakan Dajjal adalah seseorang yang
gemuk bertubuh kemerahan, rambut keriting, salah satu matanya buta dan
matanya seperti buah anggur yang matang. Hasil temuan daripada jurnal ini
setelah melalui takhrij hadith, iktibar sanad dan penelusuran sanad maka
disimpulkan bahwa matan hadith ini berstatus maqbul.
Apabila di teliti dengan judul-judul skripsi dan buku di atas, penulis
tidaklah sama dengan karyanya itu, penulis lebih memfokuskan kepada Ma’anil
hadith untuk mengetahui kontradiksi hadith dengan yang lain berkaitan
munculnya dajjal.
Jika ditelusuri, dengan maksud tidak membanggakan diri maupun tinggi
hati, dapat dikatakan bahwa penelitian yang mengangkat tema hadith munculnya
Dajjal pernah ada yang melakukan. Dengan demikian masalah yang telah dikaji
oleh peneliti sebelumnya juga berfungsi guna bagi memperkuatkan metodologi
yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini.

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penilitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library
Research), yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari
beberapa refrensi yang ada dan yang dapat membantu penelitian ini berkaitan
dengan ilmu hadith.
2. Sumber dan Jenis Data
Secara umumnya, sumber dan jenis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini berasal dari bahan tertulis, yang secara garis besarnya terdiri
dari dua data, yaitu data primer dan skunder. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:

16
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadis Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 214.
10

a. Data primer adalah data tentang hadith munculnya Dajjal. Data ini
bersumber dari kitab hadith yaitu: kitab Musnad Ahmad, karya Imam
Ahmad, kitab Sahih Bukhari17 karya Imam Bukhari, Kitab Sahih Muslim18
karya Imam Muslim, Kitab Sunan Tirmizi19 karya Imam Tirmuzi, Sunan
Abu Daud20 karya Imam Abu Daud, kitab Sunan Ibnu Majah21 karya Imam
Ibnu Majah.
b. Data sekunder adalah data yang mendukung dan memperkuatkan data
primer. Data ini bersumber dari literatur-literatur yang ada relevansinya
dengan masalah yang dibahas dalam kitab Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz
al-Hadith Al-Nabawi22 karya A.J Wensinck, Metodologi Penelitian Hadith
Nabi23 karya Syuhudi Ismail, Membedah Hadith Nabi Saw24 karya
Miftahul Asror, kitab-kitab tentang Dajjal atau penunjang yang ada
hubunganya dengan masalah yang dibahas. Data ini dapat berupa buku-
buku atau bahan-bahan yang berhubungan dengan data primer seperti
pendapat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data


Dalam metode pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi. Metode
ini diterapkan untuk mendokumentasi data-data terkait dengan berbagai karya
literature hadith maupun yang membahas tentang hadith ataupun kaidah-
kaidah hadith yang memiliki keterkaitan dengan hadith tentang munculnya
dajjal, dengan cara menghimpunkan data pokok persoalan yang diteliti yang
selanjutnya data tersebut diolah dengan analisis interorestasi serta komparasi

17
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Kaherah: Toba‟ah
Salafi, 1400 H)
18
Abu Husain Muslim Bin Al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh:
Dar Taibah, 1427 H/ 2006 M.)
19
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Kabir Imam Tirmizi,
(Beirut: Dar Al-Arabi Al-Islami, 1996)
20
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani , Sunan Abu Daud, (Riyad: Maktabtul
Ma‟arif, 1424H, 2003 M.)
21
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daar al-Fikr, t.t)
22
A.J Wensick, Kitab Mu'jam Al-Mufahros li alFaz al Hadis An Nabawi, (Maktabah
Brill, 1936)
23
M. Syuhudi Ismail , Metodologi Penelitian Hadith Nabi, (Jakarta : Bulan Bintang,1995)
24
Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadith Nabi Saw (Yogjakarta:Pustaka
Pelajar, 2015)
11

sehingga dapat memberikan pengertian dan kesimpulan sebagai jawaban


terhadap pertanyaan pertanyaan yang menjadi objek penelitian.

4. Metode Analisa Data


Data-data diperoleh dari penelitian kepustakaan tersebut kemudian
dianalisis dengan berpedoman pada kaidah keshahihan hadith yang meliputi sanad
dan matan hadith yang telah ditentukan oleh para ulama‟. Selanjutnya dilakukan
tela‟ah mendalam atas data-data yang telah ditentukan oleh para ulama‟.
Selanjutnya dilakukan tela‟ah mendalam atas data-data yang memuat hadith
tentang Dajjal dengan menggunakan analisis isi untuk menangkap pesan tersirat
dari satu atau beberapa penyataan, agar didapatkan penyelesaian secara takhrij
hadith. Langkah-langkah yang penulis gunakan adalah seperti berikut:25
a) Melacak hadith di dalam Mu’jam Mufahras.
b) Melakukan I‟tibar sanad.
c) Meneliti biografi perawi hadith.
d) Meneliti matan hadith.26
Kemudian untuk memahami suatu hadith, di sana terdapat dua metode dalam
memahami teks hadith yaitu:
a) Tekstual
Metode ini adalah cara memahami teks hadith berdasarkan yang
tertulis pada teks, tidak mau menggunakan qiyas, dan tidak mau
menggunakan ra’yu. Dengan kata lain, maksud pemahaman tekstual
adalah pemahaman lahiriah nash.
b) Kontekstual
Metode ini adalah dengan cara memahami teks dengan memperhatikan
sesuatu yang ada di sekitarnya karena ada indikasi makna-makna selain
makna tekstual. Dengan kata lain, pemahaman makna kontekstual adalah
pemahaman makna yang terkandung di dalam nash. Sementara itu,
kontekstualisasi diibedakan menjadi dua macam, yaitu:

25
M. Syuhudi Isma‟il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang), 51.
26
M. Syuhudi Isma‟il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, 51.
12

i. Konteks internal, seperti mengandung bahasa kiasan, majazi,


metafora serta simbol.
ii. Konteks eksternal, seperti kondisi audeiensi dari segi kultur, sosial,
serta historis (asbab al-wurud).27
Di dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode Riwayah bil
ma’na, Gharib al Hadith, Hakiki dan Majazi dan juga metode historis yaitu
metode sejarah dengan menelusuri sejarah hidup perawi hadith yang berkaitan.

G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, dan masing-masing bab berisi beberapa
pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang di dalamnya terdiri atas latar
belakang masalah, rumusan masalah, batas masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sitematika penulisan.
Bab kedua, berisikan tinjauan yang memuat metode ma’anil hadith.
Bab ketiga melakukan analisis sanad meliputi penelitian terhadap kualitas
periwayatan dan persambungan sanad. Melakukan iktibar dan meneliti pribadi
periwayat hadith dan metode periwayatannya serta kualitas sanad hadith.
Bab keempat. berisikan tentang pemahaman hadith meliputi meneliti
matan hadith, dan ma’anil hadith.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saranan.

27
Abdul Majid Khon, Takhrij & Metode Memahami Hadis (Jakarta: Amzah 2014), 146.
13

BAB II
METODOLOGI MA’ANIL HADITH
A. Pengertian Ilmu Ma’anil Hadith
Secara etimologi, ma’ani merupakan bentuk jamak dari kata ma’ana
yang berarti makna, arti, maksud atau petunjuk yang dikehendaki satu lafal.28
Sementara itu, ilmu ma’ani pada mulanya adalah bagian dari ilmu balaghah, yaitu
ilmu yang mempelajari kondisi lafal Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi.29 Dengan demikian, ilmu ma’ani al-hadith secara sederhana ialah ilmu
yang membahas tentang makna atau maksud lafal hadith nabi secara tepat dan
benar.
Secara terminologi, ilmu ma’ani al-hadith ialah ilmu yang membahas
tentang prinsip metodologi dalam memahami hadith Nabi sehingga hadith
tersebut dapat dipahami maksud dan kandunganya secara tepat dan proporsional.30
Jadi, ilmu ma’ani al-hadith adalah ilmu yang mempelajari cara memahami makna
matan hadith, ragam redaksi, dan konteksnya secara komprehensif, baik dari segi
makna yang tersurat (zhahir al-nash atau makna tekstual) maupun makna yang
tersirat (bathin al-nash atau makna kontekstual).
Ilmu ma’ani al-hadith juga dikenal dengan istilah ilmu fiqh al-hadith atau
fahm al-hadith, yaitu ilmu yang mempelajari proses memahami dan menyingkap
makna kandungan sebuah hadith. Dalam proses memahami dan menyingkap
makna hadith tersebut diperlukan cara dan teknik tertentu.31
Secara umum, memang ilmu ma‟ani al-hadith diartikan sebagai disiplin
ilmu hadith yang terkait dengan objek kajian matan hadith sebagaimana yang
diaplikasikan ulama terdahulu, seperti ilmu gharib al-hadith, nasih wa mansukh,
mukhtalif al-hadith, tawarikh al-mutun, dan asbab wurud al-hadith. Ilmu gharib
al-hadith ialah ilmu untuk mempelajari matan hadith yang sulit dipahami artinya.

28
Majma‟ Al-Lughah Al-Arabiyyah, Mu’jam Al-Wajiz, (Mesir: Wizarah At-Tarbiyah wa
Al-Ta‟lim, 1997), 438.
29
Majma‟ Al-Lughah Al-Arabiyyah, Mu’jam Al-Wajiz, 438.
30
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori dan
metode memahami Hadith, (Yogtakarta: Idea Press, 2008), 11.
31
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori dan
metode memahami Hadith, vii.
14

Ilmu nasikh mansukh ialah ilmu yang membahas tentang hadith yang menghapus
hukum yang ada pada hadith lain yang datang lebih dahulu. Ilmu mukhtalif al-
hadith ialah ilmu yang mempelajari teks hadith yang berkaitan dengan budaya
atau sejarah masyarakat tertentu. Ilmu asbab wurud al-hadith ialah ilmu yang
mempelajari hadith yang timbul karena situasi dan kondisi tertentu.
Pengertian di atas lebih mengakomodasi permasalahan perkembangan
dalam memahami makna hadith, baik pada masa klasik maupun masa
kontemporer. Segala ilmu hadith yang hadith yang berkaitan dengan pemahaman
makna hadith sebagaimana di atas memang berada di dalamnya, tetapi tidak lebih
lebih pendamping yang dijadikan pertimbangan dan latar belakang dalam
memberi makna hadith secara tepat.32
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
ma‟anil hadith adalah pengetahuan untuk memahami matan hadith secara tepat
dengan mempertimbangkan juga ragam indikasi yang mengemukakan dari suatu
matan hadith, untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam
memahami teks sebuah matan hadith.

B. Metode Kajian Hadith


Dalam bab ini akan dibahas metode kajian hadith, yaitu cara berinteraksi
dengan hadith secara tepat, benar, dan proporsional. Dalam kajian hadith, para
ahli biasanya menggunakan beberapa metode, seperti metode tahlili (analisis),
metode maudhu’i (tematik), metode ijmali (global), metode kulli (komprehensif),
dan metode muqaran (komparatif). Namun banyakyang dipakai adalah metode
tahlili, metode madhu’i, dan metode kulli. Sementara itu, dua metode lainya sudah
termasuk di dalamnya.

1. Metode Tahlili (Analitis)

Metode tahlili ialah metode yang menjelaskan makna hadith secara


berturutan dengan mengikuti sistematika buku hadith yang disyarahkan. Misalnya
Fath Al-Bari Syarh Shahih Al-Bukhari karya ibnu Hajar Al-Asqalani, Di sini

32
Abdul Majid Khon, Takhrij Dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: AMZAH, 2014),
134.
15

pensyarah menjelaskan hadith-hadith Nabi dengan memaparkan segala aspek,


seperti kosakata dengan hadith lain.
Terdapat dari keberhasilan metode tahlili atau tidak, yang jelas untuk
masyarakat muslim sekarang ini belum merupakan persoalan yang mendesak,
Pengkaji yang menggunakan metode ini tidak jarang hanya berusaha menemukan
hadith sebagai pembenaran pendapatnya. Selain itu, terasa sekali bahwa metode
ini tidak mampu memberikan jawaban secara tuntas mengenai persoalan-
persoalan yang dihadapi dan tidak banyak memberikan batasan metodologis yang
dapat mengurangi subjektivitas di pengkaji. Kelemahan lain metode tahlili adalah
sifat pengkaji yang terlalu teoretis dan tidak sepenuhnya mengacu kepada
interpretasi persoalan-persoalan khusus yang terjadi di masyarakat.

2. Metode Maudhu’i (Tematik)

Metode maudhu’I ialah metode pembahasan hadith yang berkaitan dengan


tema tertentu yang dikeluarkan dari sebuah buku hadith. Semua hadith yang
berkaitan dengantema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang kemudian dikaji
secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek. Misalnya, pendidikan menurut
perspektif hadith dan kitab karya Al Bukhari. Tema seperti ini sekarang sedang
dikembangkan dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi dari berbagai
perguruan tinggi.
Metode maudhu’i diharapkan mampu menjawab persoalan yang disentuh
dalam kehidupan masyarakat. Penjelasan antara hadith dalam metode maudhu’i
bersifat lebih integral dan kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami.

C. Metode Ma’anil Hadith

Dalam kajian hadith ini, penulis mendatangkan metode memahami hadith


dari Muhammad Zuhri. Sementara itu, metode ma’anil hadith sudah termasuk di
dalamnya.
Menurut Muh Zuhri dalam bukunya “Tela’ah Matan Hadith Sebuah
Tawaran Metodologis” metode pamahaman hadith terbagi kepada tiga bagian. Di
antaranya:
16

1) Pendekatan Bahasa
a) Riwayat bi Al-Ma’na.
Sebagian besar hadith Nabi itu diriwayatkan dengan makna (riwayat bi al-
ma’na), bukan riwayat bi al-lafzh. Nuansa bahasa tidak lagi hanya mengambarkan
keadaan di masa Rasulullah Saw. Karena gaya bahasa yang dijadikan tolak ukur
memahami hadith cukup panjang. Berbeda dengan al-Qur‟an hanya menggunakan
gaya bahasa di masa Rasulullah Saw.33
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan lafaz
dalam satu periwayatan sebagai berikut:
a. Banyaknya majelis Nabi Muhammad Saw, karena ragamnya para sahabat
yang dihadapi baik dari tradisi, budaya dan kemampuan dalam
menganggapi suatu masalah, maka hadith yang keluar dari Nabi
Muhammad Saw, bisa jadi merupakan jawaban atas suatu pertanyaan atau
perjelasan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda.
b. Kadangkala Nabi Muhammad Saw, ditanya atau dimintai fatwa lebih dari
satu kali dalam satu masalah, maka Nabi Muhammad Saw, menjawab atau
memberi fatwa dengan redaksi yang berbeda.
c. Hadith yang panjang melelahkan para periwayat untuk mengungkapkan
sesuai dengan redaksi aslinya secara hafalan, kemudian mereka
menggantikan dengan sinonimnya.34

2) Gharib al-Hadith.
Gharib al-hadith secara etimologi gharib berasal dari kata ‫غرية‬-‫الغرب‬
artinya ganjil, tidak biasa, tidak umum, luar biasa,35 aneh, yang jarang sangat.36
Sedangkan secara terminologi pengertian gharib al-hadith adalah ilmu
yang mempelajari makna matan hadith dari lafadz yang sulit dan asing bagi
kebanyakkan manusia, karena tidak umum dipakai orang Arab.37
33
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 33.
34
Abdul Majid Khon, Pemikiran Moderan dalam Sunah : Pendekatan Ilmu Hadis,
(Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2011), 241-242.
35
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997), 999-1000.
36
Nur Mufied, dkk, Kamus Modern Indonesia Arab Al-Mufied, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2010), 32, 297.
17

Menurut Ibnu shalah, adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadz-


lafadz yang terdapat dalam matan hadith Nabi Saw yang sulit dipahami karena
jarang digunakan. Sedangkan menurut Ibnu Jaffar al-Kattani adalah ilmu yang
digunakan untuk mengetahui pengertian kata-kata yang berbeda, dari pengertian
biasa dan pengertian tersebut tidak mudah diperoleh, karena kata-katanya
bersumber dari bahasa yang ganjil dari berbagai kabilah yang jarang digunakan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, ilmu gharib al-hadith
adalah ilmu yang lafdz yang muskil dan susunan kalimat yang sukar dipahami dan
susunan kalimat yang sukar dipahami sehingga orang tidak menduga-duga redaksi
hadith.38

3) Memahami Kalimat.
a) Hakiki dan Majazi.
Menggunakan kata kiasan dalam mengungkap sebuah ide merupakan
gejala universal di semua bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Belanda, dan
sebagainya. Begitupun juga di dalam hadith sering dijumpai kata kiasan, karena
itu ketika membaca dan memahami hadith setelah mengetahui kata-kata sukar
yang ada di dalam hadith tersebut mengandung kalimat atau tidak.39
Hakiki adalah sebenarnya, sesungguhnya atau lafazh yang digunakan pada
makna aslinya.40 Sedangkan majazi adalah tidak sebenarnya, Sebagai kiasan,
sebagai persamaan, atau kata yang digunakan pada makna yang bukan aslinya.41
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa hakiki adalah kata yang sebenarnya.
Sedangkan kata majazi adalah kata kiasan.

4) Asbab al-Wurud.
Dalam ilmu tafsir dikenal dengan ilmu asbab al-nuzul, maka dalam
mempelajari hadith diperlukan asbab al-wurud, adapun yang dimaksud dengan

37
Abdul Majid Khon, Pemikiran Modern Dalam Sunah Pendekatan Ilmu Hadis, (Jakarta,
Kencana, 2011), 87.
38
Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 117.
39
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadith),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 37.
40
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Karya Abdi Tame, Surabaya, 2001),
164
41
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 270.
18

asbab–al-wurud adalah hal atau peristiwa yang membelakangi munculnuya hadith.


Asbab al-wurud diperlukan untuk memahami hadith yang bermuatan norma
hukum terutama hukum sosial. Sebab hukum dapat berubah karena perubahan
atau perbedaan sebab, situasi dan ‘illat. Asbab al-wurud tidak diperlukan untuk
memahami hadith yang bermuatan informasi alam ghaib atau akidah, karena tidak
terpengaruh oleh situasi apapun.42

B. Metode Memahami Hadith


Hadith didatangkan sesuai dengan kondisi masyarakat yang dihadapi
Rasulullah. Adakalanya karena ada pertanyaan dari seorang sahabat atau ada
kasus yang terjadi di tengah masyarakat. Hadith dapat dilihat dari segi kondisi
audiensi, tempat, dan waktu berlakunya. Adakalanya bersifat universal, temporal,
kasuistik, dan lokal.43
Terdapat dua metode memahami hadith. Metodenya adalah seperti berikut:

1) Memahami hadith secara Tekstual


Kata tekstual merupakan kata dari teks yang membawa maksud
nash, kata-kata asli dari penggarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal
ajaran (alasan), atau sesuatu yang tertulis untuk dasar memberikan
pelajaran dan berpidato.44 Demikian itu, terdapat sekelompok orang yang
memahami hadith yaitu, kaum tekstualis. Memahami hadith ini adalah
berdasarkan apa yang tertulis pada teks, tidak menggunakan ra’yu, tidak
menggunakan qiyas, dan menggunakan pemahaman makna lahiriah nash.

2) Memahami hadith secara Kontekstual


Kata kontekstual adalah berasal dari kata konteks yang berarti
sesuatu yang ada di depan atau di belakang (kata, kalimat, atau ungkapan)
yang membantu menentukan makna.45 Seterusnya, dengan wujudnya kata

42
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 37.
43
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan,
Bintang, 1994), 9-31
44
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 1035
45
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, 521.
19

kontekstual ini, maka lahirlah sekelompok orang yang memehami teks


dengan memperhatikan sesuatu yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya, antara para ulama yang membahaskan tentang langkah
langkah dalam memahami hadith menurut Al-Qardawi. Berikut adalah langkah
langkah yang tepat dan benar menurut beliau:46

1) Memahami hadith sesuai petunjuk al-Qur‟an. Artinya, hadith tidak boleh


bertentangan dengan al-Qur‟an.
2) Menghimpun hadith-hadith yang bertema sama dengan takhrij lalu
kandungannya dianalisis.
3) Penggabungan dan pen-takhrij-an hadith-hadith yang kontradiktif.
Hadith-hadith yang bertema sama dikompromikan dengan cara memerinci
yang global, mengkhususkan yang umum, atau membatasi yang mutlak.
Jika tidak memungkinkan, diambil yang lebih unggul (takhrij).
Memahami hadith dengan mempertimbangkan konteks latar
belakang,situasi, kondisi dan tujuan.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa menurut ulama hadith ada
beberapa metode memahami hadith. Penulis menggunakan metode ini dalam
memahami hadith tentang Dajjal.

46
H. Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: AMZAH,
2014), 147.
20

BAB III
PENELITIAN SANAD DAN MATAN HADITH
A. Pengertian I’tibar Sanad

Penggunaan kata al-i‟tibār (‫ )اَّلعتربا‬merupakan masdar dari kata i’tabaro

(‫)اعترب‬. Menurut bahasa, arti al-i’tibār adalah “peninjauan terhadap berbagai hal

dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Menurut istilah
ahli hadith, al-i’tibār adalah bermaksud menyertakan sanad-sanad yang lain untuk
suatu hadith tertentu, yang hadith itu pada bagian sanad-nya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain
tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain atau tidak ada untuk
bagian sanad dari sanad hadith dimaksud.47
Kata “sanad” pula menurut bahasa adalah “sandaran”, atau sesuatu yang
kita jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadith besandar kepadanya.
Yang berkaitan dengan ishtilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-isnad
(menyandarkan, mengembalikan ke asal, dan mengangkat), al-musnid (hadith
yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang), dan al-musnad (nama bagi
hadith marfu‟ dan muttashil). Menurut istilah ahli hadith sanad ialah jalan yang
menyampaikan kita kepada matan hadith.48
Dengan demikian, setelah melakukan al-i‟tibār terhadap hadith diteliti,
maka dapat dilihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadith yang, serta nama-nama
periwayatnya. Oleh itu, kegunaan al-i‟tibār memainkan peranan untuk mengetahui
keadaan sanad hadith seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung
berupa periwayat yang berstatus mutabi‟ atau syahid (dalam istilah ilmu hadith
biasa diberi kata jamak dengan syawahid) ialah periwayat yang berstatus
pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat nabi. Melalui al-i’tibār

47
Muhammad Amin, “Studi Analisis Hadis Tentang Mencukur Bulu Anis Bagi Wanita”,
Skripsi (Jambi: IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi, 2014), 15.
48
Muhammad Luqman Nul Hakim Bin Mad Sa‟id, “Kajian Hadith Tentang Faidah Dua
Ayat Terakhir Surah Al-Baqarah (Studi Takhrij Dan Fahmil Hadith)”, Skripsi (UIN Sulthan
Thaha Shaifuddin Jambi), 26.
21

akan dapat diketahui apakah sanad hadith yang diteliti memiliki mutabi‟ dan
syahid ataukah tidak.49
Berdasarkan keterangan di atas tadi, maka di bawah ini penulis akan
menampilkan sanad dan matan hadith tentang Dajjal menurut sumber aslinya
berdasarkan petunjuk yang ada akan ditampilkan juga skema sanad hadith-hadith
tersebut.
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab Mu’jam Al-Mufahras
Li Alfazhi Al-Hadith An-Nabawi untuk hadith yang pertama, dengan
menggunakan kata kunci dan kata masdar )‫(كتة‬, maka setelah ditelesuri kata
tersebut, penulis dapat menemukan dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam
Mufahras:
1. Hadith Pertama
‫ ّأمى أو‬،‫كل مومن كاتب أو غي كاتب‬ َّ [ ...‫الدجال‬
ّ ‫ ك ف ر [يقرؤه‬،‫ أنَّو] مكتب بّي عينو كفر‬،‫إن‬ ّ
‫ فنت‬،083 ‫ م امين‬،71 ‫ توحد‬،86 ‫ فنت‬،88 ‫ لبس‬،8 ‫ أنبياء‬،03 ‫اۡلمى والكاتب] خ حح‬ ّ ،‫كاتب‬
50
،.548، ‫حم‬،00 ‫ جح فنت‬،86 ،48 ‫ ت فنت‬،75 ‫ دمًلحم‬،734 ،737 ،54 ،54
a. Dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 13416, bab Musnad Anas Bin Malik
Ra:
ِ‫اَّلل‬ ِ ٍ ِ‫ال ََِسعت أَنَس بن مال‬
َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ث ق‬ ُ ‫ك ُُيَ ّد‬ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َاد َة ق‬
‫س ِِب َْع َوَر‬ َّ ِ ِ ِ َِّ ٍ َِ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم َما ِم ْن ن‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ب إَّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َكافَر أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬ّ َ َ
51 ِ
.‫ّي َعْي نَ ْيو ك ف ر‬ َ ْ َ‫وب ب‬
ٌ ُ‫َمكْت‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dan Hajjaj berkata, telah
memberitakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata, saya telah
mendengar Anas Bin Malik menceritakan (hadith), berkata, Nabi
Muhammad Saw bersabda, "Tidak ada satu nabipun kecuali mengingatkan
umatnya mengenai yang buta sebelah lagi pendusta (Dajjal), ketahulilah
dia itu buta sebelah sedang RABB kalian tidaklah buta sebelah. Tertulis di
matanya KAFARA". Hajjaj berkata, alias "KAFIR".52

49
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta : Bulan Bintang, 1992),
51.
50
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), juz 5, 524.
51
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.
52
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad. Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
22

b. Di dalam Shahih Bukhari, nomor hadith 3355, kitab al-Fitan, Bab Tauhid:

‫اَّللُ َعلَْي ِو‬


َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ب‬ ِ
ِّ َّ‫اَّللُ َعْنوُ َع ْن الن‬
َّ ‫ض َي‬ِ ‫ال ََِسعت أَنَسا ر‬
َ ً ُ ْ َ َ‫َخبَ َرََن قَتَ َادةُ ق‬ ْ ‫ص بْ ُن ُع َمَر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ أ‬ُ ‫َحدَّثَنَا َح ْف‬
‫ب‬ ٌ ‫س ِِب َْع َوَر َمكْتُو‬ َّ ِ ِ ‫اَّلل ِمن نَِ ٍب إََِّّل أَنْ َذر قَوموُ ْاۡل َْعور الْ َك َّذ‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫اب إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬
َ ََ َْ َ ّ ْ َُّ ‫ث‬ َ ‫ال َما بَ َع‬
53 ِ ِ
‫ّي َعْي نَ ْيو َكافٌر‬
َ ْ َ‫ب‬
“Telah menceritakan kepada kami Hafs bin Umar telah menceritakan
kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepada kami Qatadah berkata,
aku mendengar Anas Ra dari Nabi Muhammad Saw: "Tidaklah Allah
mengutus seorang nabi pun melainkan telah mengingatkan kaumnya
terhadap si buta sebelah dan si pendusta, ingatlah bahwa dajjal adalah buta
sebelah, sedang Rabb kalian tidak buta sebelah, tertulis diantara kedua
matanya KAFIR."54

c. Di dalam Shahih Muslim, nomor hadith 2933, bab dajjal dan sifatnya:

َ َ‫ ق‬،َ‫ َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َادة‬.‫ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬: ‫ قَ َاَّل‬.‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّّن َوُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر‬
‫ال‬
‫ب إََِّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر‬ ِ ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ٍ ِ‫ََِسعت أَنَس بن مال‬
ٍّ َ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسل َم َما م ْن ن‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ك ق‬ َ َْ َ ُ ْ
ِ َّ ِ ِ
ٌ ُ‫ َوَمكْت‬.‫س ِِبَ ْع َوَر‬ َ ‫الْ َك َّذ‬
55
.‫ّي َعْي نَ ْيو ك ف ر‬ َ ْ َ‫وب ب‬ َ ‫اب أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan
Muhammad bin Basyar keduanya berkata: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Qatadah berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata: nabi
Muhammad Saw bersabda: "Tidaklah seorang nabi pun melainkan telah
mengingatkan umatnya dari si buta sebelah mata si pendusta.Ingat,
sesungguhnya ia buta sebelah mata, sedangkan Rabb kalian tidak buta
sebelah mata. Diantara kedua matanya tertulis K A F I R."56

d. Dalam sunan Abu Daud, nomor hadith 3761, Bab Khuruj Ad-Dajjal:

52
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
53
Muhammad bin Isma„il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Kairo: Maktabah Salafiyah,
1403 H), juz 4: 385.
54
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
55
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
56
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Lidwa
pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
23

ِ ٍ ِ‫ال ََِسعت أَنَس بن مال‬ ِِ ِِ


‫َّب‬ ِ
ِّ ‫ عن الن‬،‫ث‬ ُ ‫ك ُُيَ ّد‬ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ‫ ق‬،َ‫ َع ْن قَتَ َادة‬،ُ‫ َحدَّثَنَا ُش ْعبَة‬،‫َحدَّثَنَا أَبُو الْ َوليد الطَّيَالس ُّي‬
‫ َوإِ َّن‬،‫ أَََّل َوإِنَّوُ أ َْع َوُر‬،‫اب‬
َ ‫ال ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ‬ َّ ‫ب إََِّّل قَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ الد‬
َ ‫َّج‬ َ ِ‫ال ما بُع‬
ٌّ َِ‫ث ن‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم أَنَّوُ ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ
57 ِ ِ ِ ِ
.‫وًب َكافٌر‬ َ ْ َ‫ َوإ َّن ب‬،‫س ِب َْع َوَر‬
ً ُ‫ّي َعْي نَ ْيو َمكْت‬ َ ‫َربَّ ُك ْم لَْي‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid Ath Thayalisi berkata,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah ia berkata; Aku
mendengar Anas bin Malik menceritakan dari Nabi Muhammad Saw,
beliau bersabda: "Tiada seorang Nabi yang diutus kecuali ia telah
menjelaskan kepada umatnya tentang dajjal, si buta sebelah dan pendusta.
Ketahuilah, bahwa ia benar-benar buta sebelah, dan Rabb kalian tidak buta
sebelah. Antara kedua matanya tertulis 'kafir'. Telah menceritakan kepada
kami Muhammad Ibnul Mutsanna dari Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah
berkata, "Bertuliskan Kaf-Fa'-Ra." Telah menceritakan kepada kami
Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari
Syu'aib Ibnul Habhab dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad Saw
sebagaimana dalam hadith, beliau mengatakan: "Setiap muslim akan dapat
membacanya."58

e. Di dalam Sunan Tirmizi, nomor hadith 4312, Bab Isa bin Maryam
membunuh dajjal:
ِ
‫ال‬َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ت أَنَ ًسا ق‬ ُ ‫ ََس ْع‬:‫ َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َاد َة قَال‬. ‫ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬. ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر‬
‫ َوإِ َّن َربَّ ُك ْم‬، ‫ أَََّل إِنَّوُ أ َْع َوُر‬، ‫اب‬ ِ ٍ َِ‫اَّلل َعلَْي ِو وسلَّم ما ِمن ن‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ب إََّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ‬
ّ ْ َ َََ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫َر ُس‬
59
.‫ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف ر‬
َ ْ َ‫وب ب‬ٌ ُ‫س ِِب َْع َوَر َمكْت‬
َ ‫لَْي‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan
kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata: Aku mendengar Anas berkata:
nabi Muhammad Saw bersabda: "Tidaklah seorang nabi pun melainkan
mengingatkan kaumnya dari si buta sebelah mata si pendusta, Rabb kalian
tidaklah buta sebelah mata, diantara kedua matanya tertulis K A F I R”.60

57
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah al-„Isriyah,
t.t), juz 4, 116.
58
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
59
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi,
(Riyadh: Maktabatu al Ma‟arif, t.t), Juz 4, 508.
60
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi,
Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
24

2. Hadith Kedua
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu’jam,
dengan kata kunci (‫)طمح‬. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis
dapat menemukan bahwa:
61
665 ،4 ‫ َحم‬،75 ‫أعور مطموس العّي َد مًلحم‬

a. Di dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 26764, bab hadith 'Ubadah bin
Ash Shamit Ra.
‫يد بْ ُن َعْب ِد َربِِّو قَ َاَّل َحدَّثَنَا بَِقيَّةُ َح َّدثَِِن ََِبيُ بْ ُن َس ْع ٍد َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن‬
ُ ‫َحدَّثَنَا َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍح َويَِز‬
‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ال إِ َّن َر ُس‬ َّ ‫َس َوِد َع ْن ُجنَ َاد َة بْ ِن أَِِب أ َُميَّةَ أَنَّوُ َح َّدثَ ُه ْم َع ْن ُعبَ َاد َة بْ ِن‬
ِ ‫الص ِام‬
َ ‫اَّلل‬ َ َ‫ت أَنَّوُ ق‬ ْ ‫َع ْم ِرو بْ ِن ْاۡل‬
‫َّج ِال َر ُج ٌل‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ال إِِّّن قَ ْد حدَّثْتُ ُكم َعن الد‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫يح الد‬ َ ‫يت أَ ْن ََّل تَ ْعقلُوا إ َّن َمس‬ ُ ‫َّجال َح ََّّت َخش‬ ْ ْ َ َّ
62 ِ
. ‫وس الْ َع ّْي‬ ِ
ُ ‫قَص ٌي أَفْ َح ُج َج ْع ٌد أ َْع َوُر َمطْ ُم‬
“Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih dan Yazid bin
'Abdu Rabbih keduanya berkata: telah bercerita kepada kami Baqiyyah
telah bercerita kepadaku Bahir bin Sa'ad dari Khalid bin Ma'dan dari
'Amru bin Al Aswad dari Junadah bin Abu Umaiyah bahwa ia bercerita
kepada mereka dari 'Ubadah bin Ash Shamit berkata: Bahwa Nabi
Muhammad Saw bersabda: "Saya telah bercerita kepada kalian tentang
Dajjal hingga saya takut jika kalian tidak mau lagi mencernainya; al-
maasih Dajjal adalah seorang yang pendek, renggang kedua betisnya,
berambut keriting dan buta sebelah, matanya tidak terlalu menjorok keluar
dan tidak juga terlalu menjorok kedalam. Andaikan dia menjadikanmu
ragu."63

b. Di dalam Musnad Abu Daud, nomor hadith 4320, bab keluarnya Dajjal.

َ‫َحدَّثَنَا َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍح َحدَّثَنَا بَِقيَّةُ َح َّدثَِِن ََِب ٌي َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ْاۡلَ ْس َوِد َع ْن ُجنَ َادة‬
َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
‫ال إِِّّن قَ ْد َحدَّثْتُ ُك ْم‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫الص ِام‬
َّ ‫ت أَنَّوُ َحدَّثَ ُه ْم أ‬ َّ ‫بْ ِن أَِِب أ َُميَّةَ َع ْن ُعبَ َادةَ بْ ِن‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬

61
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an-Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), Juz 4 :27.
62
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, (Lebanon : Dar al Fikr, t.t),
Juz 37: 423.
63
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
25

ِ ْ ‫صي أَفْ َحج َج ْع ٌد أ َْعور َمطْموس الْ َع‬


‫ّي‬ ِ ِ َّ ‫َّج ِال ح ََّّت خ ِشيت أَ ْن ََّل تَع ِقلُوا إِ َّن م ِسيح الد‬
ُ ُ َُ ُ ٌ َ‫َّجال َر ُج ٌل ق‬ َ َ ْ ُ َ َ َّ ‫َع ْن الد‬
64
.‫س ِِب َْع َوَر‬ َّ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫لَي‬
َ ‫اعلَ ُموا أَن َربَّ ُك ْم لَْي‬
ْ َ‫س عَلَْي ُك ْم ف‬
َ ‫س بنَاتئَة َوََّل َح ْجَراءَ فَإ ْن أُلْب‬
َ ْ
“Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih berkata, telah
menceritakan kepada kami Baqiyyah berkata, telah menceritakan
kepadaku Bahir dari Khalid bin Ma'dan dari Amru Ibnul Aswad dari
Junadah bin Abu Umayyah dari Ubadah bin Ash Shamit bahwa ia
menceritakan kepada mereka, Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
"Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga
aku kawatir kalian tidak lagi mampu memahaminya. Sesungguhnya Al
Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, berkaki bengkok,
berambut keriting, buta sebelah dan matanya tidak terlalu menonjol dan
tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah
bahwa Rabb kalian tidak bermata juling." Abu Daud berkata, "Amru Ibnul
Aswad adalah seorang hakim”.65

3. Hadith Ketiga
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu‟jam, dengan kata
kunci (‫ )طول‬. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis dapat menemukan
bahwa:
66
.0،68 ‫حم‬،5 ‫خ مدينة‬,.‫الدجال‬
ّ ‫َح ّدثنا رسول هللا (ص) طويًل عن‬

a. Dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 10891, bab Musnad Abu Said Al-
Khudri Ra:
ٍ ِ‫َن أًَب سع‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫حدَّثَنَا عب ُد‬
‫يد‬ َ َ َّ ‫ أ‬،‫َخبَ َرِّن ُعبَ ْي ُد هللا بْ ُن َعْبد هللا‬ ْ ‫ أ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ِّ ‫الزْى ِر‬
ُّ ‫ َع ِن‬،‫َخبَ َرََن َم ْع َمٌر‬
ْ ‫ أ‬،‫الرزَّاق‬ َْ َ
:‫ال‬ ِ
َ َ‫يما ُُيَ ّدثُنَا ق‬ِ َ ‫ فَ َق‬،‫َّج ِال‬ ِ ِ
َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َحديثًا طَ ِو ًيًل َع ِن الد‬ ِ َّ ‫اْلُ ْد ِر‬
َ ‫ال ف‬ َ ‫ول هللا‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ى‬ ْ
ِ ‫ج إِلَْي ِو َر ُج ٌل يَ ْوَمئِ ٍذ ُى َو َخْي ُر الن‬
‫َّاس أ َْو ِم ْن‬ ِ ِ
ُ ‫ فَيَ ْخُر‬،‫اب الْ َمدينَة‬
ِ ِ
َ ‫ال َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق‬ َّ ‫" ََيِِْت الد‬
ُ ‫َّج‬
67 ِ
ُ ‫ال الَّ ِذي َحدَّثَنَا َر ُس‬
.‫ول هللا‬ ُ ‫َّج‬
َّ ‫َّك الد‬ ُ ‫َخ ِْيِى ْم فَيَ ُق‬
َ ‫ أَ ْش َه ُد أَن‬:‫ول‬
“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq berkata; telah
mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri berkata; telah
mengabarkan kepada Ubaidullah bin Abdullah bahwa Abu Sa'id Al Khudri
berkata; Nabi Muhammad Saw menceritakan kepada kami sebuah hadith
64
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: : Maktabah al-„Isriyah,
t.t), Juz 4: 117-118.
65
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
66
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1942), Juz 4, 60.
67
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, (Beirut: Mu‟assasah ar-
Risalah, 1416 H), Juz 71: 412.
26

yang panjang mengenai Dajjal maka beliau mengatakan dari apa yang
beliau kisahkan, beliau bersabda: "Dajjal akan datang dan dia telah
diharamkan untuk masuk ke dalam Madinah, lalu seorang laki-laki akan
menghadapinya, dan dia adalah sebaik-baik manusia pada hari itu, atau
beliau mengatakan, "termasuk orang yang terbaik dari mereka, lalu ia
berkata; Aku bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang telah Rasulullah
Saw ceritakan kisahnya. maka Dajjal berkata; 'Bagaimana pendapat kalian,
apabila aku bunuh orang ini kemudian menghidupkannya kembali apakah
kalian masih merasa ragu dengan perkaraku? mereka menjawab; (kami)
Tidak (ragu), lalu Dajjal pun membunuhnya kemudian menghidupkannya
kembali. Ketika dia hidup kembali, ia pun berseru; 'Demi Allah, tidaklah
aku lebih yakin (tentang kedustaan) mu kecuali setelah sekarang ini.'" Abu
Sa'id berkata; "ketika ingin membunuhnya untuk yang kedua kalinya,
Dajjal tidak dapat melakukannya."68

b. Dalam Shahih Bukhari, nomor hadith 1882, bab Dajjal tidak akan masuk
Madinah:
‫اَّللِ بْ ِن‬
َّ ‫اَّللِ بْ ُن َعْب ِد‬
َّ ‫َخبَ َرِّن ُعبَ ْي ُد‬
ْ ‫ أ‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫اب‬ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِشه‬،‫ َعن ُع َقْي ٍل‬،‫ث‬
َ ْ ُ ‫ َحدَّثَنَا اللَّْي‬،‫َحدَّثَنَا َُْي ََي بْ ُن بُ َك ٍْي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َح ِديثًا طَ ِو ًيًل‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر ُس‬:‫ال‬ َّ ‫ي َر ِض َي‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫اَّللُ َعْنو‬ ٍ ِ‫َن أًَب سع‬
َّ ‫يد اْلُ ْد ِر‬ َ َ َّ ‫ أ‬،َ‫ُعْت بَة‬
‫ض‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ ََيِِْت الد‬:‫ال‬َ َ‫يما َحدَّثَنَا بِِو أَ ْن ق‬ ِ ِ َّ ‫َع ِن الد‬
َ ‫ بَ ْع‬،‫اب املَدينَة‬ َ ‫ َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق‬،‫ال‬ ُ ‫َّج‬ َ ‫َّجال فَ َكا َن ف‬
‫َّك‬
َ ‫ول أَ ْش َه ُد أَن‬ ُ ‫ فَيَ ُق‬،‫َّاس‬ ِ ‫ أ َْو ِم ْن َخ ِْي الن‬،‫َّاس‬ ِ ‫ فَيَ ْخُر ُج إِلَْي ِو يَ ْوَمئِ ٍذ َر ُج ٌل ُى َو َخْي ُر الن‬،‫اخ الَِِّت ًِبلْ َم ِدينَ ِة‬ ِ
ِ َ‫السب‬
ّ
‫ت‬ُ ‫ت إِ ْن قَتَ ْل‬ َ ْ‫ أ ََرأَي‬:‫ال‬
ُ ‫َّج‬َّ ‫ول الد‬ ُ ‫ فَيَ ُق‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َح ِديثَو‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ك َر ُس‬ ِ ُ ‫َّج‬
َ ‫ الَّذي َحدَّثَنَا َعْن‬،‫ال‬ َّ ‫الد‬
َِّ ‫ و‬:‫ول ِحّي ُُييِ ِيو‬ ِِ ِ ُّ
‫ت‬ُ ‫اَّلل َما ُكْن‬ َ ْ َ ُ ‫ فَيَ ُق‬،‫ فَيَ ْقتُلُوُ ُُثَّ ُُْيييو‬،َ‫ َّل‬:‫َحيَ ْي تُوُ َى ْل تَ ُشكو َن ِف اۡل َْم ِر؟ فَيَ ُقولُو َن‬ ْ ‫ ُُثَّ أ‬،‫َى َذا‬
69 ِ
.‫ط َعلَْيو‬ ُ َّ‫ُسل‬
َ ‫ أَقْ تُلُوُ فًَلَ أ‬:‫ال‬
ُ ‫َّج‬
َّ ‫ول الد‬ ُ ‫ فَيَ ُق‬،‫ص َيةً ِم ِِّن اليَ ْوَم‬ ِ ‫َش َّد ب‬
َ َ‫طأ‬ ُّ َ‫ق‬

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan


kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah
mengabarkan kepada saya 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Uqbah bahwa
Abu Sa'id Al Khudriy Ra berkata, telah menceritakan kepada kami
Rasulullah Saw dengan pembicaraan yang panjang tentang Dajjal.
Diantara yang Beliau ceritakan tentangnya adalah, Beliau berkata: "Dajjal
akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki
Madinah) padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang
Madinah. Maka pada hari itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan
manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik menghadangnya
seraya berkata; Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang pernah
diceritakan oleh Rasulullah Saw. Maka Dajjal berkata; Bagaimana sikap

68
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
69
Abu „Abdillah Muhammad bin Isma„il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Darul
Kitab Al-Alamiah, 1412 H), Juz 2, 25.
27

kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali,
apakah kalian masih meragukan kemampuanku? Mereka menjawab:
"Tidak". Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu
menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal
menghidupkannya kembali; "Demi Allah, hari aku tidak akan lebih
waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; "Aku akan
membunuhnya lagi". Maka Dajjal tidak sanggup untuk menguasainya". 70

4. Hadith Keempat
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu’jam, dengan kata
kunci (‫)عصم‬. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis dapat menemukan
bahwa:

،76 ،4 ‫ حم‬،،8 ‫ت ثواب القرآن‬ ِ


َ ،،57 ‫ َد مًلحم‬،،641 ‫ ّم مسافرين‬، ‫الدجال‬
ّ ]‫عصم من [فتنة‬
71
.555 ،558 ،758

a. Di dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 22298, bab Hadith 'Ubadah bin
Ash Shamit Ra.

َ‫اْلَ ْع ِد الْغَطََف ِاّنُّ َع ْن َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحة‬ ْ ‫ح َحدَّثَنَا َسعِي ٌد َع ْن قَتَ َاد َة َحدَّثَنَا َس ِاِلُ بْ ُن أَِِب‬ ٌ ‫َحدَّثَنَا َرْو‬
ِ‫ت ِم ْن أ ََّوِل ُسورة‬ ٍ ‫ظ ع ْشر آَي‬ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ َ َ َ َ ‫ال َم ْن َحف‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ
ِّ ‫ي َع ْن أَِب الد َّْرَداء َع ْن الن‬ ِّ ‫الْيَ ْع ُم ِر‬
ْ ‫ال ثَنَا َس ِاِلُ بْ ُن أَِِب‬
‫اْلَ ْع ِد َع ْن‬ َ َ‫ّي ِِف تَ ْف ِس ِي َشْي بَا َن َع ْن قَتَ َادةَ ق‬ ٌْ ‫َّج ِال َحدَّثَنَا ُح َس‬ َّ ‫ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد‬ ِ‫فع‬
ُ ِ ‫الْ َك ْه‬
‫ال َعفَّا ُن ِِف‬ َّ ‫َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَلْ َحةَ َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء فَ َذ َكَر ِمثْلَوُ َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
َ َ‫الص َم ِد َو َعفَّا ُن قَ َاَّل ثَنَا َهَّ ٌام ق‬
‫يث‬ ِ ‫ال ثَنَا س ِاِل بن أَِِب ا ْْلع ِد الْغَطََف ِاّنُّ عن ح ِد‬ َ َ‫ص بِِو َعلَْي نَا ق‬ ُّ ‫ال َكا َن قَتَ َادةُ يَ ُق‬ َ َ‫َح ِديثِ ِو َحدَّثَنَا َهَّ ٌام ق‬
َ َْ َْ ُْ ُ َ
ِ ِ َّ ‫اَّللِ صلَّى‬ ِِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َذ َكَر مثْلَو‬ َ َّ ‫ب‬ ِ
ِّ َ‫ي َع ْن َحديث أَِب الد َّْرَداء يَْرويو َع ْن ن‬ ِّ ‫َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحةَ الْيَ ْع ُم ِر‬
ِ ‫ال ثَنَا َهَّام حدَّثَنَا قَتَادةُ عن س ٍِاِل عن ح ِد‬
‫يث َم ْع َدا َن َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء‬ َ َ‫الص َم ِد ق‬
َّ ‫يث َعْب ِد‬ ِ ‫ُُثَّ رجع إِ ََل ح ِد‬
َ َْ َ َْ َ َ ٌ َ َََ
72 ِ ِ
.‫آَيت م ْن ُس َورة الْ َك ْهف‬ ِ ٍ ِ َّ ِ َّ ِ ِ ِِ
َ ‫ظ َع ْشَر‬ َ ‫ال َم ْن َحف‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسل َم أَنَّوُ ق‬
َّ ‫صلى‬ َ ‫اَّلل‬
َّ ‫ب‬ ِّ َ‫يَْرويو َع ْن ن‬
“Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami
Sa'id dari Qatadah telah menceritakan kepada kami Salim bin Abu Al ja'd
Al Ghathafani dari Ma'dan bin Abu Thalhah Al Ya'mari dari Abu Darda'
dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda: "Barangsiapa hafal sepuluh
ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terlindung dari fitnah Dajjal."

70
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
71
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), Juz 4: 249.
72
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, (Beirut: Mu‟assasah ar-
Risalah, 1416 H), Juz 17, 526-527.
28

Telah menceritakan kepada kami Husain dalam tafsirnya Syaiban, dari


Qatadah dia berkata, telah menceritakan kepada kami Salim bin Abu Al
Ja'd dari Ma'dan bin Abu Thalhah dari Abu Darda' kemudian dia
menyebutkan semisalnya."Telah menceritakan kepada kami Abdus
Shamad dan Affan keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami
Hammam, Affan menyebutkan dalam hadithnya; telah menceritakan
kepada kami Hammam dia berkata; Qatadah menceritakan hal itu kepada
kami, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Salim bin Abu Al Ja'd
Al Ghathafani dari hadithnya Ma'dan bin Abu Thalhah Al Ya'mari dari
hadithnya Abu Darda' yang dia riwayatkan dari Nabi Muhammad Saw,
kemudian dia menyebutkan semisalnya. Kemudian dia kembali ke hadith
Abdus Shamad dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammam
telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Salim dari hadithnya Ma'dan
dari Abu Darda' dia meriwayatkannya dari Nabi Saw, bahwa beliau
bersabda: "Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari surat Al Kahfi".73

b. Di dalam Shahih Muslim, nomor hadith 1342, bab keutamaan surat al


Kahfi dan ayat Kursi, dengan redaksi Hadith:
ِ ِِّ ‫اْلَ ْع ِد الْغَطََف‬
ْ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْن الْ ُمثَ ََّّن َحدَّثَنَا ُم َعاَذ بن ِى َش ِام َح َّدثَِِن ِأِب‬
ْ ِ ‫اِن َع ْن َم ْع َدا ّن ب ْن‬
َ‫أِب طَلْ َحة‬
‫ت ِم ْن أ ََّوِل ُس َورةِ الْ َك ْهف‬ٍ ‫ظ ع ْشر آَي‬
َ َ َ َ ‫ال َم ْن َحف‬
ِ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬َّ ِ‫َن الن‬َّ ‫ي َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء أ‬ِّ ‫الْيَ ْع َم ِر‬
‫َّج ِال و َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّّن َوابْ ُن بَشَّا ٍر قَ َاَّل َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ ح و‬ َّ ‫ص َم ِم ْن الد‬ ِ‫ع‬
ُ
ُ‫ال ُش ْعبَة‬ ِ ِ ِ ِ
ِْ ‫الر ْْحَ ِن بْن َم ْهد ٍي َحدَّثَنَا َهَّ ٌام ََج ًيعا َع ْن قَتَ َادةَ بَ َذا‬
َ َ‫اْل ْسنَاد ق‬ َّ ‫ب َحدَّثَنَا َعْب ُد‬ ٍ ‫ح َّدثَِِن ُزَىْي ر بْن حر‬
ّ ُ َْ ُ ُ َ
74 ِ
‫ال ى َش ٌام‬ َ َ‫ال َهَّ ٌام ِم ْن أ ََّوِل الْ َك ْهف َك َما ق‬ َ َ‫ف و ق‬ ِ ‫ِمن‬
ِ ‫آخ ِر الْ َك ْه‬
ْ
“Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsana telah
menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam telah menceritakan
kepadaku bapakku dari Qatadah dari Salim bin Abul Ja'd Al Ghathafani
dari Ma'dan bin Abu Thalhah Al Ya'mari dari Abu Darda` bahwa Nabi
Muhammad Saw bersabda: "Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal
surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjal." Dan telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu
Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah -dalam jalur lain- Dan
telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Hammam
semuanya dari Qatadah dengan isnad ini. Syu'bah berkata; "Dari akhir

73
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
74
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 1, 555.
29

surat Al Kahfi." Hammam berkata; "Dari awal surat Al Kahfi."


Sebagaimana yang dikatakan Hisyam.”75

c. Di dalam Musnad Abu Daud, nomor hadith 4320, bab keluarnya Dajjal.

‫اْلَ ْع ِد َع ْن َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحةَ َع ْن‬ ْ ‫ص بْ ُن ُع َمَر َحدَّثَنَا َهَّ ٌام َحدَّثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن َس ِاِل بْ ِن أَِِب‬
ُ ‫َحدَّثَنَا َح ْف‬
ِ‫ت ِم ْن أ ََّوِل ُسورة‬ ٍ ‫ظ ع ْشر آَي‬ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ ‫ال َم ْن َحف‬ َ ‫َّب‬
ِّ ‫َحديث أَِب الد َّْرَداء يَْرويو َع ْن الن‬
‫ظ‬َ ‫ال َم ْن َح ِف‬
َ َ‫َّستُ َوائِ ُّي َع ْن قَتَ َادةَ إََِّّل أَنَّوُ ق‬ ِ َ َ‫ال أَبو داود وَك َذا ق‬
ْ ‫ال ى َش ٌام الد‬ َ ُ َ ُ َ َ‫َّجال ق‬
ِ َّ ‫صم ِمن فِْت نَ ِة الد‬ِ ِ
ْ َ ‫الْ َك ْهف ُع‬
76 ِ ِ ‫ال ُشعبةُ عن قَتادةَ ِمن‬ ِ ِ ِ
‫آخ ِر الْ َك ْهف‬ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ‫م ْن َخ َواتي ِم ُس َورةِ الْ َك ْهف و ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar berkata, telah
menceritakan kepada kami Hammam berkata, telah menceritakan kepada
kami Qatadah dari Salim bin Abu Al Ja'd dari Ma'dan bin Abu Thalhah
dari hadith Abu Darda yang ia riwayatkan dari Nabi Saw, beliau bersabda:
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat awal dari surat Al Kahfi, maka ia
akan dijaga dari fitnah Dajjal."Abu Dawud berkata, "Seperti ini pula yang
dikatakan oleh Hisyam Ad Dustuwa`i dari Qatadah, hanya saja (dalam
hadith itu) Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menghafal akhir-akhir dari
surat Al kahfi, "Syu'bah menyebutkan dari Qatadah, "Akhir dari surat Al
Kahfi".77

75
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Lidwa
pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
76
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah al-„Isriyah,
t.t), juz 4, 117.
77
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
30

B. Skema Perawi Hadith


1. Skema Sanad Pertama
31

2. Skema Sanad Kedua


32

3. Skema Sanad Ketiga


33

4. Skema Sanad Keempat


34

B. Biografi Periwayat Hadith


a. Hadith Pertama.
1. Anas bin Malik
Nama lengkap beliau ialah Anas bin Malik bin Nadhir Bin
Dhamdham bin Zaid bin Haram bin Jundab bin Amir bin Ghonam bin
Adi bin an-Najr. Salah satu dari periwayat yang paling banyak
meriwayat hadith yang shahih.78 Merupakan seorang imam, al-mufti,
muqri, muhaddis, rowiyatul Islam, juga pernah menjadi khadim
Rasulullah. Beliau adalah tergolong dalam dari sahabat nabi dan yang
paling akhir mati. Kunyah beliau adalah Abu Hamzah. Lahirnya beliau
sebelum penghijrahan nabi dari kota Mekah ke Madinah. Wafatnya
pada 93 H.79
Antara guru yang pernah beliau menerima dan mengambil hadith
adalah Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar, Umar ibn al-Khattab,
Uthman ibn Affan, Abdullah ibn Rawaha, dan lain-lainya.
Anak muridnya terlalu ramai, antaranya ialah al-Hasan al-Basri,
Abdullah bin Zaid al-Jarmi, Abdul Aziz bin Suhaib, Ishaq bin
Abdullah bin Abi Talhah, Bakar bin Abdullah al-Mazni, Qatadah bin
Da’mah, dan lain-lainya.80
Di antara ulama yang berkomentar mengenai beliau adalah tiada
yang berkomentar mengenai beliau karena beliau adalah termasuk
dalam sahabat nabi, maka jelaslah mereka berdua telah bertemu dan
sighoh yang digunakan dalam periwayatan hadith ini adalah „an‟.81
Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan sahabat.82

78
Ahmad bin Ali Hajar al-Atsqolani, Isobah fi Tamyizi as-Sohabah, (Beirut: Darul Jail,
1421 H) Juz 1, 126.
79
Mohamad Farid bin Mohd Noor, “Validitas Hadith Tentang Tarian Yang Dijadikan
Hujjah Untuk Melegitimasi Tarian Sambil Berzikir (Studi Takhrij Dan Fahmil Hadith Dalam
Musnad Imam Ahmad)”, Skripsi (Jambi: Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin
Jambi, 2014), 80-81.
80
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 3,
353.
81
Lambang „an‟: Menurut jumhur ulama dapat diterima dengan syarat periwayatanya
tidak mudallis yakni yang menyimpan cacat dan dimungkinkan adanya pertemuan dengan
gurunya. Jika tidak mudallis yakni yang menyimpan pertemuan dengan gurunya. Jika tidak
35

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa


periwayatam ini tergolong positif dan pensyaratannya dapat digunakan
sebagai dalil.

2. Qatadah bin Da’amah


Nama asalnya adalah Qatadah bin Da'amah bin Qatadah bin Aziz
bin. 'Amr bin Rabi'a bin 'Amr bin. al-Harith bin Suduf. Beliau digelar
sebagai Abu Al Khathab dan beliau tergolong dalam kalangan
tabi’in.83
Beliau berguru dengan Anas bin Malik, 'Abdullah bin Sarjis al-
Mazni, Abu al-Tufail, 'Amir bin Wathla, Abu Sa'id al-Khudri, Sinan
bin Salma, 'Imran bin Husain, dan lainya.
Sedangkan tercatat sebagai muridnya adalah Ayub al-Sakhtiyani,
Sulaiman bin Tarkhan al-Taimi, Jarir bin Hazim bin Zaid, Mas'ar bin
Kadam, Yunus bin Abi al-Farat, Syu’bah bin al Hajjaj, Hisham bin
Abi 'Abdullah al-Dastawa'i dan lain-lain.84
Ulama‟ yang mengomentari beliau adalah Yahya bin Ma'in, Ibnu
Hajar al 'Asqalani mengatakan tsiqah tsabat, Muhammad bin Sa'id
mengatakan tsiqah ma`mun, Adz Dzahabi mengatakan Hafizh.85

3. Syu’bah bin Al Hajjaj


Nama lengkapnya adalah Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad.
Beliau digelar sebagai Abu Bistham dan beliau dikalangan tabi'ut
tabi’in.86 Beliau berguru dengan Ibrahim bin 'Amir, Ibrahim bin
Muhammad, Ibrahim bin Muslim al-'Abdi, Isma'il bin Abi Khalid al-

memenuhi dua pensyaratan ini maka periwayatan tersebut tidak mutassil. Lihat Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadith (Jakarta: AMZAH, 2013)
82
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 3,
353.
83
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
84
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
85
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
86
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
36

Ahmsi, Isma'il bin Raja'a bin Rabi'a al-Zubaidi, Qatadah bin


Da’amah, dan seterusnya.
Sedangkan yang tercatat sebagai muridnya adalah Ayub al-
Sakhtiyani, Sulaiman al-A'mash, Sa'd bin Ibrahim, Ibn Ishaq, Sufian
bin Sa„id Ath-Thawri, Hafsh bin Umar, dan lainnya.87
Ulama‟ mengomentari beliau sebagai Al 'Ajli mengatakan Tsiqah
tsabat, Ibnu Sa'd mengatakan Tsiqah Ma`mun, Abu Daud mengatakan
tidak ada seorang pun yang lebih baik hadithnya dari padanya, Ats
Tsauri mengatakan „amirul mukminin fil hadith‟ Ibnu Hajar Al
Atsqalani mengatakan beliau sebagai Tsiqah Hafiz, Adz-Dzahabi
sebagai Tsabat Hujjah.88

4. Muhammad bin Ja’far


Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ja‟far al-Hadlhi. Beliau
tergolong dalam kalangan tabi'ut tabi’in, Kuniyah yang beliau miliki
adalah Abu 'Abdullah, Negeri semasa hidup adalah di Bashrah dan
wafat 193 H.89
Beliau berguru dengan Syu'bah bin al-Hajjaj, 'Abdullah bin Sa'id
bin Abi Hind, 'Awf bin Abi Jamila al-A'rabi, Ma'mar bin Rashid, Sa'id
bin Abi 'Aruba. Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahwaya, Muslim ibn al-Hajjaj, 'Ali
bin al-Madini, Muhammad bin al Mutsanna.90
Ulama‟ yang memberi komentar terhadap beliau Yahya bin Ma'in,
Adz Dzahabi mengatakan Tsiqah, Abu Hatim mengatakan shalihul
hadith, Abu Hatim mengatakan Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Maslamah bin Qasim mengatakan tsiqah masyhur,

87
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
88
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
89
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
25, 5-9.
90
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
25, 5-9.
37

Maslamah bin Qasim mengatakan Minal huffaad, Tsiqah, Ibnu Hajar al


'Asqalani mengatakan Tsiqah Tsabat.91

5. Ahmad Bin Hanbal


Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah bin Muhamad bin
Hanbal bin Hilal bin Asad Al-Syaibani Al-Marwazi bin Idris bin
Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasithi bin
Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Uqbah bin Sha'ab bin
Ali bin Bakar bin Wail. Nama Abu Abdillah adalah kuniyah beliau.
Imam Ahmad dilahirkan di kota Baghdad pada 20 Rabi‟ul Awwal 164
Hijriah. Beliau sebenarnya berasal dari Marwa,92 kemudian di bawa ke
Baghdad ketika dalam kandungan ibunya yaitu Shafiyah binti
Maimunah.
Guru-guru beliau adalah Husyaim bin Basyir, imam Ahmad
berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad, Sufyan bin
Uyainah, Ibrahim bin Sa'ad, Ismail bin 'Ulaiyah, Muhammad bin
Ja’far, Yazid bin Abdu Rabih, Haywah bin Suraih bin Safwan,
Abdur Razzaq bin Hammad, Abdul Shamad bin Abdul Warith,
Affan bin Muslim, Rauh bin Ubadah, Al Husain bin Muhammad,
Yazid bin Harun, Muhammad bin Ja'far, Rauh bin Ubadah dan banyak
lagi guru-guru beliau.93
Anak-anak yang belajar dengan beliau ialah Ali bin Al Madini,
Yahya bin Ma'in, Dahim Asy Syami, Ahmad bin Abi Al Hawari,
Ahmad bin Shalih Al Mishri, dan banyak ulama‟ besar serta guru yang
meriwayatkan dari beliau.94
Pelbagai ulama‟ telah memberi komentar terhadap beliau,
antaranya adalah dari Qutaibah, beliau berkata sebaik-baik penduduk
91
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
25, 5-9.
92
H. Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: AMZAH,
2014), 237.
93
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 1, 43.
94
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 1, 43.
38

pada zaman kita adalah Ibnu Al Mubarak, kemudian pemuda ini


(Ahmad bin Hambal), dan apabila kamu melihat seseorang mencintai
Ahmad, maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut sunnah. Sekiranya
dia berbarengan dengan masa Ats Tsauri dan al Auza'I serta Al Laits,
niscaya Ahmad akan lebih di dahulukan ketimbang mereka. Ketika di
tanyakan kepada Qutaibah; apakah anda menggabungkan Ahmad
dalam kategori Tabi'in? maka dia menjawab; bahkan kibaru at tabi'in.
dan dia berkata; 'kalau bukan karena Ats Tsauri, wara' akan sirnah.
Dan kalau bukan karena Ahmad, dia akan mati.95

b. Hadith Kedua

1. Ubadah bin Ash Shamit


Nama lengkapnya adalah Ubadah bin Ash Shamit bin Qais. Beliau
tergolong dalam kalangan Shahabat. Kuniyah yang diberikan
kepadanya adalah Abu Al Walid. Negeri semasa hidup di Madinah
dan wafat pada tahun 34 H.96

Beliau berguru dengan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan yang


tercatat sebagai anak muridnya adalah al-Walid bin 'Ubada bin As-
Samit, Junadah bin Abi Umayyah, Anas bin Malik, Jabir ibn
'Abdullah, 'Abdur Rahman bin Ghanam dan lainya.97

Ulama‟ mengomentari terhadap beliau adalah Ibnu Hajar al


'Asqalani mengatakan Shahabat, Adz Dzahabi mengatakan
Shahabat.98

2. Junadah bin Abi Umayyah


Nama lengkapnya adalah Junadah bin Abi Umayyah. Beliau
tergolong dalam kalangan Tabi’in. Kuniyah yang diberikan

95
Saad bin Abdurrahman Ar-Rashid, Mabahis fi Ulumil Hadith, (Riyadh: Maktabah
AlMa‟arif, 2000), 103.
96
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
97
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
98
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
39

terhadapnya adalah Abu 'Abdullah. Negeri semasa hidup di Syam dan


wafat pada tahun 80 H.99
Beliau berguru dengan Muhammad Saw, 'Umar ibn al-Khattab, Ali
ibn Abi Talib, Mu'az ibn Jabal, Abu al-Darda, 'Abdullah bin 'Amr bin
al-'Aas, 'Ubadah bin As-Samit, Basr bin Artah.100 Sedangkan yang
tercatat sebagai anak murid adalah Amru bin Al Aswad.
Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Al 'Ajli Tsiqah.
3. Amru bin al Aswad
Nama lengkapnya adalah Amru bin Al Aswad. Beliau tergolong
dalam kalangan Tabi’in. Kuniyah yang diberikan kepadanya adalah
Abu 'Iyadl. Negeri semasa hidup di Syam.101
Beliau berguru dengan nabi Muhammad Saw. Junadah bin Abi
Umayyah. Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Khalid bin Ma’dan.
Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau Muhammad bin
Sa'd, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan Tsiqah.
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.102
4. Khalid bin Ma’dan
Nama lengkapnya adalah Khalid bin Ma'dan bin Abi Karb.Beliau
tergolong dalam kalangan tabi’in. Kuniyah yang diberikan
terhadapnya adalah Abu 'Abdullah. Negeri semasa hidup di Syam dan
wafat pada tahun 104 H. Beliau berguru dengan Amru bin Al
Aswad,103 Thawban bin Bujdud, 'Abdullah bin 'Amr bin al-'Aas, ibn

99
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 5, 133-135.
100
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
101
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
102
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
103
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
40

Umar, 'Utba bin Abd al-Slmy, Mu'awiyah ibn Abu Sufyan, 'Aishah
bint Abi Bakar dan lainya.104
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Muhammad bin Ibrahim bin al-Harith, Thaur bin Yazid al-Rahbi,
Huraiz bin 'Uthman bin Jabir, 'Amir bin Jshyb, Bahir bin Sa'ad dan
lainya.
Ulama‟ yang mengomentari kepada beliau adalah Al 'Ajli
mengatakan Tabi'I, Tsiqah, Ya'kub Ibnu Syaibah, Muhammad bin
Sa'd, An Nasa'I, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.105

5. Bahir bin Sa’ad

Nama lengkapnya adalah Bahir bin Sa'ad. Beliau tergolong dalam


kalangan tabi’in (tidak berjumpa dengan Shahabat). Kuniyah yang
diberikan kepadanya adalah Abu Khalid. Negeri semasa hidup di
Syam.106
Beliau berguru dengan Khalid bin Ma'dan, Makhul al-Shami/al-
Damashiqi. Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Isma'il bin Ayyash bin Saleem, Baqiyah bin al-Walid bin Sa'aid,
Thaur bin Yazid al-Rahbi, Mu'awiya bin Salah bin Hadayr.107
Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau Dahim, Ibnu Saad,
An Nasa'i, Al 'Ajli, mengatakan Tsiqah, Abu Hatim mengatakan
shalihul hadith, Ibnu Hajar mengatakan tsiqah tsabat, Adz Dzahabi
mengatakan Hujjah, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'Ats Tsiqat'.108

104
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 8,
167-173.
105
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 8,
167-173.
106
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20
107
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20.
108
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20
41

6. Baqiyyah bin Al Walid

Nama lengkapnya adalah Baqiyyah bin Al Walid bin Sha'id. Beliau


tergolong dalam kalangan tabi'ut tabi’in. Kuniyah beliau adalah Abu
Yahmad. Negeri semasa hidup di Syam dan wafat pada tahun 197 H.109
Beliau berguru dengan Bahir bin Sa’ad, Muhammad bin Ziyad al-
Alhani, Ibn Jurayj, Imam Malik, Mua'wiya bin Yahya al-Sadfy, dan
lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah 'Abdullah
bin Mubarak, Shu'bah bin al-Hajjaj, 'Abdur Rahman bin 'Amr al-
Awza'i, Ibn Jurayj, Hammad bin Salamah, Hammad bin Zayd, Sufyan
bin 'Uyaynah, Haywah bin Shuraih dan lainya.110
Ulama‟ yang memberikan komentar terhadap beliau adalah Adz
Dzahabi mengatakan Hafizh, al-Ajili mengatakan tisiqah, al-Hakim
mengatakan tsiqah ma‟mun.111

7. Haywah bin Suraih

Nama lengkapnya adalah Haywah bin Suraih bin Shafwan. Belaiu


tergolong dalam kalangan Tabi'ut Tabi’in. Kuniyah yang diberikan
terhadapnya adalah Abu Zur'ah. Negeri semasa hidup di Maru dan
wafat pada tahun 158 H.112
Beliau berguru dengan Baqiyah bin al-Walid bin Sa'aid, Isma'il
bin Ayyash bin Salim, Muhammad bin Harb al-Khulani, Damarh bin
Rabi'ya al-Falistini, al-Walid bin Muslim al-Quraishi. Sedangkan yang
tercatat sebagai anak muridnya adalah al-Bukhari, Abu Da'ud, Ishaq

109
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
110
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
111
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
112
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
42

bin Mansur al-Kausaj, 'Abdullah bin 'Abdur Rahman al-Darimi,


Ahmad bin Hanbal, dan lainya.113
Ulama‟ yang memberi komentar terhadap beliau Ahmad bin
Hambal mengatakan Tsiqah Tsiqah, Yahya bin Ma'in Tsiqah, Al 'Ajli,
Maslamah bin Qasim mentsiqahkannya, Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats tsiqaat, Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan Tsiqah Tsabat,
Faqih, Zahid.114

8. Yazid bin Abdur Rabih

Nama lengkapnya adalah Yazid bin 'Abdu Rabbih. Beliau


tergolong dalam kalangan tabi'ul atba'. Kuniyah yang dimilikinya
adalah Abu Al Fadlol. Negeri semasa hidup di Syam dan wafat 224
H.115
Beliau berguru dengan al-Walid bin Muslim al-Quraishi,
Muhammad bin Harb al-Khulani, 'Uqba bin 'Alqama al-Ma'fari,
Baqiyyah bin al-Walid, Waki' bin al-Jarrah, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah Abu Da'ud,
Imam Nasa'i, Ishaq bin Mansur al-Kausaj, Ahmad bin Hanbal, Abu
Hatim al-Raziq dan lainya.116
Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau adalah Yahya bin
Ma'in, Al 'Ajli, Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan Tsiqah, Abu Hatim
mengatakan Shaduuq, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Adz
Dzahabi mengatakan Hafizh.117

113
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 7,
482-485.
114
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 7,
482-485.
115
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
116
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
117
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
43

c. Hadith Ketiga
1. Sa’ad bin Malik
Nama lengkap beliau adalah Sa'ad bin Malik bin Sinan bin 'Ubaid.
Beliau mempunyai kuniyah, yaitu Abu Sa‟id, dan beliau merupakan
sahabat Nabi Muhammad Saw. Negeri semasa hidup di Madinah dan
wafat pada 74H.118
Beliau berguru dengan Nabi Muhammad Saw, Malik bin Sinan,
Qatadah ibn al-Nu'man, Abu Bakar As-Siddiq, Umar ibn al-Khattab,
Uthman ibn Affaan, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai muridnya adalah 'Abdur Rahman
bin Abi Sa'id al-Khudri, Zainab binti Ka'ab, Jabir ibn 'Abdullah, Zaid
ibn Thabit, Ubaidullah bin 'Abdullah, dan seterusnya.119
Ulama mengomentari beliau ialah Ibnu Hajar al 'Asqalani sebagai
Sahabat.120

2. Ubaidullah bin Abdullah

Nama lengkapnya adalah Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin


Mas'ud. Beliau tergolong dalam kalangan tabi’in. Kuniyah yang
diberikan adalah Abu 'Abdullah. Negeri semasa hidup di Madinah dan
wafat pada tahun 98 H.121
Beliau berguru dengan 'Abdullah bin 'Utbah, 'Aisha bint Abi Bakr,
ibn Abbas, 'Uthman bin Hunayf, Sa’ad bin Malik, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah Muhammad
bin Muslim bin Ubaidillah, 'Awn bin 'Abdullah bin 'Utba, Abu al-
Zanad, Salah bin Kaysan al-Madni, dan lainya.122

118
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
119
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
120
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
121
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 3, 15-16.
122
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 3, 15-16.
44

Ulama‟ yang mengomentari beliau adalah Al 'Ajli mengatakan


tsiqah, Abu Zur'ah mengatakan tsiqah, ma'mun, imam, Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat. Ibnu Hajar mengatakan tsiqah faqih
tsabat, Adz Dzahabi mengatakan salah satu lautan ilmu.123

3. Muhammad bin Muslim

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah


bin 'Abdullah bin Syihab. Beliau adalah dari kalangan Tabi'ut Tabi’in.
Kuniyah yang beliau miliki adalah Al Zuhri,124 Abu Bakar. Negeri
semasa hidup di Madinah dan wafat pada tahun 124 H.
Beliau berguru dengan Ubaidullah bin Abdullah, Anas bin Malik,
Jabir ibn 'Abdullah, Abu al-Tufail, 'Amir bin Wathla dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah Uqail bin
Khalid bin 'Uqail, 'Ata' bin Abi Rabah, Muhammad bin Muslim bin
Tadras, 'Umar bin „Abdul-„Aziz, 'Amr bin Dinar, Salah bin Kaysan al-
Madni dan lainya.125
Ulama‟ yang memberi komentar terhadap beliau adalah Ibnu Hajar
al 'Asqalani mengatakan faqih hafidz mutqin, Adz Dzahabi mengatakan
seorang tokoh.126

4. Ma’mar bin Rasyid

Nama lengkapnya adalah Ma'mar bin Rasyid Al Azdi. Beliau


merupakan tabi'ut tabi’in kalangan tua. Beliau memiliki kuniyah yaitu
Abu 'Urwah. Negeri semasa hidup di Yaman dan beliau wafat pada
tahun 154 H.127

123
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 3, 15-16.
124
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma‟ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 26, 420.
125
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
26, 426.
126
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
127
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
45

Guru-gurunya adalah Qatadah bin Da‟amah, al Zuhri, Ja'far bin


Brqan, al-Hakam bin Aban, 'Abdullah bin 'Uthman bin Khuthaym dan
lainya lagi.
Anak muridnya pula adalah Sa'id bin Abi 'Arubah, Syu'bah bin al-
Hajjaj, Sufian bin 'Uyaynah, Abdullah bin Mubarak, Muhammad bin
Ja'far Ghandar, Abdur-Razzaq bin Hammam, dan lainya lagi. Ramai
guru-guru dan anak murid beliau.128
Terdapat beberapa ulama‟ yang mengemukakan pendapat
terhadapa beliau, antara ulama‟ yang mengkomentar beliau ialah Yahya
bin Ma'in, Al 'Ajli, Ya'kub bin Syu'bah mengatakan tsiqah, Abu Hatim
mengatakan shalihul hadith, An Nasa'I mengatakan tsiqah ma`mun,
Ibnu Hibban mengatakan beliau disebutkan dalam 'ats tsiqaat, Ibnu
Hajar al 'Asqalani mengatakan tsiqah tsabat.129
5. Abdur Razzaq bin Hammam
Nama lengkap beliau Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi'. Nama
Abu Bakar adalah kuniyah beliau. Beliau merupakan tabi'ut tabi’in
kalangan biasa. Ia lahir pada sepertiga awal abbad kedua yaitu tahun
126 H atau 744 M. Ia seorang ulama Yaman yang dinyatakan tsiqat,
namun diduga berfaham syi‟ah. Ash-Syan‟ani adalah nisbat pada
tempat tinggalnya yaitu Shana‟a. Sekitar tahun 200 H ia mengalami
kebutaan yang menjadikan kredibilitasnya menurun. Negeri semasa
hidup di Yaman dan beliau wafat pada tahun 211 H.130
Ada beberapa ulama menganggap beliau terduga sebagai syiah.
Pada kitab Tahzibul Kamal, Basyar berkata: "tidak ditemukan

128
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
129
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
130
Eky Wifky Afandi, Skripsi “Karakteristik Mushannaf „Abdurrazzaq”, (Bandung:
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2012), 14.
46

riwayatnya dalam periwayatan syi‟ah” bermakna beliau belum


ditentukan syiah.131
Abu Ahmad bin ‟Adi berkata: „Abdurrazaq memiliki Ashnaf dan
hadits yang banyak. Banyak para tsiqat dan imam Muslim
mendatanginya dan menulis darinya dan mereka tidak berpandangan
ada masalah dengan haditsnya hanya saja mereka menisbatkannya
kepada tasyayu’. Dia meriwayatkan hadith tentang keutamaan-
keutamaan (Ahlul Bait) yang tidak disepakati oleh para tsiqat. Dan
inilah celaan mereka yang paling besar kepadanya oleh sebab
riwayatnya tentang hadith-hadith ini dimana ia meriwayatkan celaan-
celaan kepada selain Alul Bait. Adapun dalam masalah shidiq
(kejujuran) maka aku harap mudah-mudahan tidak ada masalah
dengannya, hanya saja ia bermasalah dalam hadith-hadith tentang
keutamaan ahlul bait dan celaan terhadap selainnya yang statusnya
munkar.132
Guru-gurunya ialah Humam bin Nafi' al-Himyari, Wahub bin Naf'
al-Sn'any, Ayman bin Nabil, 'Ikrama bin 'Ammar, Ibn Jurayj,
'Ubaidullah bin 'Umar bin Hafs, 'Abdullah bin 'Umar bin Hafs bin
'Asim, Imam Malik, Ma'mar bin Rashid, Sufyan bin Sa„id Ath-
Thawri, Sufyan bin 'Uyaynah, Ja'far bin Sulaiman al-Daba'i, Yunus bin
Sulym al-Sn'any, 'Abdul Majeed bin 'Abdul 'Aziz, Isra'il bin Yunus bin
Abi Ishaq, Isma'il bin Ayyash bin Saleem dan lainya lagi.
Anak muridnya ialah Sufyan bin 'Uyaynah, Waki' bin al-Jarrah,
Hammad bin Usamah, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in,
Muhammad bin Mihran dan lain-lainya.133
Ulama‟ memberi komentar terhadap beliau ialah Abu Daud, Ibnu
Hibban mengatakan tsiqah, Al 'Ajli mengatakan "tsiqah, tertuduh

131
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 18, 62.
132
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,), Juz
18, 61.
133
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
18 , 52-53.
47

beraliran syi'ah", An Nasa'I mengatakan tsabat, Ya'kub bin Syaibah


mengatakan tsiqah tsabat, Ibnu 'Adi mengatakan la ba`sa bih, Ibnu
Hajar al 'Asqalani mengatakan tsiqah hafidz dan Adz Dzahabi
mengatakan beliau seorang tokoh.134
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
periwayatan ini tergolong positif dan periwayatnya dapat digunakan
sebagai dalil. Hal ini adalah karena ianya sejalan dengan tiga kaedah
ilmu jarh dan ta‟dil. Kaedah kedua pula ta‟dil yang lebih banyak
daripada jarh oleh kalangan ulama kritik hadith dan kaedah ketiga yang
menunjukkan prinsip penulis ialah apabila terjadi pertentangan antara
kritikan yang memuji dan yang mencela, maka yang harus
dimenangkan adalah kritikan yang memuji kecuali apabila kritikan yang
mencela disertai penjelasan tentang sebabnya.

d. Hadith Keempat

1. Uwaimir bin Zaid


Nama lengkapnya adalah 'Uwaymir bin Zaid bin Qays bin
Umayyah bin Malik bin Amir bin. 'Adiy bin Ka'ab bin al-Khazraj.
Beliau tergolong dalam kalangan Tabi'ul Atba'. Kuniyah yang dimiliki
olehnya adalah Abu Darda‟. Negeri semasa hidup di Bashrah dan wafat
pada tahun 252 H.

Beliau berguru dengan Muhammad Saw, 'Aishah bint Abi Bakar,


Zayd ibn Thabit. Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Bilal bin Abi al-Drda'a, Ma'dan bin Abi Talha, Abu Idris al-Khulani,
Abu Murrah, Abu Habibh al-Ta'iy, dan selainya.135

134
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
135
Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-
Nubala’ (Muassasah Al-Risalah, t.t), 335-353.
48

Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau Ibnu Hajar al


'Asqalani, Adz Dzahabi mengatakan Shahabat.136

2. Ma’dan bin Abi Talhah


Nama lengkapnya adalah Ma'dan bin Abi Thalhah. Beliau
tergolong dalam kalangan Tabi'ut Tabi’in. Negeri semasa beliau hidup di
Syam.
Beliau berguru dengan Umar ibn al-Khattab, Uwaimir bin Malik,
Abu al-Darda, Thawban bin Bujdud, al-Sa'ib bin Hbysh, al-Walid bin
Hisham bin Mu'awiyah. Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya
adalah Salim bin Abi Ja’di.137
Ulama‟ yang memberikan komentar terhadap beliau adalah Ibnu
Sa'd, Al 'Ajli, Ibnu Hajar al 'Asqalani, Adz Dzahabi mengatakan Tsiqah,
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.138

3. Salim bin Abi al Ja’di

Nama lengkapnya adalah Salim bin Abi Al Ja'di.139 Beliau


tergolong dalam kalangan Tabi’in. Negeri semasa hidup di Kufah dan
wafat pada tahun 97 H.
Beliau berguru dengan Uwaimir bin Malik, 'Umar ibn al-Khattab,
Ka'b bin Murra al-Bahzi, 'Aishah binti Abu Bakr, Abu Kabsha al-
Anmari, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah al-Hakam
bin 'Utayba, 'Amr bin Dinar, 'Amr bin Murrah bin 'Abdullah, Qatadah
bin Da’amah, Abu Ishaq al-Sabay'ai' dan selainya.140

136
Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-
Nubala’, 340.
137
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 28, 259.
138
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
28, 259.
139
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 130.
140
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10,131-132.
49

Ulama‟ yang memberikan komentar tehadap beliau adalah Yahya


bin Ma'in, An Nasa'I, Abu Zur'ah, Adz Dzahabi mengatakan Tsiqah, Ibnu
Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.141
4. Qatadah bin Da’amah

Biografinya telah dijelaskan pada halaman 35.

5. Sa’id bin Abi Urubah

Nama lengkapnya adalah Sa'id bin Abi 'Urubah Mihran. Beliau


merupakan tabi’in tidak berjumpa shahabat. Kuniyah beliau adalah Abu
An Nadr. Negeri semasa hidup di Bashrah dan wafat pada tahun 156 H.
Guru-gurunya adalah Qatadah bin Da’amah, al-Hasan al-Basri,
Ziyad bin Hassan bin Qarra, al Ayub al-Sakhtiyani, 'Amir bin Abd al-
Wahd dan lainya lagi.
Anak muridnya pula ialah Sulaiman al-A'mash, Syu'bah bin al-
Hajjaj, 'Abdul A'ala bin 'Abdul A'ala al-Sami, Khalid bin al-Harith bin
'Ubaid, Rauh bin 'Ubadah dan lain-lain lagi.142
Ulama‟ yang memberikan komentar terhadap beliau adalah Yahya
bin Ma'in, An Nasa'i mengatakan tsiqah, Abu Zur'ah mengatakan tsiqah
ma`mun, Muhammad bin Sa'd Tsiqah sebelum Ikhtalh.143

6. Rauh bin Ubadah


Nama lengkapnya adalah Rauh bin 'Ubadah bin Al 'Alaa'.144 Beliau
merupakan tabi'ut tabi’in kalangan biasa. Nama Abu Muhammad adalah
kuniyah beliau. Negeri semasa hidup di Bashrah dan wafat pada tahun
205 H.

141
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
142
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 11, 5-11.
143
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
144
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 9,
238.
50

Guru-gurunya adalah Aiman bin Nabil, Imam Malik, 'Abdur


Rahman bin 'Amr al-Awza'i, Sa'id bin Abi Urubah, Syu'bah bin al-
Hajjaj.
Anak muridnya pula ialah Zuhair bin Harb, Ahmad bin Hanbal,
'Ubaidullah bin Sa'id, Muhammad bin Bashar Bindar, Muhammad bin
'Abdullah bin Numayr, Muhammad bin al-Muthna dan lainya lagi.145
Ulama‟ yang memberikan komentar terhadap beliau adalah Yahya
bin Ma'in dan Ya'kub Ibnu Syaibah mengatkan shaduq, Abu Hatim Ar
Rozy mengatakan Shalih, Muhammad bin Sa'd mengatakan tsiqah
dan Al Bazzar mengatakan tsiqah ma`mun, Al khatib mengatakan
tsiqah.146
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
periwayatan ini tergolong positif dan periwayatnya dapat digunakan
sebagai dalil. Hal ini adalah karena ianya sejalan dengan tiga kaedah
ilmu jarh dan ta’dil. Kaedah kedua pula ta’dil yang lebih banyak
daripada jarh oleh kalangan ulama kritik hadith dan kaedah ketiga yang
menunjukkan prinsip penulis ialah apabila terjadi pertentangan antara
kritikan yang memuji dan yang mencela, maka yang harus dimenangkan
adalah kritikan yang memuji kecuali apabila kritikan yang mencela
disertai penjelasan tentang sebabnya.

7. Syaiban bin Abdur Rahman

Nama lengkapnya adalah Syaiban bin 'Abdur Rahman.147 Beliau


merupakan tabi'ut tabi’in kalangan tua. Beliau memiliki kuniyah yaitu
Abu Mu'awiyah. Negeri semasa hidup di Kufah dan wafat pada tahun
164 H.

145
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 9, 239-241.
146
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
147
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-Nubala’,
(Muassasah Al-Risalah, t.t), Juz 7, 406.
51

Guru-gurunya adalah 'Abdul Malik bin 'Umayr al-Qabti, Qatadah


bin Da’amah, Faras bin Yahya al-Hamdani al-Kharfi, Ziyad bin 'Alaqa,
'Uthman bin 'Abdullah bin Muhab, Mansur bin al-Ma'tamar al-Salmi, dan
lainya lagi.
Anak muridnya pula ialah Za'ida bin Qadama al-Thaqifi, Abu
Hanifah, Sulaiman bin Da'ud bin al-Jarud, Muhammad bin 'Abdullah bin
al-Zubair, al Husain bin Muhammad, dan ramai lagi.148
Ulama‟ telah memberikan komentar terhadap beliau yaitu Yahya
bin Ma'in, Ibnu Sa'd, An Nasa'I, Al 'Ajli, Al Bazzar, Ibnu Hajar Al
Atsqalani mengatakan tsiqah, Ibnu Kharasy mengatakan Shaduuq, Abu
Hatim mengatakan hasanul hadith, Ibnu Hibban mengatakan beliau
disebutkan dalam 'ats tsiqaat dan Adz Dzahabi mengatakan hujjah.149

8. Al Husain bin Muhammad

Nama lengkapnya adalah Al Husain bin Muhammad bin


Bahram.150 Beliau merupakan tabi'ut tabi’in kalangan biasa. Kuniyah
yang diberikan kepada beliau adalah Abu Ahmad. Negeri semasa hidup
di Baghdad dan wafat pada tahun 213 H.
Guru-gurunya adalah Jarir bin Hazim bin Zayd, Muhammad bin
Matraf, Shayban bin 'Abdur Rahman, Mubarak bin Fadala, Ayub bin
'Utbah dan lain-lainya.
Anak muridnya pula ialah Ahmad bin Hanbal, Ahmed bin
Manay', Ibrahim bin Sa'id al-Juhari, Zuhair bin Harb, Muhammad bin
Rafa'i dan lainya lagi.151

148
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-Nubala’,
Juz 7,406-407.
149
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
150
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 6, 471.
151
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 6,
471-472.
52

Ulama‟ memberikan komentar terhadap beliau yaitu Muhammad


bin Sa'd, Al 'Ajli, Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan tsiqah dan Ibnu
Hibban mengatakan beliau disebutkan dalam 'ats tsiqaat.152

9. Hammam bin Yahya

Nama lengkap beliau adalah Hammam bin Yahya bin Dinar.153


Beliau digelar sebagai Abu Bakar, Abu Abdullah. Beliau tergolong
dalam kalangan tabi’ tabi’in. Negeri semasa hidup adalah Bashrah dan
meninggal pada tahun 165 H.
Guru-gurunya adalah 'Ata' bin Abi Rabah, Ishaq bin 'Abdullah bin
Abi Talha, Zayd bin Aslam, Nasr bin 'Imran bin Isam, Qatadah bin
Da’amah, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai murid-muridnya adalah Sufyan
bin Sa„id Ath-Thawri, 'Abdullah bin Mubarak, Isma'il bin Ibrahim, Bashr
bin al-Sari al-Afwah, 'Abdul Samad bin 'Abdul Warith bin Sa'id, 'Abdur
Rahman bin 'Abdullah bin 'Ubaid dan seterusnya.154
Ulama‟ memberi komentar terhadap beliau Ahmad bin Hambal,
Yahya bin Ma‟in, Ibnu Sa‟id, Al Ajili, Hakim, Ibnu Hajar al Asqalani
mengatakan Tsiqah. Ibnu Hibban mengatakan disebutkan dalam ats
Tsiqat, As Saji mengatakan Shaduuq, buruk hapalanya. Dan Imam Adz
Dzahabi adalah Hafiz.155

10. Abdul Shamad bin Abdul Warith

Nama lengkapnya adalah Abdush Shamad bin Abdul Warits bin


Sa'id bin Zakwan at-Tamimi al-Anbari.156 Beliau mendapat jolokan
imam hafizh lagi tsiqah. Abdul Shamad adalah di antara ulama tabi’in
152
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
471.
153
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma‟ Al-Rijal, Juz
6, 471-472.
154
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
30, 302.
155
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
156
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 18, 99.
53

thobaqot kesepuluh. Beliau merupakan tabi'ut tabi’in kalangan biasa.


Maula beliau adalah al-Tanmuri.157 Kunyah beliau adalah Abu Sahal.
Negeri semasa hidup di Bashrah dan wafat pada tahun 207 H.
Guru beliau adalah 'Abdul Warith bin Sa'id bin Dhakwan, Abdul
Rahman bin Muhammad bin Salam, Harb bin Shadaad al-Yashkari,
Sulaiman bin al-Mughirah al-Qaysy, Syu'bah bin al-Hajjaj, Hammam
bin Yahya, dan lainya lagi.
Anak muridnya adalah 'Abdul Warith bin 'Abdul Samad, Ahmad
bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, Ishaq bin Rahwaya, 'Ali bin al-Madini dan
lain-lain lagi anak murid beliau.158
Antara komen para ulama kritik hadith ialah dari Abu Hatim
mengatakan “Shaduq, shalih hadith”,159 Ibnu Hibban menyenaraikan
Abdul Shamad bin Abdul Warits dalam kitab 'ats tsiqaat, dan dia
menambah bahwa Abdul Shamad meninggal pada 207 H. Ali ibnu al-
Madini mengatakan gurunya tsiqah. Begitu juga Ibnu Numair, Ibnu
Qana‟ dan Ibnu Sa'd mengatakan Abdul Shamad itu adalah periwayat
yang tsiqah, , Ibnu Hajar al 'Asqalani mengatakan shaduq, Adz Dzahabi
mengatakan hafizh, Imam Hakim mengatakan tsiqah ma`mun.160
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
periwayatan ini tergolong positif dan periwayatnya dapat digunakan
sebagai dalil. Hal ini adalah karena ianya sejalan dengan tiga kaedah
ilmu jarh dan ta‟dil. Kaedah kedua pula ta‟dil yang lebih banyak daripada
jarh oleh kalangan ulama kritik hadith dan kaedah ketiga yang
menunjukkan prinsip penulis ialah apabila terjadi pertentangan antara
157
Shamsuddin bin Ahmad bin Ustman az-Zahabi, Syi’ar A’lam an-Nubala’, (Madrasah
Risalah, t.t), Juz 9, 516.
158
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
18, 100-101.
159
Shaduq, shalih hadith : Tingkat kedua daripada ta’dil,hukumnya boleh dijadikan
hujjah menurut an-Nawawi, Tingkat keempat daripada ta’dil menurut Syeikh Manna al-Qathan,
Mabahis fi Ulumil Hadith,Diterjemahkan oleh Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu
Hadith, (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2005), 88-89. Rujuk Imam an-Nawawi, al-Taqrib wa al-Taisir
li Ma’rifati as-Sunan al-Basyit wa an-Nazir, Diterjemahkan oleh Syarif Hade Masyah, Dasar-
Dasar Ilmu Hadith, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), 48.
160
Ahmad bin Ali Hajar Syihabuddin al-Asqolani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut:
Muassasah Risalah, 1995), Juz 2, 580.
54

kritikan yang memuji dan yang mencela, maka yang harus dimenangkan
adalah kritikan yang memuji kecuali apabila kritikan yang mencela
disertai penjelasan tentang sebabnya.

11. Affan bin Muslim

Nama lengkapnya adalah Affan bin Muslim bin 'Abdullah. Beliau


merupakan tabi'ul atba' kalangan tua, dan nama Abu 'Utsman adalah
nama kuniyah beliau. Negeri semasa hidup di Baghdad dan wafat pada
tahun 219 H.161
Guru-gurunya adalah Da'ud bin Abi al-Frat, 'Abdullah bin Bakar,
Sakhar bin Juraih Abu, Syu'bah bin al-Hajjaj, Wahib bin Khalid bin
'Ajlan al-Bahli, Hammam bin Yahya bin Dinar, dan lain-lain lagi
gurunya.
Anak muridnya pula ialah al-Bukhari, 'Ubaidullah bin Sa'id,
Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Bashar Bindar, Ibrahim bin Y'aqub
bin Ishaq, dan lainya lagi.162
Ulama‟ yang memberikan komentar terhadap beliau adalah Ibnu
Hajar mengatakan tsiqah tsabat, Adz Dzahabi mengatakan Hafizh, Ibnu
Saad mengatakan tsiqah.163

C. Penelitian Sanad Hadith.

Dalam menetapkan kesahihan suatu hadith, sanad dapat dikatakan shahih


apabila sanad tersebut mencukupi syarat yang perlu dipenuhi yaitu bersambung
para perawinya dan awal sanad sampai akhir sanad, dan perawi tersebut adalah
orang yang adil, dan perawinya mestilah dhabit.164

161
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 16, 160.
162
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
16, 161-163.
163
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
164
Sa‟ad bin Abdurrahman Ar-Rasyid, Mabahis fi Ulumil Hadith, (Riyadh: Maktabah Al-
Ma‟arif, 200) Juz 3, 36.
55

Setelah melakukan penelitian tentang ketersambungan sanad di semua


jalur hadith tentang muncul Dajjal ini, bahwa semua periwayatanya bersambung
sampai kepada Rasulullah Saw, yaitu marfu’.
Setelah di kaji dan ditelusuri, terdapat hadith dari jalur Anas bin Malik dan
Ubaidullah bin Abdullah pada musnad imam ahmad jatuh ke tahap status gharib
karena perawinya menyendiri adapun hadith pada jalur ubadah bin Ash Shamit
dan Uwaimir bin Malik afalah hadith ahad karena hadith yang diriwayatkan oleh
seorang perawi tetapi tidak sampai tahap mutawattir.
Akan tetapi dari segi adil dan perawi ada yang kurang dan tidak memenuhi
syarat terebut. Sebagai contoh pada perawi yang bernama Hammam bin Yahya
yang dikritik oleh seorang pengkritik hadith yang bernama As Saji sebagai
shaduq dan buruk hafalanya seperti yang telah ditulis kitab Tahdizbul Thadzib165
dan selainnya. Selain itu terdapat juga perawi lain seperti Muhammad bin Ja‟far,
Ubadah bin Al Alaa‟, Syaiban bin Abdur Rahman dikatakan sebagai shaduq
pada kitab Mu’jam Mufahras.166
Di sana juga terdapat perawi yang dhabitnya kurang dan menyebabkan
kualitas sanad hadith ini tidak sampai ke peringkat hadith shahih pada hadith
pertama dan keempat pada musnad imam Ahmad. Oleh karena itu,
kesimpulanya akan penulis simpulkan pada bab terakhir yaitu bab kelima.

D. Penelitian Matan Hadith.


Untuk menetukan kualitas suatu hadith, tidak terhenti pada penelitian
sanad hadith saja, namun masih harus dilanjutkan penelitian terhadap matan
hadith itu sendiri. Karena tidak berarti suatu hadith yang sanadnya shahih, lantas
matanya juga shahih. Oleh karena itu, penelitian terhadap matan sama pentingnya
dengan penelitian terhadap sanad.

165
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 4, 285.
166
A.J Wensick, Mu'jam Al-Mufahros li alFaz al Hadith An Nabawi, (Maktabah Brill,
1936).
56

Untuk meneliti matan hadith, para ulama‟ ahli hadith telah menetapkan
beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan keabsahan atau
keshahihan suatu hadith.
Suatu hadith dapat dikatakan maqbul apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan:
1. Tidak bertentangan dengan hukum al-Qur‟an.
2. Tidak bertentangan dengan hadith mutawatir.
3. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan
ulama‟ masa lalu.
4. Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti.
5. Tidak bertentangan dengan akal.
6. Tidak bertentangan dengan hadith ahad167 yang kualitas dan
168
keshahihanya lebih kuat.
Adapun kriteria yang menjadi tolak ukur dalam penelitian matan ada
empat macam yaitu:
1. Tidak menyalahi petunjuk al-Qur‟an.
2. Tidak menyalahi hadith yang memiliki bobot akurasi yang lebih tinggi.
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan data sejarah.
4. Menunjukkkan ciri-ciri sabda Rasulullah Saw.169

Semua syarat tersebut setelah dikompromikan dengan isi matan hadith, tidak
ditemukan indikasi adanya pertentangan dengan sumber yang lebih kuat dan akal
pikiran. Sesungguhnya walaupun di dalam al-Qur‟an tidak disebutkan secara jelas
tentang ayat-ayat yang membicarakan tentang Dajjal tetapi para ulama‟ telah
memberikan pendapat bahwa terdapat ayat al-Qur‟an yang membahas secara
tersirat dalam surat al-An‟am ayat 12, walaupun tidak ada secara khusus dengan

167
Pengertian hadith Ahad adalah hadith yang diriwayatkan oleh seorang perawi dan
hadith yang tidak memenuhi syarat hadith mutawatir. Hadith ahad terbahagi kepada tiga yaitu,
Masyhur, Aziz dan Gharib. (Abdul Majid Khon, Ulumul Hadith Edisi kedua (Jakarta, AMZAH:
2013), 154-157.
168
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadith Nabi (Jakarta, Bulan Bintang: 2007),
118.
169
Umi Sumbulan, Kritik Hadith: Pendekatan Historis Metodologis (Uin Malang: Sukses
Offset, 2008), 101.
57

apa yang dikaji tetapi sudah cukup untuk membuktikan bahwa hadith yang dikaji
oleh penulis tidak bertentangan dengan al-Quran.
Antaranya sebagaimana firman Allah Swt dalam surah al-An‟am ayat 12:

                  

          

“pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman
seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat
kebajikan dengan imannya itu”170
Yang dimaksudkan )ِ‫“ (آيَات‬tanda-tanda” pada ayat di atas telah disebutkan
tentang Dajjal. Semuanya diungkapkan dalam penafsiran ayat ini.
Imam Muslim dan at-Tirmidzi Ra meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra,
dia berkata, nabi Muhammad Saw bersabda:

ِ ِ ‫ث إِذَا خ رجن َّلَ ي ْن َفع نَ ْفسا إِْميانُها َِل تَ ُكن آمنت ِمن قَبل أَو َكسب‬
ُ‫ت ف ْي إِْميَاِنَا َخْي ًرا طُلُ ْوع‬
ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ْ ََ ْ ْ َ َ ً ُ َ َ ْ َ َ ٌ َ‫ثًَل‬
.‫ض‬ ِ ‫ َوَدابَّةُ اْۡل َْر‬،‫ال‬ َّ ‫ َوالد‬،‫س ِم ْن َم ْغ ِرِبَا‬
ُ ‫َّج‬ ِ ‫الش ْم‬
171
َ
“Ada tiga hal yang jika keluar, maka tidak berguna lagi iman seseorang
yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebaikan
dengan imannya itu: terbitnya matahari dari barat, Dajjal, dan binatang
bumi.”
Penelitian kaedah keshahihan matan ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada percanggahan hadith ini dengan ayat al-Quran, hadith yang lebih tinggi
kedudukannya, serta tidak bercanggah dengan akal dan indra yang sehat maupun
sejarah.

170
Tim Penterjemah dan Penafsir al-Quran, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:
Departemen Agama RI, 1993), 189 .
171
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim,
(Riyadh:Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 2, 195.
58

BAB IV

PEMAHAMAN-HADITH TENTANG DAJJAL

A. Kajian Riwayah bil Ma’na.

Setelah penulis melakukan penelitian para periwayatan hadith pada bab


sebelumnya, kini penulis akan melanjutkan lagi penelitian hadith ini kepada
penelitian kefahaman yang terkandung di dalam empat sanad hadith seperti
berikut:
Adapun perbedaan lafaz dalam matan hadith yang dikaji adalah seperti
berikut:
Hadith pertama:
1. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Ahmad:
.‫ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف ر‬ ٌ ُ‫س ِِبَ ْع َوَر َمكْت‬
َ ْ َ‫وب ب‬ َّ ِ ِ ِ َِّ ٍ َِ‫َما ِم ْن ن‬
َ ‫ب إَّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َكافَر أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬
ّ
2. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Bukhari:
.‫ّي َعْي نَ ْي ِو َكافٌِر‬ ٌ ُ‫س ِِبَ ْع َوَر َمكْت‬
َ ْ َ‫وب ب‬ َّ ِ ِ ‫اَّلل ِمن نَِ ٍب إََِّّل أَنْ َذر قَوموُ ْاۡل َْعور الْ َك َّذ‬
َ ‫اب إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬
َ ََ َْ َ ّ ْ َُّ ‫ث‬ َ ‫َما بَ َع‬
3. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Muslim:
‫ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف‬ ٌ ُ‫ َوَمكْت‬.‫س ِِب َْع َوَر‬
َ ْ َ‫وب ب‬ َّ ِ ِ ِ ٍ َِ‫ما ِمن ن‬
َ ‫ب إََّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ‬
َ ‫اب أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬ ّ ْ َ
172
.‫ر‬

4. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Abu
Daud:
‫ّي َعْي نَ ْي ِو‬
َ ْ َ‫ َوإِ َّن ب‬،‫س ِِب َْع َوَر‬ َّ ِ ِ
َ ‫ال ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ‬
َ ‫ َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬،‫ أَََّل َوإنَّوُ أ َْع َوُر‬،‫اب‬ َ ِ‫ما بُع‬
َّ ‫ث نَِبٌّ إََِّّل قَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ الد‬
َ ‫َّج‬

.‫وًب َكافٌِر‬
ً ُ‫َمكْت‬
5. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Tirmizi:
‫ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف‬ ٌ ُ‫س ِِب َْع َوَر َمكْت‬
َ ْ َ‫وب ب‬ َّ ِ ِ ِ ٍ َِ‫ما ِمن ن‬
َ ‫ب إََّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ‬
َ ‫ َوإن َربَّ ُك ْم لَْي‬، ‫ أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر‬، ‫اب‬ ّ ْ َ
.‫ر‬

172
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
59

Hadith Kedua:
1. Lafaz matan dari periwayat Ubadah bin Ash Shamit pada jalur sanad Imam
Ahmad:
ِ
ِ ْ ‫صي أَفْ َحج َج ْع ٌد أ َْعور َمطْموس الْ َع‬
. ‫ّي‬ ِ َّ ‫َّج ِال ح ََّّت خ ِشيت أَ ْن ََّل تَع ِقلُوا إِ َّن م ِسيح الد‬
ُ ٌ َ‫َّجال َر ُج ٌل ق‬ ُ َ َ َّ ‫الد‬
173
ُ ُ َُ َ َ ْ

2. Lafaz matan dari periwayat Ubadah bin Ash Shamit pada jalur sanad Imam
Abu Daud:
‫اعلَ ُموا‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫ّي لَي‬ ِ ِ ِ َّ ‫إِ َّن م ِسيح الد‬
ْ َ‫س َعلَْي ُك ْم ف‬
َ ‫س بنَاتئَة َوََّل َح ْجَراءَ فَإ ْن أُلْب‬
َ ْ ْ ‫وس الْ َع‬
ُ ‫َّجال َر ُج ٌل قَصيٌ أَفْ َح ُج َج ْع ٌد أ َْع َوُر َمطْ ُم‬ َ َ
174
.‫س ِِب َْع َوَر‬ َّ
َ ‫أَن َربَّ ُك ْم لَْي‬
Hadith Ketiga:
1. Lafaz matan dari periwayat Sa‟ad bin Malik pada jalur sanad Imam
Ahmad:
‫اب الْ َم ِدينَ ِة‬ ِ ِ
َ ‫ال َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق‬ َ َ‫يما ُُيَ ِّدثُنَا ق‬
َّ ‫ " ََيِِْت الد‬:‫ال‬
ُ ‫َّج‬ ِ َ ‫ فَ َق‬،‫َّج ِال‬
َ ‫ال ف‬ َّ ‫طَ ِو ًيًل َع ِن الد‬
2. Lafaz matan dari periwayat Sa‟ad bin Malik pada jalur sanad Imam
Bukhari:
‫ض‬ ِ ِ ِ ِ َ َ‫يما َحدَّثَنَا بِِو أَ ْن ق‬
َّ ‫ ََيِِْت الد‬:‫ال‬ ِ ِ َّ ‫طَ ِو ًيًل َع ِن الد‬
َ ‫ بَ ْع‬،‫اب املَدينَة‬
َ ‫ َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق‬،‫ال‬
ُ ‫َّج‬ َ ‫َّجال فَ َكا َن ف‬
‫اخ الَِِّت ًِبلْ َم ِدينَ ِة‬ ِ
ِ َ‫السب‬
ّ
Hadith Kempat:
1. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Imam
Ahmad:

َّ ‫ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد‬
‫َّج ِال‬ ِ‫فع‬ ِ
ُ ِ ‫م ْن أ ََّوِل ُس َورةِ الْ َك ْه‬
2. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Imam
Muslim:

173
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, (Lebanon : Dar al Fikr, t.t),
Juz 37, 423.
174
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: : Maktabah al-„Isriyah,
t.t), Juz 4: 117-118.
60

َّ ‫ص َم ِم ْن الد‬
‫َّج ِال‬ ٍ ‫ظ ع ْشر‬
ِ ‫ت ِمن أ ََّوِل سورةِ الْ َكهف ع‬ ِ
ُ ْ َُ ْ ‫آَي‬ َ َ َ َ ‫َم ْن َحف‬
2. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Abu
Daud:

َّ ‫ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد‬
‫َّج ِال‬ ِ ‫فع‬ ِ ٍ ‫ظ ع ْشر‬
ُ ِ ‫آَيت م ْن أ ََّوِل ُس َورةِ الْ َك ْه‬
ِ
َ َ َ َ ‫َم ْن َحف‬

Setelah melakukan penelitian susunan lafaz berbagai matan yang


semakna dengan menggunakan metode Riwayah bil ma’na sebagaimana yang
telah dihuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa matan hadith tersebut tidak
mempunyai Ziyadah, dan Idraj175 ataupun lafaz yang bertentangan dengan
hadith yang semakna.
Secara keseluruhan penelitian matan ini dapat dilihat bahwa hadith ini
mempunyai berbeda lafaz pada jalur sanadnya yang lain serta tidak mempunyai
ziyadah dan idraj. Syuzuz dan Illat matan ini tidak dapat dipastikan karena
kesulitannya maka telah digunakan tolok ukur penelitian matan hadith dan tidak
terdapat percanggahan dengan ayat al-Quran, hadith, akal dan indra yang sehat
malahan menjadi penyokong kepada hadith yang dikaji. Maka dapat disimpulkan
dari segi kualitas matannya, hadith ini adalah hasan dan sahih berdasarkan
penelitian yang penulis kaji.

B. Kajian Gharib al Hadith.


Ada dua penggunaan istilah gharib dalam ilmu hadith yaitu gharib dalam
hubungannya dengan sanad dan gharib yang ada kaitannya dengan matan. Dalam
tulisan ini difokuskan gharib yang terkait dengan matan hadith. Secara etimologi
gharib berarti”asing, aneh, jauh,176 dan sangat”. Gharib dalam hadith adalah lafal-
lafal yang maknanya tidak jelas. Dalam pengertian terminologi, menurut kalangan
pakar hadith, terdapat berbagai versi tentang makna ilmu Gharibul Hadith:

175
Menurut pengertian bahasa, idraj merupakan masdar dari fiil adraja, artinya:
memasukkan atau menghimpunkan. Menurut pengertian istilah ilmu hadith, idraj berarti
memasukkan pernyataan yang berasal dari periwayat ke dalam suatu matan hadith yang
diriwayatkannya sehingga menimbulkan dugaan bahwa pernyataan itu berasal dari nabi karena
tidak adanya penjelasan dalam matan hadith itu. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian,
138-140.
176
Ibnu Manzur, Lisanul Arab, (Kairo, Dar al-Ma‟arif, t.t), 3223.
61

Ibnu al-Shalah menta‟rifkan ilmu Gharibul Hadith, ialah:


.‫تعم ِاِلَا‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫اظ لِغَ ِام‬
ِ ‫ث ِمن ْاَّلَلْ َف‬
ِ ِ ِِ ُ ‫ِعلم يع ِر‬
َ ‫ضة َع ِن الْ َف ْهم لقلَّة ا ْس‬
177
َ َ ْ‫ف بو َما َوقَ َع ِف ُم ُنت اَّلَ َحادي‬ ٌَ
“Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafaz-lafaz dalam matan Hadith yang
sulit lagi sukar difahamkan ,karena jarang sekali digunakannya”.
Dengan memperhatikan definisi di atas, maka yang menjadi objek pokok
kajian ilmu ini adalah kosa kata yang terdapat dalam redaksi hadith yang agak
sulit dipahami karena kosa kata itu asing dan jarang digunakan dalam percakapan.
Dengan kata lain, ilmu ini berhubungan dengan pemahaman terhadap isi pesan
Nabi dan sama sekali tidak berhubungan dengan sanad.
Sebenarnya kosa kata yang digunakan oleh Nabi tidak asing bagi para
sahabat, kendati beliau menggunakan kata kiasan. Dan seandainya pun ada
sebagian sahabat yang agak kesulitan memahami ucapan Nabi, mereka bisa
langsung menanyakan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini bisa dengan mudah
dilakukan para sahabat semasa Rasulullah masih hidup dan menyertai mereka.178
Setelah melakukan penelitian terhadap hadith yang menjadi kajian utama
dengan susunan lafaz berbagai matan dengan menggunakan metode “Gharib al-
Hadith” sebagaimana yang telah dihuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa
pemahaman hadith tersebut tidak mempunyai lafaz-lafaz yang maknanya tidak
jelas (Gharib) dengan hadith yang di kaji.

C. Memahami Kalimat Hakiki dan Majazi.


Interpretasi terhadap hadith-hadith Dajjal secara hakiki adalah memahami
hadith apa adanya sesuai dengan lafaz-lafaz hadith. Secara umum, teks hadith
yang berbicara tentang Dajjal ini dimaknai secara hakiki, yakni sebagaimana
informasi yang terkandung dalam lafaz. Hal ini bermakna bahwa yang
disampaikan oleh nabi Muhammad Saw mengenai hal tersebut adalah sebuah
kepastian, yakni Dajjal benar-benar akan datang sesuai dengan fisik yang

177
Ibn al-Shalah, Muqaddimah ibn al-Shalah, (Makkah : Maktabah al-Tijariyah, 1993),
258.
178
H. Amran "Hadith Gharib Pengenalan dan Pemahamannya",Jurnal Stain Ma'arif I,
No 1 (2017), 2-3.
62

dijelaskan dalam hadith Rasul tersebut179 yaitu; berwujud seorang laki-laki dengan
postur tubuh yang gemuk, berkulit merah, rambut keriting, salah satu matanya
buta, dan yang satu lagi seperti warna anggur yang tidak masak serta tidak
bersinar. Pendapat ini masih tetap bertahan dan diyakini oleh sebagian kalangan
hingga saat ini.180 Di antara ulama kontemporer yang mewakili pandangan kaum
ulama klasik tersebut adalah al-Buthi.181
Berdasarkan redaksi-redaksi hadith, Dajjal digambarkan sebagai seorang
laki-laki berkulit merah, dengan rambut keriting. Kemudian dalam redaksi hadith
lainnya disebutkan bahwa ia juga memiliki dahi lebar, pundaknya bidang, mata
yang sebelah kanan buta, sedangkan mata di sebelah kirinya tertutup daging tebal
di sudutnya Di antara kedua mata tersebut terdapat tulisan kafr secara terpisah.
Tulisan kafr tersebut adalah tulisan yang hakiki, sesuai dengan lahirnya dan tidak
sulit diketahui oleh sebagian orang (kafr), bahkan orang muslim yang buta huruf
juga dapat membacanya. Hal ini, juga menyimpulkan bahwa Dajjal datang dalam
sosok manusia yang hakiki.182
Musthofa Abu Nasral al Silbi mengungkapkan, bahwa para peneliti seperti
Imam an-Nawawi Ra menyebutkan bahwasanya tulisan tersebut benar-benar ada
yang dijadikan Allah sebagai tanda dan bukti kuat yang menunjukkan kekafran
dan kedustaannya. Allah akan menampakkan tulisan tersebut kepada setiap orang
Islam, baik yang bisa menulis maupun tidak dan akan menyamarkannya dari
setiap orang yang dikehendaki-Nya akan kecelakaan dan terkena ftnahnya.183
Dari pemaparan di atas, hadith tentang Dajjal seharusnya dipahami
sebagaimana kalimat hakiki adanya, adapun tentang kalimat majazi dari hadith,
penulis belum menemukan kalimat yang majazi karena dalam bahasa arab
terdapat ayat tamsil dan sebagainya memerlukan penulis untuk meneliti satu-satu

179
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 210.
180
Pipin Armita dan Jani Arni, Jurnal Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith
Dajjal, 210.
181
Pipin Armita dan Jani Arni, Jurnal Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith
Dajjal, 215.
182
Abu Abdullah Ahmad Bin Hanbal Bin Hilal Bin Asad al-Syaibani, Musnad Imam
Ahmad Bin Hanbal, (Mesir: Muassasah Al-Qurthuba, t.t), Juz 3, 207.
183
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 212.
63

kalimat itu untuk menerangkan maksud yang sebenarnya agar pembaca tidak
keliru terhadap hadith yang di bahas.

D. Kajian Asbab Wurud al Hadith.


Menurut ahli bahasa, kata asbab al-wurud adalah syibh al-jumlah yang
berupa susunan mudaf-mudaf ilaih (al-idafah) dengan asbab sebagai mudaf dan
al-wurud sebagai mudaf ilaih. Kata asbab adalah bentuk plural dari sabab yang
secara bahasa artinya alhablu.184 Di samping itu, ada juga yang mengartikan
“segala sesuatu yang dapat menghubungkan (penyebab) pada sesuatu yang
lain”,185 atau dapat diartikan dengan sesuatu yang menjadi sebab timbulnya suatu
hadith”.186 Sedangkan al-wurud adalah bentuk singular dari al-mawarid. Ia adalah
masdar dari warada-yaridu-wurudan yang berarti tempat minum (al-manahil)
atau air yang datang/sampai.
Dengan demikian, asbab al-wurud secara sederhana dapat diartikan
dengan segala sesuatu yang menyebabkan datangnya sesuatu. Karena istilah ini
biasa dipakai dalam diskursus ilmu hadith, maka asbab al-wurud biasa diartikan
dengan segala sesuatu (sebab-sebab) yang melatar belakangi munculnya suatu
hadith.
Sejauh penulusuran peneliti, tidak ditemukan asbabul wurud mengenai
hadith yang membicarakan tentang Dajjal dengan metode “Asbabul Wurud”
sebagaimana yang telah dihuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa
pemahaman hadith tersebut tidak mempunyai sebab musabab dengan hadith yang
di kaji.

E. Kontekstualisasi Tentang Dajjal.


Apabila membicarakan tentang Dajjal, terdapat pelbagai pendapat yang
muncul. Hadith tentang Dajjal bisa dipahami oleh sebagian ulama‟ mutakhir

184
Al-sabab dengan pengertian lughawi seperti ini, adalah pengertian menurut bahasa
Huzail. Jalaluddin al-Suyuti, Asbabu Wurud al-Hadith (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1984),
10.
185
Munawir Muin, “Pemahaman Komprehensif Hadith Melalui Asbab Al-Wurud”, Jurnal
Addin, VII, No 2 (2013), 292-293.
186
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadith (Jakarta: AMZAH,
2014),177.
64

bahwa Dajjal adalah sebuah majaz atau metafora untuk melambangkan sebuah
penipuan dan materealistik.
Ketika Syeikh Muhammad „Abduh ditanya tentang al-masih dan Dajjal,
serta pembunuhanya terhadap Dajjal, beliau mengatakan:187
“Sesungguhnya Dajjal adalah adalah simbol khurafat dan kebusukan yang
akan hilang dengan penegakan syari‟at tersebut. Dan al-Qur‟an lah sebesar-besar
petunjuk untuk mencapai hal itu, dan Rasul pun ada untuk itu, maka tidak lagi
dibutuhkan oleh seseorang untuk menunggu kedatanganya”.188
Alasan beliau tentang dajjal sudah disebutkan dalam kitab Tafsir Al
Manar, beliau mengatakan:
“Keburukan terbesar dajjal adalah beliau membawa syariat dan hukum
hakam yang baharu. Sedangkan al-Qur‟an adalah petunjuk terbesar dan sunnah
Rasul adalah penerang bagi al-Qur‟an. Keduanya sudah mencukupi bagi petunjuk
dan keperluan sekelian manusia. Oleh karena itu Muhammad bin Abduh
mengatakan Dajjal membawa khurafat.”189
Rasyid Ridho pula mencoba memberikan pengertian baru dengan
menghubungkan Dajjal dengan orang-orang Yahudi. Hubungan ini direlevansikan
dengan tradisi kenabian yang menggambarkan seorang Raja Zionis dan para
pengikutnya. Rasyid Ridho juga menjelaskan, bahwa Yahudi mungkin dapat
memanfaatkan pengetahuan mereka tentang listrik dan kimia serta ekstrak lainnya
untuk melakukan „mukjizat‟ Dajjal. Hal ini tergambar pada momentum konflik
antara Arab Israel. yang juga memperlihatkan kekuatan super yang mereka miliki
sebagaimana yang terdapat dalam redaksi hadith Nabi Saw.190
Pertama, Dajjal itu bermata satu atau buta sebelah. Salah satu lambang
Dajjal adalah bermata satu yang disebut sebagai “the one eye of Lucifer”, sangat

187
Aziz Basuki, “Isa Al Masih Dalam Teologi Muslim (Studi Komparatif Pemkiran
Ghulam Ahmad dan Muhammad Abduh)” Skripsi (Yogyakarta: Program Sarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2008), 84.
188
Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, (Lebanon: Darul Ma'rifah, tt) Juz 3,
317.
189
Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, (Kaherah: Dar al-Manar, 1947
M./1366 H), 317-318.
190
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 217.
65

sesuai dengan penjelasan hadith tersebut. Mata satu melambangkan bahwa


gerakan Dajjal bersifat materealistis murni yang sangat anti agama. Hal ini sesuai
pula dengan cita-cita-cita Adam Weishaupt membangun “satu dunia baru” (novus
ordo seclorum) atas dasar: satu pemerintahan, satu sistem perekonomian dan
moneter, serta satu kewarganegaraan.
Mereka mengontrol seluruh kehidupan kehidupan di muka bumi,
menghapuskan nasionalisme, patriotisme, dan menghujat ektensi agama-agama
yang ditudingnya sebagai racun dan dogma yang “memenjarakan” kebebasan
berpikir serta menindas nilai kemanusiaan. Karena menurut Dajjal, menindas nilai
kemanusiaan. Karena menurut Dajjal, selama manusia masih terkotak-kotak
dengan agama, mereka tidak akan menikmati nilai kemanusiaan yang universal.
Rasulullah memberikan simbol “buta sebelah” artinya artinya mereka
191
membutakan diri dari kebenaran Ilahi, menolak Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, pendusta atau tukang fitnah. Sudah sangat jelas bahwa gerakan
konspirasi Dajjal telah membuat dongeng-dongeng serta rekayasa yang sangat
canggih untuk mendukung dan menyebarkan kebohongan ajaranya, Dengan
kecerdasan dan kekuatanya yang sangat besar, mereka mapu menyebarkan
berbagai fantasi di muka bumi melalui kekuasaan videocrazy (kekuatan filem)
yang telah mereka kuasai.
Ketiga, menawarkan surga padahal neraka. Dengan kekuatan
intelegensinya yang tinggi, kaum Dajjal ini menawarkan berbagai kenikmatan
surga dunia yang mebius. Padahal, surga yang ditawarkan itu tidak lain adalah
neraka, sebagaimana hadith lain mengatakan bahwa Dajjal akan membawa api
(neraka), padahal api (neraka). Orang-orang yang selamat harus berani menempuh
bahaya menantang api karena api itulah sebenarnya surga yang sebenarnya.
Tipuan setan Dajjal itu akan pernah membutakan hati orang yang beriman karena
di hatinya adalah Allah Swt.192
Menurut Yusuf al-Wabil pula, pemahaman ulama‟ ahlus sunnah wal
jama’ah tentang Dajjal sebagai berikut:

191
Saiful Amin Ghofur, Dajjal Risalah Akhir Zaman, (Depok:A Plus Book, 2009), 171.
192
Saiful Amin Ghofur, Dajjal Risalah Akhir Zaman, 172.
66

1. Pertama: Fitnah Dajjal


Dajjal adalah seorang anak Adam yang mempunyai ciri-ciri yang
jelas, akan dapat dikenali oleh setiap mukmin apabila ia telah keluar sehingga
mereka tidak fitnahnya Dan fitnah Dajjal adalah fitnah yang paling besar di
muka bumi.193
2. Kedua: Di antara ciri-ciri Dajjal
Seorang yang masih muda, wajahnya merah, pendek, kakinya
bengkok, rambutnya keriting, mata sebelah kananya buta (picek) bagaikan
buah anggur yang menonjol keluar, di atas mata kirinya ada daging yang
tumbuh, tertulis di antara kedua matanya: ‫ك ف ر‬/‫( كفر‬Kafir) yang dapat dibaca
oleh setiap mukmin yang bisa menulis dan yang tidak bisa menulis. Dajjal
adalah seorang yang mandul dan tidak mempunyai anak.194

Dari Anas bin Malik Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:


ِ ‫ وإِ َّن ربَّ ُكم ْلي‬،‫ب إَِّلَّ وقَ ْد أَنْ َذر أ ََّمتَوُ اۡلَعور‬ ِ
ٌ ُ‫ َمكْت‬،‫س ِب َْع َوٍر‬
195
.‫ب ك ف ر‬ َ ْ َ َ َ َّ َِ‫ماَ م ْن ن‬
“Tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah memperingatkan ummatnya
tentang Dajjal picek (buta sebelah) pendusta. Ketahuilah bahwa Dajjal
matanya juling (picek) sedangkan Allah tidak picek. Tertulis di antara kedua
matanya: ‫كفر‬/‫( كفر‬kafir yang mampu dibaca oleh setiap muslim)196
3. Ketiga: Tempat Keluarnya Dajjal
Dajjal muncul dari arah timur dari khurasan, diringi dengan 70,00 ribu
orang Yahudi Ashbahan.197
4. Keempat: Tempat yang dimasuki Dajjal
Dajjal berjalan di muka bumi dengan cepat seperti hujan ditiup angin,
masuk ke setiap negeri kecuali di Makkah dan Madinah, Karena dijaga para
Malaikat, ketika tidak bisa masuk Madinah, kota madinah berguncang tiga
kali, keluarlah munafiq laki-laki dan perempuan menuju Dajjal.198 Dalam

193
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Jawa
barat: Pustaka at Taqwa, 2004), 160.
194
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160.
195
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
196
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160
197
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160.
198
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161.
67

riwayat lain, keluar orang munafiq laki-laki dan perempuan, fasiq laki-laki
dan perempuan menuju Dajjal, itulah yaumul Khalas (hari pembalasan).199
Diriwayat yang lain Dajjal tidak dapat masuk ke empat masjid yaitu, Masjid
al-Haram, Masjid Nabawi, Masjid al-Aqsha, dan Masjid at-Thuur.200

5. Kelima: Keberadaan Dajjal di Muka bumi


Selama 40 hari Dajjal berada di muka bumi. Sehari seperti setahun,
sehari seperti sebulan. Sehari seperti sepekan, dan sisa-sisanya seperti hari-
hari biasa.201

6. Keenam Fitnah Dajjal


Fitnah dajjal merupakan fitnah yang paling besar sejak Allah ciptakan
Adam sampai hari Kiamat.202 Dajjal membawa dua sungai yang mengalir,
salah satunya terlihat air putih, yang lainya melihat api yang menyala-nyala,
apabila seseorang mendapati hal itu hendaklah ia masuk ke sungai yang
tampak seperti api, pejamkan mata, tundukkan kepala, minumlah! Itu adalah
air yang sejuk.203 Dia mengaku sebagai tuhan, menyuruh hujan untuk turun,
lalu turun, menyuruh bumi tumbuh, lalu tumbuh tanaman, menghidupkan
orang mati dan yang lainya sebagaii fitnah bagi kaum muslimin.

7. Ketujuh: dibunuhnya Dajjal


Dajjal akan dibunuh oleh Nabi Isa As di Bab Lud (suatu desa di dekat
Baitul Maqdis, palestina).204
Al Qodhi mengatakan, “Hadith-hadith yang disebutkan oleh Imam Muslim
dan selainnya mengenai kisah Dajjal benar-benar sebagai hujjah bagi
madzhab yang berada di atas kebenaran bahwa Dajjal benar adanya. Dajjal
adalah benar-benar manusia.Allah mendatangkannya untuk menguji para
hamba-Nya. Allah memberikan pada Dajjal berbagai ilahiyah (ketuhanan),
yaitu dengan menghidupkan mayit yang sebelumnya ia matikan,

199
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161.
200
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, 161.
201
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
202
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
203
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
204
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 162.
68

menumbuhkan tanaman, menyuburkan tanah dan kebun, menjadikan api dan


dua macam sungai. Kemudian Dajjal pun akan mengeluarkan berbagai
macam perbendaharaan di dalam bumi, ia akan menurunkan hujan dari langit,
dan tanah pun akan tumbuh tanaman. Ini semua dilakukan atas kuasa dan
kehendak Allah. Kemudian setelah itu, Allah Swt membuat ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Namun tidak ada yang bisa membunuh Dajjal dan
menghancurkan berbagai urusannya melainkan „Isa As. Allah pun akhirnya
mengokohkan hati orang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah, keyakinan
para pakar hadith, para fuqoha dan para ulama peneliti lainnya.205
Menimbang dari dua kelompok dari pendapat ulama‟, penulis memilih
pendapat dari buku Yazid. Maka dapat dipahami bahwa hadith tentang Dajjal
adalah hadith yang dipahami secara hakiki karena kebanyakan daripada
hadith dajjal memiliki hadith yang shahih pada kitab Imam Bukhari dan
Imam Muslim dan bisa dijadikan hujjah. Maka sesuai dengan hadith nabi
Muhammad Saw memerintah kaum Muslim agar berlindung dari fitnah
Dajjal.

F. Perlindungan Dari Fitnah Dajjal.


Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan pada perkara yang dapat
melindunginya pada perkara yang dapat melindunginya dari fitnah Al-Masih
Dajjal. Beliau meninggalkan umatnya berada pada syariat yang bersih sehingga
malam pun terasa terang bagaikan siang (karena melakukan ibadah malam). Tidak
ada seorang pun yang berpaling darinya kecuali orang-orang yang celaka. Beliau
pun selalu menunjukkan ummatnya pada kebaikan dan memperingatkan mereka
dari keburukan.206
Di antara hal yang diperingatkan oleh Rasulullah Saw adalah fitnah Dajjal,
karena itu merupakan fitnah terbesar yang akan dihadapi oleh manusia sampai
terjadinya hari kiamat. Seluruh Nabi utusan Allah Swt selalu memperingatkan

205
Yahya bin Syarf An Nawawi, Minhaj Syarh Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya‟ At
Turots, 1392H), Juz 18, 87.
206
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir. Diterjemahkan dari buku
aslinya yang berjudul “Al Iman bil yaumil akhir” oleh Chep M. Faqih, (Jakarta: Ummul Qura,
2014.), 147-149.
69

umatnya akan hal tersebut, sebab tidak mustahil ia akan muncul dari umat ini,
karena umat ini adalah umat yang terakhir dan Muhammad Saw adalah penutup
para nabi.
Di antara petunjuk kenabian yang disampaikan Rasulullah Saw kepada
umatnya agar mereka selamat dari fitnah yang sangat besar itu antara lain:
a. Berpegang teguh pada ajaran Islam, mempersenjatai diri dengan keimanan,
serta mengetahui nama-nama Allah Swt yang baik (Al asma’ Al-Husna) yang
hanya dimiliki-Nya dan tidak ada sekutu baginya dalam penggunaan nama-
nama tersebut. Dengan demikian, seseorang akan mengetahui bahwa Dajjal
hanyalah manusia biasa yang makan dan minum seperti manusia lainya ia pun
akan meyakini bahwa Allah terbebas dari sifat yang dimilik oleh Dajjal,
sebab ia tahu bahwa seseorang tidak akan dapat melihat Tuhanya kecuali
setelah ia mati.
b. Memohon perlindungan dari fitnah Dajjal terlebih ketika melaksankan shalat,
sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa hadith yang shahih: bahawasanya
Rasulullah Saw berdoa dalam shalatya, 207 “Ya Allah, aku berlindung kepada-
Mu dari azab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal.”
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadith dari Abu Hurairah Ra, ia
berkata, “Rasulullah Saw bersabda, „Apabila salah seorang di antara kalian
sedang dalam posisi tasyahhud. Mohonlah perlindungan kepada Allah dari
empat perkara. Lalu beliau bersabda, “Ya Allah, aku berlindung kepada-mu
dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan
kematian, serta dari keburukan fitnah Dajjal.”208
c. Menghafalkan beberapa ayat dari surah Al-Kahfi. Rasullah Saw
memerintahkan untuk membacakan awal surah Al-Kahfi kepada Dajjal,
walaupun dalam sebagian riwayat lain membacakan akhirnya. Artinya boleh
membaca seupuluh ayat pertama atau sepuluh ayat terakhir dari surah Al-
Kahfi. Di antara hadith-hadith tersebut adalah sabda Rasulullah Saw maka
bacakanlah kepadanya permulaan surah Al-Kahfi. “Barang siapa di antara

207
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 148
208
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 148.
70

kalian yang bertemu dengan Dajjal, maka bacakanlah kepadanya permulaan


surah Al-Kahfi.209
d. Rasulullah Saw juga bersabda, “Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat
pertama dari surah Al Khafi, dan banyak sekali hadith yang merupakan
anjuran untuk membaca surah Al-Kahfi khusunya pada hari Juma’at.210
e. Menjauhkan diri dari Dajjal.
Rasullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mendengar kabar tentang
Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah Swt, sesungguhnya ada laki-
laki yang akan mendatanginya dengan mengaku-ngaku bahwa ia adalah
seorang mukmin, maka orang yang didatanginya itu akan menjadi
pengikutnya dari segala perkara syubhat yang dibawa olehnya.211

209
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
210
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
211
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
71

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari 4 hadith tersebut, peringkat validitasnya adalah 2 hadith shahih dan 2
hasan dan didukung oleh kualitas sanad hadith tentang muncul Dajjal, pada
jalur sanadnya telah terbukti bahwa semua periwayatan telah sampai kepada
Rasulullah Saw.
1. Dari segi status hadith pertama pada musnad imam Ahmad, terdapat perawi
yang kurang dhabit yaitu Muhammad bin Ja‟far, ulama‟ bernama Abu Fath
Azdy mengatakan beliau shaduq. Maka hadith tersebut berkualitas Hasan
karena didukung oleh jalur sanad yang lain. Hadith kedua pada musnad
Ahmad adalah Shahih.Hadith ketiga pada Musnad Ahmad adalah Shahih.
Hadith keempat pada musnad Ahmad adalah Hasan karena pada jalur
pertama, Rauh bin Ubadah, ulama‟ mengkritik beliau sebagai shaduq oleh
Yahya bin Ma‟in dan Ya‟kub Ibn Syaibah . Pada jalur kedua Syaiban bin
Abdur Rahman dikatakan shaduq oleh Ibnu Karasy. Jalur ketiga pula
Hammam bin Yahya dikatakan shaduq, buruk hapalan oleh as Saji, Abdul
Shamad bin Abdul Warith, Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan shaduq.
Dari sudut matan hadith pula tidak ada ziyad dan idraj.
2. Daripada sudut pemahaman hadith, penulis membahas tentang metode
ma’anil hadith, dapat diketahui bahwa lafaz dan matan hadith tentang dajjal
tidak terdapat percanggahan dengan ayat al-Qur‟an, hadith, akal dan indra
yang sihat. Hadith tentang dajjal dipahami secara hakiki karena pada hadith
yang dikaji oleh penulis terdapat hadith yang shahih mengenai ciri-ciri dan
fisik dajjal.
3. Kontektualisasi hadith tentang dajjal, bahwa interpretasi dari ulama‟ klasik,
maka dapat disimpulkan bahwa ulama‟ meyakini Dajjal itu bukanlah
simbol, sifat laku dan kiasan belaka (majazi).
72

B. Rekomendasi

Kepada yang membaca skripsi ini, penulis mengharapkan kajian ini terus
dilestarikan bersama-sama mendalami arti pentingnya memahami hadith tentang
Dajjal. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi orang Islam yang mengambil
bidang agama khususnya jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir untuk terus menjaga
hadith-hadith dari Rasulullah Saw. Ini sebagai sumber dan pedoman serta penguat
dalil hukum Islam setelah al-Qur‟an. Perkara ini sangat penting untuk dilestarikan
dalam masyarakat zaman sekarang yang kurang pemahaman tentang isi
kandungan hadith. Dengan adanya metodologi ma’anil hadith, mudah-mudahan
ilmu ini dapat dikembangkan dan dapat sebarkan supaya ilmu ini tidak hilang
ditelan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ar-Rashid, Saad bin. Mabahis fi Ulumil Hadis, (Riyadh: Maktabah


AlMa‟arif, 2000
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma‟anil Hadis Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori dan
metode memahami Hadis, (Yogtakarta: Idea Press, 2008)
al-Adnani,Abu Fatiah. Kita Berada Di Akhir Zaman (Surakarta: Granada Mediatama,
2009)
Anwar, Desi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karya Abdi Tame, Surabaya, 2001
Amin, Muhammad. “Studi Analisis Hadis Tentang Mencukur Bulu Anis Bagi
Wanita”, Skripsi (Jambi: Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha
Shaifuddin Jambi, 2014)
Abduh, Muhammad, Tafsir Al-Qur‟an Al-Hakim, (Lebanon: Darul Ma'rifah, tt)
Amran, H. "Hadis Gharib Pengenalan dan Pemahamannya",Jurnal Stain Ma'arif I,
No 1 (2017)
A.J Wensick, Kitab Mu'jam Al-Mufahros li alFaz al Hadis An Nabawi, (Maktabah
Brill, 1936)
Al-Atsqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t)
Al-Atsqolani, Ahmad bin Ali Hajar, Isobah fi Tamyizi as-Sohabah, (Beirut: Darul
Jail, 1421 H)
Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997
al-Qusyairi an-Naisaburi, Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj, Sahih Muslim, Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H
as-Sulami at-Tirmidzi, Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa. Sunan at-Tirmidzi,
Riyadh: Maktabatu al Ma‟arif, t.t
Al Khalidi, Muhammad Abdul Aziz. Sunan Abi Daud, Beirut: Maktabah al-„Isriyah,
t.t
ash Shalaby, Ali Muhammad. Iman Kepada Hari Akhir. Diterjemahkan dari buku
aslinya yang berjudul “Al Iman bil yaumil akhir” oleh Chep M. Faqih,
(Jakarta: Ummul Qura, 2014.)
al-Suyuti, Jalaluddin. Asbabu Wurud al-Hadis Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah,
1984
Amran H. "Hadis Gharib Pengenalan dan Pemahamannya",Jurnal Stain Ma'arif I,
No 1 (2017)
Ali Mustafa Ya‟kub, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996
Abduh, Muhammad. „Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, Lebanon: Darul Ma'rifah, tt

Basuki, Aziz. “Isa Al Masih Dalam Teologi Muslim (Studi Komparatif Pemikiran
Ghulam Ahmad dan Muhammad Abduh)” Skripsi (Yogyakarta: Program
Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Fadlun,Muhammad. Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman Surabaya: Pustaka
Agung Harapan, 2009
Ghofur, Saiful Amin. Dajjal Risalah Akhir Zaman, Depok:A Plus Book, 2009
Hambal, Ahmad bin, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah
Qurtubah, tt.)
Ibn al-Shalah, Muqaddimah ibn al-Shalah, (Makkah : Maktabah al-Tijariyah, 1993)
Ismail, M.Syuhudi. Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya.
Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Bulan, Bintang, 1994.
Kaidah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Metode Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Isma„il, Muhammad bin al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kairo: Maktabah Salafiyah,
1403 H
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Jawa
barat: Pustaka at Taqwa, 2004
Khon, Abdul Majid. Pemikiran Moderen Dalam Islam, Pustaka Setia, 2010
Khon,Abdul Majid. Takhrij & Metode Memahami Hadis (Jakarta: Amzah 2014)
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul, Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009
Manzur, Ibnu. Lisanul Arab, (Kairo, Dar al-Ma‟arif, t.t),
Mohd Noor, Mohamad Farid bin. “Validitas Hadis Tentang Tarian Yang Dijadikan
Hujjah Untuk Melegitimasi Tarian Sambil Berzikir (Studi Takhrij Dan Fahmil
Hadis Dalam Musnad Imam Ahmad)”, Skripsi (Jambi: Program Pascasarjana
IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi, 2014)
Muhammad, Ali, Iman Kepada Hari Akhir. Diterjemahkan dari buku aslinya yang
berjudul “Al Iman bil yaumil akhir” oleh Chep M. Faqih, (Jakarta: Ummul
Qura, 2014
Mufid, Nur. dkk, Kamus Modern Indonesia Arab Al-Mufied, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2010)
Musbihin, Miftahul Asror, Imam. Membedah Hadis Nabi Saw Yogjakarta:Pustaka
Pelajar, 2015
Muin, Munawir. “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab Al-Wurud”,
Jurnal Addin, VII, No 2 (2013)
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadis Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017)
Sumbulan, Umi. Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis Uin Malang: Sukses
Offset, 2008
S. Royani Marhan, Kiamat dan Akhirat: Panduan Ringkas Mengenal Kehidupan
Abadi setelah Mati (Erlangga Mahameru. 2012 )
Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Sholechah, Mar'atus, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadis (Kajian Ma'anil Hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015)
Wensinck, A.J. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi, Leiden: E.J
Brill, 1936 H
Yusof Al-Mizzi, Jamaluddin Abu Al-Hajjaj, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal
Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992
CURICULUM VITAE

Nama : Mohamad Hafiz Bin Fadzil


NIM : UT 160052
Tempat / Tanggal Lahir : Kedah, Malaysia / 8 Juli 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Asli : No. 42, Jalan 8/10, Bandar Tasik Puteri,
48020, Rawang, Selangor
Alamat Sekarang : Mess Pelajar Malaysia, No.02 Jalan Pakis
m03, RT 27, RW 08, Kelurahan Simpang IV
mSipin, Telanaipura, Jambi, Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan :-

NO JENIS PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN TAMAT


1 TK Hubbullah Selangor, Rawang 1999
2 Sekolah Rendah Sultan Alam Selangor, Rawang 2007
Shah
3 Institut Pendidikan Darul Naim Kota Bharu, 2012
Kelantan
4 Kolej Islam As-Sofa Ampang, Selangor 2015
5 Universitas Islam Negeri Sulthan Jambi, Indonesia 2019
Thaha Saifuddin Jambi

Jambi, November 2019


Penulis,

MOHAMAD HAFIZ BIN FADZIL


NIM: UT 160052

Anda mungkin juga menyukai