MA’ANIL HADITH)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Pensyaratan Memperoleh Gelar sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Quran Tafsir
Fakultas Ushuluddin
Oleh
MOHAMAD HAFIZ BIN FADZIL
NIM : UT 160052
1
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.
v
PERSEMBAHAN
َٰ ۡ ٱَّللِ ٱلار
حَ ِن ٱلارِحي ِم بِ ۡس ِم ا
Segala puji saya ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena memberikan
saya kekuatan dan nikmat untuk saya hasil tulisan ini. Dan juga kepada junjungan
besar baginda Rasulullah Saw yang telah berjuang menyampaikan agama Islam
sehingga dapat kita merasai nikmat iman dan nikmat Islam yang merupakan
nikmat yang terbesar bagi kita.
Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada kedua orang tua saya iaitu
Hawa binti Said dan ayah saya Fadzil bin Kassim yang telah membesarkan saya
sehingga saya menjadi dewasa yang telah banyak berkorban dari segi harta dan
tenaga agar saya membesar memjadi insan yang berguna.
Tidak lupa juga Bapak Dr. Abdul Halim S. Ag M.ag selaku Dosen Pembimbing I,
dan Sajida Putri. S.ud. M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi
tunjuk ajar dan membantu serta meluangkan waktu dalam membimbing
penyelesaian skripsi ini.
Serta tidak lupa Terima kasih kepada semua Asatizah Wa Ustazah Yang Telah
Mengajarku Di Kolej Islam As-Sofa, Ust Sufi , Ust Rahman dan semua sahabatku
Hashim Halim, Muhammad Azamudeen, Luqman Nul Hakim, Abu Darda, Farhan
Fikri, Aiman Syafiq, Adam Aziz, Anas Zakuan, Rafiq Irfan, Tengku Mus‟ab,
Syahira, Adibah rakan fakultas satu jurusan yang banyak membantu ketika saya
mendapatkan ilmu.
Serta sahabat-sahabatku di Indonesia mahupun yang berada di Malaysia yang
telah memberikan semangat dan dorongan di kala suka mahupun duka, semoga
persahabatan kita tetap terjalin dengan baik dan semoga ini semua menjadi
kenangan yang terindah dalam hidupku.
“Jazakallahukhairan khatira”
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
َٰ ۡ ٱَّللِ ٱلار
حَ ِن ٱلارِحي ِم بِ ۡس ِم ا
ص ْحبِ ِه ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ السالَ ُم َعلَى أَ ْش َرف اْألَنْبِيَاء َوال ُْم ْر َسل
َ ْي َو َعلَى اَله َو َّ الصالَةُ َو َ ْ ب ال َْعالَ ِم
َّ ْي َو ِّ ا ْْلَ ْم ُدِ هلل َر
َْجَ ِع ْْي أ ََّما بَ ْع ُد
ْأ
Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan hidayah ke jalan
yang benar. Hanya Engkaulah sebaik-baik pembimbing dan penolong. Selawat
dan salam atas junjungan Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabat Baginda,
karena dengan berkat dan rahmat-Nya judul “HADITH TENTANG
MUNCULNYA DAJJAL (STUDI MA‟ANIL HADITH)” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai memenuhi salah satu syarat
untuk memperolehi Sarjana Strata Satu (S.I) Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama dalam Jurusan Ilmu Al-Quran Tafsir, UIN Sulthan Thaha
Saifuddin,Jambi. Tidak lupa juga rasa terima kasih yang mendalam penulis
ucapkan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Abdul Halim S.Ag M.ag selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu
Sajida Putri. S.ud. M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dan meluangkan waktu dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ermawati, MA, selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas
Usuluddin dan Studi Agama
3. Dr. H. Ghaffar M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akedemik yang
membimbing dari semester lima sampai semester sembilan.
4. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag, selaku DekanFakultasUsuluddindanStudi
Agama.
5. Bapak Dr.Masiyan, M.Ag, H.Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D, Dr. Pirhat
Abbas, M.Ag. selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Usuluddin dan Studi
Agama.
6. Bapak, Prof. Dr. Su‟aidi, MA. Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Usuluddin dan Studi Agama Universitas
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
8. Para Karyawan dan tenaga administrasi Fakultas Usuluddin dan Studi Agama
9. Para karyawan dan pegawai Perpustakaan Provinsi Jambi maupun
Perpustakaan Fakultas Usuluddin dan Studi Agama.
10. Kedua orang tua, dan keluarga besar penulis.
11. Sahabat-sahabat Jurusan Ilmu-Al-Quran dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan
Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Sahabat-sahabat dari Malaysia yang selalu memberikan kata-kata semangat.
13. Serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberi sokongan dan
inspirasi kepada penulis.
viii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik teknik penulisan, analisa, maupun dalam
mengungkapkan argumentasi pada bahasan skripsi ini. Karena itu penulis
mengharapkan kelapangan dada pada semua pihak yang budiman dan sekaligus
memperbaiki sebagaimana mestinya.
Demikianlah ucapan hormat penyusun, semoga jasa dan budi baik mereka
menjadi amal baik dan diterima oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penyusun memohon ampunan dan petunjuk
dari segala kesalahan.
ix
DAFTAR ISI
x
F. Penelitian Matan Hadith .................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 71
B. Rekomendasi .................................................................................. 72
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Alfabet
ِا i
اُو ū اَى ay
2
Mohd. Arifullah – Bambang Husni Nugroho - Abdul Halim – Masiyan Kayra Ilmiah
(Fak. Ushuluddin UIN STS Jambi, Jambi,2016) Halaman 149
xii
C. Tā‟ Marbtūṭah
Arab Indonesia
صالة Ṣalāh
مراة Mir‟āh
Arab Indonesia
وزارة التربية Wizārat al-Tarbiyah
مراة السمن Mir‟āt al-zaman
Arab Indonesia
فجنة Fajannatan
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
ۡ ِۗ
ِ ۡ ِ َنزلنآ إِلَ ۡي ِ َبِ ۡٱلب يَِٰن
َّاس َما نُِّزَل إِلَ ۡي ِه ۡم َولَ َعلَّ ُه ۡم يَتَ َف َّكُرو َن
ِ ّي لِلن
َ ِّ َك ٱل ّذكَر لتُب
َ َ َ ٱلزبُِر َوأ
ُّ ت َو َّ
1
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul, (Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009), 272.
2
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis Dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah,(Jakarta : Bulan Bintang,1995), 3.
1
2
3
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul (Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009), 87.
4
Ali Mustafa Ya‟kub, Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadith (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996), 14.
3
5
M.Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: bulan bintang, 1992), 7
6
Term ini, dalam Kamus Besar Indonesia dimaknai dengan “Setan yang datang kedunIa
apabila kiamat sudah dekat (berupa Raksaksa besar) penipu, pembohong, serta orang yang buruk
kelakuan. Pusat Bahasa Departemern Pendidikan Nasional , Kamus Besar Indonesia (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008) ,308.
4
7
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), 111.
8
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.
9
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad. Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadits
Kitab 9 imam.
5
menggambarkan salah satu karakteristik dan sifat Dajjal, penulis ingin mengkaji
kualitas hadith tentang Dajjal serta pemahaman hadith tersebut. Penulis meragui
hadith ini adakah shahih atau dhaif untuk di sampaikan kepada masyarakat. Untuk
mengetahui kesahihan sesebuah hadith dengan melalui cara mentakhrijkan hadith
menggunakan al-Mu’jam al-Muhfahras.
Pernyataan Rasullullah Saw tersebut meneguhkan keberadaan Dajjal di
akhir zaman. Adapun tafsir dan definisi tentang Dajjal sangatlah beragam. Ada
yang mengatakan bahwa Dajjal hanyalah sekedar isyarat atau perumpamaan
budaya-budaya baru umat Islam yang deskruktif seperti budaya televisi, atau
isyarat fisik semisal segi tiga bermuda, dan lain sebagainya. Namun spekulasi ini
dibantah oleh sedemikian banyak hadith menjelaskan secara utuh akan kehadiran
Dajjal sebagai makhluk berwujud manusia, lengkap dengan ciri-ciri fisiknya
secara terperinci.10
Abu Fatiah al-Adnani menjelaskan bahwa tanda-tanda kemunculan sosok
Dajjal sebagai fitnah akhir zaman, yakni terjadinya kerusakan bertumpuk-tumpuk,
kezaliman bertindih-tindih, kesyirikan merajalela, dan kemungkaran sulit
dibendung. Kebenaran sulit dibedakan dari kebatilan, halal dan haram sulit
dipisahkan. Hal yang baik bercampur baur dengan hal yang buruk. Pada
kebanyakan manusia, hati nurani dan fitrah mereka telah rusak dan
terkontaminasi. Akibatnya mereka tertipu, terpedaya oleh arus fitnah yang ada.
Pada saat itu manusia mudah tergoncang, bahkan karena beratnya fitnah yang
dihadapi manusia, ada di antara mereka yang di waktu pagi beriman namun pada
waktu sorenya telah menjadi kafir.11
Pokok masalah daripada penelitian ini ialah memandangkan pembahasan
tentang Dajjal terdapat berbagai perbedaan pendapat di kalangan para ulama
terletak pada pemaknaan pemaknaan redaksi hadith tersebut. Sebagian ulama‟
meyakini secara hadith Dajjal secara hakiki, dan sebagian lain mengatakan dajjal
adalah simbol penipuan. Adakah umat Islam pada hari ini memahami hadith
10
S. Royani Marhan, Kiamat dan Akhirat: Panduan Ringkas Mengenal Kehidupan Abadi
setelah Mati (Erlangga Mahameru. 2012 ), 25.
11
Abu Fatiah al-Adnani, Kita Berada Di Akhir Zaman (Surakarta: Granada Mediatama,
2009), 328-329.
6
tentang Dajjal? penulis merasakan perlu diadakan kajian yang bertemakan Dajjal
bagi memberi kefahaman kepada masyarakat supaya memahami dan membuat
persedian bagi mengahadapi kemunculan dajjal .
Berangkat dari latar belakang ini, betapa pentingnya penelitian hadith dan
memahami hadith tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengangkat beberapa
buah dalam pembahasan skripsi yang berjudul: Hadith Tentang Munculnya
Dajjal (Studi Ma’anil Hadith).
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa
perlu untuk merumuskan permasalahan yaitu bagaimana validitas dan pemaknaan
hadith tentang Munculnya Dajjal? Pokok masalah ini akan dihuraikan dalam sub
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas sanad dan matan hadith tentang Dajjal?
2. Bagaimana studi ma’anil hadith tentang Dajjal?
3. Bagaimana kontekstualisasi hadith tentang Dajjal?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih menekankan permasalahan yang akan dibahas, penulis
membatasi lingkup bahasan penelitian ini pada hadith tentang hadith munculnya
dajjal yaitu hadith yang dijadikan dalil oleh ulama dalam Shahih Muslim, Shahih
Bukhari, Musnad Imam Malik, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Tirmizi.
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti dalam Musnad Imam Ahmad
karena di dalam kitab tersebut terdapat banyak hadith tentang Dajjal dan yang
akan dibahas dengan menggunakan metode Ma’anil hadith serta kitab-kitab yang
berkaitan dengan hadith tentang Dajjal.
12
Farid Kurniawan, Hadis Munculnya Dajjal Sebagai Tanda Kiamat Dalam Kitab
Risalah Ahlu Al-Sunnah Wa al-Jama’ah (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, 2008) skripsi tdk
ditrbitkan.
13
Shintalia, Studi Ma’anil Hadis Tentang Dajjal Dalam Musnad AL-Imam Ahmad Ibnu
Hanbal (Palembang: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, 2016) UIN Raden Fatah.
8
seperti Kitab Mu’jam, Kitab Syarah Hadith, Tahzibul Tahzib, Buku-Buku Ulumul
Hadith, kitab-kitab tentang dajjal. Hasil temuan daripada beliau adalah secara teks
hadith dajjal bukanlah simbol-simbol yang diagungkan sebagian orang, karena
bertentangan dengan dalil-dalil yang shahih. Dajjal merupakan sosok berwujud
dan memiliki ciri-ciri fisik yang telah diterangkan dalam hadith yang dikajinya.
Adapun kajian yang dilakukan oleh saya adalah meneliti hadith-hadith tentang
munculnya Dajjal dengan mencari maksud kontekstual darpada hadith itu supaya
dipahami maksud tersirat walaupun menggunakan metode ma’anil hadith tetapi
tidaklah menelitinya dengan hanya dari kitab Musnad Ibnu Hambal sahaja,
melainkan dengan meneliti dari Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Karya lain yang membahas tentang munculnya Dajjal adalah buku yang
berjudul Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman,14 buku yang ditulis oleh
Muhammad Fadlun menggunakan metode maudhu’I namun hadith yang ada
dalam buku ini hanyalah mengumpulkan Hadith-hadith tentang dajjal serta artinya
tanpa membuat kajian tekstual dan konstekstual hadith yang ditampilkan. Tidak
seperti penelitian saya yang menjelaskan dari makna ayat itu sendiri
menggunakan metode ma’anil hadith.
Ada lagi tulisan buku yang berjudul Konspirasi Dajjal karya Miftahul
Asror Malik,15 penulis menggunakan berbagai metode deskriptif dengan
menggunakan hadith nabi serta kondisi yang terjadi sekarang ini seperti UFO,
serta persoalan tentang benarkah dajjal bermata satu dan hampir dihadirkan secara
lengkap tanda-tanda muncul Dajjal yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang
terekam dalam riwayat hadith, namun buku ini hanya menghadirkan berbagai
riwayat tanpa menghadirkan analisa pemaknaan dalam kajian ilmu hadith.
Temuan yang penulis kaji banyak disebutkan dalam buku ini adalah dajjal
sememangya licik dalam mengatur manusia pada akhir zaman dengan berbuat
kekacauan dan akhirnya nabi Isa as membunuh dajjal.
14
Muhammad Fadlun, Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman (Surabaya: Pustaka
Agung Harapan, 2009), 31.
15
Miftahul Asror Malik, Konspirasi Dajjal, (Yogyakarta: Semesta hikmah, 2016), 121.
9
Ada juga kajian berupa jurnal yang ditulis oleh Pipin Armita dan Jani
Arni, yang berjudul Dinamika Pemahaman Ulama Tentang Hadith Dajjal.16
Penelitian ini memuatkan semua yang berkaitan dengan ciri-ciri fisik dajjal dan
menggunakan metode madhui, takhrij hadith dan analisis sanad, dengan
menggunakan wahyu Allah yang mengatakan Dajjal adalah seseorang yang
gemuk bertubuh kemerahan, rambut keriting, salah satu matanya buta dan
matanya seperti buah anggur yang matang. Hasil temuan daripada jurnal ini
setelah melalui takhrij hadith, iktibar sanad dan penelusuran sanad maka
disimpulkan bahwa matan hadith ini berstatus maqbul.
Apabila di teliti dengan judul-judul skripsi dan buku di atas, penulis
tidaklah sama dengan karyanya itu, penulis lebih memfokuskan kepada Ma’anil
hadith untuk mengetahui kontradiksi hadith dengan yang lain berkaitan
munculnya dajjal.
Jika ditelusuri, dengan maksud tidak membanggakan diri maupun tinggi
hati, dapat dikatakan bahwa penelitian yang mengangkat tema hadith munculnya
Dajjal pernah ada yang melakukan. Dengan demikian masalah yang telah dikaji
oleh peneliti sebelumnya juga berfungsi guna bagi memperkuatkan metodologi
yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penilitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library
Research), yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari
beberapa refrensi yang ada dan yang dapat membantu penelitian ini berkaitan
dengan ilmu hadith.
2. Sumber dan Jenis Data
Secara umumnya, sumber dan jenis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini berasal dari bahan tertulis, yang secara garis besarnya terdiri
dari dua data, yaitu data primer dan skunder. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:
16
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadis Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 214.
10
a. Data primer adalah data tentang hadith munculnya Dajjal. Data ini
bersumber dari kitab hadith yaitu: kitab Musnad Ahmad, karya Imam
Ahmad, kitab Sahih Bukhari17 karya Imam Bukhari, Kitab Sahih Muslim18
karya Imam Muslim, Kitab Sunan Tirmizi19 karya Imam Tirmuzi, Sunan
Abu Daud20 karya Imam Abu Daud, kitab Sunan Ibnu Majah21 karya Imam
Ibnu Majah.
b. Data sekunder adalah data yang mendukung dan memperkuatkan data
primer. Data ini bersumber dari literatur-literatur yang ada relevansinya
dengan masalah yang dibahas dalam kitab Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz
al-Hadith Al-Nabawi22 karya A.J Wensinck, Metodologi Penelitian Hadith
Nabi23 karya Syuhudi Ismail, Membedah Hadith Nabi Saw24 karya
Miftahul Asror, kitab-kitab tentang Dajjal atau penunjang yang ada
hubunganya dengan masalah yang dibahas. Data ini dapat berupa buku-
buku atau bahan-bahan yang berhubungan dengan data primer seperti
pendapat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
17
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Kaherah: Toba‟ah
Salafi, 1400 H)
18
Abu Husain Muslim Bin Al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh:
Dar Taibah, 1427 H/ 2006 M.)
19
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Kabir Imam Tirmizi,
(Beirut: Dar Al-Arabi Al-Islami, 1996)
20
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani , Sunan Abu Daud, (Riyad: Maktabtul
Ma‟arif, 1424H, 2003 M.)
21
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daar al-Fikr, t.t)
22
A.J Wensick, Kitab Mu'jam Al-Mufahros li alFaz al Hadis An Nabawi, (Maktabah
Brill, 1936)
23
M. Syuhudi Ismail , Metodologi Penelitian Hadith Nabi, (Jakarta : Bulan Bintang,1995)
24
Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadith Nabi Saw (Yogjakarta:Pustaka
Pelajar, 2015)
11
25
M. Syuhudi Isma‟il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang), 51.
26
M. Syuhudi Isma‟il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, 51.
12
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, dan masing-masing bab berisi beberapa
pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang di dalamnya terdiri atas latar
belakang masalah, rumusan masalah, batas masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sitematika penulisan.
Bab kedua, berisikan tinjauan yang memuat metode ma’anil hadith.
Bab ketiga melakukan analisis sanad meliputi penelitian terhadap kualitas
periwayatan dan persambungan sanad. Melakukan iktibar dan meneliti pribadi
periwayat hadith dan metode periwayatannya serta kualitas sanad hadith.
Bab keempat. berisikan tentang pemahaman hadith meliputi meneliti
matan hadith, dan ma’anil hadith.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saranan.
27
Abdul Majid Khon, Takhrij & Metode Memahami Hadis (Jakarta: Amzah 2014), 146.
13
BAB II
METODOLOGI MA’ANIL HADITH
A. Pengertian Ilmu Ma’anil Hadith
Secara etimologi, ma’ani merupakan bentuk jamak dari kata ma’ana
yang berarti makna, arti, maksud atau petunjuk yang dikehendaki satu lafal.28
Sementara itu, ilmu ma’ani pada mulanya adalah bagian dari ilmu balaghah, yaitu
ilmu yang mempelajari kondisi lafal Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi.29 Dengan demikian, ilmu ma’ani al-hadith secara sederhana ialah ilmu
yang membahas tentang makna atau maksud lafal hadith nabi secara tepat dan
benar.
Secara terminologi, ilmu ma’ani al-hadith ialah ilmu yang membahas
tentang prinsip metodologi dalam memahami hadith Nabi sehingga hadith
tersebut dapat dipahami maksud dan kandunganya secara tepat dan proporsional.30
Jadi, ilmu ma’ani al-hadith adalah ilmu yang mempelajari cara memahami makna
matan hadith, ragam redaksi, dan konteksnya secara komprehensif, baik dari segi
makna yang tersurat (zhahir al-nash atau makna tekstual) maupun makna yang
tersirat (bathin al-nash atau makna kontekstual).
Ilmu ma’ani al-hadith juga dikenal dengan istilah ilmu fiqh al-hadith atau
fahm al-hadith, yaitu ilmu yang mempelajari proses memahami dan menyingkap
makna kandungan sebuah hadith. Dalam proses memahami dan menyingkap
makna hadith tersebut diperlukan cara dan teknik tertentu.31
Secara umum, memang ilmu ma‟ani al-hadith diartikan sebagai disiplin
ilmu hadith yang terkait dengan objek kajian matan hadith sebagaimana yang
diaplikasikan ulama terdahulu, seperti ilmu gharib al-hadith, nasih wa mansukh,
mukhtalif al-hadith, tawarikh al-mutun, dan asbab wurud al-hadith. Ilmu gharib
al-hadith ialah ilmu untuk mempelajari matan hadith yang sulit dipahami artinya.
28
Majma‟ Al-Lughah Al-Arabiyyah, Mu’jam Al-Wajiz, (Mesir: Wizarah At-Tarbiyah wa
Al-Ta‟lim, 1997), 438.
29
Majma‟ Al-Lughah Al-Arabiyyah, Mu’jam Al-Wajiz, 438.
30
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori dan
metode memahami Hadith, (Yogtakarta: Idea Press, 2008), 11.
31
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori dan
metode memahami Hadith, vii.
14
Ilmu nasikh mansukh ialah ilmu yang membahas tentang hadith yang menghapus
hukum yang ada pada hadith lain yang datang lebih dahulu. Ilmu mukhtalif al-
hadith ialah ilmu yang mempelajari teks hadith yang berkaitan dengan budaya
atau sejarah masyarakat tertentu. Ilmu asbab wurud al-hadith ialah ilmu yang
mempelajari hadith yang timbul karena situasi dan kondisi tertentu.
Pengertian di atas lebih mengakomodasi permasalahan perkembangan
dalam memahami makna hadith, baik pada masa klasik maupun masa
kontemporer. Segala ilmu hadith yang hadith yang berkaitan dengan pemahaman
makna hadith sebagaimana di atas memang berada di dalamnya, tetapi tidak lebih
lebih pendamping yang dijadikan pertimbangan dan latar belakang dalam
memberi makna hadith secara tepat.32
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
ma‟anil hadith adalah pengetahuan untuk memahami matan hadith secara tepat
dengan mempertimbangkan juga ragam indikasi yang mengemukakan dari suatu
matan hadith, untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam
memahami teks sebuah matan hadith.
32
Abdul Majid Khon, Takhrij Dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: AMZAH, 2014),
134.
15
1) Pendekatan Bahasa
a) Riwayat bi Al-Ma’na.
Sebagian besar hadith Nabi itu diriwayatkan dengan makna (riwayat bi al-
ma’na), bukan riwayat bi al-lafzh. Nuansa bahasa tidak lagi hanya mengambarkan
keadaan di masa Rasulullah Saw. Karena gaya bahasa yang dijadikan tolak ukur
memahami hadith cukup panjang. Berbeda dengan al-Qur‟an hanya menggunakan
gaya bahasa di masa Rasulullah Saw.33
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan lafaz
dalam satu periwayatan sebagai berikut:
a. Banyaknya majelis Nabi Muhammad Saw, karena ragamnya para sahabat
yang dihadapi baik dari tradisi, budaya dan kemampuan dalam
menganggapi suatu masalah, maka hadith yang keluar dari Nabi
Muhammad Saw, bisa jadi merupakan jawaban atas suatu pertanyaan atau
perjelasan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda.
b. Kadangkala Nabi Muhammad Saw, ditanya atau dimintai fatwa lebih dari
satu kali dalam satu masalah, maka Nabi Muhammad Saw, menjawab atau
memberi fatwa dengan redaksi yang berbeda.
c. Hadith yang panjang melelahkan para periwayat untuk mengungkapkan
sesuai dengan redaksi aslinya secara hafalan, kemudian mereka
menggantikan dengan sinonimnya.34
2) Gharib al-Hadith.
Gharib al-hadith secara etimologi gharib berasal dari kata غرية-الغرب
artinya ganjil, tidak biasa, tidak umum, luar biasa,35 aneh, yang jarang sangat.36
Sedangkan secara terminologi pengertian gharib al-hadith adalah ilmu
yang mempelajari makna matan hadith dari lafadz yang sulit dan asing bagi
kebanyakkan manusia, karena tidak umum dipakai orang Arab.37
33
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 33.
34
Abdul Majid Khon, Pemikiran Moderan dalam Sunah : Pendekatan Ilmu Hadis,
(Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2011), 241-242.
35
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif,1997), 999-1000.
36
Nur Mufied, dkk, Kamus Modern Indonesia Arab Al-Mufied, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2010), 32, 297.
17
3) Memahami Kalimat.
a) Hakiki dan Majazi.
Menggunakan kata kiasan dalam mengungkap sebuah ide merupakan
gejala universal di semua bahasa Arab, Inggris, Indonesia, Belanda, dan
sebagainya. Begitupun juga di dalam hadith sering dijumpai kata kiasan, karena
itu ketika membaca dan memahami hadith setelah mengetahui kata-kata sukar
yang ada di dalam hadith tersebut mengandung kalimat atau tidak.39
Hakiki adalah sebenarnya, sesungguhnya atau lafazh yang digunakan pada
makna aslinya.40 Sedangkan majazi adalah tidak sebenarnya, Sebagai kiasan,
sebagai persamaan, atau kata yang digunakan pada makna yang bukan aslinya.41
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa hakiki adalah kata yang sebenarnya.
Sedangkan kata majazi adalah kata kiasan.
4) Asbab al-Wurud.
Dalam ilmu tafsir dikenal dengan ilmu asbab al-nuzul, maka dalam
mempelajari hadith diperlukan asbab al-wurud, adapun yang dimaksud dengan
37
Abdul Majid Khon, Pemikiran Modern Dalam Sunah Pendekatan Ilmu Hadis, (Jakarta,
Kencana, 2011), 87.
38
Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 117.
39
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadith),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 37.
40
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Karya Abdi Tame, Surabaya, 2001),
164
41
Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 270.
18
42
Mar'atus Sholechah, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadith (Kajian ma'anil hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015), 37.
43
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan,
Bintang, 1994), 9-31
44
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 1035
45
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, 521.
19
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa menurut ulama hadith ada
beberapa metode memahami hadith. Penulis menggunakan metode ini dalam
memahami hadith tentang Dajjal.
46
H. Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: AMZAH,
2014), 147.
20
BAB III
PENELITIAN SANAD DAN MATAN HADITH
A. Pengertian I’tibar Sanad
()اعترب. Menurut bahasa, arti al-i’tibār adalah “peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Menurut istilah
ahli hadith, al-i’tibār adalah bermaksud menyertakan sanad-sanad yang lain untuk
suatu hadith tertentu, yang hadith itu pada bagian sanad-nya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain
tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain atau tidak ada untuk
bagian sanad dari sanad hadith dimaksud.47
Kata “sanad” pula menurut bahasa adalah “sandaran”, atau sesuatu yang
kita jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadith besandar kepadanya.
Yang berkaitan dengan ishtilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-isnad
(menyandarkan, mengembalikan ke asal, dan mengangkat), al-musnid (hadith
yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang), dan al-musnad (nama bagi
hadith marfu‟ dan muttashil). Menurut istilah ahli hadith sanad ialah jalan yang
menyampaikan kita kepada matan hadith.48
Dengan demikian, setelah melakukan al-i‟tibār terhadap hadith diteliti,
maka dapat dilihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadith yang, serta nama-nama
periwayatnya. Oleh itu, kegunaan al-i‟tibār memainkan peranan untuk mengetahui
keadaan sanad hadith seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung
berupa periwayat yang berstatus mutabi‟ atau syahid (dalam istilah ilmu hadith
biasa diberi kata jamak dengan syawahid) ialah periwayat yang berstatus
pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat nabi. Melalui al-i’tibār
47
Muhammad Amin, “Studi Analisis Hadis Tentang Mencukur Bulu Anis Bagi Wanita”,
Skripsi (Jambi: IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi, 2014), 15.
48
Muhammad Luqman Nul Hakim Bin Mad Sa‟id, “Kajian Hadith Tentang Faidah Dua
Ayat Terakhir Surah Al-Baqarah (Studi Takhrij Dan Fahmil Hadith)”, Skripsi (UIN Sulthan
Thaha Shaifuddin Jambi), 26.
21
akan dapat diketahui apakah sanad hadith yang diteliti memiliki mutabi‟ dan
syahid ataukah tidak.49
Berdasarkan keterangan di atas tadi, maka di bawah ini penulis akan
menampilkan sanad dan matan hadith tentang Dajjal menurut sumber aslinya
berdasarkan petunjuk yang ada akan ditampilkan juga skema sanad hadith-hadith
tersebut.
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab Mu’jam Al-Mufahras
Li Alfazhi Al-Hadith An-Nabawi untuk hadith yang pertama, dengan
menggunakan kata kunci dan kata masdar )(كتة, maka setelah ditelesuri kata
tersebut, penulis dapat menemukan dengan menggunakan kitab Al-Mu’jam
Mufahras:
1. Hadith Pertama
ّأمى أو،كل مومن كاتب أو غي كاتب َّ [ ...الدجال
ّ ك ف ر [يقرؤه، أنَّو] مكتب بّي عينو كفر،إن ّ
فنت،083 م امين،71 توحد،86 فنت،88 لبس،8 أنبياء،03 اۡلمى والكاتب] خ حح ّ ،كاتب
50
،.548، حم،00 جح فنت،86 ،48 ت فنت،75 دمًلحم،734 ،737 ،54 ،54
a. Dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 13416, bab Musnad Anas Bin Malik
Ra:
ِاَّلل ِ ٍ ِال ََِسعت أَنَس بن مال
َّ ول ُ ال َر ُس
َ َال ق َ َث ق ُ ك ُُيَ ّد َ َ ْ َ ُ ْ َ ََحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َاد َة ق
س ِِب َْع َوَر َّ ِ ِ ِ َِّ ٍ َِاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّم َما ِم ْن ن
َّ صلَّى
َ ب إَّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َكافَر أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْيّ َ َ
51 ِ
.ّي َعْي نَ ْيو ك ف ر َ ْ َوب ب
ٌ َُمكْت
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dan Hajjaj berkata, telah
memberitakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata, saya telah
mendengar Anas Bin Malik menceritakan (hadith), berkata, Nabi
Muhammad Saw bersabda, "Tidak ada satu nabipun kecuali mengingatkan
umatnya mengenai yang buta sebelah lagi pendusta (Dajjal), ketahulilah
dia itu buta sebelah sedang RABB kalian tidaklah buta sebelah. Tertulis di
matanya KAFARA". Hajjaj berkata, alias "KAFIR".52
49
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta : Bulan Bintang, 1992),
51.
50
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), juz 5, 524.
51
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah Qurtubah,
tt.), Juz 21, 372.
52
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad. Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
22
b. Di dalam Shahih Bukhari, nomor hadith 3355, kitab al-Fitan, Bab Tauhid:
c. Di dalam Shahih Muslim, nomor hadith 2933, bab dajjal dan sifatnya:
َ َ ق،َ َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َادة. َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر: قَ َاَّل.َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّّن َوُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر
ال
ب إََِّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر ِ ِ َّ ِ َّ صلَّى َِّ ول ٍ ََِِسعت أَنَس بن مال
ٍّ َاَّللُ َعلَْيو َو َسل َم َما م ْن ن َ اَّلل ُ ال َر ُس
َ َال ق َ َك ق َ َْ َ ُ ْ
ِ َّ ِ ِ
ٌ ُ َوَمكْت.س ِِبَ ْع َوَر َ الْ َك َّذ
55
.ّي َعْي نَ ْيو ك ف ر َ ْ َوب ب َ اب أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر َوإن َربَّ ُك ْم لَْي
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan
Muhammad bin Basyar keduanya berkata: Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Qatadah berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata: nabi
Muhammad Saw bersabda: "Tidaklah seorang nabi pun melainkan telah
mengingatkan umatnya dari si buta sebelah mata si pendusta.Ingat,
sesungguhnya ia buta sebelah mata, sedangkan Rabb kalian tidak buta
sebelah mata. Diantara kedua matanya tertulis K A F I R."56
d. Dalam sunan Abu Daud, nomor hadith 3761, Bab Khuruj Ad-Dajjal:
52
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
53
Muhammad bin Isma„il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Kairo: Maktabah Salafiyah,
1403 H), juz 4: 385.
54
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
55
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
56
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Lidwa
pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
23
e. Di dalam Sunan Tirmizi, nomor hadith 4312, Bab Isa bin Maryam
membunuh dajjal:
ِ
الَ َ ق:ال َ َت أَنَ ًسا ق ُ ََس ْع: َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن قَتَ َاد َة قَال. َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر. َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر
َوإِ َّن َربَّ ُك ْم، أَََّل إِنَّوُ أ َْع َوُر، اب ِ ٍ َِاَّلل َعلَْي ِو وسلَّم ما ِمن ن َِّ ول
َ ب إََّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ
ّ ْ َ َََ َُّ صلَّى
َ اَّلل ُ َر ُس
59
.ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف ر
َ ْ َوب بٌ ُس ِِب َْع َوَر َمكْت
َ لَْي
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan
kepada kami Syu'bah dari Qatadah berkata: Aku mendengar Anas berkata:
nabi Muhammad Saw bersabda: "Tidaklah seorang nabi pun melainkan
mengingatkan kaumnya dari si buta sebelah mata si pendusta, Rabb kalian
tidaklah buta sebelah mata, diantara kedua matanya tertulis K A F I R”.60
57
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah al-„Isriyah,
t.t), juz 4, 116.
58
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
59
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi,
(Riyadh: Maktabatu al Ma‟arif, t.t), Juz 4, 508.
60
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi,
Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
24
2. Hadith Kedua
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu’jam,
dengan kata kunci ()طمح. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis
dapat menemukan bahwa:
61
665 ،4 َحم،75 أعور مطموس العّي َد مًلحم
a. Di dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 26764, bab hadith 'Ubadah bin
Ash Shamit Ra.
يد بْ ُن َعْب ِد َربِِّو قَ َاَّل َحدَّثَنَا بَِقيَّةُ َح َّدثَِِن ََِبيُ بْ ُن َس ْع ٍد َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن
ُ َحدَّثَنَا َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍح َويَِز
صلَّى َِّ ول َ ال إِ َّن َر ُس َّ َس َوِد َع ْن ُجنَ َاد َة بْ ِن أَِِب أ َُميَّةَ أَنَّوُ َح َّدثَ ُه ْم َع ْن ُعبَ َاد َة بْ ِن
ِ الص ِام
َ اَّلل َ َت أَنَّوُ ق ْ َع ْم ِرو بْ ِن ْاۡل
َّج ِال َر ُج ٌل ِ ِ ِ ِ ِ َّ ال إِِّّن قَ ْد حدَّثْتُ ُكم َعن الد َ َاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
َّ يح الد َ يت أَ ْن ََّل تَ ْعقلُوا إ َّن َمس ُ َّجال َح ََّّت َخش ْ ْ َ َّ
62 ِ
. وس الْ َع ّْي ِ
ُ قَص ٌي أَفْ َح ُج َج ْع ٌد أ َْع َوُر َمطْ ُم
“Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih dan Yazid bin
'Abdu Rabbih keduanya berkata: telah bercerita kepada kami Baqiyyah
telah bercerita kepadaku Bahir bin Sa'ad dari Khalid bin Ma'dan dari
'Amru bin Al Aswad dari Junadah bin Abu Umaiyah bahwa ia bercerita
kepada mereka dari 'Ubadah bin Ash Shamit berkata: Bahwa Nabi
Muhammad Saw bersabda: "Saya telah bercerita kepada kalian tentang
Dajjal hingga saya takut jika kalian tidak mau lagi mencernainya; al-
maasih Dajjal adalah seorang yang pendek, renggang kedua betisnya,
berambut keriting dan buta sebelah, matanya tidak terlalu menjorok keluar
dan tidak juga terlalu menjorok kedalam. Andaikan dia menjadikanmu
ragu."63
b. Di dalam Musnad Abu Daud, nomor hadith 4320, bab keluarnya Dajjal.
ََحدَّثَنَا َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍح َحدَّثَنَا بَِقيَّةُ َح َّدثَِِن ََِب ٌي َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ْاۡلَ ْس َوِد َع ْن ُجنَ َادة
َ َاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
ال إِِّّن قَ ْد َحدَّثْتُ ُك ْم َّ صلَّى َِّ ول ِ الص ِام
َّ ت أَنَّوُ َحدَّثَ ُه ْم أ َّ بْ ِن أَِِب أ َُميَّةَ َع ْن ُعبَ َادةَ بْ ِن
َ اَّلل َ َن َر ُس
61
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an-Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), Juz 4 :27.
62
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, (Lebanon : Dar al Fikr, t.t),
Juz 37: 423.
63
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
25
3. Hadith Ketiga
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu‟jam, dengan kata
kunci ( )طول. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis dapat menemukan
bahwa:
66
.0،68 حم،5 خ مدينة,.الدجال
ّ َح ّدثنا رسول هللا (ص) طويًل عن
a. Dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 10891, bab Musnad Abu Said Al-
Khudri Ra:
ٍ َِن أًَب سع ِ ِ ِ ِ َّ حدَّثَنَا عب ُد
يد َ َ َّ أ،َخبَ َرِّن ُعبَ ْي ُد هللا بْ ُن َعْبد هللا ْ أ:ال َ َ ق،ي ِّ الزْى ِر
ُّ َع ِن،َخبَ َرََن َم ْع َمٌر
ْ أ،الرزَّاق َْ َ
:ال ِ
َ َيما ُُيَ ّدثُنَا قِ َ فَ َق،َّج ِال ِ ِ
َّ صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َحديثًا طَ ِو ًيًل َع ِن الد ِ َّ اْلُ ْد ِر
َ ال ف َ ول هللا ُ َحدَّثَنَا َر ُس:ال َ َ ق،ى ْ
ِ ج إِلَْي ِو َر ُج ٌل يَ ْوَمئِ ٍذ ُى َو َخْي ُر الن
َّاس أ َْو ِم ْن ِ ِ
ُ فَيَ ْخُر،اب الْ َمدينَة
ِ ِ
َ ال َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق َّ " ََيِِْت الد
ُ َّج
67 ِ
ُ ال الَّ ِذي َحدَّثَنَا َر ُس
.ول هللا ُ َّج
َّ َّك الد ُ َخ ِْيِى ْم فَيَ ُق
َ أَ ْش َه ُد أَن:ول
“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq berkata; telah
mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri berkata; telah
mengabarkan kepada Ubaidullah bin Abdullah bahwa Abu Sa'id Al Khudri
berkata; Nabi Muhammad Saw menceritakan kepada kami sebuah hadith
64
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: : Maktabah al-„Isriyah,
t.t), Juz 4: 117-118.
65
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
66
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1942), Juz 4, 60.
67
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, (Beirut: Mu‟assasah ar-
Risalah, 1416 H), Juz 71: 412.
26
yang panjang mengenai Dajjal maka beliau mengatakan dari apa yang
beliau kisahkan, beliau bersabda: "Dajjal akan datang dan dia telah
diharamkan untuk masuk ke dalam Madinah, lalu seorang laki-laki akan
menghadapinya, dan dia adalah sebaik-baik manusia pada hari itu, atau
beliau mengatakan, "termasuk orang yang terbaik dari mereka, lalu ia
berkata; Aku bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal yang telah Rasulullah
Saw ceritakan kisahnya. maka Dajjal berkata; 'Bagaimana pendapat kalian,
apabila aku bunuh orang ini kemudian menghidupkannya kembali apakah
kalian masih merasa ragu dengan perkaraku? mereka menjawab; (kami)
Tidak (ragu), lalu Dajjal pun membunuhnya kemudian menghidupkannya
kembali. Ketika dia hidup kembali, ia pun berseru; 'Demi Allah, tidaklah
aku lebih yakin (tentang kedustaan) mu kecuali setelah sekarang ini.'" Abu
Sa'id berkata; "ketika ingin membunuhnya untuk yang kedua kalinya,
Dajjal tidak dapat melakukannya."68
b. Dalam Shahih Bukhari, nomor hadith 1882, bab Dajjal tidak akan masuk
Madinah:
اَّللِ بْ ِن
َّ اَّللِ بْ ُن َعْب ِد
َّ َخبَ َرِّن ُعبَ ْي ُد
ْ أ:الَ َ ق،اب ٍ َع ِن ابْ ِن ِشه، َعن ُع َقْي ٍل،ث
َ ْ ُ َحدَّثَنَا اللَّْي،َحدَّثَنَا َُْي ََي بْ ُن بُ َك ٍْي
صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َح ِديثًا طَ ِو ًيًل َِّ ول
َ اَّلل ُ َحدَّثَنَا َر ُس:ال َّ ي َر ِض َي
َ َ ق،ُاَّللُ َعْنو ٍ َِن أًَب سع
َّ يد اْلُ ْد ِر َ َ َّ أ،َُعْت بَة
ض ِ ِ ِ ِ َّ ََيِِْت الد:الَ َيما َحدَّثَنَا بِِو أَ ْن ق ِ ِ َّ َع ِن الد
َ بَ ْع،اب املَدينَة َ َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق،ال ُ َّج َ َّجال فَ َكا َن ف
َّك
َ ول أَ ْش َه ُد أَن ُ فَيَ ُق،َّاس ِ أ َْو ِم ْن َخ ِْي الن،َّاس ِ فَيَ ْخُر ُج إِلَْي ِو يَ ْوَمئِ ٍذ َر ُج ٌل ُى َو َخْي ُر الن،اخ الَِِّت ًِبلْ َم ِدينَ ِة ِ
ِ َالسب
ّ
تُ ت إِ ْن قَتَ ْل َ ْ أ ََرأَي:ال
ُ َّجَّ ول الد ُ فَيَ ُق،ُصلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َح ِديثَو َِّ ول
َ اَّلل ُ ك َر ُس ِ ُ َّج
َ الَّذي َحدَّثَنَا َعْن،ال َّ الد
َِّ و:ول ِحّي ُُييِ ِيو ِِ ِ ُّ
تُ اَّلل َما ُكْن َ ْ َ ُ فَيَ ُق، فَيَ ْقتُلُوُ ُُثَّ ُُْيييو،َ َّل:َحيَ ْي تُوُ َى ْل تَ ُشكو َن ِف اۡل َْم ِر؟ فَيَ ُقولُو َن ْ ُُثَّ أ،َى َذا
69 ِ
.ط َعلَْيو ُ َُّسل
َ أَقْ تُلُوُ فًَلَ أ:ال
ُ َّج
َّ ول الد ُ فَيَ ُق،ص َيةً ِم ِِّن اليَ ْوَم ِ َش َّد ب
َ َطأ ُّ َق
68
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
69
Abu „Abdillah Muhammad bin Isma„il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Darul
Kitab Al-Alamiah, 1412 H), Juz 2, 25.
27
kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali,
apakah kalian masih meragukan kemampuanku? Mereka menjawab:
"Tidak". Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu
menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal
menghidupkannya kembali; "Demi Allah, hari aku tidak akan lebih
waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; "Aku akan
membunuhnya lagi". Maka Dajjal tidak sanggup untuk menguasainya". 70
4. Hadith Keempat
Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari kitab mu’jam, dengan kata
kunci ()عصم. Setelah ditelusuri kata tersebut, maka penulis dapat menemukan
bahwa:
a. Di dalam Musnad Ahmad, nomor hadith 22298, bab Hadith 'Ubadah bin
Ash Shamit Ra.
َاْلَ ْع ِد الْغَطََف ِاّنُّ َع ْن َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحة ْ ح َحدَّثَنَا َسعِي ٌد َع ْن قَتَ َاد َة َحدَّثَنَا َس ِاِلُ بْ ُن أَِِب ٌ َحدَّثَنَا َرْو
ِت ِم ْن أ ََّوِل ُسورة ٍ ظ ع ْشر آَي ِ َ َاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
َّ صلَّى ِ
َ َ َ َ َ ال َم ْن َحف َ َّب ِ ِ
ِّ ي َع ْن أَِب الد َّْرَداء َع ْن الن ِّ الْيَ ْع ُم ِر
ْ ال ثَنَا َس ِاِلُ بْ ُن أَِِب
اْلَ ْع ِد َع ْن َ َّي ِِف تَ ْف ِس ِي َشْي بَا َن َع ْن قَتَ َادةَ ق ٌْ َّج ِال َحدَّثَنَا ُح َس َّ ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد ِفع
ُ ِ الْ َك ْه
ال َعفَّا ُن ِِف َّ َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَلْ َحةَ َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء فَ َذ َكَر ِمثْلَوُ َحدَّثَنَا َعْب ُد
َ َالص َم ِد َو َعفَّا ُن قَ َاَّل ثَنَا َهَّ ٌام ق
يث ِ ال ثَنَا س ِاِل بن أَِِب ا ْْلع ِد الْغَطََف ِاّنُّ عن ح ِد َ َص بِِو َعلَْي نَا ق ُّ ال َكا َن قَتَ َادةُ يَ ُق َ ََح ِديثِ ِو َحدَّثَنَا َهَّ ٌام ق
َ َْ َْ ُْ ُ َ
ِ ِ َّ اَّللِ صلَّى ِِ ِ ِ ِ ِ
ُاَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َذ َكَر مثْلَو َ َّ ب ِ
ِّ َي َع ْن َحديث أَِب الد َّْرَداء يَْرويو َع ْن ن ِّ َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحةَ الْيَ ْع ُم ِر
ِ ال ثَنَا َهَّام حدَّثَنَا قَتَادةُ عن س ٍِاِل عن ح ِد
يث َم ْع َدا َن َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء َ َالص َم ِد ق
َّ يث َعْب ِد ِ ُُثَّ رجع إِ ََل ح ِد
َ َْ َ َْ َ َ ٌ َ َََ
72 ِ ِ
.آَيت م ْن ُس َورة الْ َك ْهف ِ ٍ ِ َّ ِ َّ ِ ِ ِِ
َ ظ َع ْشَر َ ال َم ْن َحف َ َاَّللُ َعلَْيو َو َسل َم أَنَّوُ ق
َّ صلى َ اَّلل
َّ ب ِّ َيَْرويو َع ْن ن
“Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami
Sa'id dari Qatadah telah menceritakan kepada kami Salim bin Abu Al ja'd
Al Ghathafani dari Ma'dan bin Abu Thalhah Al Ya'mari dari Abu Darda'
dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda: "Barangsiapa hafal sepuluh
ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terlindung dari fitnah Dajjal."
70
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhari, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
71
A.J Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadith an -Nabawi, (Leiden: E.J
Brill, 1936 H), Juz 4: 249.
72
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, (Beirut: Mu‟assasah ar-
Risalah, 1416 H), Juz 17, 526-527.
28
73
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
74
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 1, 555.
29
c. Di dalam Musnad Abu Daud, nomor hadith 4320, bab keluarnya Dajjal.
اْلَ ْع ِد َع ْن َم ْع َدا َن بْ ِن أَِِب طَْل َحةَ َع ْن ْ ص بْ ُن ُع َمَر َحدَّثَنَا َهَّ ٌام َحدَّثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن َس ِاِل بْ ِن أَِِب
ُ َحدَّثَنَا َح ْف
ِت ِم ْن أ ََّوِل ُسورة ٍ ظ ع ْشر آَي ِ َ َاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
َّ صلَّى ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ َ ال َم ْن َحف َ َّب
ِّ َحديث أَِب الد َّْرَداء يَْرويو َع ْن الن
ظَ ال َم ْن َح ِف
َ ََّستُ َوائِ ُّي َع ْن قَتَ َادةَ إََِّّل أَنَّوُ ق ِ َ َال أَبو داود وَك َذا ق
ْ ال ى َش ٌام الد َ ُ َ ُ َ ََّجال ق
ِ َّ صم ِمن فِْت نَ ِة الدِ ِ
ْ َ الْ َك ْهف ُع
76 ِ ِ ال ُشعبةُ عن قَتادةَ ِمن ِ ِ ِ
آخ ِر الْ َك ْهف ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َم ْن َخ َواتي ِم ُس َورةِ الْ َك ْهف و ق
“Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar berkata, telah
menceritakan kepada kami Hammam berkata, telah menceritakan kepada
kami Qatadah dari Salim bin Abu Al Ja'd dari Ma'dan bin Abu Thalhah
dari hadith Abu Darda yang ia riwayatkan dari Nabi Saw, beliau bersabda:
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat awal dari surat Al Kahfi, maka ia
akan dijaga dari fitnah Dajjal."Abu Dawud berkata, "Seperti ini pula yang
dikatakan oleh Hisyam Ad Dustuwa`i dari Qatadah, hanya saja (dalam
hadith itu) Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menghafal akhir-akhir dari
surat Al kahfi, "Syu'bah menyebutkan dari Qatadah, "Akhir dari surat Al
Kahfi".77
75
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, Lidwa
pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
76
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah al-„Isriyah,
t.t), juz 4, 117.
77
Abu Daud Sulaiman Al-Asy‟ats, Sunan Abu Daud, Lidwa pustaka i-Software –
Ensiklopedi hadith Kitab 9 imam.
30
78
Ahmad bin Ali Hajar al-Atsqolani, Isobah fi Tamyizi as-Sohabah, (Beirut: Darul Jail,
1421 H) Juz 1, 126.
79
Mohamad Farid bin Mohd Noor, “Validitas Hadith Tentang Tarian Yang Dijadikan
Hujjah Untuk Melegitimasi Tarian Sambil Berzikir (Studi Takhrij Dan Fahmil Hadith Dalam
Musnad Imam Ahmad)”, Skripsi (Jambi: Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin
Jambi, 2014), 80-81.
80
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 3,
353.
81
Lambang „an‟: Menurut jumhur ulama dapat diterima dengan syarat periwayatanya
tidak mudallis yakni yang menyimpan cacat dan dimungkinkan adanya pertemuan dengan
gurunya. Jika tidak mudallis yakni yang menyimpan pertemuan dengan gurunya. Jika tidak
35
memenuhi dua pensyaratan ini maka periwayatan tersebut tidak mutassil. Lihat Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadith (Jakarta: AMZAH, 2013)
82
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 3,
353.
83
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
84
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
85
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 498-417.
86
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
36
87
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
88
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
12, 479-495.
89
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
25, 5-9.
90
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
25, 5-9.
37
b. Hadith Kedua
95
Saad bin Abdurrahman Ar-Rashid, Mabahis fi Ulumil Hadith, (Riyadh: Maktabah
AlMa‟arif, 2000), 103.
96
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
97
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
98
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 2, 285.
39
99
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 5, 133-135.
100
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
101
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
102
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
103
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 5,
133-135.
40
Umar, 'Utba bin Abd al-Slmy, Mu'awiyah ibn Abu Sufyan, 'Aishah
bint Abi Bakar dan lainya.104
Sedangkan yang tercatat sebagai anak muridnya adalah
Muhammad bin Ibrahim bin al-Harith, Thaur bin Yazid al-Rahbi,
Huraiz bin 'Uthman bin Jabir, 'Amir bin Jshyb, Bahir bin Sa'ad dan
lainya.
Ulama‟ yang mengomentari kepada beliau adalah Al 'Ajli
mengatakan Tabi'I, Tsiqah, Ya'kub Ibnu Syaibah, Muhammad bin
Sa'd, An Nasa'I, Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat.105
104
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 8,
167-173.
105
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 8,
167-173.
106
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20
107
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20.
108
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
20
41
109
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
110
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
111
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
112
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 4,
190-199.
42
113
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 7,
482-485.
114
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 7,
482-485.
115
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
116
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
117
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
23, 185-188.
43
c. Hadith Ketiga
1. Sa’ad bin Malik
Nama lengkap beliau adalah Sa'ad bin Malik bin Sinan bin 'Ubaid.
Beliau mempunyai kuniyah, yaitu Abu Sa‟id, dan beliau merupakan
sahabat Nabi Muhammad Saw. Negeri semasa hidup di Madinah dan
wafat pada 74H.118
Beliau berguru dengan Nabi Muhammad Saw, Malik bin Sinan,
Qatadah ibn al-Nu'man, Abu Bakar As-Siddiq, Umar ibn al-Khattab,
Uthman ibn Affaan, dan lainya.
Sedangkan yang tercatat sebagai muridnya adalah 'Abdur Rahman
bin Abi Sa'id al-Khudri, Zainab binti Ka'ab, Jabir ibn 'Abdullah, Zaid
ibn Thabit, Ubaidullah bin 'Abdullah, dan seterusnya.119
Ulama mengomentari beliau ialah Ibnu Hajar al 'Asqalani sebagai
Sahabat.120
118
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
119
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
120
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 249-299.
121
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 3, 15-16.
122
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 3, 15-16.
44
123
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, Juz 3, 15-16.
124
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma‟ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 26, 420.
125
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
26, 426.
126
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
127
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
45
128
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 10, 249-299.
129
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
130
Eky Wifky Afandi, Skripsi “Karakteristik Mushannaf „Abdurrazzaq”, (Bandung:
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2012), 14.
46
131
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 18, 62.
132
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,), Juz
18, 61.
133
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
18 , 52-53.
47
d. Hadith Keempat
134
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
135
Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-
Nubala’ (Muassasah Al-Risalah, t.t), 335-353.
48
136
Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-
Nubala’, 340.
137
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 28, 259.
138
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
28, 259.
139
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10, 130.
140
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
10,131-132.
49
141
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
142
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 11, 5-11.
143
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
144
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 9,
238.
50
145
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 9, 239-241.
146
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
147
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-Nubala’,
(Muassasah Al-Risalah, t.t), Juz 7, 406.
51
148
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Uthman Az-zahabi, Syi’ar A’lam an-Nubala’,
Juz 7,406-407.
149
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
150
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 6, 471.
151
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz 6,
471-472.
52
kritikan yang memuji dan yang mencela, maka yang harus dimenangkan
adalah kritikan yang memuji kecuali apabila kritikan yang mencela
disertai penjelasan tentang sebabnya.
161
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal,
(Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992), Juz 16, 160.
162
Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusof Al-Mizzi, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal, Juz
16, 161-163.
163
Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Lidwa pustaka i-Software – Ensiklopedi hadith
Kitab 9 imam.
164
Sa‟ad bin Abdurrahman Ar-Rasyid, Mabahis fi Ulumil Hadith, (Riyadh: Maktabah Al-
Ma‟arif, 200) Juz 3, 36.
55
165
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, t.t), Juz 4, 285.
166
A.J Wensick, Mu'jam Al-Mufahros li alFaz al Hadith An Nabawi, (Maktabah Brill,
1936).
56
Untuk meneliti matan hadith, para ulama‟ ahli hadith telah menetapkan
beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan keabsahan atau
keshahihan suatu hadith.
Suatu hadith dapat dikatakan maqbul apabila memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan:
1. Tidak bertentangan dengan hukum al-Qur‟an.
2. Tidak bertentangan dengan hadith mutawatir.
3. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan
ulama‟ masa lalu.
4. Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti.
5. Tidak bertentangan dengan akal.
6. Tidak bertentangan dengan hadith ahad167 yang kualitas dan
168
keshahihanya lebih kuat.
Adapun kriteria yang menjadi tolak ukur dalam penelitian matan ada
empat macam yaitu:
1. Tidak menyalahi petunjuk al-Qur‟an.
2. Tidak menyalahi hadith yang memiliki bobot akurasi yang lebih tinggi.
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat dan data sejarah.
4. Menunjukkkan ciri-ciri sabda Rasulullah Saw.169
Semua syarat tersebut setelah dikompromikan dengan isi matan hadith, tidak
ditemukan indikasi adanya pertentangan dengan sumber yang lebih kuat dan akal
pikiran. Sesungguhnya walaupun di dalam al-Qur‟an tidak disebutkan secara jelas
tentang ayat-ayat yang membicarakan tentang Dajjal tetapi para ulama‟ telah
memberikan pendapat bahwa terdapat ayat al-Qur‟an yang membahas secara
tersirat dalam surat al-An‟am ayat 12, walaupun tidak ada secara khusus dengan
167
Pengertian hadith Ahad adalah hadith yang diriwayatkan oleh seorang perawi dan
hadith yang tidak memenuhi syarat hadith mutawatir. Hadith ahad terbahagi kepada tiga yaitu,
Masyhur, Aziz dan Gharib. (Abdul Majid Khon, Ulumul Hadith Edisi kedua (Jakarta, AMZAH:
2013), 154-157.
168
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadith Nabi (Jakarta, Bulan Bintang: 2007),
118.
169
Umi Sumbulan, Kritik Hadith: Pendekatan Historis Metodologis (Uin Malang: Sukses
Offset, 2008), 101.
57
apa yang dikaji tetapi sudah cukup untuk membuktikan bahwa hadith yang dikaji
oleh penulis tidak bertentangan dengan al-Quran.
Antaranya sebagaimana firman Allah Swt dalam surah al-An‟am ayat 12:
“pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman
seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat
kebajikan dengan imannya itu”170
Yang dimaksudkan )ِ“ (آيَاتtanda-tanda” pada ayat di atas telah disebutkan
tentang Dajjal. Semuanya diungkapkan dalam penafsiran ayat ini.
Imam Muslim dan at-Tirmidzi Ra meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra,
dia berkata, nabi Muhammad Saw bersabda:
ِ ِ ث إِذَا خ رجن َّلَ ي ْن َفع نَ ْفسا إِْميانُها َِل تَ ُكن آمنت ِمن قَبل أَو َكسب
ُت ف ْي إِْميَاِنَا َخْي ًرا طُلُ ْوع
ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ْ ََ ْ ْ َ َ ً ُ َ َ ْ َ َ ٌ َثًَل
.ض ِ َوَدابَّةُ اْۡل َْر،ال َّ َوالد،س ِم ْن َم ْغ ِرِبَا
ُ َّج ِ الش ْم
171
َ
“Ada tiga hal yang jika keluar, maka tidak berguna lagi iman seseorang
yang belum beriman sebelum itu atau (belum) berusaha berbuat kebaikan
dengan imannya itu: terbitnya matahari dari barat, Dajjal, dan binatang
bumi.”
Penelitian kaedah keshahihan matan ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada percanggahan hadith ini dengan ayat al-Quran, hadith yang lebih tinggi
kedudukannya, serta tidak bercanggah dengan akal dan indra yang sehat maupun
sejarah.
170
Tim Penterjemah dan Penafsir al-Quran, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:
Departemen Agama RI, 1993), 189 .
171
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim,
(Riyadh:Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 2, 195.
58
BAB IV
4. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Abu
Daud:
ّي َعْي نَ ْي ِو
َ ْ َ َوإِ َّن ب،س ِِب َْع َوَر َّ ِ ِ
َ ال ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ
َ َوإن َربَّ ُك ْم لَْي، أَََّل َوإنَّوُ أ َْع َوُر،اب َ ِما بُع
َّ ث نَِبٌّ إََِّّل قَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ الد
َ َّج
.وًب َكافٌِر
ً َُمكْت
5. Lafaz matan dari periwayat Anas bin Malik pada jalur sanad Imam Tirmizi:
ّي َعْي نَ ْي ِو ك ف ٌ ُس ِِب َْع َوَر َمكْت
َ ْ َوب ب َّ ِ ِ ِ ٍ َِما ِمن ن
َ ب إََّّل َوقَ ْد أَنْ َذ َر أ َُّمتَوُ ْاۡل َْع َوَر الْ َك َّذ
َ َوإن َربَّ ُك ْم لَْي، أَََّل إنَّوُ أ َْع َوُر، اب ّ ْ َ
.ر
172
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
59
Hadith Kedua:
1. Lafaz matan dari periwayat Ubadah bin Ash Shamit pada jalur sanad Imam
Ahmad:
ِ
ِ ْ صي أَفْ َحج َج ْع ٌد أ َْعور َمطْموس الْ َع
. ّي ِ َّ َّج ِال ح ََّّت خ ِشيت أَ ْن ََّل تَع ِقلُوا إِ َّن م ِسيح الد
ُ ٌ ََّجال َر ُج ٌل ق ُ َ َ َّ الد
173
ُ ُ َُ َ َ ْ
2. Lafaz matan dari periwayat Ubadah bin Ash Shamit pada jalur sanad Imam
Abu Daud:
اعلَ ُموا ِ ِ ٍ ِ ِ ّي لَي ِ ِ ِ َّ إِ َّن م ِسيح الد
ْ َس َعلَْي ُك ْم ف
َ س بنَاتئَة َوََّل َح ْجَراءَ فَإ ْن أُلْب
َ ْ ْ وس الْ َع
ُ َّجال َر ُج ٌل قَصيٌ أَفْ َح ُج َج ْع ٌد أ َْع َوُر َمطْ ُم َ َ
174
.س ِِب َْع َوَر َّ
َ أَن َربَّ ُك ْم لَْي
Hadith Ketiga:
1. Lafaz matan dari periwayat Sa‟ad bin Malik pada jalur sanad Imam
Ahmad:
اب الْ َم ِدينَ ِة ِ ِ
َ ال َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق َ َيما ُُيَ ِّدثُنَا ق
َّ " ََيِِْت الد:ال
ُ َّج ِ َ فَ َق،َّج ِال
َ ال ف َّ طَ ِو ًيًل َع ِن الد
2. Lafaz matan dari periwayat Sa‟ad bin Malik pada jalur sanad Imam
Bukhari:
ض ِ ِ ِ ِ َ َيما َحدَّثَنَا بِِو أَ ْن ق
َّ ََيِِْت الد:ال ِ ِ َّ طَ ِو ًيًل َع ِن الد
َ بَ ْع،اب املَدينَة
َ َوُى َو ُُمََّرٌم َعلَْيو أَ ْن يَ ْد ُخ َل ن َق،ال
ُ َّج َ َّجال فَ َكا َن ف
اخ الَِِّت ًِبلْ َم ِدينَ ِة ِ
ِ َالسب
ّ
Hadith Kempat:
1. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Imam
Ahmad:
َّ ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد
َّج ِال ِفع ِ
ُ ِ م ْن أ ََّوِل ُس َورةِ الْ َك ْه
2. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Imam
Muslim:
173
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Bin Hambal, (Lebanon : Dar al Fikr, t.t),
Juz 37, 423.
174
Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Abi Daud, (Beirut: : Maktabah al-„Isriyah,
t.t), Juz 4: 117-118.
60
َّ ص َم ِم ْن الد
َّج ِال ٍ ظ ع ْشر
ِ ت ِمن أ ََّوِل سورةِ الْ َكهف ع ِ
ُ ْ َُ ْ آَي َ َ َ َ َم ْن َحف
2. Lafaz matan dari periwayat Uwaimir bin Zaid pada jalur sanad Abu
Daud:
َّ ص َم ِم ْن فِْت نَ ِة الد
َّج ِال ِ فع ِ ٍ ظ ع ْشر
ُ ِ آَيت م ْن أ ََّوِل ُس َورةِ الْ َك ْه
ِ
َ َ َ َ َم ْن َحف
175
Menurut pengertian bahasa, idraj merupakan masdar dari fiil adraja, artinya:
memasukkan atau menghimpunkan. Menurut pengertian istilah ilmu hadith, idraj berarti
memasukkan pernyataan yang berasal dari periwayat ke dalam suatu matan hadith yang
diriwayatkannya sehingga menimbulkan dugaan bahwa pernyataan itu berasal dari nabi karena
tidak adanya penjelasan dalam matan hadith itu. Lihat M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian,
138-140.
176
Ibnu Manzur, Lisanul Arab, (Kairo, Dar al-Ma‟arif, t.t), 3223.
61
177
Ibn al-Shalah, Muqaddimah ibn al-Shalah, (Makkah : Maktabah al-Tijariyah, 1993),
258.
178
H. Amran "Hadith Gharib Pengenalan dan Pemahamannya",Jurnal Stain Ma'arif I,
No 1 (2017), 2-3.
62
dijelaskan dalam hadith Rasul tersebut179 yaitu; berwujud seorang laki-laki dengan
postur tubuh yang gemuk, berkulit merah, rambut keriting, salah satu matanya
buta, dan yang satu lagi seperti warna anggur yang tidak masak serta tidak
bersinar. Pendapat ini masih tetap bertahan dan diyakini oleh sebagian kalangan
hingga saat ini.180 Di antara ulama kontemporer yang mewakili pandangan kaum
ulama klasik tersebut adalah al-Buthi.181
Berdasarkan redaksi-redaksi hadith, Dajjal digambarkan sebagai seorang
laki-laki berkulit merah, dengan rambut keriting. Kemudian dalam redaksi hadith
lainnya disebutkan bahwa ia juga memiliki dahi lebar, pundaknya bidang, mata
yang sebelah kanan buta, sedangkan mata di sebelah kirinya tertutup daging tebal
di sudutnya Di antara kedua mata tersebut terdapat tulisan kafr secara terpisah.
Tulisan kafr tersebut adalah tulisan yang hakiki, sesuai dengan lahirnya dan tidak
sulit diketahui oleh sebagian orang (kafr), bahkan orang muslim yang buta huruf
juga dapat membacanya. Hal ini, juga menyimpulkan bahwa Dajjal datang dalam
sosok manusia yang hakiki.182
Musthofa Abu Nasral al Silbi mengungkapkan, bahwa para peneliti seperti
Imam an-Nawawi Ra menyebutkan bahwasanya tulisan tersebut benar-benar ada
yang dijadikan Allah sebagai tanda dan bukti kuat yang menunjukkan kekafran
dan kedustaannya. Allah akan menampakkan tulisan tersebut kepada setiap orang
Islam, baik yang bisa menulis maupun tidak dan akan menyamarkannya dari
setiap orang yang dikehendaki-Nya akan kecelakaan dan terkena ftnahnya.183
Dari pemaparan di atas, hadith tentang Dajjal seharusnya dipahami
sebagaimana kalimat hakiki adanya, adapun tentang kalimat majazi dari hadith,
penulis belum menemukan kalimat yang majazi karena dalam bahasa arab
terdapat ayat tamsil dan sebagainya memerlukan penulis untuk meneliti satu-satu
179
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 210.
180
Pipin Armita dan Jani Arni, Jurnal Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith
Dajjal, 210.
181
Pipin Armita dan Jani Arni, Jurnal Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith
Dajjal, 215.
182
Abu Abdullah Ahmad Bin Hanbal Bin Hilal Bin Asad al-Syaibani, Musnad Imam
Ahmad Bin Hanbal, (Mesir: Muassasah Al-Qurthuba, t.t), Juz 3, 207.
183
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 212.
63
kalimat itu untuk menerangkan maksud yang sebenarnya agar pembaca tidak
keliru terhadap hadith yang di bahas.
184
Al-sabab dengan pengertian lughawi seperti ini, adalah pengertian menurut bahasa
Huzail. Jalaluddin al-Suyuti, Asbabu Wurud al-Hadith (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1984),
10.
185
Munawir Muin, “Pemahaman Komprehensif Hadith Melalui Asbab Al-Wurud”, Jurnal
Addin, VII, No 2 (2013), 292-293.
186
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadith (Jakarta: AMZAH,
2014),177.
64
bahwa Dajjal adalah sebuah majaz atau metafora untuk melambangkan sebuah
penipuan dan materealistik.
Ketika Syeikh Muhammad „Abduh ditanya tentang al-masih dan Dajjal,
serta pembunuhanya terhadap Dajjal, beliau mengatakan:187
“Sesungguhnya Dajjal adalah adalah simbol khurafat dan kebusukan yang
akan hilang dengan penegakan syari‟at tersebut. Dan al-Qur‟an lah sebesar-besar
petunjuk untuk mencapai hal itu, dan Rasul pun ada untuk itu, maka tidak lagi
dibutuhkan oleh seseorang untuk menunggu kedatanganya”.188
Alasan beliau tentang dajjal sudah disebutkan dalam kitab Tafsir Al
Manar, beliau mengatakan:
“Keburukan terbesar dajjal adalah beliau membawa syariat dan hukum
hakam yang baharu. Sedangkan al-Qur‟an adalah petunjuk terbesar dan sunnah
Rasul adalah penerang bagi al-Qur‟an. Keduanya sudah mencukupi bagi petunjuk
dan keperluan sekelian manusia. Oleh karena itu Muhammad bin Abduh
mengatakan Dajjal membawa khurafat.”189
Rasyid Ridho pula mencoba memberikan pengertian baru dengan
menghubungkan Dajjal dengan orang-orang Yahudi. Hubungan ini direlevansikan
dengan tradisi kenabian yang menggambarkan seorang Raja Zionis dan para
pengikutnya. Rasyid Ridho juga menjelaskan, bahwa Yahudi mungkin dapat
memanfaatkan pengetahuan mereka tentang listrik dan kimia serta ekstrak lainnya
untuk melakukan „mukjizat‟ Dajjal. Hal ini tergambar pada momentum konflik
antara Arab Israel. yang juga memperlihatkan kekuatan super yang mereka miliki
sebagaimana yang terdapat dalam redaksi hadith Nabi Saw.190
Pertama, Dajjal itu bermata satu atau buta sebelah. Salah satu lambang
Dajjal adalah bermata satu yang disebut sebagai “the one eye of Lucifer”, sangat
187
Aziz Basuki, “Isa Al Masih Dalam Teologi Muslim (Studi Komparatif Pemkiran
Ghulam Ahmad dan Muhammad Abduh)” Skripsi (Yogyakarta: Program Sarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2008), 84.
188
Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, (Lebanon: Darul Ma'rifah, tt) Juz 3,
317.
189
Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, (Kaherah: Dar al-Manar, 1947
M./1366 H), 317-318.
190
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadith Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017), 217.
65
191
Saiful Amin Ghofur, Dajjal Risalah Akhir Zaman, (Depok:A Plus Book, 2009), 171.
192
Saiful Amin Ghofur, Dajjal Risalah Akhir Zaman, 172.
66
193
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Jawa
barat: Pustaka at Taqwa, 2004), 160.
194
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160.
195
Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Riyadh:
Dar at-Tayyibah, 1427 H), Juz 4, 2248.
196
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160
197
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 160.
198
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161.
67
riwayat lain, keluar orang munafiq laki-laki dan perempuan, fasiq laki-laki
dan perempuan menuju Dajjal, itulah yaumul Khalas (hari pembalasan).199
Diriwayat yang lain Dajjal tidak dapat masuk ke empat masjid yaitu, Masjid
al-Haram, Masjid Nabawi, Masjid al-Aqsha, dan Masjid at-Thuur.200
199
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161.
200
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, 161.
201
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
202
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
203
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 161
204
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, 162.
68
205
Yahya bin Syarf An Nawawi, Minhaj Syarh Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya‟ At
Turots, 1392H), Juz 18, 87.
206
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir. Diterjemahkan dari buku
aslinya yang berjudul “Al Iman bil yaumil akhir” oleh Chep M. Faqih, (Jakarta: Ummul Qura,
2014.), 147-149.
69
umatnya akan hal tersebut, sebab tidak mustahil ia akan muncul dari umat ini,
karena umat ini adalah umat yang terakhir dan Muhammad Saw adalah penutup
para nabi.
Di antara petunjuk kenabian yang disampaikan Rasulullah Saw kepada
umatnya agar mereka selamat dari fitnah yang sangat besar itu antara lain:
a. Berpegang teguh pada ajaran Islam, mempersenjatai diri dengan keimanan,
serta mengetahui nama-nama Allah Swt yang baik (Al asma’ Al-Husna) yang
hanya dimiliki-Nya dan tidak ada sekutu baginya dalam penggunaan nama-
nama tersebut. Dengan demikian, seseorang akan mengetahui bahwa Dajjal
hanyalah manusia biasa yang makan dan minum seperti manusia lainya ia pun
akan meyakini bahwa Allah terbebas dari sifat yang dimilik oleh Dajjal,
sebab ia tahu bahwa seseorang tidak akan dapat melihat Tuhanya kecuali
setelah ia mati.
b. Memohon perlindungan dari fitnah Dajjal terlebih ketika melaksankan shalat,
sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa hadith yang shahih: bahawasanya
Rasulullah Saw berdoa dalam shalatya, 207 “Ya Allah, aku berlindung kepada-
Mu dari azab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal.”
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadith dari Abu Hurairah Ra, ia
berkata, “Rasulullah Saw bersabda, „Apabila salah seorang di antara kalian
sedang dalam posisi tasyahhud. Mohonlah perlindungan kepada Allah dari
empat perkara. Lalu beliau bersabda, “Ya Allah, aku berlindung kepada-mu
dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan
kematian, serta dari keburukan fitnah Dajjal.”208
c. Menghafalkan beberapa ayat dari surah Al-Kahfi. Rasullah Saw
memerintahkan untuk membacakan awal surah Al-Kahfi kepada Dajjal,
walaupun dalam sebagian riwayat lain membacakan akhirnya. Artinya boleh
membaca seupuluh ayat pertama atau sepuluh ayat terakhir dari surah Al-
Kahfi. Di antara hadith-hadith tersebut adalah sabda Rasulullah Saw maka
bacakanlah kepadanya permulaan surah Al-Kahfi. “Barang siapa di antara
207
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 148
208
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 148.
70
209
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
210
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
211
Ali Muhammad ash Shalaby, Iman Kepada Hari Akhir, 149.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari 4 hadith tersebut, peringkat validitasnya adalah 2 hadith shahih dan 2
hasan dan didukung oleh kualitas sanad hadith tentang muncul Dajjal, pada
jalur sanadnya telah terbukti bahwa semua periwayatan telah sampai kepada
Rasulullah Saw.
1. Dari segi status hadith pertama pada musnad imam Ahmad, terdapat perawi
yang kurang dhabit yaitu Muhammad bin Ja‟far, ulama‟ bernama Abu Fath
Azdy mengatakan beliau shaduq. Maka hadith tersebut berkualitas Hasan
karena didukung oleh jalur sanad yang lain. Hadith kedua pada musnad
Ahmad adalah Shahih.Hadith ketiga pada Musnad Ahmad adalah Shahih.
Hadith keempat pada musnad Ahmad adalah Hasan karena pada jalur
pertama, Rauh bin Ubadah, ulama‟ mengkritik beliau sebagai shaduq oleh
Yahya bin Ma‟in dan Ya‟kub Ibn Syaibah . Pada jalur kedua Syaiban bin
Abdur Rahman dikatakan shaduq oleh Ibnu Karasy. Jalur ketiga pula
Hammam bin Yahya dikatakan shaduq, buruk hapalan oleh as Saji, Abdul
Shamad bin Abdul Warith, Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan shaduq.
Dari sudut matan hadith pula tidak ada ziyad dan idraj.
2. Daripada sudut pemahaman hadith, penulis membahas tentang metode
ma’anil hadith, dapat diketahui bahwa lafaz dan matan hadith tentang dajjal
tidak terdapat percanggahan dengan ayat al-Qur‟an, hadith, akal dan indra
yang sihat. Hadith tentang dajjal dipahami secara hakiki karena pada hadith
yang dikaji oleh penulis terdapat hadith yang shahih mengenai ciri-ciri dan
fisik dajjal.
3. Kontektualisasi hadith tentang dajjal, bahwa interpretasi dari ulama‟ klasik,
maka dapat disimpulkan bahwa ulama‟ meyakini Dajjal itu bukanlah
simbol, sifat laku dan kiasan belaka (majazi).
72
B. Rekomendasi
Kepada yang membaca skripsi ini, penulis mengharapkan kajian ini terus
dilestarikan bersama-sama mendalami arti pentingnya memahami hadith tentang
Dajjal. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi orang Islam yang mengambil
bidang agama khususnya jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir untuk terus menjaga
hadith-hadith dari Rasulullah Saw. Ini sebagai sumber dan pedoman serta penguat
dalil hukum Islam setelah al-Qur‟an. Perkara ini sangat penting untuk dilestarikan
dalam masyarakat zaman sekarang yang kurang pemahaman tentang isi
kandungan hadith. Dengan adanya metodologi ma’anil hadith, mudah-mudahan
ilmu ini dapat dikembangkan dan dapat sebarkan supaya ilmu ini tidak hilang
ditelan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Aziz. “Isa Al Masih Dalam Teologi Muslim (Studi Komparatif Pemikiran
Ghulam Ahmad dan Muhammad Abduh)” Skripsi (Yogyakarta: Program
Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Fadlun,Muhammad. Menyingkap Misteri Dajjal Di Akhir Zaman Surabaya: Pustaka
Agung Harapan, 2009
Ghofur, Saiful Amin. Dajjal Risalah Akhir Zaman, Depok:A Plus Book, 2009
Hambal, Ahmad bin, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, (Kairo: Mu‟assasah
Qurtubah, tt.)
Ibn al-Shalah, Muqaddimah ibn al-Shalah, (Makkah : Maktabah al-Tijariyah, 1993)
Ismail, M.Syuhudi. Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya.
Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. Jakarta: Bulan, Bintang, 1994.
Kaidah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Metode Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Isma„il, Muhammad bin al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kairo: Maktabah Salafiyah,
1403 H
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Jawa
barat: Pustaka at Taqwa, 2004
Khon, Abdul Majid. Pemikiran Moderen Dalam Islam, Pustaka Setia, 2010
Khon,Abdul Majid. Takhrij & Metode Memahami Hadis (Jakarta: Amzah 2014)
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahan &
Asbabul Nuzul, Jakarta: Pustaka Al-Hanan, 2009
Manzur, Ibnu. Lisanul Arab, (Kairo, Dar al-Ma‟arif, t.t),
Mohd Noor, Mohamad Farid bin. “Validitas Hadis Tentang Tarian Yang Dijadikan
Hujjah Untuk Melegitimasi Tarian Sambil Berzikir (Studi Takhrij Dan Fahmil
Hadis Dalam Musnad Imam Ahmad)”, Skripsi (Jambi: Program Pascasarjana
IAIN Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi, 2014)
Muhammad, Ali, Iman Kepada Hari Akhir. Diterjemahkan dari buku aslinya yang
berjudul “Al Iman bil yaumil akhir” oleh Chep M. Faqih, (Jakarta: Ummul
Qura, 2014
Mufid, Nur. dkk, Kamus Modern Indonesia Arab Al-Mufied, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2010)
Musbihin, Miftahul Asror, Imam. Membedah Hadis Nabi Saw Yogjakarta:Pustaka
Pelajar, 2015
Muin, Munawir. “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab Al-Wurud”,
Jurnal Addin, VII, No 2 (2013)
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984
Pipin Armita dan Jani Arni, "Dinamika Pemahaman Ulama tentang Hadis Dajjal",
Jurnal Ushuluddin, XXV, No.2 (2017)
Sumbulan, Umi. Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis Uin Malang: Sukses
Offset, 2008
S. Royani Marhan, Kiamat dan Akhirat: Panduan Ringkas Mengenal Kehidupan
Abadi setelah Mati (Erlangga Mahameru. 2012 )
Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Sholechah, Mar'atus, Posisi Tidur Dalam Tinjauan Hadis (Kajian Ma'anil Hadis),
(Palembang: Uin Raden Fateh, 2015)
Wensinck, A.J. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi, Leiden: E.J
Brill, 1936 H
Yusof Al-Mizzi, Jamaluddin Abu Al-Hajjaj, Tahzdibul Kamal Fi Asma’ Al-Rijal
Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1992
CURICULUM VITAE