Anda di halaman 1dari 121

IMPLEMENTASI METODE AN-NAHDLIYAH DALAM

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DAN KAITANNYA


DENGAN QS AL-MUZZAMMIL/73: 4
(Studi Kasus pada TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar
Sulawesi Selatan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Agama Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
HADI NASRULLAH
NIM : 30300114081

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hadi Nasrullah

NIM : 30300114081

Tempat/Tgl. Lahir : Banyuwangi, 5 November 1991

Jur/Prodi/Konsentrasi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas/Program : Ushuluddin, Filsafat dan Politik

Alamat : Jalan Kesatuan IV No. 14 Makassar

Judul Skripsi : “Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam

Pembelajaran Al-Qur’an dan Kaitannya dengan QS. Al-

Muzzammil/73: 4 (Studi Kasus di TPQ. An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 14 Maret 2022

Penyusun,

Hadi Nasrullah
NIM: 30300114081

ii
KATA PENGANTAR

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬


َّ ‫الر ْْح ِن‬
ُ‫الص ََلة‬ ِْ
َّ ‫ َو‬،‫اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬ ‫ َعلَّ َم‬،‫ْي الَّ ِذ ْي َعلَّ َم ِِبلْ َقلَِم‬ ِ ِ ‫اْلم ُد ِِٰلِ ر‬
َ ْ ‫ب الْ ٰعلَم‬ ّ َ ّ ْ َْ ،‫اْلَ ْم ُد ِّٰل‬
ِ ْ
‫ْي َوَم ْن تَبِ َع ُه ْم‬ ِ ْ ‫وأَصحابِِه أ‬ ‫ْي ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى آلِِه‬ ِ ِ ِ
َ ْ ‫َْجَع‬ َْ َ َ ْ ‫الس ََل ُم َعلَى أَ ْشَرف ْاْلَنْبِيَاء َوالْ ُم ْر َسل‬ َّ ‫َو‬
.‫ أ ََّما بَ ْع ُد‬.‫ان إِ ََل يَ ْوِم ال ِّديْ ِن‬
ٍ ‫ِبِِحس‬
َْ
Segala puji bagi Allah swt., Tuhan semesta alam, yang mengajar dengan

pena, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Selawat serta salam,

semoga senantiasa tercurahkan atas nabi dan rasul yang termulia Nabi

Muhammad saw. beserta para keluarga dan sahabatmya, serta kepada siapa saja

yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga hari kiamat.

Rasa syukur tidak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang

atas berkat, rahmat, hidayah, serta inayah-Nyalah sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan. Kemudian selawat serta salam sebanyak-banyaknya juga penulis

haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw., yang mana tak lepas dari

perjuangannyalah sehingga manusia dapat mengenal kalimat tauhid, serta sampai

saat ini, terkhusus kaum muslimin, masih dapat merasakan nikmatnya iman dan

Islam.

Selanjutnya, skripsi ini disusun oleh penulis bertujuan untuk memenuhi

salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan pada program strata satu Prodi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam

Negeri (UIN) Alauddin Makassar tahun akademik 2021/2022. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh pihak yang telah

ikut berpartisipasi secara aktif maupun pasif dalam memberikan berbagai macam

bentuk bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini, baik yang berupa

bimbingan, arahan, saran, begitupun kata-kata penyemangat serta motivasi yang

meskipun terlihat sederhana namun sungguh sangat berarti bagi penulis. Tidak

iv
dapat penulis cantumkan satu persatu, namun semoga beberapa pihak yang

disebutkan di bawah bisa mewakili yang lainnya.

1. Segenap pimpinan UIN Alauddin Makassar, Bapak Prof. Dr. H.

Hamdan, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar bersama

Bapak Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Bapak Prof. Dr. Wahyuddin,

M.Hum., Bapak Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., dan Bapak Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku wakil Rektor I, II, III, dan IV

UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Dr. Muhsin, S.Ag., M.Th.I. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Alauddin Makassar sekaligus sebagai Dosen Penguji I

penulis skripsi ini bersama Ibu Dr. Hj. Rahmi D, M.Ag., Ibu Dr.

Darmawati H., S.Ag., M.H.I., Bapak Dr. Abdullah, S.Ag., M.Ag.

selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Alauddin Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Aisyah Arsyad, M.A. selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II penulis dalam

penyusunan skripsi ini beserta Bapak Yusran, S.Th.I., M.Hum., selaku

Sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Alauddin Makassar.


4. Bapak Dr. Hasyim Haddade, M.Ag. selaku Pembimbing I penulis

dalam penyusunan skripsi. Atas segala ilmu, arahan, nasihat-nasihat

baik, serta waktu berharga yang diluangkan untuk membimbing,

semoga dibalas dengan kebaikan berlipat ganda oleh Allah swt.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Irham, M.Th.I. selaku Penguji II dalam

Ujian Hasil Skripsi penulis. Atas saran serta arahan dalam perbaikan

v
hasil penelitian, penulis haturkan ucapan terima kasih sebanyak-

banyaknya.

6. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Alauddin Makassar yang telah berjasa mengajar dan mendidik penulis

selama menjadi mahasiswa di UIN Alauddin Makassar. Para staf

akademik yang dengan sabar melayani penulis dalam menyelesaikan

prosedur akademik yang harus dijalani hingga ke tahap akhir, serta

para staf perpustakaan fakultas maupaun perpustakaan kampus UIN

Alauddin Makassar yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak H. Abd. Rochim selaku Ketua Umum Himpunan Majelis Ta’lim

(HIMMATA) Sabilul Muttaqin Makassar dan Bapak Nur Muh. Shodiq

selaku Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an Sabilul Muttaqin

Makassar yang telah membukakan pintu kepada penulis untuk dapat

melaksanakan penelitian di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin

Makassar. Juga kepada seluruh guru di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin Makassar terkhusus Bapak Ahmad Jamaluddin, Bapak

Ahmad Sholeh, Ibu Anic Atuzzahro’ yang telah banyak memberikan

bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di TPQ. An-


Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar. Semoga Allah swt. membalas

segala kebaikan.

8. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, ayahanda Alm. Tohir dan

ibunda Rodiyah, yang telah merawat, membesarkan, serta mendidik

penulis sehingga bisa sampai pada titik ini. Kasih sayang yang tulus

dan ikhlas tanpa pamrih tidak akan pernah terbalas dengan segala
perbuatan dan kata-kata. Semoga Allah swt. senantiasa memberikan

vi
kasih sayang yang lebih dari yang penulis terima dari keduanya,

meliputi keduanya dengan keberkahan, menuntun keduanya dengan

petunjuk-Nya dalam segala hal, serta memberikan kepada keduanya

kebaikan dunia dan akhirat. Kemudian begitu pula dengan kakak-

kakak penulis yang tersayang, Khozinul Kirom, Siti Cholifah, Syaiful

Rizal dan Siti Kholilah, yang telah memberikan dukungan moril,

materi dan finansial kepada penulis. Serta kepada seluruh keluarga,

semoga Allah swt. senantiasa menjaga mereka dalam kebaikan dan

dimudahkan segala urusannya. Āmīn yā rabb al-‘ālamīn.

9. Teman-teman Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014. Nama-

nama yang begitu banyak tidak dapat penulis cantumkan satu-persatu,

yang pasti semuanya begitu berharga dan sangat spesial untuk penulis.

Pertemuan dengan mereka dalam menuntut ilmu di Prodi Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir mungkin hanyalah ‚kebetulan‛ semata, namun

penulis yakin bahwa itu adalah sebuah kebetulan dengan berbagai

tujuan dan alasan baik yang telah diatur oleh-Nya. Penulis bersyukur

kepada-Nya karena telah dipertemukan dengan teman-teman yang

baik. Berbagai sumbangsih bantuan berupa pikiran, nasihat, motivasi,

serta kata-kata penyemangat, hingga materi diberikan untuk penulis.


Bahkan, beberapa bersedia untuk memberikan ruang bagi penulis

‚menumpang‛ di tempat tinggal mereka selama penyusunan skripsi ini.

Penulis ucapkan permohonan maaf apabila terdapat hal yang kurang

berkenan serta mengganggu kenyamanan ‚tuan rumah‛. Untuk itu

semua, penulis haturkan terima kasih banyak serta apresiasi yang

setinggi-tingginya, semoga Allah swt. membalas segala kebaikan


Terakhir, penulis menyadari betul bahwa dalam tulisan ini masih

vii
terdapat banyak kekurangan. Karenanya, penghargaan setinggi-

tingginya penulis peruntukkan kepada mereka yang berkenan membaca

tulisan ini serta memberikan masukan, baik berupa kritik, koreksi,

ataupun saran yang sifatnya membangun, agar kedepannya bisa

menjadi bahan perbaikan oleh penulis, baik dalam penelitian ini,

ataupun untuk penelitian yang akan datang.

Samata, 14 Maret 2022


Penulis,

Hadi Nasrullah
NIM: 30300114081

viii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1-13
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................... 6
C. Rumusan Masalah................................................................ 8
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan .......................................................... 9
F. Pengertian Judul ................................................................. 10
BAB II TINJAUAN TEORETIS .............................................................. 14-38
A. Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia.................... 14
B. Metode An-Nahdliyah Sebagai Metode Cepat Tanggap Belajar
Al-Qur’an .............................................................................. 22
C. QS al-Muzzammil/73: 4 ..................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 39-51
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................ 39
B. Pendekatan Penelitian ........................................................ 42
C. Sumber Data ........................................................................ 43

ix
D. Metode Pengumpulan Data ................................................ 45
E. Instrumen Penelitian ........................................................... 47
F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data ............................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 52-90
A. Hasil Penelitian ................................................................... 52
1. Gambaran Metode An-Nahdliyah .................................. 53
2. Implementasi Metode An-Nahdliyah diTPQ. An-
Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar dan Kaitannya
dengan QS al-Muzzammil/73: 4 .................................... 75
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode
An-Nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin
Makassar ......................................................................... 78
B. Pembahasan ......................................................................... 82
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 91-93
A. Kesimpulan .......................................................................... 91
B. Implikasi Penelitian ............................................................. 92
KEPUSTAKAAN ............................................................................................ 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ 99

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Hal.


4.1 Gedung HIMMATA …………………………………………… 55
4.2 Pintu masuk gedung HIMMATA ……………………………… 58
4.3 Buku Paket Program Jilid ……………………………………… 61
4.4 Buku Pedoman Pengelolaan dan Buku Pegangan Guru ……….. 62
4.5 Proses Kegiatan Klasikal Santri Kelas Sore …………………… 71
4.6 Dokumentasi beberapa sarana dan prasarana TPQ ……………. 75

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Hal.


4.1 Jumlah Tenaga Pendidik dan Santri Taman Pendidikan Al-
Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ……………. 67
4.2 Data Tenaga Pendidik dan Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an
An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ……………………. 67
4.3 Materi Klasikal santri sore …………………………………….. 71
4.4 Materi Pengajaran Program Jilid Metode An-Nahdliyah ……… 72
4.5 Alokasi Waktu dan Materi Pengajaran Santri Kelas Malam ….. 74
4.6 Keadaan Sarana dan Prasarana Taman Pendidikan Al-Qur’an
An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar …………………….. 75

xii
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan Hal.


4.1 Struktur Organisasi Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Makassar …………………………………………… 69

xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba b Be
‫ت‬ Ta t Te
‫ث‬ s\a s\ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim j Je
‫ح‬ h}a h} ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ Kha kh ka dan ha
‫د‬ Dal d De
‫ذ‬ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra r Er
‫ز‬ Zai z Zet
‫س‬ Sin s Es
‫ش‬ Syin Sy es dan ye
‫ص‬ s}ad s} es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ d}ad d} de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ t}a t} te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik
‫غ‬ Gain g Ge
‫ف‬ Fa f Ef
‫ق‬ Qaf q Qi
‫ك‬ Kaf k Ka
‫ل‬ Lam l El
‫م‬ Mim m Em
‫ن‬ Nun n En
‫و‬ Wau w We
‫ه‬ Ha h Ha
‫ء‬ hamzah ’ Apostrof
‫ي‬ Ya y Ye

xiv
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ا‬ fath}ah a A

َ‫ا‬ Kasrah i I

َ‫ا‬ d}ammah} u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:


Huruf
Tanda Nama Nama
Latin
َ‫ىى‬ fath}ah dan ya>’ ai a dan i
َ‫ىو‬ fath}ah dan wau au a dan u
Contoh:

َ‫كٌف‬ : kaifa

‫هول‬ : haula

3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:


Harakat dan Huruf dan
Nama Nama
Huruf Tanda
‫ ى‬...
َ | ‫َ ا‬... fath}ah dan alif atau ya>’ a> a dan garis di atas
‫ى‬ kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas
‫ىو‬ d}ammah dan wau u> u dan garis di atas

xv
Contoh:

َ‫مات‬ : ma>ta

‫رمى‬ : rama>

َ‫لٌل‬ : qi>la

َ‫ٌموت‬ : yamu>tu

4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup

atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka

ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).


Contoh:

َ‫روضةََاألطفال‬ : raud}ah al-at}fa\>l

َ‫الَمدٌنةََالفاضلة‬ : al-madi>nah al-fa\>d}ilah

َ‫الحكمة‬ : al-h}ikmah

5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan


dengan sebuah tanda tasydi>d (َّ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

َ‫ربَّنا‬ : rabbana>

َ‫ن َّجٌنا‬ : najjaina>

َ‫الحك‬ : al-h}aqq
َ‫نعم‬ : nu‘‘ima

xvi
َ‫عدو‬ : ‘aduwwun

Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (َّ),

maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

ًَ‫عل‬ : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ًَ‫عرب‬ : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫ال‬

(alif lam ma‘rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang


mengikutinya. Kata sandang ditulis dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:
َّ ‫ال‬
َ‫شمس‬ : al-syams (bukan asy-syamsu)

َ‫ال َّزلزلة‬ : al-zalzalah (az-zalzalah)

َ‫الفلسفة‬ : al-falsafah

َ‫البالد‬ : al-bila>d

7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di

awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ‫تأمرون‬ : ta’muru>n

َ‫النَّوء‬ : al-nau‘
َ‫شىء‬ : syai’

xvii
َ‫أمرت‬ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau

kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa

Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim

digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara

transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan

munaqasyah. Bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks

Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n


Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah (‫) هللا‬

Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa

huruf hamzah.

Contoh:

َ‫ دٌنََهللا‬di>nulla>h َ‫ باهللا‬billa>h
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-

jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t].


Contoh:

َ‫ همََفًََرحمةََهللا‬hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),
dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

xviii
penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang

berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal

nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila

nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut

menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf

awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia

ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l


Inna awwala baitin wud}i’a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan
Syahru Ramad}an> al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T}u>si>

Abu> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu
harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.

Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d
Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn)

Nas}r H}a>mid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H}a>mid (bukan: Zaid,
Nas}r H}a>mi>d Abu> )

xix
B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta’a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam

a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijriah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS.../...:4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<l ‘Imra>n/3: 4

HR = Hadis Riwayat

xx
ABSTRAK
Nama : Hadi Nasrullah
NIM : 30300114081
Judul Skripsi : ‚Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam Pembelajaran Al-
Qur’an dan Kaitannya dengan QS. Al-Muzzammil/73: 4 (Studi
Kasus di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar‛

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena


pendidikan Al-Qur’an yang dihadapkan pada zaman yang lebih berat dimana
sekarang ini dengan mudah dijumpai anak-anak dan remaja muslim yang belum
mampu membaca Al-Qur’an. Kemudian metode pembelajaran al-Qur’an saat ini
melakukan inovasi dalam rangka meningkatkan minat anak terhadap al-Qur’an
utamanya membaca al-Qur’an, salah satunya metode an-Nahdliyah. Lembaga
pendidikan non formal di Makassar yang menerapkan metode an-nahdliyah
sebagai dasar pembelajaran al-Qur’an yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar. Berkaitan dengan ini perlu adanya
penelitian terkait implementasi metode an-nahdliyah dengan tujuan untuk
Mendeskripsikan metode an-nahdliyah, mendeskripsikan implementasi metode
an-nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar dan mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penerapan metode an-
nahdliyah di TPQ tersebut.
Permasalahan di atas penulis bahas menggunakan penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif, Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
tarbawi (pendidikan) dan pendekatan tafsir. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis
data dimulai dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, Metode An-Nahdliyah
adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an yang lahir di daerah Tulungagung,
jawa timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma’arif Cabang
Tulungagung dan diresmikan dengan nama ‚Metode Cepat Baca Al-Qur’an
Ma’arif An-Nahdliyah‛ pada sekitar tahun 1990. Karena metode ini merupakan
pengembangan dari metode Al-Baghdady maka materi pembelajaran Al-Qur’an
tidak jauh berbeda dengan metode Qiroati dan Iqra’. Dan yang perlu diketahui
bahwa pembelajaran metode An-Nahdliyah ini lebih ditekankan pada kesesuaian
dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-
Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada metode ‟ketukan‛; Kedua,
Penerapan metode an-Nahdliyah diawali dan diakhiri dengan doa bersama,
dimana materi utama dari Program Buku Paket (BPB) 6 jilid adalah materi-
materi yang terkandung dalam buku jilid tersebut sedangkan materi untuk
Program Sorogan Al-Qur’an (PSQ) itu didominasi dengan membaca al-Qur’an
dengan metode ‘talaqqi’. Ketiga, Terdapat 4 faktor yang dapat menjadi faktor
pendukung dan penghambat dalam penerapan metode an-Nahdliyah yaitu Peserta
Didik/Santri, Tenaga Pendidik/Guru, Sarana dan Prasarana, serta Lingkungan.

xxi
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Pihak pengelola TPQ, diharapkan
dapat terus mengembangkan kualitas TPQ baik dalam hal administrasi kantor,
sarana prasarana dan lebih mengembangkan lagi kualitas guru terkait dengan
pemahaman mereka dengan Metode An-Nahdliyah. 2) Seluruh tenaga pendidik
atau guru hendaknya terus mengembangkan kualitas diri sebagai orang yang
memiliki tanggung jawab dalam mendistribusikan materi kepada santri,
meningkatkan mutu pengajarannya serta memberikan motivasi terkait
kedisiplinan santri, baik disiplin hadir maupun disiplin belajar. 3) Dukungan para
orang tua atau wali santri dalam bentuk partisipasi aktif berupa memberikan
motivasi dan arahan kepada anak-anaknya agar lebih rajin dan aktif dalam belajar
terutama dalam belajar Al-Qur’an di TPQ. Orang tua atau wali santri juga
diharapkan dapat memantau kegiataan belajar anak selama di rumah, dengan
menyuruh mereka mengulangi pelajaran yang telah diajarkan atau dengan
menguji materi hafalan yang telah mereka hafalkan.

xxii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diwariskan Rasulullah saw.

bagi kaum muslimin. Al-Qur’an tidak hanya sekedar kitab suci yang harus

diagungkan, dihormati dan menjadi simbol ajaran Islam, namun lebih dari itu Al-

Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh manusia yang

mengaku dirinya muslim. Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam hal akidah,

syariah dan akhlak dengan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai berbagai

persoalan yang dihadapi manusia. Kehadiran Al-Qur’an juga membuka lebar-

lebar mata manusia agar menyadari jati diri dan hakekat keberadaan mereka di

dunia ini.1

Al-Qur’an sebagai pedoman yang utama, umat islam berkewajiban untuk

senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, mempelajari isi kandungan

dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta mengajarkannya kepada

orang lain. Mempelajari Al-Qur’an berarti berusaha untuk memperoleh

keselamatan dan kebahagian hakiki, serta terhindar dari segala kesesatan hidup di

dunia dan di akhirat. Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain
merupakan kewajiban suci lagi mulia, sebab belajar dan mengajarkan Al-Qur’an

merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban seorang muslim kepada

kitab sucinya yakni Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang terakhir

memiliki posisi penting dalam ajaran Islam. Hal ini karena Al-Qur’an merupakan

firman Allah swt. yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an

1
Zulfison dan Muharom, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an dengan Metode Mandiri
(Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 1.

1
2

menjadi sumber utama ajaran Islam yang memiliki otensitas yang tak

terbantahkan.2 Rasulullah saw. bersabda :


ِ ٍ ِ
‫ت َس ْع َد بْ َن‬ ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،ُ‫ َحدَّثَنَا ُش ْعبَة‬،‫اج بْ ُن مْن َه ٍال‬
ُ ‫ ََس ْع‬،‫َخبَ َرِِن َع ْل َق َمةُ بْ ُن َم ْرثَد‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َح َّج‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو‬
َ ‫َّب‬ َّ ‫ َع ْن عُثْ َما َن َر ِض َي‬،‫السلَ ِم ِّي‬
ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،ُ‫اَّللُ َعْنو‬ َّ ‫ َع ْن أَِِب َعْب ِد‬،َ‫عُبَ ْي َدة‬
ُّ ‫الر ْْحَ ِن‬
3
(‫)رواه البخاري‬،»ُ‫ « َخْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمو‬:‫َو َسلَّ َم قَ َال‬

Artinya :
Menceritakan kepadaku Hajjaj bin Minh}a>l, menceritakan kepadaku
Syu’bah, beliau berkata: Menceritakan kepadaku ‘Alqamah bin Mars\ad,
saya mendengar Sa’d bin ‘Ubaidah, dari Abi Abdirrahman al-Sulamiy, dari
Us\ma>n, dari Nabi saw. beliau bersabda: ‚orang terbaik dari kamu ialah
orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya‛. (HR al-Bukhari)

Terampil dalam membaca Al-Qur’an menjadi kemampuan paling dasar

yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah awal untuk mendalami Al-Qur’an

dan hadis adalah dengan cara membacanya dengan baik dan benar. Terlebih lagi

terhadap Al-Qur’an, karena ibadah penting dalam Islam yakni shalat,

membutuhkan keterampilan membaca Al-Qur’an yang baik. Ketika membaca Al-

Qur’an, diperintahkan membacanya dengan tartil, yaitu membaca Al-Qur’an

dengan terang dan jelas sesuai dengan firman Allah swt. dalam QS al-

Muzammil/73: 4:

  


Terjemahnya :
‚dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.‛4

2
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 35.
3
Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ry al-Ju’fiy, S{ah}i>h} al-Bukha>riy, Juz IV
(t. tp: Da>r T}auq al-Naja>h, 1422 H), h. 192.
4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata (Bandung: Jabal,
2010), h. 574.
3

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa maksud dari membaca Al-Qur’an

dengan tartil adalah membacanya perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-

huruf, berhenti (waqaf) dan memulai (ibtida’) sehingga pembaca dan

pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.5

Mengingat pentingnya Al-Qur’an bagi kehidupan manusia maka

pengenalan Al-Qur’an mutlak diperlukan. Upaya mengenalkan Al-Qur’an itu

bukan hanya mengetahui dari segi fisik dan aspek sejarah semata. Namun yang

lebih penting adalah bagaimana seseorang mampu membaca sekaligus

memahami makna yang terkandung dalam butir ayat demi ayat dari Al-Qur’an.

Maka aspek kemampuan tulis baca Al-Qur’an merupakan hal pokok yang

semestinya diketahui bagi seorang muslim.

Namun dalam realitas kehidupan masyarakat terbukti masih banyak yang

belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Jangankan untuk

memahami atau menghayati Al-Qur’an dengan baik, membacanya pun terkadang

bagi sebagian besar umat islam mengalami kesulitan. Kesulitan membaca Al-

Qur’an ini merupakan hal wajar, mengingat Al-Qur’an turun dalam bahasa Arab,

sehingga tulisannya pun menggunakan huruf Arab.

Dalam mengantisipasi kesulitan tersebut, beberapa kalangan banyak yang

menggunakan huruf latin dalam menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an agar lebih


mudah dibaca oleh orang-orang yang tidak bisa membaca huruf Arab. Akan

tetapi sebenarnya penggunaan huruf latin dapat menimbulkan masalah, karena

tempat keluarnya huruf Arab (makha>rij al-h}uru>f) dan latin berbeda. Sehingga jika

ditulis dengan huruf latin bisa terjadi kesalahan dalam membacanya. Misalnya

huruf ‘Ain dan Hamzah, huruf Zai, Ji>m, D{a>’ dan lain-lain, bisa salah

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 14
(Cet III; Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 516.
4

membacanya jika ditulis dengan huruf Latin. Maka jangan heran kalau kalau di

malaysia ada larangan menulis ayat Al-Qur’an dengan huruf latin.6

Keadaan ini tidak hanya terjadi dikalangan umat Islam yang awam saja

melainkan terjadi juga kepada para pelajar, kaum intelektual, bahkan tokoh

agama. Kenyataan di atas memberikan gambaran bagi orang yang beragama

Islam dituntut untuk mempelajari Al-Qur’an, karena itulah pembelajaran Al-

Qur’an diberi sejak dini di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar

sampai tingkat menengah. Dalam proses belajar Al-Qur’an, khususnya yang

dilaksanakan pada lembaga- lembaga pendidikan formal dan informal terdapat

beberapa komponen yang mempengaruhi, antara lain adalah metode.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka seorang guru dituntut untuk dapat

memilih dan menetapkan metode yang sesuai dengan tujuan, materi, situasi,

kondisi, dan kemampuan siswa yang berbeda-beda sehingga dapat menerapkan

metode pembelajaran dengan baik dan tepat. Begitupun dalam pembelajaran Al-

Qur’an penggunaan metode yang tepat oleh seorang guru dalam mengajarkan Al-

Qur’an sangat besar pula pengaruhnya terhadap efektivitas pembelajaran dan

implikasinya terhadap kemampuan siswa membaca Al-Qur’an.

Seiring dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan pengajaran

serta kebutuhan akan tercapainya kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh individu maupun lembaga-lembaga yang

bergerak di bidang pendidikan, sehingga bermunculan metode-metode baru yang

digunakan lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal diantara metode

yang diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an bermacam- macam diantaranya

6
Zulfison dan Muharom, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an dengan Metode Mandiri, h.
1-2.
5

metode Iqra, metode an-Nahdliyah, metode Al-Baghdady, metode Al-Banjari,

metode Qiraati, metode Tilawati, metode Ummi, dan sebagainya.

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.7 Metode memiliki

peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

seorang guru diharapkan mampu menggunakan dan menerapkan metode yang

tepat dalam menyajikan pelajaran.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan

Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:


‚Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya
disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang
bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan
penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran.‛8

Seperti yang telah disinggung diatas bahwa metode pembelajaran Al-

Qur’an yang berkembang di indonesia sangat beragam. Adapun salah satu

metode tersebut adalah Metode An-Nahdliyah. Metode An-Nahdliyah ini

merupakan pengembangan dari metode klasik yaitu Qa’idah Bag}dadiyah.9

Metode ini dirumuskan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama

Tulungagung bersama dengan para Kyai dan para ahli di bidang pengajaran Al-

Qur’an serta tokoh-tokoh pendidikan.10

7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III (Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 740.
8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Reneka
Cipta, 2002), h. 76.
9
Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungaung: Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman
Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungangung, 2015), h. 19.
10
Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 1-2.
6

Salah satu organisasi kemasyarakatan di Makassar yaitu Himpunan

Majelis Ta’lim Sabilul Muttaqin (HIMMATA) mendirikan sebuah taman

pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dengan mengadopsi metode an-nahdliyah ini

sebagai dasar pengajaran di TPQ tersebut, yang mana TPQ tersebut merupakan

lembaga pendidikan Al-Qur’an pertama yang menerapkan metode an-nahdliyah

di Pulau Sulawesi. Kemudian para Pengurus HIMMATA menamakan TPQ

tersebut Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin yang

berada di Jl. Kelapa Tiga No. 31A Makassar Sulawesi Selatan.

Melihat hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti

pelaksanaan dan implikasi dalam penggunaan metode an-nahdliyah di Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar dan kaitannya

dengan QS al-Muzzammil/73: 4 dengan judul penelitian ‚Implementasi Metode

An-Nahdliyah Dalam Pembelajaran Al-Qur’an dan Kaitannya dengan QS al-

Muzzammil/73: 4 (Studi Kasus pada TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin

Makassar Sulawesi Selatan)‛.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus.


Spradley menyatakan bahwa ‚A focused refer to a single cultural domain or a

few related domains‛ maksudnya adalah bahwa fokus itu merupakan domain
tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.11 Adapun

penelitian ini berfokus pada Penerapan Metode An-Nahdliyah sebagai metode

pembelajaran al-Quran di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar dan

kaitannya dengan QS al-Muzzammil/73: 4.

11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D
(Cet. XVI; Bandung: ALFABETA, 2013), h. 286-288.
7

2. Deskripsi Fokus

Untuk memudahkan pemahaman terhadap fokus penelitian ini, maka

fokus penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut.

a. Metode An-Nadliyah

Metode An-Nahdliyah merupakan salah satu metode cepat tanggap

membaca Al-Qur’an yang dikemas secara berjenjang satu sampai enam jilid.

Istilah cepat tanggap dikarenakan memang metodologinya menggunakan sistem

klasikal penuh. Cara belajar dengan menggunakan hitungan ketukan stik secara

berirama.12 Sebagai sebuah media pembelajaran Al-Qur’an, metode an-nahdliyah

mempunyai karakteristik dan spesifikasi tertentu yang membedakan dengan

metode lain, berupa latar belakang, visi dan misi, filosofi, motto, target, sistem/

aturan pembelajaran, prinsip, tahapan, tehnik, dan strategi mengajar serta

evaluasi.

Istilah An-Nahdliyah diambil dari sebuah organisasi sosial keagamaan

terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama’ yang artinya kebangkitan ulama’.

Dari kata Nahdlatul Ulama’ inilah kemudian dikembangkan menjadi metode

pembelajaran Al-Qur’an, yang diberi nama ‚Metode Cepat Tanggap Belajar Al-

Qur’an An-Nahdliyah‛ yang dilakukan pada akhir tahun 1990.13

b. TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin ini

merupakan sebuah unit pendidikan yang berada di bawah atap dengan Gedung

sekretariat Himpunan Majelis Ta’lim Sabilul Muttaqin (HIMMATA) yaitu

12
Siti Via Muflihatul Ula, ‚Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an Siswa Di Mts Syekh Subakir 2 Sumberasri Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar Tahun Ajaran 2016/2017‛, Skripsi (Tulungagung: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Tulungagung, 2017), h. 12-13.
13
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h.1-2.
8

terletak di jalan Kelapa Tiga No. 31 A Kelurahan Ballaparang Kecamatan

Rappocini Kota Makassar Provinsi Sulawesi selatan. Tepatnya berada 400 meter

sebelah barat dari jalan AP. Pettarani Kota Makassar atau terletak tepat di

belakang kediaman Anregurutta14 H. Sanusi Baco, Lc. Gedung sekretariat

HIMMATA memiliki luas tanah 484 M2. Gedung ini merupakan gedung

serbaguna yang digunakan oleh masyarakat HIMMATA untuk berbagai kegiatan

agama, pendidikan, dakwah dan sosial dari ORMAS ini, seperti Taman

Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Diniyah Salafiyah, Majelis Ta’lim, Santunan

Anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin, Kegiatan Sima’an Al-Qur’an dan Kegiatan

Peringatan Hari Besar Islam Lain, seperti Shalat ‘I<dul Fit}ri, ‘I<dul Ad}h}a> dan lain

lain.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi inti

permasalahan yang memerlukan pembahasan lebih lanjut dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Metode An-Nahdliyah?

2. Bagaimana implementasi Pembelajaran Metode An-Nahdliyah di TPQ.

Sabilul Muttaqin dan Kaitannya dengan QS al-Muzzammil/73: 4?

3. Bagaimana Faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Metode An-

Nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.

14
Istilah ‚Anregurutta‛ ini biasanya ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah
menempati status sosial yang sangat tinggi dan telah mendapatkan tempat/kedudukan terhormat
di mata masyarakat Bugis Makassar. Lihat Harian Sulsel, ‚Anregurutta KH. Sanusi Baco, Lc;
Ulama’ Kharismatik Sulawesi Selatan‛, Situs Resmi Harian Sulsel. http://hariansulsel.com/profil-
anregurutta-kh-sanusi-baco-lc-ulama-kharismatik-sulawesi-selatan/ (18 Januari 2019)
9

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan dengan judul skripsi ‚Implementasi Metode An-Nahdliyah

Dalam Pembelajaran Al-Qur’an dan Kaitannya dengan QS al-Muzzammil/73: 4

(Studi Kasus pada TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar Sulawesi

Selatan)‛, sehingga ditemukan beberapa literatur yang berkaitan dengan judul

tersebut, yaitu:

1. Buku Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat

Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, yang disusun oleh Pimpinan

Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Tulungagung, yang diketuai oleh Drs. H. Samsul Huda, M.Ag., pada

tahun 2015. Buku ini berisi tentang pedoman pengelolaan, pedoman

pengajaran, pengembangan penilaian, materi pengembangan pendidikan

Al-Qur’an dan lampiran-lampiran.

2. Skripsi yang berjudul “Implementasi Metode An-Nahdliyah Dalam

Pembelajaran Membaca Al-Quran Siswa Di Mts Syekh Subakir 2

Sumberasri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Tahun Ajaran

2016/2017” yang disusun oleh Siti Via Muflihatul Ula, mahasiswa Institut

Agama Islam Negeri Tulungagung, pada tahun 2017. Skripsi ini

menjelaskan tentang bagaimana metode an-nahdliyah ini diterapkan di

sebuah unit pendidikan formal yaiitu Mts. Syekh Subakir 2 Blitar.

E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran Metode An-Nahdliyah.

b. Untuk mengetahui implementasi Pembelajaran Metode An-Nahdliyah di

TPQ. Sabilul Muttaqin serta kaitannya dengan QS al-Muzzammil/73: 4.


10

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat dan

mendukung dalam penerapan metode an-nahdliyah di TPQ. TPQ. An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.

2. Kegunaan penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan agar dapat mempunyai kegunaan sebagai

berikut:

a. Kegunaan Teoretis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi serta sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang Pembelajaran Al-Qur’an.

b. Kegunaan Praktis :

1) Merupakan bahan masukan bagi para pendidik Al-Qur’an untuk dapat

mengaplikasikan Metode An-Nahdliyah ini dengan baik, sehingga peserta

didik dapat memahami cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar

sesuai kaidah tajwid melalui Metode An-Nahdliyah ini.

2) Merupakan bahan informasi dan pertimbangan kepada peneliti-peneliti

lainnya yang ingin mengadakan penelitian lanjutan dan lebih mendalam.

F. Pengertian Judul

1. Implementasi

Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan.15 Menurut Nurdin

Usman implementasi merupakan suatu tindakan, aktivitas atau aksi atau adanya

mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.16 Adapun

Implementasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini penerapan salah satu

15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III, h. 427.
16
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,(Jakarta:Grasido, 2002),
h.70.
11

metode pembelajaran dan pengajaran yang bertitik focus kepada Al-Qur’an

sebagai objek.

2. Metode An-Nahdliyah

Kata ‚Metode‛ secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu

‚metodos‛. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu ‚metha‛ yang berarti melalui

atau melewati dan ‚hodos‛ yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu

jalan yang dilalui untuk mecapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut

‚t}ari>qah‛. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang
teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami

bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan

pembelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.17

Kata An-Nahdliyah diambil dari sebuah organisasi sosial keagamaan

terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama’ yang artinya kebangkitan ulama’.

Dari kata Nahdlatul Ulama’ inilah kemudian dikembangkan menjadi metode

pembelajaran Al-Qur’an, yang diberi nama ‚Metode Cepat Tanggap Belajar Al-

Qur’an An-Nahdliyah‛ yang dilakukan pada akhir tahun 1991.18

Metode ini lahir dari Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Tulungagung yang

dilatarbelakangi oleh keresahan dan keprihatinan KH. Munawwir Kholid yang


melihat banyaknya anak-anak pada saat itu mempelajari Al-Qur’an di surau-

surau dengan menggunakan sistem yang tidak berasal dari kultur pesantren.

Kemudian berkat kerja keras beliau bersama para kyai dan para ahli dibidang

17
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h. 40.
18
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungagung: Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman
Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungagung, 2008), h.1-2.
12

pembelajaran Al-Qur’an berhasil merumuskan sebuah metode pembelajaran Al-

Qur’an dengan sistem pembelajaran yang bernama Metode An-Nahdliyah.

Metode An-Nahdliyah adalah sebuah metode cepat tanggap membaca Al-

Qur’an yang dikemas secara berjenjang satu sampai enam jilid. Metode an-

nahdliyah menggunakan sistem klasikal penuh. Cara belajar dengan

menggunakan hitungan ketukan stik secara berirama, dan pembiasaan melalui

pendekatan klasikal, teknik tutor dan teknik sorogan.19

3. Pembelajaran Al-Qur’an

Pembelajaran diartikan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah proses,

cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.20 Pembelajaran merupakan

kegiatan interaktif peserta didik dengan sumber belajar, atau proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.21 Adapun fokus atau objek dari pembelajaran dalam penelitian adalah Al-

Qur’an. Secara etimologis, kata Al-Qur’an mengandung arti bacaan yang dibaca.

Lafadz Al-Qur’an berbentuk isim mas}dar dengan ‚isim maf’ul‛.22 Lafadz Al-

Qur’an dengan arti bacaan, misalnya dapat dilihat pada firman Allah swt. dalam

QS al-Qiya>mah/75: 16-18 :

             
  

19
Siti Via Muflihatul Ula, ‚Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an Siswa Di Mts Syekh Subakir 2 Sumberasri Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar Tahun Ajaran 2016/2017‛, Skripsi (Tulungagung: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Tulungagung, 2017), h. 12-13.
20
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo, 1997), h. 24.
21
Abdul Halik, Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berbasis Intelectual, Emotional, dan Spritual Quotient, Disertasi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, 2013), h. 4.
22
Muniron, dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Cet. I; Jember: STAIN Jember Press,
2010), h. 47.
13

Terjemahnya :
Janganlah, engkau menggerakkan lidahmu untuk terburu-buru
membacanya. Sesungguhnya menjadi tanggungan-Ku mengumpulkan dan
membacanya. Maka apabila Kami membacanya, maka ikutilah
bacaannya.23

Al-Qur’an dimaksudkan di sini adalah firman-firman Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril guna menjadi

peringatan, petunjuk, tuntunan, dan hukum dalam kehidupan umat manusia

menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.24

Jadi pembelajaran Al-Qur’an yang dimaksud dalam skripsi ini adalah

proses interaksi antara guru atau ustadz sebagai pendidik dengan murid atau

santri sebagai peserta didik dan Al-Qur’an sebagai sumber atau objek belajar

pada suatu tempat belajar yang dalam hal ini adalah Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPQ).

23
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata (Bandung: Jabal,
2010), h. 577.
24
Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar (Cet. IX; Jakarta: Mazhab Ciputat, 2014), h.
22.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia

Kata ‚Metode‛ secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu

‚metodos‛. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu ‚metha‛ yang berarti melalui

atau melewati dan ‚hodos‛ yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu

jalan yang dilalui untuk mecapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut

‚t}ari>qah‛. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang
teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami

bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan

pembelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.1 Di sisi lain, menurut Abd. Muin

Salim –sebagaimana yang dikutip Muhamamd Irham- menambahkan bahwa kata

metode ini terdiri dari dua kata yaitu meta dan hoo kemudian dihubungkan

dengan Bahasa Arab, yaitu meta (sesudah) dengan ‫ مات‬dan hoo (jalan, petunjuk)

dengan ‫هدى‬.2

Metode dalam bahasa Inggris dikenal dengan term ‚method‛ dan ‚way‛

yang diterjemahkan dengan metode dan cara, sedangkan dalam bahasa Arab kata

metode diungkapkan dalam berbagai kata seperti al-t}ari<qah, al-manhaj, dan al-
was}i<lah. al-t}ari<qah berarti jalan, al-manhaj berarti sistem, al-was}i<lah berarti
mediator atau perantara. Novan Ardi W. mengatakan bahwa metode dalam

bahasa Arab dikenal dengan istilah t}ari<qah yang berarti lamgkah-langkah yang

diambil seorang pendidik guna membantu peserta didik merealisasikan tujuan

1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 40.
2
Muhammad Irham, Tafsir Gara’ibul Qur’an wa Raga’ib al-Furqan Karya al-Naisaburi:
Suatu Kajian Metodologi (Cet. I; Makassar: LEPERMI, 2017), h. 23.

14
15

tertentu.3 Oleh sebab itu, kata Arab yang paling dekat dengan metode adalah

kata al-t}ari<qah. Metode ditinjau dari segi terminologi (istilah) adalah jalan yang

ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam

lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan

lainnya.4

Metode juga diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.5

Sesuai pengertian di atas dapat dikatakan metode memiliki peranan yang sangat

penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga seorang guru sebagai mediator

ilmu diharapkan mampu menggunakan dan menerapkan metode yang tepat dalam

menyajikan pelajaran.

Dewasa ini, beberapa metode dan panduan baca Al-Qur’an telah

dikembangkan dan diterapkan di Indonesia seperti metode Iqra’, Qira’ati dan

lainnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun

metode-metode tersebut memiliki banyak sisi kesamaan seperti adanya jenjang

atau tingkatan yang harus dilewati dan juga kesamaan dari sisi penekanan agar

santri aktif praktik membaca dan tidak perlu banyak dijelaskan teori.6 Di

Indonesia, metode-metode ini dalam praktiknya diterapkan di tempat-tempat

yang digunakan khusus untuk pembelajaran Al-Qur’an yaitu Taman Kanak-


kanak atau Taman Pendidikan Al-Qur’an.

3
Novan Ardi Wiyani dan Bernawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep
Pendidikan Monokotomik-Holistik (Yogyakarta: ar-Ruz Media, 2012), h. 185.
4
Ismail SM, Strategi Pembelejaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan) (Semarang: Bumi Aksara, 2008), h. 7.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III (Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 740.
6
Abu Zakariya Sutrisno, Panduan Lengkap Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) (Cet. I; Sukoharjo: Yayasan Hubbul Khoir, 2018), h.16-17.
16

TK/TP Al-Qur’an merupakan lembaga non-formal tingkat dasar yang

bertujuan memberikan bekal dasar kepada anak-anak usia 4-6 tahun (TK) dan

usia 7-12 tahun (TPA) agar menjadi generasi yang sholih-sholihah, yang mampu

dan gemar membaca, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari.7

Taman Pendidikan Al Qur’an, disingkat TPA atau TPQ bukan sesuatu

yang asing di negara kita. Hampir di setiap masjid baik di desa maupun di kota

diselenggarakan TPA. Di beberapa tempat, selain TPA ada juga Taman Kanak-

Kanak Al-Qur’an (TKA). Kalau TPA ditargetkan untuk anak usia sekolah dasar

(SD) adapun TKA untuk anak usia dibawah itu (TK). Selain itu ada pula

Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), yang biasanya ditujukan bagi yang sudah

selesai TPA. Jenjang pendidikan Al Qur’an ini juga disebutkan dalam Peraturan

Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan, pada pasal 24 ayat 2: ‚Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari Taman

Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKQ), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Ta’limul

Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lain yang sejenis.‛ Namun pada prakteknya

seringkali seluruh jenjang pendidikan Al Qur’an ini digabung dan disebut

‚TPA/TPQ‛.8

Adapun tujuan pengajaran pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)


adalah sebagai berikut:9

1. Santri dapat mengagumi dan mencintai Alquran sebagai bacaan istimewa

dimana Al-Qur’an sebagai pedoman utama.


7
M.Budianto,dkk, Panduan Praktis Pengelolaan (TKA-TPA-TQA), (Cet. II; Yogyakarta;
Lembaga dakwah & Pendiddikan Al-Qur’an, 2006), h.4.
8
Abu Zakariya Sutrisno, Panduan Lengkap Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA), h. 9-10.
9
Humam, As'ad, dkk. Buku Pedoman Pengelolaan, Pengembangan dan Pengembangan
TKA-TPA NASIONAL (Yogyakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran
Baca Tulis Alquran Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Nasional, 1991), h. 53.
17

2. Santri dapat terbiasa membaca Alquran dengan lancar dan fasih serta

memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid.

3. Santri dapat mengerjakan shalat lima waktu dengan tata cara yang benar

dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari.

4. Santri dapat menguasai sejumlah hafalan surat pendek dan doa harian.

5. Santri dapat mengembangkan perilaku sosial yang baik sesuai tuntutan

Islam.

6. Santri dapat menulis huruf Arab dengan baik dan benar.

Sebenarnya sebelum muncul metode Qira’aty dan Iqra’ telah ada metode

lain yang dikenal di Indonesia untuk mengajar membaca Al Qur’an. Metode

tersebut berasal atau dipengaruhi dari timur tengah seperti metode Baghdady.

Namun metode-metode klasik ini mulai banyak digantikan oleh metode lebih

baru dan bernuansa Indonesia. Akhir-akhir ini juga mulai bermunculan metode

baru seperti metode Tilawati, Qiroati, Yanbu’a, Iqra’, An-Nahdliyah dan lainnya.

1. Metode Tilawati

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs. H.

Hasan Sadzili, Drs. H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh pesantren

Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab

permasalahan yang berkembang di TK-TPA-TPQ. Metode tilawati merupakan


metode belajar membaca Al-Qur’an yang disampaikan secara seimbang antara

pembiasaan melalui pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui

pendekatan individual dengan tekhnik ‘baca simak’.10

Dalam pembelajaran Al-Qur’an metode Tilawati ini menggunakan dua

pendekatan, yaitu:

10
Abdurrohim Hasan, dkk, Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawat, (Surabaya:
Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah PTT, VB, 2010), h. 172.
18

a. Pendekatan Klasikal, yaitu proses belajar mengajar dengan cara bersama-

sama dengan menggunakan peraga.

b. Pendekatan Individual dengan tekhnik baca simak, yaitu proses belajar

mengajar yang dilakukan dengan cara membaca bergiliran yang satu dengan

yang lainnya menyimak.

Menurut Abdurrohim Hasan, M. Arif, dan Abdur Rouf, teknik yang

digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an adalah sebagai berikut:11

a. Klasikal

Klasikal adalah Proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara

bersama-sama atau berkelompok dengan menggunakan alat peraga. Dalam teknik

ini biasanya diberi waktu 15 menit. Manfaat Klasikal praga adalah agar santri

terbiasa dengan bacaan yang dibaca sehingga santri mudah untuk melancarkan

bacaannya. Selain itu dengan teknik klasikal ini santri mudah dalam penguasaan

lagu rost, sehingga santri mampu untuk melancarkan halamanhalaman awal

ketika santri sudah pada halaman akhir. Dalam menerapkan klasikal peraga

diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Alokasi waktu klasikal 15 menit tidak boleh dikurangi,

2) Pada saat klasikal guru harus ikut membaca, karena sebagai komando agar

santri ikut membaca,


3) Tidak diperkenankan menunjuk salah satu santri untuk memimpin

klasikal atau menunjuk santri untuk membaca; dan

4) Saat memimpin klasikal guru hendaknya bersuara jelas dan lantang, untuk

menggugah semangat belajar santri.

11
Abdurrohim Hasan, dkk, Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawat, h. 173-175
19

b. Baca simak

Baca simak adalah adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

cara membaca bergiliran yang satu membaca dan yang lain menyimak dengan

durasi waktu 30 menit. Manfaatnya adalah selain santri tertib dan tidak ramai

pembagian waktu setiap santri adil. Baca simak juga melatih santri untuk

bersikap toleransi terhadap temannya yang membaca, sehingga santri yang tidak

membaca itu bisa menyimak dan mendengarkan yang sama dengan membaca

dalam hati. Penerapan Tehnik Baca Simak:

1) Guru menjelaskan pokok bahasan pada halaman yang akan dibaca.

2) Baca Simak diawali dengan membaca secara klasikal pada halaman yang

akan diajarkan pada pertemuan tersebut. Sedangkan tehnik yang

digunakan disamakan dengan tehnik klasikal peraga pada saat itu.

3) Santri membaca tiap baris bergiliran sampai masing- masing santri

membaca 1 halaman penuh dalam bukunya.

c. Evaluasi Harian (Kenaikan Halaman)

Evaluasi dalah penilaian yang dilakukan setiap hari oleh guru untuk

menentukan kenaikan halaman buku tilawati secara bersama dalam satu kelas.

Penerapan sebagai berikut:

1) Halaman diulang apabila santri yang lancar kurang dari 70 persen.


2) Halaman dilanjutkan apabila santri yang lancar minimal 70 persen.

2. Metode Qiroati

Metode Qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung

memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Pendapat lain mengatakan bahwa metode Qiroati merupakan metode membaca


Al-Qur’an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh Arab yang
20

langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qaidah

ilmu tajwid, sistem pendidikan dan pengajaran Metode Qiroati ini melalui sistem

pendidikan berpusat pada murid. Secara umum tujuan dalam pembelajaran Al-

Qur’an adalah untuk menanamkan nilai-nilai ketuhanan kepada anak sejak dini

sekaligus sebagai dasar dalam menghadapi problematika kehidupan.

Adapun sistem yang digunakan dalam pengajaran membaca Al-Qur’an

dengan menggunakan Metode Qiroati yaitu:12

a. Diawali dengan membaca huruf-huruf hijaiyyah yang sudah berharakat

secara langsung tanpa mengeja.

b. Langsung praktik secara mudah dan praktis bacaan secara baik dan benar.

c. Materi diberikan secara bertahap dan berkesinambungan (saling terkait satu

sama lainnya).

d. Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga anak-anak tidak akan

mengalami kesulitan dalam belajar yaitu disusun dari yang mudah kemudian

menuju ke yang sulit.

e. Menerapkan belajar dengan cara system modul/paket.

f. Menekankan pada banyak latihan membaca.

g. Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid.

h. evaluasi dilakukan setiap hari.

3. Metode Yanbu’a

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjelaskan bahwa metode

adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode adalah cara atau teknik

12
Devi Hufadiah, Implementasi Metode An Nahdliyah Dalam Pembelajaran Membaca Al
Qur’an Di Tpq Al-Fattahiyyah Ngranti Boyolangu Tulungagung, Skripsi (Tulungagung: Fak.
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2020), h. 22-24.
21

penyampaianmateri pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode

ditetapkan berdasarakan tujuan dan materi pembelajaran, sertakarakteristik

siswa.

Metode yanbu’a adalah metode atau thoriqoh untuk mempelajari baca dan

menulis serta menghafal Al-Qur’an dengan cepat, mudah, benar bagi anak

maupun orang dewasa, yang dirancang dengan rasm Us\ma>ni> dan menggunakan

tanda-tanda baca dan waqof yang ada didalam Al-Qur’an rasm Us\ma>ni>, yang

dipakai di negara-negara Arab dan islam.13

4. Metode Iqra’

Salah satu upaya pengembangan metode pengajaran Al-Qur’an praktis

adalah metode Iqra’. Metode Iqra’ disusun oleh ustadz As’ad Human di

Yogyakarta sekitar tahun 1983-1988. Metode Iqra’ adalah suatu metode

membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun

buku panduan Iqra’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap

demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Buku Iqra’ dari keenam jilid

tersebut ditambah satu jilid lagi yang berisi tentang do’a - do’a. Buku Metode

Iqra’ ada yang tercetak dalam setiap jilid dan ada yang tercetak dalam enam jilid

sekaligus. Dimana dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajaranya dengan


maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajarkan Al-

Qur’an. Metode Iqra’ ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal di

kalangan masyarakat karena proses penyebarannya melalui banyak jalan, seperti

melalui jalur Departemen Agama (DEPAG) atau melalui cabang-cabang yang

menjadi pusat Iqra’. Adapun metode ini dalam prakteknya tidak membutuhkan

13
M. Ulin Nuha Arwani, Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an Yanbu’a Jilid
1(Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, 2004), h. 1.
22

alat yang bermacam-macam, karena hanya ditekankan pada bacaannya (membaca

huruf Al-Qur’an dengan fasih).14

B. Metode An-Nahdliyah Sebagai Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an

1. Sejarah Lahirnya Metode An-Nahdliyah

Majalah terkemuka Amerika Serikat pernah memberitakan bahwa salah

satu hal yang memengaruhi sulitnya proses kristenisasi di Indonesia adalah

adanya kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Karena lembaga ini

memang betul-betul menanamkan doktrin agama yang solid sejak usia dini.

Selain itu, mereka juga memperkenalkan berbagai atribut agama, serta

menanamkan nilai-nilai keislaman pada setiap generasi muslim lebih-lebih

tentang cara baca kitab suci Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup setiap

umat islam.15

Di negara Indonesia sendiri banyak sekali berkembang metode-metode

yang dipakai sebagai media pembelajaran dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an.

Salah satu metode tersebut adalah metode an-Nahdliyah. Metode ini lahir dari

Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Tulungagung bersama dengan para kiai dan

para ahli di bidang pengajaran Al-Qur’an. Metode tersebut diberi nama ‚Metode

Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah‛. Lahirnya metode tersebut


didasari oleh beberapa pertimbangan. Pertama, kebutuhan terhadap metode yang

cepat dapat diserap oleh anak dalam belajar membaca Al-Qur’an sangat

dibutuhkan karena padatnya kegiatan yang dimiliki oleh hampir setiap anak yang

14
Devi Hufadiah, Implementasi Metode An Nahdliyah Dalam Pembelajaran Membaca Al
Qur’an Di Tpq Al-Fattahiyyah Ngranti Boyolangu Tulungagung, Skripsi, h. 24-26.
15
Mabin An-Nahdliyah Langitan, Sekilas Tentang An-Nahdliyah,
https://mabinannahdliyahlangitan.wordpress.com/2013/02/15/sekilas-tentang-an-nahdliyah/ (14
Januari 2019)
23

sedang menempuh jenjang pendidikan sekolah formal. Kedua, kebutuhan

terhadap pola pembelajaran yang berciri khas Nahdliyin dengan menggabungkan

nilai salaf dan metode pembelajaran modern. Ketiga, pembelajaran di TPQ

terkait dengan pembelajaran pasca TPQ (Madrasah Diniyah) sehingga

keberhasilan di TPQ akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di Madrasah

Diniyah serta pemahaman ilmu-ilmu agama yang lebih luas.16

Dalam perjalanannya yang tidak begitu lama, bisa dikata perkembangan

metode An-Nahdliyah tergolong pesat. Sejak berdiri pada tahun 1990 M. hingga

sekarang metode An-Nahdliyah telah berkembang pesat dan diterapkan di

berbagai daerah. Tidak hanya di Kabupaten Tulungagung saja, tetapi juga

kabupaten-kabupaten lainnya, baik di Jawa maupun luar Jawa bahkan metode

An-Nahdliyah telah menyebar hampir ke seluruh penjuru nusantara.

Berbicara tentang An-Nahdliyah tentunya tidak akan lepas dari tokoh

sentral berdirinya metode tersebut yakni KH. Munawwir Kholid. An-Nahdliyah

lahir karena keprihatinan Kiai Munawwir melihat anak-anak kecil, termasuk

putra-putri kiai, yang mengaji di surau-surau. Mereka belajar menggunakan

metode yang bukan berasal dari kultur pesantren. Hal ini bila diteruskan, maka

akan menggeser sistem berpikir mereka. ‚lha bagaimana nasib mereka

mendatang?‛ tanya Kiai Munawwir dalam hati. Berangkat dari hal tersebut,
akhirnya timbullah niat dalam hati Kiai Munawwir Kholid untuk menciptakan

suatu metode cepat belajar Al-Qur’an yang bercirikan ke-Nahdlatul Ulama

(NU)an.

Menciptakan metode An-Nahdliyah tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Beribu kerikil tajam dan sejuta jurang siap menghadang. Di sinilah

16
Maksum Farid, dkk, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah
(Tulungagung:LP. Ma’arif, 1992), hal. 2.
24

ketulusan dan kesabaran beliau diuji. Ujian tidak hanya datang dari luar, namun

juga dari dalam. Tepatnya para pengurus PCNU dan Jam’iyatul Qurro’ wal

Huffadz Tulungagung, mereka meragukan metode ini akan berkembang luas.

Namun, berkat kegigihan Kiai Munawwir, akhirnya dalam waktu yang

relatif panjang, terbentuklah Metode An-Nahdliyah. Dalam perjalanannya, An

Nahdliyah sempat ber’metamorfosis’(berubah/berganti nama) sebanyak tiga kali,

yaitu : pertama : bernama Metode Cepat Baca Al-Qur’an Ma’arif (format disusun

PCNU Tulungagung pada tahun 1985). Kedua, Metode Cepat Baca Al-Qur’an

Ma’arif Qiroati (dengan meminta izin muallif qiro’ati untuk dicetak). Dan

ketiga, Metode Cepat Baca Al-Qur’an Ma’arif An-Nahdliyah (mulai dicetak pada

tahun 1990).17 Adapun tempat yang sering digunakan untuk membahas format

dan perkembangan metode An Nahdliyah adalah mushalla lembaga ma’arif

Tulungagung.

Sebelum metode ini bernama An-Nahdliyah, pada suatu ketika atas

petunjuk setelah bermunajat kepada Allah SWT.. Kiai Munawwir Kholid

berjalan ke arah utara yang pada akhirnya beliau bertemu dengan Kiai Syamsu

Dluha. Dari pertemuan itu, terjalinlah ikatan persaudaraan yang kuat diantara

keduanya yang pada akhirnya menghasilkan beberapa materi rumusan-rumusan

yang menjadi bahan penyusunan kitab Metode Cepat Tanggap Belajar Al Qur’an
An-Nahdliyah. Dengan dibantu oleh Kiai Syamsu Dluha dan kiai-kiai yang lain

akhirnya Kiai Munawir Kholid menggagas untuk membuat metode baru. Beliau

17
Samsul Huda dan Mustofa, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungagung: Pimpinan Pusat Majelis
Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur‟an An-Nahdliyah Tulungagung, 2015), h. 1-2.
25

bersama sahabat–sahabat beliau membentuk team perumus yang beranggotakan

antara lain :18

1. Kiai Munawwir Kholid

2. Kiai Manaf

3. Kiai Mu’in Arif

4. Kiai Hamim

5. Kiai Masruhan

6. Kiai Syamsu Dluha

Metode ini merupakan pengembangan dari metode Al-Baghdady maka

materi pembelajaran Al-Qur’an tidak jauh berbeda dengan metode Qiroati dan

Iqra. Dan yang perlu diketahui bahwa pembelajaran metode An-Nahdliyah ini

lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau

lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada

kode ketukan.19

Metode ini dibagi dalam 6 jilid untuk santri PBP (Program Buku Paket)

yang kemudian dilanjutkan pada jenjang PSQ (Program sorogan Al-Qur’an).

Metode ini mempunyai ciri khas ketika mengajar menggunakan ketukan dengan

tongkat (stik), serta membiasakan wirid yaumiyah bagi para ustadz pengajar agar

proses pembelajaran diberi kemudahan oleh Allah SWT..

2. Ciri khusus metode An-Nahdliyah

Metode An-Nahdliyah memiliki ciri khusus, diantaranya adalah :20

18
Samsul Huda dan Mustofa, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 3.
19
Maksum Farid, dkk, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah
(Tulungagung:LP. Ma’arif, 1992), hal. 9.
20
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
26

a. Materi pelajaran disusun secara berjenjang dalam buku paket 6 jilid.

Buku paket metode An-Nahdliyah terdapat enam (6) jilid, secara garis

besar ke-enam jilid buku paket tersebut berisi tentang :

1) Jilid 1 berisi pengenalan huruf hijaiyyah ber-h}arakat fath}ah.

2) Jilid 2 berisi huruf hijaiyyah bersambung, h}arakah d}ammah, h}arakah

kasrah, mad t}abi’i>, h}arakah ganda.


3) Jilid 3 berisi ta’ marbu>t}ah, mad t}abi’i>, alif fari>qah, ikhfa>’, hamzah was}al.

4) Jilid 4 berisi iz}ha>r qamariyyah, ra’ tafkhi>m, iz}ha>r syafawi>, iz}ha>r h}alqi>,

mad wa>jib muttas}il, mad s}ilah t}awi>lah, mad ja>iz munfas}il.


5) Jilid 5 berisi gunnah, idga>m bigunnah, idga>m bila>gunnah, iqla>b, idha>m

mutama>s\ilain, ikhfa>’ syafawi>, la>m jala>lah (tafkhi>m-tarqi>q).


6) Jilid 6 berisi idga>m syamsiyyah, qalqalah, mad la>zim mus\aqqal kilmi>, mad

la>zim mukhaffaf kilmi>, mad ‘iwa>d,} mad la>zim mus\aqqal h}arfi>, mad la>zim
mukhaffaf h}arfi>, tanda-tanda waqaf, surat-surat pendek, surat al-baqarah
ayat 1-20

b. Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan pemantapan

makharijul huruf dan sifatul huruf.

Makharijul huruf dan sifatul huruf merupakan syarat mutlak bagi setiap

orang Islam yang akan membaca Al-Qur’an. Fasih dan tidaknya seseorang
membaca Al-Qur’an tergantung pada betul dan tidaknya seseorang dalam

menerapkan makha>rijul h}uru>f dan sifa>tul huru>f hijaiyyah. Menyampaikan

makha>rijul h}uru>f dan sifa>tul huru>f hendaknya menggunakan cara yang mudah
diterima oleh santri, mentransfer bahasa ilmiah menjadi bahasa peraga yang

mudah dicerna/dipahami oleh santri seusia TK-SD.

Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungagung: Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman


Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungagung, 2008), h. 9-19.
27

c. Penerapan kaidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan dipandu dengan

titian murattal.

Pembelajaran Metode An-Nahdliyah lebih ditekankan pada kesesuaian

dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pada pembelajaran

kaidah tajwid pada metode ini menggunakan alat bantu yang dinamakan ‚titian

murattal”untuk menunjukkan panjang pendeknya bunyi.

d. Santri lebih dituntut memiliki pengertian yang dipandu dengan asas CBSA

melalui pendekatan keterampilan proses.

Pembelajaran metode An-Nahdliyah dipandu dengan asas CBSA (Cara

Belajar Santri Aktif) maksudnya dalam pembelajaran ini santri dituntut secara

bersama-sama untuk mengikuti ucapan guru, dan instrument yang digunakan

guru sehingga semua santri yang belajar lebih cepat tanggap,konsentrasi,dan

mudah dikendalikan, juga menyenangkan.

e. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal untuk tutorial

dengan materi yang sama agar terjadi proses musafahah.

Pembelajaran dilaksanakan secara klasikal maksudnya cara penyampaian

materi disampaikan secara lisan dengan membimbing santri supaya menirukan

atau melafalkan secara bersama-sama yang dilaksanakan secara berulang-ulang


dengan tujuan agar peserta didik hafal dan paham terhadap materi yang

disampaikan.

f. Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan.

Evaluasi merupakan kegiatan penilaian pada santri. Pembelajaran pada

metode An-Nahdliyah melaksanakan kegiatan evaluasi secara kontinyu dan

berkelanjutan. Evaluasi ini terdiri dari evaluasi harian, evaluasi akhir jilid dan

evaluasi materi tambahan.


28

g. Metode ini merupakan pengembangan dari Qaidah Baghdadiyah.

Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an

yang muncul didaerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh

sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif Cabang Tulungagung, pengembangan dari

metode Al-Baghdady. Metode AlBaghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah),

maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan

sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif ba’ ta’.

Maka cara pembelajaran metode An-Nahdliyah tidak jauh berbeda dengan

metode Qiroati dan Iqra'.

C. QS al-Muzzammil/73: 4

Allah memerintahkan setiap muslim membaca Al-Qur’an dengan tartil

sesuai dengan firman Allah dalam QS al-Muzzammil/73: 4:

  

Terjemahnya :

‚dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.‛21

Kata ‚rattil‛ ( ‫ ) رتّل‬dan ‚tarti>l‛ ( ‫ ) ترتيل‬terambil dari kata ‚ratala‛ ( ‫رتل‬

) yang antara lain berarti serasi dan indah. Menurut Al-Ragib Al-Asfaha>ni kata

‚Al-Ratalu‛ ( ‫ ) الرتل‬artinya adalah keteraturan dan kekonsistenan sesuatu.


Dikatakan dalam sebuah kalimat ‚Al-Rajulu Ratalul Asna>ni‛ ( ‫الرجل رتل األسنان‬

) artinya seorang lelaki giginya tersusun rapih.22 Dan kata ‚al-tarti>l‛ ) ‫( الترتيل‬

artinya adalah mengeluarkan kalimat dari mulut dengan mudah dan konsisten.23

21
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 574.
22
Al-Ragib Al-Asfaha>ni, Al-Mufra>dat Fi> Gari>b Al-Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan,
Kamus Al-Qur’an, Jilid 2 (Cet.I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 25.
23
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
14 (Cet III; Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 516.
29

Al-Qur’an adalah bacaan. Ayat pertamanya memerintahkan manusia

untuk membaca dengan nama Tuhan24 yaitu pada QS al-Alaq ayat 1-5:

              
         

Terjemahnya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha Pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.25

Secara bahasa Al-Our'an berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata َ‫ قَ َرء‬yang

berarti membaca. kemudian berubah menjadi ‫ قَِراءَة‬atau ‫آن‬


ً ‫ قُ ْر‬yang berani bacaan
atau yang dibaca. Jadi Al-Qur’an adalah bacaan atau sesuatu yang selalu dibaca.

Adapun Al-Qur’an secara istilah, yaitu firman atau wahyu Allah swt. yang

diturunkann kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril

untuk disampaikan kepada umat manusia.26

Kemudian Quraish Shihab mengatakan bahwa ucapan-ucapan yang

disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar dilukiskan dengan kata-

kata ‚Tarti>l al-Kala>m‛. Sehingga dapat dipahami bahwa ‚Tarti>l al-Qur’a>n‛

adalah membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-

huruf, berhenti (Waqaf) dan memulai (Ibtida>’), sehingga pembaca dan


pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.

Sedang yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan firman

Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril dari ayat

pertama al-Fa>tih}ah sampai dengan ayat terakhir al-Na>s. Dalam saat yang sama

24
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus (Cet. II; Surabaya: Halim Jaya, 2008), h. 351.
25
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata (Bandung: Jabal,
2010), h. 597.
26
A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 14.
30

Al-Qur’an juga merupakan nama dari bahagianbahagiannya yang terkecil. Satu

ayat pun dinamai ‚Al-Qur’an‛.27

Pendapat diatas diperkuat oleh pendapat Ibnu Katsir, beliau berpendapat

bahwa maksud dari QS al-Muzzammil/73: 4 yaitu bacalah al-Qur’an dengan

perlahan, sebab hal itu akan membantu dalam memahami dan merenunginya. Dan

di awal penafsiran telah disampaikan beberapa hadis yang menunjukkan

disunnahkannya bacaan tartil dan pengindahan suara ketika membaca al-

Qur’an.28

Firman Allah swt. dalam QS al-Muzzammil/73: 4 ini sejalan dengan QS

al-Furqa>n/25: 32 yang berbunyi:

            
    

Terjemahnya:
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil.29

Menurut Hamka ayat ini memberi isyarat atau perintah kepada Nabi

bahwa hendaklah al-Quran yang telah diturunkan kepada engkau itu, selalu

engkau baca dengan perlahan-lahan. Jangan dibaca dengan tergesa-gesa. Biar


sedikit terbaca, asal isi kata-kata al-Quran itu masuk benar ke dalam hatimu dan

engkau fahamkan dengan mendalam.

27
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
14, h. 516.
28
Isma>i>l ibni Kas\i>r, Luba>b al-Tafsi>r min Ibni Kas\i>r, terj. M. Abdul Ghoffar E.M dan Abu
Ihsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8 (Cet. 1; Kairo: Muassasah Da>r al-Hila>l, 1994), h. 320.
29
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 362.
31

Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin

Malik ra., ditanyakan kepada Anas bagaimana cara Nabi saw.. membaca al-

Quran. Lalu Anas ra. memberikan keterangan bahwa Nabi bila membaca al-

Quran ialah dengan suara tenang panjang, tidak tergesa terburu. Anas membuat

misal kalau Nabi membaca Bismilla>hir-Rahma>nir-Rahi>m, Bismilla>h beliau baca

dengan panjang, Al-Rahma>n dengan panjang dan Al-Rahi>m dengan panjang pula.

Dan menurut riwayat Ibnu Juraij yang diterima dari Ummi Salamah ra., isteri

Rasulullah, kalau beliau membaca Surat al-Fa>tih}ah, tiap-tiap ayat itu beliau baca

seayat demi seayat dengan terpisah. Bismilla>hir-Rahma>nir-Rahi>m. Beliau

berhenti lalu beliau baca Alhamdulilla>hi Rabbil 'A<lami>n, demikian pula

seterusnya. Sebab itu tidaklah beliau membacanya dengan tergesa-gesa

bersambung-sambung tiada perhentian (washal).30

Sayyidina Ali as. ketika ditanya mengenai makna tartil pada ayat

tersebut, beliau menjawab:

‫الرتتيل هو جتويد احلروف ومعرفة الوقوف‬


Artinya :
Tartil adalah membaguskan pembacaan huruf-huruf Al-Qur’an (dengan
tajwid) dan mengetahui tempat-tempat waqaf (dimana boleh berhenti dan
dimana harus berhenti).31

Maqalah sayyidina Ali as. diatas memberikan pemahaman bahwa


seseorang baru dapat dikatakan membaca Al-Qur’an dengan tartil apabila

memenuhi 2 hal yaitu :

1. Membaca Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah tajwid

30
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 10 (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, t.th.), h. 7706.
31
Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungaung: Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman
Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungangung, 2015), h. 51.
32

2. Memahami tempat-tempat waqaf yaitu dimana kita diwajibkan berhenti

membaca, boleh berhenti dan dilarang berhenti.

Perintah Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut menurut para

ulama adalah perintah wajib yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh karena itu

dalam kitab Niz}a>m Jazariyyah As-Syaikh Ibnu Al-Jazari mengatakan:

‫من مل جيود القرآن أمث‬ # ‫واألخذ ابلتجويد حتم الزم‬

‫وهكذا به إلينا وصال‬ # ‫فإنه به اإلله أنزال‬

Artinya :
‚dan mengambil (membaca Al-Qur’an) dengan tajwid adalah wajib yang
tetap. Orang yang tidak mentajwidkan Al-Qur’an adalah berdosa. Karena
dengan tajwid itulah Allah menurunkan Al-Qur’an dan dengan tajwid itu
pulalah Al-Qur’an sampai kepada kita‛.32

Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari Al-Qur’an dan menggali

kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajarannya dalam praktek kehidupan

masyarakat merupakan tuntunan yang tak akan ada habisnya. Menghadapi

tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materalistis, umat Islam

dituntun untuk menunjukkan bimbingan dan ajaran Al-Qur’an yang mampu

memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas. Sebagai

langkah pertama untuk mempelajari Al-Qur’an dan menggali kandungannya kita


dituntun untuk selalu memasyarakatkan Al-Qur’an dengan menekankan pada

pendalaman isi serta kandungan yang sudah tentu dimulai dengan kemampuan

dalam membaca Al-Qur’an. Karena dengan kemahiran membaca Al-Qur’an

seseorang akan bertambah Iman dan llmunya.33

32
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 6.
33
Ahmad Afandi, ‚Pembelajaran Al-Qr’an Melalui Metode Talaqqi: Studi Kasus di
Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Imam Ashim Makassar‛, Skripsi (Bone: Fak. Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan STAIN Watampone, 2014), h. 16-17.
33

Untuk kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai

dengan kaidah tajwid diperlukan cara atau metode tepat, agar mudah tercapai

tujuan yang diinginkan yaitu membaca Al-Qur’an dengan fashih sesuai dengan

kaidah ilmu Tajwid atau Tahsin.

Istilah ‘tahsin’ sering kali dikaitkan dengan aktivitas membaca Al-

Qur’an. Istilah ini telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama

mereka yang menyadari pentingnya melaksanakan rutinitas membaca Al-Qur’an

dengan segala kesempurnaannya. Istilah ini muncul sebagai sinonim dari kata

yang sudah lebih dulu akrab di telinga kaum muslimin, yaitu ‘tajwid’ yang

seringkali dipahami sebagai ilmu yang membahas tata cara membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar serta segala tuntutan kesempurnaanya.34

Secara bahasa, istilah tajwid yang disamakan dengan tahsin ini memiliki

arti yang sama, yaitu membaguskan. Para ulama memberikan batasan mengenai

istilah ini, yaitu mengeluarkan atau melafalkan setiap huruf Al-Qur’an dari

tempat-tempat keluamya (makha>rij al-h}uru>f) dengan memenuhi s}ifat-s}ifat-nya

dari sudut h}aqqul h}uru>f dan mustah}aqqul h}uru>f.35

Yang dimaksud dengan h}aqqul h}uru>f adalah sifat asli yang senantiasa ada

pada setiap huruf atau seperti sifat jahr,syiddah, istifa>l, it}ba>q, qalqalah, isti’la,

dan lain sebagainya. Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat
keluar huruf. Adapun yang dimaksud dengan mustah}aqqul h}uru>f adalah sifat

yang sewaktu-waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu, seperti iz}ha>r, ikhfa>’,

iqla>b, idgha>m, qalqalah, ghunnah, tafkhi>m, tarqi>q, madd, waqaf, dan lain-lain

34
Muhammad Amri, Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Membaca Al-Qur’an
(Surakarta: Ahad Books, 2014), h. 46
35
Lihat Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura
(Jakarta: Fak. Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2014), h.
179.
34

atau mengaplikasikan kesempurnaan konsistensi tanda panjang sesuai dengan

tuntutannya.36

Dari uraian diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita

diperintahkan membaca Al-Qur’an dengan tartil. Ini artinya, secara tidak

langsung kitapun dituntut untuk mempelajari ilmu tentang tata cara membaca

Al-Qur’an dengan tartil yaitu ilmu tajwid.

Dalam kitab Hida>yat al-Mustafi>d fi> Ahkam at-Tajwi>d dijelaskan

‫التجويد ال خالف ىف أنه فرض كفاية والعمل به فرض عني على كل مسلم و مسلمة من ادلكلفني‬
Arttinya :
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa (mempelajari) ilmu tajwid hukumnya
fardlu kifayah, sementara mengamalkannya (ketika membaca Al-Qur’an)
hukumnya fardlu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah yang telah
mukallaf.37

Para ulama’ sepakat bahwa hukum membaca Al-Qur’an dengan

menggunakan kaidah tajwid dan hukum mempelajari ilmu tajwid adalah wajib

(fard}u). Perbedaannya yaitu hukum membaca Al-Qur’an dengan menggunakan

kaidah tajwid adalah kewajiban individu (fard}u ‘ain) dan hukum mempelajari

ilmu tajwid adalah kewajiban kolektif (fard}u kifa>yah).

Dan kalau diperthatikan, ada beberapa hal yang menyebabkan kita harus

tahsin dalam membaca Al-Qur’an38 :

1. Merupakan perintah Allah swt. sesuai yang termaktub dalam QS al-

Muzzammil/73: 4

36
Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng, Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrasatul Qur’an Tebu
Ireng (Jombang: Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng, 2004), h. 2.
37
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 6.
38
Ahmad Afandi, ‚Pembelajaran Al-Qr’an Melalui Metode Talaqqi: Studi Kasus di
Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Imam Ashim Makassar‛, Skripsi, h. 21.
35

  

Terjemahnya :

‚dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.‛39

2. Refleksi keimanan seseorang kepada Allah swt.. Firman Allah swt. dalam

QS al-Baqarah ayat 121:

            

   

Terjemahnya :

‚Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka


membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah
orang-orang yang rugi.‛40

3. Mendapatkan predikat orang-orang terbaik, sebagaimana sabda

Rasulullah saw.. :
ِ ٍ ِ
‫ت َس ْع َد بْ َن‬ ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،ُ‫ َحدَّثَنَا ُش ْعبَة‬،‫اج بْ ُن مْن َه ٍال‬
ُ ‫ ََس ْع‬،‫َخبَ َرِِن َع ْل َق َمةُ بْ ُن َم ْرثَد‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َح َّج‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه‬
َ ‫َّب‬ َّ ‫ َع ْن عُثْ َما َن َر ِض َي‬،‫السلَ ِم ِّي‬
ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،ُ‫اَّللُ َعْنه‬ ُّ ‫الر ْْحَ ِن‬ َّ ‫ َع ْن أَِِب َعْب ِد‬،‫عُبَ ْي َد َة‬
41
،»ُ‫ « َخْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬:‫َو َسلَّ َم قَ َال‬

Artinya :
Menceritakan kepadaku Hajjaj bin Minh}al> , menceritakan kepadaku
Syu’bah, beliau berkata: Menceritakan kepadaku ‘Alqamah bin Mars\ad,
saya mendengar Sa’d bin ‘Ubaidah, dari Abi Abdirrahman al-Sulamiy, dari
Us\ma>n, dari Nabi saw.. beliau bersabda: ‚orang terbaik dari kamu ialah
orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya‛. (HR al-Bukhari)

39
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 574.
40
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 19.
41
Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ry al-Ju’fiy, S{ah}i>h} al-Bukha>riy, Juz IV
(t. tp: Da>r T}auq al-Naja>h, 1422 H), h. 192.
36

4. Mengikuti dan memelihara jejak rekam Al-Qur’an diturunkan dan

diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw..

kemudian diwariskan kepada para sahabat dan terus-menerus hingga

sampailah Al-Qur’an kepada kita. Metode inilah yang dikenal dengan

metode jibril yang kemudian menjadi metode inti yang asli tentang cara

mengajarkan tartil Al-Qur’an.42 Allah berfirman dalam QS al-Qiyamah

ayat 18 :

    

Terjemahnya

‚Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya


itu.‛43

Sehingga dapat kita pahami bahwa adapun pengarang tajwid dari segi

pemakaiannya adalah Rasulullah saw.., karena pada beliaulah Al-Qur’an

turun secara mujawwad44, dan beliau ber-talaqqiy45 dengan Jibril as.

Demikian pula para sahabat ber-talaqqiy dan mendengar Al-Qur’an dari

Nabi saw.. yang mulia. Seperti halnya para tani’in juga ber-talaqqiy

42
Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 52.
43
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 577.
44
Mujawwad adalah kata sifat yang berasal dari kata tajwi>d yang berarti mengucapkan
kata-kata dan huruf-huruf Al-Qur’an dengan benar dan sesuai dengan bahasa Arab klasik. Lihat
‚Mujawwad‛, Wikipedia the Free Encyclopedia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/mujawwad (21
Januari 2019).
45
Kata ‚Talaqqiy‛ berasal dari dari bahasa Arab, yang berasal dari kata laqiya (‫ )لقي‬yang
mempunyai makna ‚bertemu atau menemui‛. Adapun definisi operasional dari talaqqiy adalah
merupakan metode yang bersifat musyafahah (pembelajaran secara lisan) dimana seorang guru
atau ustadz membacakan beberapa ayat yang telah ditentukan kemudian murid menirukan atau
mengulangi bacaan guru atau ustadz tersebut. Metode talaqqiy merupakan model pembelajaran
pertama yang dicontohkan Rasulullah bersama para sahabat. Lihat Ahmad Afandi, ‚Pembelajaran
Al-Qr’an Melalui Metode Talaqqi: Studi Kasus di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Imam
Ashim Makassar‛, Skripsi, h. 8.
37

dengan para sahabat dan demikian seterusnya sehingga sampai kepada

kita melalui guru-guru kita secara mutawatir.46

5. Akan terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur’an atau

yang dikenal dengan istilah lah}n ( ‫) حلن‬. Para ulama qiraat telah sepakat
bahwa membaca Al-Qur’an tanpa tajwid sebagai suatu lah}n. Iman

Jalaluddin As-Suyut}iy menjelaskan bahwa ada dua lah}n yang mungkin

terjadi pada orang yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid47, yaitu:

a. Al-Lah}n Al-Jaliy (‫اجلاىل‬ ‫)اللحن‬ adalah kesalahan berat di dalam membaca

pada suatu lafaz} dari segi harakat ataupun huruf, baik mengakibatkan

berubahnya makna maupun tidak. Bagi yang melakukan lah}n jaliy dengan

sengaja, menganggap mudah atau menyederhanakan masalah, hukumnya

haram secara ijma>’.

b. Al-Lah}n Al-Khafiy (‫اخلاىف‬ ‫ )اللحن‬adalah kesalahan ringan didalam membaca

pada suatu lafaz} yang tidak mengakibatkan berubahnya makna. Peristiwa

lah}n jenis ini hanya dapat diketahui oleh ahli ilmu tajwid, sedangkan orang
awam tidak mengetahuinya. Misalnya tidak membaca iz}ha>r, idg}a>m, ikhfa>’,

dan tidak memerhatikan hukum-hukum tajwid ketika membaca Al-Qur’an.

Hukum bagi mereka yang melakukan lah}n khafiy, apabila disengaja atau

menganggap sederhana, menurut pendapat yang terpilih adalah haram.


Walaupun ada minoritas ulama’ berpendapat makruh dan tidak terpuji

apabila lah}n khafiy tersebut terkait dengan ketidakserasian di dalam ukuran

bacaan mad, atau sedikit kurang tepat di dalam mempraktekkan hukum-

hukum di dalam ilmu tajwid misalnya terlalu bergetar (takri>r) di dalam

46
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura, h. 179-
180.
47
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 7.
38

membaca huruf Ra>’ (‫ )ر‬dan membaca tebal (tag}li>z}) huruf La>m (‫ )ل‬tidak pada

tempatnya, mengingat kualitas tartilnya rendah.48

6. Akan mendapatkan rid}a Allah swt. dan masuk di dalam kelompok dan

barisan para malaikat. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah saw.

dalam sebuah hadis :

‫ حدثنا‬:‫ قال ابن عبيد‬،‫ مجيعا عن أِب عوانة‬،‫ ودمحم بن عبيد الغربي‬،‫حدثنا قتيبة بن سعيد‬
‫ قال‬:‫ قالت‬،‫ عن عائشة‬،‫ عن سعد بن هشام‬،‫ عن زرارة بن أوىف‬،‫ عن قتادة‬،‫أبو عوانة‬
،‫ والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه‬،‫ «ادلاهر ابلقرآن مع السفرة الكرام الربرة‬:‫رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬
49
.»‫ له أجران‬،‫وهو عليه شاق‬
Artinya :
Menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’i>d dan Muhammad bin ‘Ubaid
al-G}abri>y, semuanya dari Abu> ‘Awanah. ‘Ubaid berkata: menceritakan
kepada kami Abu> ‘Awanah dari Qata>dah dari Zara>rah bin Aufi>y dari Sa’d
bin Hisyam dari ‘A>isyah, beliau berkata: Rasulullah saw.. telah bersabda :
‚Orang yang ahli dan mahir di dalam (membaca) Al-Qur’an akan masuk di
dalam kelompok dan barisan para malaikat yang mulia dan terpuji.
Sedangkan orang yang tidak ahli/mahir membaca Al-Qur’an dan masih
terbata-bata walaupun telah berusaha tanpa mengenal lelah, maka dia akan
mendapat dua pahala.‛
Berdasarkan pernyataan diatas terkait maksud dari tartil dalam QS al-

Muzzammil/73: 4, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa indikasi bacaan

seseorang dapat dikatakan tartil, yaitu:

1. Membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan dan tidak terburu-buru.

2. Memperjelas huruf demi huruf ketika membaca Al-Qur’an sesuai dengan

kaidah makha>rijul h}uru>f dan sifa>tul huru>f.

3. Membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid

4. Mengetahui waqaf dan ibtida’.

48
Lihat Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura, h.
153-154.
49
Muslim bin Al-Hajja>j Abu> al-Hasan al-Qusyairi>y an-Naisa>bu>ri>y, S}ah}i>h} Muslim (Juz I;
Beirut: Da>r Ihya>’ at-Tura>s\ al-‘Arabi>y, t.th.), h. 549.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama,

pemeriksaan yang dilakukan secara seksama dan teliti, dan dapat pula berarti

penyelidikan. Tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari

kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang

terkumpul. Kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian

digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau

perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis pada bidang-bidang

pengetahuan yang bersangkutan.1

Penelitian adalah proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman kita pada suatu topik.2

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan

masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu

sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup
memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan.3

1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 166-167.
2
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Edisi I (Cet. IV;
Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 79.
3
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet. XXV; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.
11-12.

39
40

1. Jenis penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi,

menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah

(grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari

fenomena yang dihadapi. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode

penelitian yang digunakan dalam mengungkapkan permasalahan dalam

kehidupan kerja organisasi pemerintahan, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan,

perempuan, olahraga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan

untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.4

Adapun format desain penelitian ini adalah format desain deskriptif

kualitatif yang bisa juga disebut dengan kuasi kualitatif atau desain kualitatif

semu. Artinya, desain ini belum benar-benar kualitatif karena bentuknya masih

dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada

data yang diperolehnya. Penelitian sosial menggunakana format deskriptif

kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat

yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan

sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi,
situasi, ataupun fenomena tertentu.5

Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian dengan metode atau

pendekatan studi kasus (case study), yaitu sebuah penelitian yang bertujuan

untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan

4
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Edisi I, h. 80.
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, Edisi II (Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 68.
41

posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi

lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat

berupa individu, kelompok, lembaga (institusi) atau masyarakat.6

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin yang terletak di Jl. Kelapa Tiga No. 31A Kota Makassar,

Kabupaten Sulawesi Selatan.

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin ini berada

satu atap Gedung sekretariat Himpunan Majelis Ta’lim Sabilul Muttaqin

(HIMMATA). Tepatnya berada 400 meter sebelah barat dari jalan AP. Pettarani

Kota Makassar atau terletak tepat di belakang kediaman Anregurutta7 H. Sanusi

Baco, Lc. Gedung sekretariat HIMMATA memiliki luas tanah 484 M2. Gedung

ini merupakan gedung serbaguna yang digunakan untuk berbagai kegiatan

agama, pendidikan, dakwah dan sosial dari ORMAS ini, seperti Taman

Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Diniyah Salafiyah, Majelis Ta’lim, Santunan

Anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin, dan Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam

Lain, seperti Shalat ‘I<dul Fit}ri, ‘I<dul Ad}h}a> dan lain lain.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan selama kurang lebih satu bulan yaitu

pada bulan Agustus s/d Oktober 2021.

6
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Edisi I, h. 112.
7
Istilah ‚Anregurutta‛ ini biasanya ditujukan kepada tokoh Ulama yang telah menempati
status sosial yang sangat tinggi dan telah mendapatkan tempat/kedudukan terhormat di mata
masyarakat Bugis Makassar. Lihat Harian Sulsel, ‚Anregurutta KH. Sanusi Baco, Lc; Ulama’
Kharismatik Sulawesi Selatan‛, Situs Resmi Harian Sulsel. http://hariansulsel.com/profil-
anregurutta-kh-sanusi-baco-lc-ulama-kharismatik-sulawesi-selatan/ (18 Januari 2019)
42

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam studi islam adalah cara pandang atau paradigma yang

terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan untuk memahami

agama.8 Istilah pendidikan dalam kamus diartikan sebagai proses, perbuatan dan

cara mendekati suatu obyek. Dalam terminologi Antropologi pendekatan adalah

usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan

orang yang diteliti; juga berarti metode-metode untuk mencapai pengertian

tentang masalah penelitian.9 Penulis menggunakan 3 pendekatan penelitian, yaitu

pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan tarbawi.

1. Pendekatan Tafsir

Pendekatan Tafsir yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan kandungan

makna dari ayat Al-Qur’an melalui tafsiran ulama atau sumber lainnya,

kemudian memberikan analisis kritis dan komparatif.10

Pendekatan ini dimaksudkan untuk membahas ayat Al-Qur’an dengan

menggunakan perangkat ilmu-ilmu tafsir yang telah diletakkan oleh pakar-pakar

ilmu tafsir, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek

yang terkait dengannya, seperti asba>b al-nuzu>l, kosakata dan sebagainya. Semua

dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-
fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumentasi itu

berasal dari Al-Qur’an, hadis maupun pemikiran rasional.11 Dalam hal ini ayat

8
Chuzaimah Batubara, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam. Edisi I (Cet. I; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), h. 161.
9
Abd. Muin Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>’i> (Cet. II; Makassar:
Pustaka Al-Zikra, 2017), h. 98.
10
Abd. Muin Salim, dkk.,Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i ( Yogyakarta: Pustaka
al-Zikra, 2011) h. 100.
11
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 72.
43

yang akan menjadi kajian terkait implementasi metode An-Nahdliyah dalam

pembelajaran Al-Qur’an adalah QS. Al-Muzzammil/73 :4.

2. Pendekatan Tarbawi (Pendidikan)

Pendekatan pendidikan ini bermaksud untuk memberikan penjelasan

mengenai sistem pendidikan dari segi metode, teori serta pendekatan yang

digunakan dalam memahami ilmu-ilmu adama tradisional dan ilmu-ilmu modern

yang ada, sehingga perpaduannya menjadi jelas dan pasti.12

3. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang relatif baru dimasa modern.

Disiplin ilmu ini dijadikan sebagai pendekatan yang merupakan suatu cara

pandang berdasarkan persepektif keilmuan yang didasarkan pada realitas sosial.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan interaksi manusia dengan

manusia lain, interaksi seorang individu dengan individu yang lain, atau individu

dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan

rakyat, organisasi dengan organisasi.13

Adapun teori yang penulis gunakan adalah adalah Teori Kontruksi Sosial

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger adalah seorang sosiolog

dari New School for Social Research, New York, sementara Thomas Luckman

adalah seorang sosiolog dari University of Frankfurt.

C. Sumber Data

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini, maka data yang digunakan adalah data-data kualitatif yang berupa

12
Asril Marwan, ‚Kemampuan Guru-Guru TPA Dalam Penguasaan Ilmu Tajwid di
Kelurahan Hasanuddin Kecamatan Mandai Kabupaten Maros‛, skripsi (Gowa, Fak. Ushuluddin,
Filsafat dan Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar, 2018), h. 48.
13
Chuzaimah Batubara, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam. Edisi I, h. 163.
44

dokumen tertulis maupun tidak tertulis. Dalam penelitian kualitatif, sumber data

terbagi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah suatu objek atau dokumen original (material mentah)

dari pelaku yang disebut ‚first-hand information‛.14 Data primer yaitu data

empirik yang diperoleh secara langsung dengan mengadakan observasi dan

dokumentasi dengan mengamati langsung penerapan metode an-nahdliyah di

TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar. Data juga dperoleh dari

wawancara terhadap beberapa informan, yang terdiri dari beberapa orang,

meliputi:

a. Salah satu dari 6 perumus/pendiri metode An-Nahdliyah yaitu KH. Syamsu

Dluha.

b. Pengelola dan Penanggungjawab TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin

Makassar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Ketua Umum HIMMATA

dan Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.

c. Para dewan guru di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.

d. Para santri di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.

e. Masyarakat sekitar termasuk orang tua atau wali santri di TPQ. An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar.


2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud yaitu pustaka yang memiliki

relevansi dan bisa menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: buku, karya

14
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, dengan Kata Pengantar oleh M. Budyatna
(Cet. III; Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 289.
45

ilmiah, internet, serta sumber data lain yang dapat dijadikan sebagai data

pelengkap. Data sekunder sering juga disebut sebagai ‚second-hand information‛.15

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris.16 Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.17 Metode pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti adalah:

1. Field Research, yaitu peneliti mengadakan penelitian di dalam

masyarakat melalui orang-orang yang dianggap lebih tahu mengenai

permasalahan yang akan dibahas. Metode yang digunakan adalah:

a. Metode Observasi, Poerwandari (1998) berpendapat bahwa observasi

merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-

cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Istilah observasi

diturunkan dari bahasa Latin yang berarti ‚melihat‛ dan ‚memerhatikan‛.18

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipasi (participant


observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

15
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, dengan Kata Pengantar oleh M. Budyatna, h.
291.
16
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, dengan Kata Pengantar oleh M. Budyatna, h.
291.
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 62.
18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik (Cet. IV; Jakarta: Bumi
Aksara, 2016), h. 143.
46

penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan

lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap

prilaku yang nampak.19

b. Metode Wawancara (interview), merupakan metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut

responden melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisir.20

Peneliti akan melakukan wawancara kepada beberapa orang yang berkaitan

dengan pembahasan tersebut, kemudian hasil percakapan tersebut dicatat

atau direkam oleh pewawancara. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam, di mana peneliti dan informan bertatp muka langsung

di dalam wawancara yang dilakukan. Dalam wawancara mendalam

berlangsung suatu diskusi terarah di antara peneliti dan informan

menyangkut masalah yang diteliti.21

c. Metode Dokumentasi atau dokumenter, Renier (1997: 104) menjelaskan

istilah dokumen dalam 3 pengertian (1) dalam arti luas, yaitu meliputi semua

sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit,

yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; (3) dalam ari spesifik, yaitu

hanya meliputi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat

perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah dan sebagainya.22 Dokumen


merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 62.
20
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, dengan Kata Pengantar oleh M. Budyatna, h.
312.
21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 165.
22
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 175-176.
47

wawancara dalam penelitian kualitatif.23 Metode dokumenter adalah metode

yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada

penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang peranan yang amat

penting.24

2. Library Research, yaitu pengumpulan data melalui perpustakaan dengan

membaca buku-buku dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi tersebut.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu pesoalan atau menguji suatu hipotesis.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif

‚the researcher is the key instrumen‛. Namun selanjutnya setelah fokus


penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour

23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82.
24
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, Edisi II, h. 124.
48

question, tahap focus and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan
membuat kesimpulan.25

F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Analis data adalah penccarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data

kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-

bagiannya, hubungan antarkajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya

(Spradley, 1980). Sementara itu, Bogdan dan Biklen (2007) menyatakan bahwa

analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil

wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk

meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang telah dikumpulkan dan

memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.26

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun

dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.27

Teknik pengumpulan data dan analisis data pada praktiknya tidak secara

mudah dipisahkan. Kedua bagian tersebut berjalan serempak. Artinya, analisis

data memang seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data dan


kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dikerjakan. Analisis data

mencakup kegiatan dengan data, mengorganisasikannya, memilih dan

mengaturnya ke dalam unit-unit, mengsintesiskannya, mencari pola-pola,

25
Lihat Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 59-61.
26
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 210.
27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 89-90.
49

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

akan dipaparkan kepada orang lain (pembaca laporan penelitian).28

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban

yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa

belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai

tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman

(1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data

display dan conclusion drawing/verification.29

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencariya bila


diperlukan.30

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang

asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan
28
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 210.
29
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 91.
30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 92.
50

perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang

tersembunyi dibalik pola dan data yang nampak.31

2. Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan ‚the most frequent form of

display data for qualitative research data in the past has been narrative text‛.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.32

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles

dan Huberman, 1992; 17). Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan

pemahaman dan analis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk

uraian yang didukung dengan matrix jaringan kerja.33

3. Conclusion drawing

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan


Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 211.
32
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 95.
33
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 211.
51

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.34

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori.

Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data,

reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan

proses siklus dan interaktif. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang

berlanjut, berulang dan terus menerus. Reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai

rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.35

34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 99.
35
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititif Teori & Praktik, h. 212.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti telah melakukan

observasi pada lokasi yang telah ditentukan yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar. Observasi tersebut bertujuan untuk

mengetahui apakah memang benar Taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut yang

dimaksud memberikan pembelajaran terkait judul dari penelitian ini yaitu

Implementasi Pembelajaran Metode An-Nahdliyah. Setelah melakukan observasi

langsung serta pengamatan yang detail selama kurang lebih 1 minggu (25 s/d 29

September 2021) peneliti memperoleh hasil bahwa di Taman Pendidikan Al-

Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin memang menerapkan metode An-

Nahdliyah dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an. Hal ini didukung dengan

dokumentasi tempat dimana TPQ. ini berada.

Gambar 4.1 Dokumentasi Gedung HIMMATA

52
53

Setelah melakukan penelitian di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, dengan menggunakan metode wawancara,

observasi dan dokumentasi, peneliti dapat mendapatkan deskripsi data penelitian.

Deskripsi data penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paparan data terkait

hasil penelitian yang dilakukan. Setelah peneliti menemukan beberapa data yang

diinginkan, baik dari hasil penelitian observasi, wawancara, maupun

dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan tersebut serta teori yang

ada kemudian membangun teori yang baru serta menjelaskan tentang implikasi-

implikasi dari hasil penelitian tentang implementasi metode An-Nahdliyah dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik di Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar. Adapun data-

data yang dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan Fokus penelitian,

yaitu:

1. Gambaran Metode An-Nahdliyah

a. Sejarah Singkat TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar

Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti telah melakukan

observasi pada lokasi yang telah ditentukan yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Makassar. Observasi tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah

memang benar Taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut yang dimaksud


memberikan pembelajaran terkait judul dari penelitian ini yaitu Implementasi

Pembelajaran Metode An-Nahdliyah. Setelah melakukan observasi langsung

serta pengamatan yang detail selama kurang lebih 1 minggu (25 s/d 29

September 2021) peneliti memperoleh hasil bahwa di Taman Pendidikan Al-

Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin memang menerapkan metode An-

Nahdliyah dalam pembelajaran membaca AlQur’an.


54

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar

ini resmi pertama kali beroperasi sebagai lembaga pendidikan al-Quran di bawah

naungan Himpunan Majelis Ta’lim (HIMMATA) Sabilul Muttaqin Makassar

pada hari Selasa tanggal 1 November 2011, sesuai dengan hasil wawancara

dengan Ustadz Ahmad Jamaluddin yang merupakan salah satu tenaga pendidik di

TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, berikut hasil wawancaranya:


‚TPQ. ini didirikan tanggal 1 November 2011. Sebelum didirikannya TPQ.
waktu itu kami menyebarkan formulir pendaftaran ke beberapa majelis
ta’lim naungan HIMMATA, Alhamdulillah formulir yang kembali 2 biji.
Akan tetapi, kami tidak patah semangat, kami yakin bahwa TPQ. ini
nantinya pasti akan besar. Akan tetapi begitu dibuka pada tanggal 1
november 2011ternyata kembalinya lebih dari 50 biji.‛1

Adapun alasan didirikannya TPQ. ini yaitu untuk memenuhi salah satu

tujuan dari didirikannya HIMMATA itu sendiri yaitu pendidikan. Agar supaya

gedung yang telah dibangun oleh masyarakat HIMMATA dapat menjadi lahan

amal jariyyah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kami dengan ustadz Ahmad

Jamaluddin, berikut hasil wawancaranya:


‚Waktu itu masyarakat (HIMMATA) yang basicnya itu punya ilmu di
bidang Al-Qur’an dan alumni pesantren, mendirikan TPQ. di rumah
sendiri-sendiri. Nah, salah satu alasan ini didirikan yaitu untuk
mengumpulkan supaya bersatu. Karena kita (HIMMATA) punya lahan
yang kita beli bersama-sama jadi kalau tidak digunakan untuk pendidikan,
kayaknya percuma karena tidak mengalirlah pahalanya.‛2

Kemudian Ustadz Ahmad Jamaluddin menjelaskan bahwa alasan


dipilihnya Metode An-Nahdliyah sebagai dasar metode pembelajaran Al-Qur’an

yang akan diterapkan di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar adalah

karena metode ini merupakan produk Nahdlatul Ulama’ (NU), sesuai dengan

hasil wawancara kami dengan ustadz Ahmad Jamaluddin, berikut hasil

wawancaranya:

1
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
2
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
55

‚ee itu, yang pertama hampir seluruh masyarakat terutama masyarakat


jawa yang ada disini itu mereka sebenarnya basicnya mereka adalah
nahdliyyin, orang NU lah intinya. Nah terus kenapa ambil metode an-
Nahdliyah ini asli punya orang NU dan produk NU. Apalagi salah satu
majelis pembinanya itu di Langitan, salah satu pondok pesantren yang
cukup besar di Jawa.‛3

Adapun nama dari lembaga pendidikan Al-Qur’an ini yaitu Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin, dimana kata ‘an-

Nahdliyah’ sendiri merupakan nama yang diambil dari nama metode

pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di TPQ. ini yaitu metode an-Nahdliyah.

Sedangkan kata ‘Sabilul Muttaqin’ merupakan nama organisasi perkumpulan

majelis-majelis ta’lim yang yang menaungi TPQ. ini yaitu Himpunan Majelis

Ta’lim Sabilul Mutaqin. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kami dengan

salah satu tenaga pendidik yaitu ustadz Ahmad Jamaluddin, berikut hasil

wawancaranya:
‚nah ini kan organisasi kami ini namanya Himpunan Majelis Ta’lim. Nah
agar supaya tidak keluar dari situ kami tinggal menggabungkan ‘sabilul
muttaqin’ yang kami ambil. Supaya orang tahu TPQ. An-Nahdliyah Sabilul
Muttaqin itu sudah jelas adanya disini.‛4

Gambar 4.2 Dokumentasi pintu masuk gedung HIMMATA

3
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
4
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
56

b. Lokasi dan Letak Geografis

Penelitian ini berlokasi di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin yang terletak di Jl. Kelapa Tiga No. 31A Kota Makassar,

Kabupaten Sulawesi Selatan.

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin ini berada

satu atap Gedung sekretariat Himpunan Majelis Ta’lim Sabilul Muttaqin

(HIMMATA). Tepatnya berada 400 meter sebelah barat dari jalan AP. Pettarani

Kota Makassar atau terletak tepat di belakang kediaman Anregurutta H. Sanusi

Baco, Lc. Gedung sekretariat HIMMATA memiliki luas tanah 484 M2. Gedung

ini merupakan gedung serbaguna yang digunakan untuk berbagai kegiatan

agama, pendidikan, dakwah dan sosial dari ORMAS ini, seperti Taman

Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Diniyah Salafiyah, Majelis Ta’lim, Santunan

Anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin, dan Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam

Lain, seperti Shalat ‘I<dul Fit}ri, ‘I<dul Ad}h}a> dan lain lain.

Berbeda halnya dengan kebanyakan lembaga pendidikan Al-Qur’an pada

umumnya yang bertempatkan di masjid-masjid, Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Makassar yang berkembang di wilayah Jalan Kelapa Tiga ini, yang

secara fisik TPQ. Ini bertempat di sebuah gedung yang cukup luas untuk

pembelajaran, TPQ. ini tidak surut dari santri yang ingin menimba ilmu yang ada
di TPQ. tersebut.
57

c. Visi, Misi dan Tujuan

Adapun Visi, Misi dan Tujuan didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini tertuang dalam buku pedoman

pengelolaan, yaitu:5

1) Visi

a) Terbentuknya generasi Qur’ani

2) Misi

a) Mengajarkan bacaan dan isi kandungan Al-Qur’an

b) Menanamkan nilai-nilai ajaran Al-Qur’an

c) Membekali santri untuk lebih memperdalam ajaran islam pada jenjang

selanjutnya.

3) Tujuan

a) Memberantas buta huruf Al-Qur’an

b) Mempersiapkan anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

c) Memupuk rasa cinta terhadap Al-Qur’an.

d) Mempersiapkan anak untuk menempuh jenjang pendidikan agama (di

Madrasah lebih lanjut)

d. Pedoman Pengajaran Metode An-Nahdliyah

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pendidik di Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin, yaitu ustadz Ahmad

Jamaluddin, untuk mengetahui pedoman yang dijadikan acuan dalam penerapan

metode An-Nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin, berikut hasilnya:

5
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungagung: Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman
Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah Tulungagung, 2008), h. 7.
58

‚yang pertama buku paket itu, memang berbeda dengan yang lain. Disitu
ada titian murottalnya, itu salah satunya. Kemudian panduannya ada buku
panduan. Itu yang kami jadikan pedoman. Disamping itu, ada DIKLAT
secara besar-besaran, untuk memacu semangat dari teman-teman asatidz
itu kami mendatangkan lagi KH. Syamsu Dluha yang dari jawa, memang
beliau salah satunya perumus dan pendiri metode an-Nahdliyah.‛6

Berdasarkan pernyataan Ustadz Ahmad Jamaluddin, peneliti dapat

merangkum bahwa terdapat 3 hal yang menjadi pedoman utama dalam

pembelajaran Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah ini, yaitu:

1) Buku Paket 6 Jilid

Gambar 4.3 Buku Paket Program Jilid

2) Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) langsung oleh salah satu perumus

dan pendiri metode An-Nahdliyah, KH. Syamsu Dluha.

3) Buku Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an: Metode

Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, yang disusun oleh

Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nahdliyah Tulung Agung.

6
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
59

Gambar 4.4 Buku Pedoman Pengelolaan dan Buku Pegangan Guru

Adapun isi dari buku ‘Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-

Qur’an: Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah’, peneliti

rangkum sebagai berikut :

a) Bab I membahas mengenai Pengelolaan Administrasi, Organisasi dan

Manajemen TPQ. An-Nahdliyah yang terdiri dari sub bab yang membahas

mengenai Visi, Misi dan Tujuan TPQ. An-Nahdliyah, Strategi Pendirian dan

Pengembangan TPQ, Pengorganisasian, Pengelolaan Administrasi dan

Pelajaran Tambahan di TPQ.

b) Bab II membahas mengenai Pengelolaan Pengajaran yang terdiri dari 2 sub

bab yaitu Pedoman Pengajaran TPQ. Metode An-Nahdliyah dan Pedoman

Sorogan Al-Qur’an An-Nahdliyah.

c) Bab III membahas mengenai Pengembangan Penilaian dan Tehnik Evaluasi

Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode An-Nahdliyah.


60

d) Bab IV membahas mengenai Materi Pengembangan Pendidikan Al-Qur’an

yang terdiri dari Metode Pengajaran Tartilil Qur’an pada Program Sorogan

Al-Qur’an, Makharijul Huruf dan Sifat-Sifatnya, al-Ma>d wa al-Qas}r, al-

Waqfu wa al-Ibtida>’, Kaidah Rasm al-Us\ma>ni dan Gara>ib al-Qur’a>n.


e) Lampiran-Lampiran yang terdiri dari Latihan Makhraj, Sifat dan Hukum

Huruf, Soal Ebta Jilid, Tata Cara Wisuda, Gema An-Nahdliyah dan Mars

An-Nahdliyah, Gambar Simbol/Logo An-Nahdliyah dan Waz}i>fat al-

Yaumiyyah.

Sedangkan ‘Buku Pegangan Guru Taman Pendidikan Al-Qur’an; Metode

Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah’ ini disusun oleh Badan

Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Al-Qur’an (BP3Q) Pusat

Tulungagung dan berisi tentang pedoman singkat pengajaran metode an-

nahdliyah, tugas-tugas guru metode an-Nahdliyah, materi pra-jilid dan syair-syair

terkait materi metode an-Nahdliyah.

Kemudian peneliti melakukan observasi terhadap dokumen yang dimiliki

TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin berupa buku pedoman pengajaran yang

berjudul ‚Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat

Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah‛ yang disusun oleh Pimpinan Pusat

Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungagung.


Adapun pedoman penerapan metode An-Nahdliyah yang digunakan TPQ. An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar sebagai berikut:


61

1) Ketentuan Umum dan Ciri-ciri Khusus TPQ Metode An-Nahdliyah7

Untuk pengelolaan pengajaran santri dikatakan tamat belajar apabila

telah menyelesaikan dua program yang dicanangkan, yaitu:

a) Program Buku Paket (PBP), program awal yang dipandu dengan buku Cepat

Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah sebanyak enam jilid yang dapat

ditempuh kurang lebih enam bulan.

b) Program Sorogan Al-Qur’an (PSQ), yaitu program lanjutan sebagai aplikasi

praktis untuk menghantar santri mampu membaca Al-Qur’an sampai khatam

30 juz. Pada program ini diperlukan waktu lebih 24 bulan.

Adapun ciri khusus metode ini adalah:

a) Materi pelajaran disusun secara berjenjang dalam paket 6 jilid.

b) Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan pemantapan

makharijul huruf dan sifatul huruf.

c) Penerapan qaidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan dipandu dengan

titian murattal.

d) Santri lebih dituntut memiliki pencertain yang dipandu dengan asas CBSA

melalui pendekatan ketrampilan proses.

e) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal untuk tutorial


dengan materi yang sama agar terjadi proses musafahah.

f) Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan.

g) Metode ini merupakan pengembangan dari qaidah Baghdadiyah.

7
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 19
62

2) Metode Penyampaian8

Metode penyampaian yang dipakai dalam proses belajar mengajar di TPQ.

An-Nahdliyah adalah:

a) Metode Demonstrasi, yaitu Ustadz Tutor9 memberikan contoh secara praktis

dalam melafalkan huruf dan cara membaca hukum bacaan.

b) Metode Drill, yaitu santri disuruh berlatih melafalkan sesuai dengan makhraj

dan hukum bacaan sebagaimana yang dicontohkan ustadz jilid,

c) Metode Tanya Jawab, yaitu ustadz memberikan pertanyaan kepada santri

dan atau sebaliknya.

d) Metode Ceramah, yaitu ustadz memberikan penjelasan sesuai dengan pokok

bahasan yang diajarkan.

3) Alokasi Waktu Kegiatan Belajar Mengajar10

Untuk menyelesaikan Program Buku Paket 6 jilid memerlukan waktu 180

jam untuk 180 kali tatap muka. Setiap kali tatap muka dialokasikan waktu 60

menit. Dengan demikian apabila kegiatan belajar mengajar berjalan secara

normal 6 jilid buku paket akn dapat diselesaikan kurang lebih 7 bulan termasuk

hari libur dan pelaksanaan evaluasi. Adapun pembagian alokasi waktu untuk

setiap kali pertemuan adalah sebagai berikut:

a) Untuk tutorial I : 20 menit


b) Untuk privat individual : 30 menit

8
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 20-21.
9
Ustadz Tutor adalah ustadz yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada
santri serta menerjemahkan bahasa ilmiah kedalam bahasa peraga yang sederhana yang sekiranya
mempu dicerna oleh santri umur 5 tahun. Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman
Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-
Qur’an Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 20.
10
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 29.
63

c) Untuk tutorial II : 10 menit

Pengelolaan kelas yang diprogramkan berkaitan dengan alokasi waktu

tersebut dalah sebagaimana tertuang dalam table berikut :

4) Pedoman Program Sorogan Al-Qur’an (PSQ) Metode An-Nahdliyah11

Setelah santri dinyatakan lulus buku paket 6 jilid, maka sebagai tindak

lanjut pembinaan santri diarahkan untuk mengikuti Program Sorogan Al-Qur’an.

Karena santri dapat dinyatakan selesai dalam kegiatan TPQ dan berhak diwisuda

setelah santri tersebut mengikuti kegiatan belajar pada Program Buku Paket

enam jilid dan Program Sorogan Al-Qur’an sampai khatam 30 Juz.

Sistem bacaan yang digunakan dalam Program Sorogan Al-Qur’an, antara

lain:

a) Tartil, yaitu membaca Al-Qur’an dengan pelan dan jelas sekira mampu

diikuti oleh orang yang menulis bersamaan dengan orang yang membaca.

b) Tahqiq, yaitu membaca Al-Qur’an dengan menjaga agar bacaannya sampai

kepada hakikat bacaan. Sehingga makharijul huruf, sifatul huruf dan

ahkamul huruf benar-benar tampak dengan jelas. Gunanya bacaan tahqiq ini

untuk menegakkan bacaan Al-Qur’an sampai sebenarnya tartil. Dengan

demikian setiap bacaan tahqiq mesti tartil,

c) Hadr, yaitu membaca Al-Qur’an dengan cara yang cepat sepanjang tidak
melanggar ketentuan ilmu tajwid. Harus diingat bahwa dalam sistem bacaan

ini jangan sampai terdapat huruf yang terselip atau samar dalam

membacanya.

d) Tadwir, yaitu membaca dengan sedang yaitu antara cepatnya hadr dan

pelannya tartil.

11
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur'an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, h. 31-32
64

e) Taghani, yaitu membaca Al-Qur’an dengan dilagukan dan diberi irama.

Untuk tahap belajar, yang diprogramkan oleh TPQ An-Nadliyah hanya 3,

yaitu tartil, tahqiq dan taghani tadarrus. Hal ini dilakukan karena apabila dalam

tahap belajar santri sudah dikenalkan sistem bacaan hadr maupun tadwir,

dikhawatirkan nantinya akan kurang berhati-hati dalam membaca Al-Qur’an.

Selain sistem bacaan diatas santri juga dikenalkan pada bacaan gharib, yaitu

tulisan-tulisan dalam Al-Qur’an yang cara membacanya tidak sesuai dengan

qaidah ilmu tajwid.

e. Tenaga Pendidik dan Santri

Berkaitan dengan jumlah tenaga pendidik di Taman Pendidikan Al-

Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, peneliti melakukan observasi

dan wawancara kepada Ustadz Nur Muhammad Shodiq, selaku Kepala TPQ,

beliau menuturkan bahwa untuk jumlah tenaga pendidiknya ada 25 guru dan

jumlah santrinya ada sekitar kurang lebih 400 santri.

Jumlah tenaga pendidik dan santri Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nahdliyah Makassar untuk periode 2021/2022 diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Tenaga Pendidik dan Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah


Sabilul Muttaqin Makassar Tahun Ajaran 2021/2022

No. Kategori Jumlah


1 Tenaga Pendidik 25
2 Santri Jilid 161
3 Santri Program Sorogan Al-Qur’an 203
65

Tabel 4.2

Data Tenaga Pendidik dan Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar

No Nama Lengkap Tempat Tanggal Lahir L/P Pendidikan Terakhir

Jatim,
1. Nur Muh. Shodiq L Aliyah Diniyah
18/05/1974
Lampung,
2. Ahmad Sholeh L SMA
21/05/1971
Banyuwangi,
3. Ahmad Jamaluddin L SLTP
28/03/1982
Jatim,
4. Anic Atuzzahro’ P MTs
12/09/1978
Jatim,
5. Farichatun Ni’ami P S1 UIN Alauddin Makassar
20/11/1997
Banyuwangi,
6. Sa’diyah P MTs
10/05/1973
Banyuwangi,
7. Muawanah P MTs
20/05/1974
Ujung Pandang,
8. Diah P SMA
21/05/1998
Kediri,
9. Ma’mun Murod L Aliyah Kediri
26/04/1975
Banyuwangi,
10. Imam Sibaweh L MTs Jember
06/04/1968
Ujung Pandang,
11. Muh. Kurnia Firmansyah L SMA
26/06/1992
Banyuwangi,
12. Adam Wahyudi L SMA
05/11/1991
Nganjuk,
13. Abdul Malik L SLTP
12/02/1974
Ujung Pandang,
14. Dimas Ainul Yaqin L SMA Muhammadiyah 3
07/08/1996
Banyuwangi,
15. Syarifan L PGA
15/04/1968
Kediri,
16. Affandi L SMA
18/08/1966
Banyuwangi,
17. Siti Zulaikho’ P SLTP
06/09/1986
Banyuwangi,
18. Munirotus Sodriah P MTs
10/07/1983
66

Banyuwangi,
19. Nur Riqka Prasetya P SMA
15/09/2000
Ujung Pandang,
20. Muh. Dian Ramadhan L SMA
22/12/1998
Banyuwangi,
21. Moh. Nurul Huda L MI
18/09/1980
Kediri,
22. Ali Musiron L MI
01/01/1965
Ujung Pandang,
23. Dwi L SMA
14/04/1997
Banyuwangi,
24. Fuadi L SMP
15/08/1975
25. Fadhillah Makassari, 5/09/2002 P SMP

Demikian pula untuk struktur organisasi di Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini, dengan tujuan untuk

mempermudah dalam pelaksanaaan suatu program kerja yang sesuai dengan

tugas dan tanggungjawab dari masing-masing bagian dan agar tercapai suatu

tujuan pendidikan khususnya di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar, diperlukan adanya struktur organisasi yang

dituangkan dalam bagan sebagai berikut :


67

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Makassar

PENANGGUNGJAWAB

Pengurus HIMMATA

TATA USAHA KEPALA TPQ BENDAHARA


Fuadi Nur Muh. Shodiq Sumartono

Adam Wahyudi

GURU BIDANG

BIMBINGAN DAN
KURIKULUM KONSELING

Ahmad Sholeh H. Muchtaruddin

Ahmad Afandi

TIM MUNAQISY

Muh. Nurul Huda METODE


Sa'diyah Ahmad Jamaluddin

Imam Sibaweh

TENAGA
PENDIDIK

PERSATUAN
ORANGTUA SANTRI
68

f. Materi Pengajaran

Sebelum peneliti memaparkan materi yang diajarkan di Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, berdasarkan

observasi lapangan, peneliti menemukan data bahwasanya Proses Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin Makassar dibagi menjadi 2 shif, yaitu Kelas Sore dan Kelas Malam.

Adapun santri yang masuk pada Kelas Sore adalah santri Program Jilid dimana

KBM dimulai pukul 16.00 s/d 17.30 setiap hari senin sampai dengan hari sabtu.

Berbeda halnya dengan Kelas Malam, adapun santri yang masuk pada Kelas

Malam adalah santri Program Sorogan Al-Qur’an dimana KBM dimulai pukul

18.00 s/d 20.15 setiap hari jum’at sampai dengan hari rabu.

Untuk mengetahui materi yang diajarkan di Taman Pendidikan Al-Qur’an

An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, peneliti melakukan observasi dan

wawancara dengan Ustadz. Ahmad Sholeh, selaku Guru Bidang Kurikulum,

berikut hasil wawancaranya.


‚berhubung banyaknya santri yang belajar di TPQ. ini maka untuk shif
mengaji kami jadikan 2 waktu. Yaitu santri tingkat jilid masuk shif sore
dimana KBM dimulai dari jam 4 sore sampai jam 5.30. Adapun 30 menit
pertama kami gunakan untuk klasikal seluruh santri dengan materi yang
berbeda-beda setiap harinya, ada cerita kisah Nabi, hafalan doa harian,
hafalan surah pendek dan lain-lain. Kemudian 60 menit sisanya seluruh
santri diarahkan menuju kelas masing-masing yang kemudian akan
ditangani langsung oleh ustadz privat masing-masing.‛

Adapun materi Klasikal Umum santri sore yang dimaksudkan dalam

wawancara tersebut tertuang pada tabel di bawah ini:


69

Tabel 4.3

Materi Klasikal Santri Sore

No Hari Pembawa Materi Materi

Ustd. Zulaikho Sholawat Dan Do’a


1 Senin
Ust. A. Jamaluddin Makhorijul Huruf

Ustd. Aniatuzzahro Sholawat Dan Do’a


2 Selasa
Ustd. Rizka P. Menghafal Surat-Surat Pendek

Ustd. Aniatuzzahro Sholawat Dan Do’a


3 Rabu
Ustd. Muamanah Bacaan dan Praktek Shalat

Ustd. Miftah Sholawat Dan Do’a


4 Kamis
Ustd. Munirotus S. Do’a-Do’a Harian

Ustd. Miftah Sholawat Dan Do’a


5 Jum’at
Ust. Ah. Sholeh Kisah Para Rasul/Nabi

Ustd. Mu’awanah Sholawat Dan Do’a


6 Sabtu
Ust. Syarifan Pendidikan Akhlak dan Syair (lagu)

Gambar 4.5 Proses Kegiatan Klasikal Santri Kelas Sore


70

Adapun materi pengajaran yang terkandung di setiap jilid telah peneliti

rangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4

Materi Pengajaran Jilid Metode An-Nahdliyah

Jilid Kelas
a. Pengenalan Nama Huruf Hijaiyyah
b. Makharijul Huruf
Jilid I c. Titian Murottal
d. Pengenalan angka Arab dengan simulasi halaman
e. Doa Iftitah Belajar dan Doa Al-Qur’an
a. Merangkai Huruf
b. Bacaan panjang (Mad Thabi'I Alif dan Mad Shilah)
Jilid II c. Syakal (bentuk) harakat dan tanwin
d. Angka Arab 1 – 1000
e. Doa Keluar Rumah dan Doa Pembuka Hati
a. Lanjutan Mad Thabi'I (Wawu dan Ya' Sukun)
b. Ta' Marbuthah
c. Bacaan Sukun (Huruf Mati)
Jilid III d. Alif Fariqah
e. Ikhfa' Haqiqi
f. Hamzah Washal
g. Doa Sebelum Tidur dan Doa Sebelum Makan
a. Bacaan Idzhar Qamariyah
Jilid IV b. Ra' Tafkhim dan Tarqiq
c. Idzhar Syafawi
71

d. Idzhar Halqi
e. Mad Shilah Thawilah
f. Niat Wudhu, Niat Shalat dan Bacaan Iftitah Shalat
a. Bacaan Lein
b. Tanda Tasydid
c. Bacaan Ghunnah Musyaddadah
d. Bacaan Idgham Bighunnah
e. Bacaan Idgham Bilaghunnah
Jilid V
f. Bacaan Iqlab
g. Bacaan Idgham Mimi/Syafawi
h. Bacaan Ikhfa' Syafawi
i. Bacaan Lam Tafkhim dan Tarqiq (Lafdzul Jalalah)
j. Doa Setelah Wudhu, Doa Setelah Adzan dan Bacaan Tasyahud
Shalat
a. Bacaan Idgham Syamsiyah
b. Bacaan Qalqalah
c. Bacaan Mad Lazim Kilmi
d. Bacaan Mad 'Aridl Lissukun
Jilid VI
e. Bacaan Mad Iwadl
f. Bacaan Mad Lazim Harfi
g. Pengenalan Tanda Waqaf
h. QS al-Fatihah, QS an-Nas s/d QS al-'Ashr dan QS al-Baqarah
ayat 1-20

Kemudian adapun materi pengajaran untuk santri Kelas Malam sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara, tertuang dalam tabel berikut:


72

Tabel 4.5

Alokasi Waktu dan Materi Pengajaran Santri Kelas Malam

No. Waktu Kegiatan/Materi


Pukul 18.00 s/d
1 Tadarrus Al-Qur’an
18.20 WITA
Pukul 18.20 s/d
2 Shalat Maghrib Berjama'ah
18.40 WITA
Pukul 18.40 s/d
3 Tes Hafalan Santri
19.00 WITA
Pukul 19.00 s/d
4 Program Sorogan Al-Qur’an (Kelas Privat)
20.00 WITA
Pukul 18.40 s/d
5 Shalat Isya' Berjama'ah dan Mushafahah
19.00 WITA

g. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat penting dan

keberadaannya mutlak merupakan penunjang utama dalam proses belajar

mengajar dalam suatu lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana yang kurang

memadai pastinya akan berdampak pada input, proses maupun output yang

dihasilkan.

Seiring dengan bertambahnya para santri yang belajar di Taman

Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini serta

dukungan para wali santri dan warga HIMMATA, lembaga ini terus melanjutkan

pembangunan. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa disamping bertambahnya

para santri yang ingin belajar di TPQ ini juga didukung antusias para wali santri

yang juga sangat berharap agar TPQ ini semakin maju dan berkembang, sehingga

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini

benar-benar berkembang dengan pesat.


73

Adapun kondisi sarana dan prasarana yang ada di Taman Pendidikan Al-

Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar akan dituangkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Keadaan Sarana dan Prasarana Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar

No. Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Gedung 1
2 Kamar Kepala TPQ 1
3 Kantor TPQ dan TU 1
4 Lokal Kelas Kecil 10
5 Lokal Kelas Besar 2
6 Aula 1
7 Papan Tulis Permanen 11
8 Papan Tulis Tidak Permanen 5
9 Meja Belajar Panjang 250
10 Meja Belajar Kecil 10
11 Proyektor + LCD 1
12 Laptop 1
74

h. Sumber Dana

Gambar 4.6 Dokumentasi beberapa sarana dan prasarana TPQ

Agar suatu kegiatan belajar mengajar dapat terselenggara dengan efektif,

maka sebuah lembaga pendidikan membutuhkan dana untuk kebutuhan

operasional. Adapun sumber pendanaan di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini berasal dari syahriah santri setiap

bulannya dan hasil penjualan seragam santri, Al-Qur’an dan Jilid. Seperti hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala TPQ An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin Makassar yaitu Ustadz Nur Muhammad Shodiq pada tanggal 30

November 2021 sebagai berikut:


‚Alhamdulillah, pertama sumber dana itu ya tentu dari SPP santri itu
sendiri. Yang kedua yaitu tentu dari infaq dan shadaqah dari masyarakat.
Alhamdulillah dengan dana-dana tersebut kami bisa mengelola dengan baik
dan untuk memberi sedikit bisyarah guru pun ya kami ambilkan dari dana-
dana kami sebutkan tadi. Dan Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu ada
donator memberikan modal kepada kami yaitu kurang lebih 2 juta,
Alhamdulillah itu kami kembangkan, saya belikan Al-Qur’an dan saya
belikan kain untuk seragamnya anak-anak, sehingga Al-Qur’an kami jual
lagi kepada santri, begitu juga seragam, Alhamdulillah sampai saat ini bisa
kami kembangkan dan bisa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan TPQ
kita ini.‛12

i. Tehnik Evaluasi

Untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian berhasil tidaknya suatu

proses pembelajaran maka perlu dilakukan sebuah evaluasi atau kegiatan

12
Nur Muh. Shodiq (47 Tahun), Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar,
Wawancara , 30 November 2021.
75

penilaian. Kegiatan ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan

santrinya dalam menerima metode An-Nahdliyah.

2. Implementasi Metode An-Nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin

Berdasarkan hasil wawancara dari para narasumber, observasi dan

dokumentasi yang peneliti lakukan di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar dalam penggunaan metode An-Nahdliyah

sebagai metode pembelajaran Al-Qur’an, peneliti menemukan beberapa hasil

penelitian yang sama dengan fokus penelitian sebagai berikut:

a. Langkah dan Upaya Penerapan Metode An-Nahdliyah di TPQ. An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar

Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran membaca al-quran dengan

metode An-Nahdliyah dengan dua program yaitu: program jilid dan sorogan al-

Quran.

1) Program Jilid

Adapun pelaksanaan proses belajar mengajar di TPQ. An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin tidak jauh beda dengan kebanyakan TPQ pada umumnya.

Untuk santri program jilid kegiatan dimulai Klasikal Santri sekitar pukul 16.00
WITA yaitu diawali dengan pembukaan yang meliputi kegiatan awal yaitu,

membaca do’a iftitah belajar dan shalawat, kemudian dilanjutkan dengan materi-

materi seperti Makharijul Huruf, Surah-Surah Pendek, Doa Harian, Kisah Para

Nabi, Akhlak, Bacaan dan Praktek Shalat. Kemudian Pukul 16.30 WITA santri

diarahkan ke kelas masing-masing dan ditangani oleh Guru Privat. Kelas Privat

diawali dengan membaca doa pembuka hati secara bersama-sama, kemudian pada

20 menit pertama masuk pada Tutorial 1 dimana guru akan menerangkan materi
76

dengan metode demonstrasi kemudian santri mengikuti bacaan yang dicontohkan

guru secara bersama-sama. Kemudian untuk 30 menit selanjutnya materi yang

telah diberikan akan diujikan secara privat yaitu santri maju satu persatu di

hadapan guru untuk membaca bacaan yang telah diajarkan sebelumnya. Apabila

santri yang dianggap lulus mencapai 80% maka guru akan memberikan tambahan

untuk materi selanjutnya pada Tutorial 2 di 10 menit terakhir kelas privat.

Sedangkan apabila persentasi lulus dibawah 80% maka materi hari ini akan

diulang pada hari berikutnya dan kegiatan diakhiri dengan membaca doa Al-

Qur’an dan mushafahah. Hal ini sesuai dengan wawancara kami dengan Ustadz

Jamaluddin, berikut hasil wawancaranya :


‚Tutorial Pertama itu adalah mengulang bacaan kemarin, dibaca secara
bersama-sama pada 20 menit pertama. Habis itu privat, jadi itu bacaan
yang kemarin (yang dibaca bersama-sama pada tutorial 1) itu
diprivatkankan sekarang baca satu anak satu persatu. Nah itu dilihat nanti
hasilnya. Ibaratkan 80% dari satu kelas itu anak-anak itu lulus, nah itu
nanti ada tutorial kedua itu adalah menambah materi, itu jangka waktunya
10 menit.‛13
2) Program Sorogan Al-Qur’an

Berbeda halnya dengan Program Jilid, kegiatan santri Program Sorogan

Al-Qur’an dimulai Pukul 18.00. beberapa santri Al-Qur’an akan diarahkan untuk

membaca Al-Qur’an (tadarrus) secara bergantian sembari menunggu waktu adzan

maghrib. Setelah melaksanakan shalat maghrib secara berjama’ah kegiatan

dibuka dengan membaca doa iftitah bersama-sama, kemudian guru menunjuk


beberapa santri untuk diuji hafalannya baik Surah-Surah Pendek, Doa Harian dan

Bacaan Shalat. Pukul 19.00 WITA santri masuk ke kelas dan akan ditangani oleh

guru privat masing-masing. Kegiatan diawali dengan membaca doa pembuka hati

bersama-sama dan selanjutnya guru akan mencontohkan materi bacaan Al-

Qur’an dan akan diikuti oleh santri. Seperti halnya pada program jilid, pada

13
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
77

program sorogan Al-Qur’an apabila dalam satu kelas telah dianggap 80% lulus

bacaannya maka materi akan ditambahkan. Sebaliknya apabila tingkat persentasi

santri lulus bacaannya di bawah 80 % maka materi hari ini akan diulang

keesokan harinya.

b. Dampak Metode An-Nahdliyah

Dalam proses belajar mengajar, Taman Pendidikan Al-Qr’an An-

Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar menggunakan metode An-Nahdliyah.

Dalam penerapannya tetapi metode tersebut digunakan sebagai metode

pembelajaran Al-Qur’an santri, sebab metode An-Nahdliyah adalah metode yang

mudah. Ada beberapa dampak dalam penerapan metode An-Nahdliyah ini di

TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, antara lain:

1) Metode ini mudah dipahami, karena bahasa ilmiah pada materi yang

diajarkan ditransformasikan kedalam bahasa yang lebih mudah.

2) Para santri merasa senang menggunakan metode ini, karena materi-materi

dikemas dalam bentuk syair atau lagu-lagu dengan bahasa yang simpel

dan mudah dicerna untuk anak-anak usia 5 sampai 12 tahun.

Hal itu sesuai dengan apa yang dituturkan oleh ustadz Ahmad Jamaluddin

sebagai berikut:
‚Kelebihannya itu banyaklah sebenarnya. Salah satunya itu metode ini unik
sekali. Santri tidak boleh membunyikan pelajaran yang belum dicontohkan
oleh ustadznya. Kedua, kalau menurut saya metode ini mudah untuk
ditangkap oleh anak-anak, lebih simpel bahasanya, dan syair-syairnya itu
menunjukkan tajwidnya dengan mudah dan anak-anak seneng itu.‛14

Pernyataan diatas diperkuat oleh ustadz Nur Muh. Shodiq berdasarkan

hasil wawancara peneliti dengan beliau sebagai berikut:

14
Ahmad Jamaluddin (39 tahun), Guru Bidang Metode An-Nahdliyah, Wawancara, 27
November 2021.
78

‚Ya setiap metode itu yang kita pakai ada dampak min dan plusnya.
Alhamdulillah metode an- Nahdliyah ini mudah dicerna oleh anak-anak. Karena
metode an-Nahdliyah ini (mentransformasikan) dari bahasa ilmiah ke bahasa
peragan hingga akhirnya anak-anak mudah untuk menangkap. Dan (penerapan)
metode ini tentu mempunyai dampak yang baik di lingkungan kami di kelapa
tiga ini. Walaupun toh metode an-Nahdliyah ini belum begitu dikenal di
masyarakat Sulawesi. Akan tetapi, setelah dikenalkan dengan metode an-
Nahdliyah ini, khususnya di lingkungan kami itu anak-anak atau orang tua
mereka sangat mendukung metode ini karena begitu mudah dan gampang untuk
dicerna dan dipahami anak-anak itu.‛15

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode An-Nahdliyah

Dalam melaksanakan sebuah pendidikan baik formal maupun non-formal

perlu diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau

tidaknya pendidikan tersebut. Begitu pula halnya melihat fenomena yang ada di

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, upaya

guru dalam meningkatkan kualitas baca Al-Qur’an tentu ada beberapa faktor

yang mendukung dan yang menghambat dalam mencapai pelaksanaannya.

Adapun faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode an-

Nahdliyah antara lain:

a. Peserta Didik atau Santri

Salah satu faktor keberhasilan suatu metode pengajaran adalah peserta

didik atau santri. Sehingga lancar dan tidaknya suatu pendidikan tergantung

peserta didik itu sendiri, karena apabila mereka mempunyai kemauan dan minat
untuk belajar dengan sungguh-sungguh dalam menekuni pengetahuan sesuai

kemampuannya maka akan mendukung proses pendidikan dan tentunya tidak

akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Begitu pun sebaliknya apabila

dalam diri peserta didik tidak ada kemauan dan minat untuk belajar dan tidak

15
Nur Muh. Shodiq (47 Tahun), Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar,
Wawancara , 30 November 2021.
79

mengembangkan kemauannya maka akan menghambat proses pendidikan dan

peserta didik cenderung mengalami kesulitan belajar.

Seperti yang diungkapkan oleh ustadz Nur Muh. Shodiq, beliau

mengatakan:
‚Kalau santri-santri itu sebenarnya mudah untuk menangkap metode ini.
Kenapa kok ada santri misalnya sudah sedikit agak lama belum begitu bisa
membaca misalnya dan setelah kami amati setiap hari, setiap bulan setiap
tahun bahkan, karena santri ini berangkatnya tidak bisa begitu istiqamah.
Hingga akhirnya ya sedikit santri itu kurang memahami. Lebih-lebih kalau
santri saya ini pergi ke kampung ada satu minggu atau 10 hari yaitu tentu
sangat mengganggu keberlangsungan mereka untuk mengikuti pelajaran-
pelajaran oleh ustadz-ustadznya. Dan yang kedua kendala dan hambatan
dari santri itu namanya santri cara berfikir atau IQ-nya tentu berbeda, ada
santri kami itu ya IQ-nya dibawah standar ada.‛16
Dari ungkapan diatas dapat kita simpulkan bahwa faktor dari peserta

didik dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan suatu

metode pembelajaran, adapaun faktor pendukung dan penghambat dari peserta

didik atau santri antara lain:

1) Minat dan Kemauan.

Faktor utama yang harus ada dalam diri setiap peserta didik adalah minat

dan kemauan. Apabila dari awal belajar peserta didik atau santri telah memiliki

minta dan kemauan yang tinggi maka persentasi keberhasilan mereka dalam

proses belajar juga pasti tinggi. Begitu pula sebaliknya jika sejak awal peserta

didik atau santri tidak memiliki minat atau kemauan dalam belajar maka mereka
pastinya akan kesulitan dalam menerima setiap materi yang telah disampaikan

oleh guru atau tenaga pendidik.

2) Kedisiplinan

Selain minat dan kemauan peserta didik, faktor kedisiplinan juga sangat

mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kedisiplinan yang dimaksud disini

16
Nur Muh. Shodiq (47 Tahun), Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar,
Wawancara , 30 November 2021.
80

adalah keistiqamahan peserta didik atau santri untuk hadir dan mengikuti proses

kegiatan belajar mengajar di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar ini.

3) Tingkat Kecerdasan

Adapun faktor dari peserta didik atau santri yang mempengaruhi berhasil

tidaknya penerapan sebuah metode adalah tingkat kecerdasan santri dalam

menerima setiap materi yang disampaikan oleh guru.

b. Tenaga Pendidik atau Guru

Tenaga pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pendidikan karena tenaga pendidik guru adalah tokoh sentral dalam

mentransfer ilmu atau penyampaian materi kepada peserta didik santri. Tenaga

Pendidik atau Guru juga harus memiliki pengetahuan yang luas dan kompetensi

agar tugas yang diembannya dapat tercapai. Seorang tenaga pendidik atau guru

yang tidak memiliki kompetensi dalam menyampaikan dan mentransferkan

materi-materi atau ilmu kepada peserta didik atau santri, maka tentu akan

menghambat materi atau ilmu yang diterima oleh santri.

Hal ini ditegaskan oleh ustadz Nur Muh. Shodiq, beliau mengatakan:
‚Kalau kita amati hambatan dari ustadz-ustadznya tentu ya banyak
hambatannya. Diantaranya yaitu adalah ustadz-ustadz yang belum pernah
memakai metode ini sebelumnya maka mereka harus belajar tentang
metode ini untuk mentransfer kepada santri-santrinya dengan benar sesuai
dengan metode.‛17
c. Sarana dan Prasarana
Terkait sarana dan prasarana, peneliti telah menyinggung hal tersebut

sebelumnya bahwa sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat penting

dan keberadaannya mutlak merupakan penunjang utama dalam proses belajar

mengajar dalam suatu lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana yang kurang

memadai pastinya akan berdampak pada input, proses maupun output yang

17
Nur Muh. Shodiq (47 Tahun), Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar,
Wawancara , 30 November 2021.
81

dihasilkan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti

menemukan bahwa upaya pengelola Taman Pendidikan An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin Makassar sudah sangat baik. Dimana peneliti melihat sarana dan

prasarana pendukung proses belajar mengajar seperti meja belajar, papan tulis

dan lain lain sudah cukup memadai.

Adapun faktor penghambat terkait sarana dan prasarana dalam proses

belajar mengajar di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar adalah ruang

kelas atau lokal belajar yang kurang memadai, hal itu dikarenakan banyaknya

santri yang belajar di TPQ. ini. Hal ini sesuai dengan apa yang disinggung oleh

ustadz Nur Muh. Shodiq, beliau mengatakan:


‚Ya Alhamdulillah kalau dibilang kurang ya kurang, karena kita lihat
sendiri kalau malam itu santrinya banyak penuh, ruangan yang ada, yang
kami siapkan itu tidak muat, hingga akhirnya kami bikin ruangan atau
kelas di halaman itu kira-kira 5 kelas di halaman gedung kami.‛18
d. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dan juga

sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penerapan metode

pembelajaran. Pengaruh lingkungan akan dikatakan positif apabila lingkungan di

sekitar peserta didik atau santri itu dapat memberikan motivasi dan rangsangan

anak untuk rajin belajar. Sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan di

TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar, setidaknya lingkungan yang


dimaksud disini dapat dibagi menjadi dua macam lingkungan yaitu:

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung yang sangat penting

dalam keberhasilan anak untuk mencapai tujuan dari proses belajar mengajar.

Karena tidak bisa dipungkiri waktu yang dihabiskan anak akan lebih banyak di

rumah dibandingkan waktu yang mereka gunakan di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul

18
Nur Muh. Shodiq (47 Tahun), Kepala TPQ. An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar,
Wawancara , 30 November 2021.
82

Muttaqin Makassar. Maka orang tua atau wali murid yang peduli dengan

keberhasilan anak dalam belajar, maka akan mendorong dan memotivasi anak

untuk mengulang pelajaran yang telah diajarkan oleh guru di rumah.

2) Lingkungan Pertemanan

Lingkungan pertemanan, sesuai hasil observasi peneliti, merupakan faktor

yang penting setelah lingkungan keluarga. Lingkungan pertemanan ini juga

sedikit dapat mempengaruhi perkembangan jiwa seorang anak. Seorang anak

yang berada dalam lingkungan pertemanan yang baik dan positif, maka

kemungkinan besar anak akan menjadi baik dan positif. Sebaliknya, seorang anak

yang berada dalam lingkungan pertemanan yang buruk atau negatif, maka

kemungkinan besar anak akan menjadi buruk dan negative pula.

B. Pembahasan

Pembahasan ini akan dilakukan peneliti dengan merujuk pada hasil

paparan data dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini, peneliti akan

mengungkapkan mengenai hasil penelitian dengan cara membandingkan atau

mengkonfirmasikannya sesuai fokus penelitian yang telah dirumuskan sebagai

berikut :

1. Gambaran Metode An-Nahdliyah

Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an

yang muncul di daerah Tulungagung, jawa timur. Metode ini disusun oleh

sebuah lembaga pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung dan diresmikan

dengan nama ‚Metode Cepat Baca Al-Qur’an Ma’arif An-Nahdliyah‛ pada

sekitar tahun 1990. Karena metode ini merupakan pengembangan dari metode

Al-Baghdady maka materi pembelajaran Al-Qur’an tidak jauh berbeda dengan


83

metode Qiroati dan Iqra’. Dan yang perlu diketahui bahwa pembelajaran metode

An-Nahdliyah ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan

dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur’an pada metode ini

lebih menekankan pada metode ‟ketukan‛. Metode An-Nahdliyah ini memiliki

ciri khas yaitu penggunaan buku paket 6 jilid dan program sorogan Al-Qur’an

bagi santri yang telah menyelesaikan program buku paket 6 jilid.

2. Penerapan Metode An-Nahdliyah di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin

Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah ini menggunakan metode

An-Nahdliyah sebagai metode yang dianggap lebih mudah diserap dan diterapkan

pada santri. Ciri khas metode ini yaitu menggunakan ketukan, sehingga santri

dapat dengan mudah membedakan panjang pendek huruf dalam Al-Qur’an.

Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang

ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan menggunakan

ketukan. Metode An-Nahdliyah merupakan pengembangan dari Qaidah

Baghdadiyah yang lebih dikenal dengan sebutan ‚Metode Cepat Tanggap Belajar

Al-Qur’an An-Nahdliyah‛.
Adapun pedoman yang digunakan dalam proses penerapan metode ini

tersusun dalam sebuah buku yang berjudul ‚Pedoman Pengelolaan Taman


Pendidikan Al-Qur’an: Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an AnNahdliyah‛.
Dalam penerapannya, metode An-Nahdliyah merencanakan dua program

pembelajaran, yaitu Program Buku Paket (PBP) jilid 1-6 dan program Sorogan

Al-Qur’an (PSQ). Setelah lulus jilid 1-6, santri diarahkan untuk mengikuti

Program Sorogan Al-Qur’an (PSQ), yaitu program lanjutan untuk

menghantarkan santri mampu membaca Al-Qur’an hingga khatam 30 juz selama


84

2 tahun. Setelah melalui dua program tersebut (PBP dan PSQ) santri dinyatakan

lulus dan berhak mengikuti wisuda.

Terdapat 3 tahap kegiatan proses penerapan metode An-Nahdliyah:

pertama, 20 menit tutorial 1, yaitu santri berkumpul secara klasikal lalu tenaga

pendidik atau guru mengajar dengan metode demonstrasi yaitu dengan

memberikan contoh dalam melafalkan huruf dan membaca hukum bacaan

dipandu dengan ketukan sebagai titian murattalnya. Kedua, 30 menit privat

individual, yaitu tenaga pendidik atau guru menyuruh santri maju satu persatu

untuk membaca dan berlatih melafalkan huruf sesuai dengan makhraj dan hukum

bacaan sebagaimana yang dicontohkan guru sebelumnya. Ketiga, santri kembali

berkumpul secara klasikal dan pada sesi ini dapat diisi dengan tutorial 2 ketika

para santri dianggap telah mampu memahami materi yang diajarkan pada tutorial

1. Pada tutorial 2 ini guru akan menambahkan materi lanjutan dari tutorial 2.

Akan tetapi, jika guru menilai bahwa para santri belum sepenuhnya memahami

materi pada tutorial 1 maka pada sesi terakhir ini dapat diisi dengan motivasi

dari guru atau tanya jawab meteri-materi sebelumnya serta membaca bersama

mengulang pelajaran yang telah disampaikan.

Iringan ketukan saat tahap turorial digunakan untuk memudahkan santri

membedakan panjang pendek bacaan Al-Qur’an. Iringan ketukan hanya


berlangsung pada jilid 1 hingga pertengahan jilid 6. Setelah jilid 6 selesai santri

sudah lepas ketukan. Diharapkan setelah selesai jilid 1-6, santri yang sudah

memasuki juz 1 sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar

walaupun tanpa iringan ketukan lagi. Seperti teori Ivan Pavlov, classical

conditioning (pembiasaan klasik), teori ini didasarkan pada hasil eksperimennya

dengan seekor anjing, mula-mula anjing tidak mengeluarkan air liurnya ketika bel
dibunyikan, namun setelah bel dibunyikan yang diikuti pemberian makan serbuk
85

daging, menyebabkan anjing itu mengeluarkan air liurnya, semakin sering

kegiatan itu diulang, semakin sering pula anjing mengeluarkan air liurnya, hingga

suatu ketika terdengar bunyi bel tanpa diiringi makanan, dan ternyata anjing

tetap mengeluarkan air liurnya.19

Saat privat santri maju satu persatu berlatih membaca sendiri untuk

menumbuhkan keberanian dan keaktifannya. Saat privat inilah guru mendapat

kesempatan untuk dapat melihat kemampuan membaca santrisecara individual.

Untuk santri kelas malam juga dilatih shalat maghrib dan isya’ secara

berjama’ah, membaca (tadarrus) Al-Qur’an, diuji hafalannya di hadapan para

santri selepas shalat maghrib. Selanjutnya untuk melihat kemampuan santri

peneliti mewawancarai beberapa tenaga pendidik atau guru yang mengajar

program jilid dan PSQ. Hasilnya, terdapat peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an pada santri. Adapun tolak ukur guru menyatakan hal tersebut yaitu bahwa

terdapat peningkatan adalah terdapat perbedaan kemampuan membaca santri

saat awal masuk TPQ dengan setelah mengaji di TPQ. Setelah mengaji di TPQ

menggunakan metode An-Nahdliyah, santri lebih lancar dan baik bacaan Al-

Qur’annya. Hal ini terbukti ketika setiap bulannya santri mendapat giliran

membaca Al-Qur’an dengan lancar. Adapun langkah-langkah penerapan metode

an-Nahdliyah untuk program jilid dan Al-Qur’an sebagai berikut:


a. Program Jilid

Langkah-langkah pelaksanaan proses belajar di TPQ. An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin sama dengan kebanyakan TPQ pada umumnya yaitu diawali

dengan pembukaan yang meliputi kegiatan awal yaitu, membaca do’a iftitah

belajar, kemudian pada kegiatan inti yaitu kegiatan klasikal, kegiatan kelas

privat dan pada kegiatan penutup yaitu evaluasi dan membaca do’a penutup.

19
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. V; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.
96.
86

Penyampaian materi pada kegiatan klasikal jilid dilaksanakan pada hari

senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, dan sabtu. Kegiatan dalam satu minggu yaitu

hari senin materi makharijul huruf, selasa hafalan surah-surah pendek, rabu

bacaan dan praktek shalat, kamis hafalan doa harian, jum’at kisah para Rasul dan

Nabi, dan hari sabtu pendidikan akhlak dan materi syair atau menyanyi.

Adapun proses pembelajaran santri pada kegiatan kelas privat peserta

didik atau santri disuruh membaca bersama-sama dan dilanjutkan membaca

sendiri-sendiri di depan guru, setelah itu guru memberikan demonstrasi

bagaimana cara melafalkan huruf bacaan dan yang terakhir santri disuruh

mengikuti bacaan guru.

b. Program Sorogan Al-Quran

Berbeda halnya dengan penyampaian materi pada jilid pada Al-Qur’an

penyampaian materinya mulai pada hari jum’at, sabtu, ahad, senin, selasa dan

rabu. Dalam penyampaian pembelajaran Al-Qur’an yaitu lebih condong kepada

metode sorogan yaitu santri maju satu persatu ke depan gurunya untuk membaca

Al-Qur’an secara tartil, kemudian disamping itu tugas guru yaitu mengisi buku

prestasi santri untuk memberikan nilai kepada santri apakah santri sudah lancar

atau belum sehingga dapat dilanjutkan ke halaman selanjutnya atau tetap

mengulang di halaman yang sama. Setiap harinya guru menyisipkan materi-


materi selama proses belajar mengajar seperti ilmu tajwid, hafalan surah pendek,

hafalan doa harian, bacaan dan praktek shalat, pendidikan akhlak dan motivasi.

Allah swt. memerintahkan setiap muslim membaca Al-Qur’an dengan

tartil sesuai dengan firman Allah swt. dalam QS al-Muzzammil/73: 4:

  


87

Terjemahnya :
‚dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.‛20

Kata ‚rattil‛ ( ‫ )رتّل‬dan ‚tarti>l‛ ( ‫ )ترتيل‬terambil dari kata ‚ratala‛ ( ‫رتل‬

) yang antara lain berarti serasi dan indah.21 Menurut Al-Ragib Al-Asfaha>ni kata

‚Al-Ratalu‛ ( ‫ )الرتل‬artinya adalah keteraturan dan kekonsistenan sesuatu.


Dikatakan dalam sebuah kalimat ‚Al-Rajulu Ratalul Asna>ni‛ ( ‫الرجل رتل األسنان‬

) artinya seorang lelaki giginya tersusun rapih. Dan kata ‚al-tarti>l‛ ) ‫( الترتيل‬

artinya adalah mengeluarkan kalimat dari mulut dengan mudah dan konsisten.22

Kemudian Quraish Shihab mengatakan bahwa ucapan-ucapan yang

disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar dilukiskan dengan kata-

kata ‚Tarti>l al-Kala>m‛. Sehingga dapat dipahami bahwa ‚Tarti>l al-Qur’a>n‛

adalah membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-

huruf, berhenti (Waqaf) dan memulai (Ibtida>’), sehingga pembaca dan

pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.

Sedang yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan firman

Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril dari ayat

pertama al-Fa>tih}ah sampai dengan ayat terakhir al-Na>s. Dalam saat yang sama

Al-Qur’an juga merupakan nama dari bahagianbahagiannya yang terkecil. Satu

ayat pun dinamai ‚Al-Qur’an‛.23

Sayyidina Ali as. ketika ditanya mengenai makna tartil pada ayat

tersebut, beliau menjawab:

20
Kementerian Agama RI, al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata, h. 574.
21
Al-Ragib Al-Asfaha>ni, Al-Mufra>dat Fi> Gari>b Al-Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan,
Kamus Al-Qur’an, Jilid 2 (Cet.I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 25.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
14, h. 516.
23
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
14, h. 516.
88

‫الرتتيل هو جتويد احلروف ومعرفة الوقوف‬


Artinya :
Tartil adalah membaguskan pembacaan huruf-huruf Al-Qur’an (dengan
tajwid) dan mengetahui tempat-tempat waqaf (dimana boleh berhenti dan
dimana harus berhenti).24

Maqalah sayyidina Ali as. diatas memberikan pemahaman bahwa

seseorang baru dapat dikatakan membaca Al-Qur’an dengan tartil apabila

memenuhi 2 hal yaitu :

1. Membaca Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah tajwid

2. Memahami tempat-tempat waqaf yaitu dimana kita diwajibkan berhenti

membaca, boleh berhenti dan dilarang berhenti.

Dari uraian diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

tartil dalam QS al-Muzzammil/73: 4, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

indikasi bacaan seseorang dapat dikatakan tartil, yaitu:

1. Membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan dan tidak terburu-buru.

2. Memperjelas huruf demi huruf ketika membaca Al-Qur’an sesuai dengan

kaidah makha>rijul h}uru>f dan sifa>tul huru>f.

3. Membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid

4. Mengetahui waqaf dan ibtida’

Berdasarkan beberapa indikator tartil diatas peneliti dapat menarik


kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur’an melalui metode an-Nahdliyah telah

memenuhi kriteria-kriteria tartil menurut beberapa ulama’ tafsir.

Begitu pula upaya dari pendiri, perumus dan pengembang metode an-

Nahdliyah ini adalah berusaha merumuskan sebuah metode agar anak-anak yang
24
Lihat Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah (Tulungaung: Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman
Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah Tulungangung, 2015), h. 51.
89

masih baru dalam belajar Al-Qur’an dapat dengan mudah menangkap, mencerna

serta memahami ilmu-ilmu terkait kaidah membaca Al-Qur’an dengan tartil yang

berupa bahasa-bahasa ilmiah atau asing di telinga mereka, diubah menjadi bahasa

peraga yang lebih praktis dan mudah diterima untuk anak-anak usia 5-12 tahun.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode An-Nahdliyah

Adapun beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan

metode an-nahdliyah di Taman Pendidikan Al-Qur’an Sabilul Muttaqin

Makassar, yaitu:

a. Peserta Didik atau Santri

Adapun hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar

seorang peserta didik atau santri terdapat beberapa faktor, yaitu:

1) Minat dan Kemauan

2) Kedisiplinan Belajar

3) Tingkat Kecedasan

b. Tenaga Pendidik atau Guru

Faktor tenaga pendidik atau guru juga dapat mempengaruhi tingkat

keberhasilan dalam proses belajar seorang peserta didik atau santri. Seorang

tenaga pendidik atau guru merupakan pionir utama dalam mentransferkan materi

atau ilmu kepada para santri. Sesuai data yang dimiliki oleh peneliti, terlihat
bahwa beberapa dari tenaga pengajar atau guru di TPQ. An-Nahdliyah Sabilul

Muttaqin Makassar merupakan orang yang telah diatas 35 tahun, dimana dalam

usia tersebut menurut ustadz Nur Muh. Shodiq ini kesulitan ketika disuruh

mempelajari mengenai metode yang baru mereka kenal.

c. Sarana dan Prasarana

Terkait sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses kegiatan

belajar mengajar sudah cukup memadai. Kecuali terkait tempat belajar atau
90

ruang kelas yang dianggap kurang memadai dikarenakan banyaknya santri yang

belajar di TPQ. ini. Hal ini dianggap sebagai penghambat dalam proses kegiatan

belajar mengajar karena para santri yang tidak memiliki kelas belas tersendiri

akan di kumpulkan di aula utama gedung HIMMATA, yang pada akhirnya

suasana belajar menjadi kurang kondusif karena santri cenderung akan kurang

fokus dalam belajar karena suasana yang bising atau ramai.

d. Lingkungan

Setidaknya terdapat 2 faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada

penerapan metode an-Nahdliyah terkait dengan lingkungan, yaitu:

1) Lingkungan keluaraga sebagai faktor primer

2) Lingkungan pertemanan sebagai faktor sekunder


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan penelitian, serta

pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur’an

yang muncul di daerah Tulungagung, jawa timur. Metode ini disusun oleh

sebuah lembaga pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung dan diresmikan

dengan nama “Metode Cepat Baca Al-Qur’an Ma’arif An-Nahdliyah”

pada sekitar tahun 1990. Karena metode ini merupakan pengembangan

dari metode Al-Baghdady maka materi pembelajaran Al-Qur’an tidak

jauh berbeda dengan metode Qiroati dan Iqra’. Dan yang perlu diketahui

bahwa pembelajaran metode An-Nahdliyah ini lebih ditekankan pada

kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya

pembelajaran Al-Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada metode

‟ketukan”.

2. Implementasi atau Penerapan Metode An-Nahdliyah sebagai Metode


Pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar, yaitu:

a. Pembelajaran diawali dengan membaca doa iftitah belajar dan diakhiri

dengan membaca doa Al-Qur’an secara bersama-sama.

b. Materi pada program jilid yaitu materi-materi yang terkandung dalam

masing-masing jilid dan materi tambahan pada saat klasikal sore yaitu

91
92

meliputi : Hafalan surah pendek dan doa harian, bacaan dan praktek shalat,

cerita para Rasul dan Nabi, pendidikan akhlak dan syair-syair (menyanyi)

c. Pembelajaran Al-Qur’an Program Sorogan Al-Qur’an yaitu lebih condong

kepada metode sorogan atau talaqqi> yaitu santri maju satu persatu ke depan

gurunya untuk membaca Al-Qur’an secara tartil. Untuk materi tambahannya

yaitu ilmu tajwid, hafalan surah pendek, hafalan doa harian, bacaan dan

praktek shalat, pendidikan akhlak dan motivasi.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada penerapan metode an-nahdliyah

di TPQ terdiri menjadi 4 faktor, yaitu:

a. Peserta Didik atau Santri

b. Tenaga Pendidik atau Guru

c. Sarana dan Prasarana

d. Lingkungan Keluarga dan Pertemanan

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki masukan

kepada elemen yang ada pada Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah

Sabilul Muttaqin Makassar, antara lain:

1. Kepada Pengelola TPQ


Kepada pihak pengelola TPQ, diharapkan dapat terus mengembangkan

kualitas TPQ baik dalam hal administrasi kantor, sarana prasarana dan lebih

mengembangkan lagi kualitas guru terkait dengan pemahaman mereka dengan

Metode An-Nahdliyah.

2. Kepada Tenaga Pendidik atau Guru

Kepada seluruh tenaga pendidik atau guru hendaknya terus

mengembangkan kualitas diri sebagai orang yang memiliki tanggung jawab


93

dalam mendistribusikan materi kepada santri, meningkatkan mutu pengajarannya

serta memberikan motivasi terkait kedisiplinan santri, baik disiplin hadir maupun

disiplin belajar.

3. Kepada Peserta Didik atau Santri

Kepada para peserta didik atau santri hendaknya dapat lebih disiplin hadir

dan aktif lagi dalam belajar membaca Al-Qur’an, lebih pandai untuk

memanfaatkan waktu terutama di rumah, meluangkan waktu untuk mengulang

pelajaran yang telah disampaikan guru dan mencari solusi kepada orangtua

ataupun guru bila diperlukan.

4. Kepada Orang Tua atau Wali Santri

Hendaknya para orang tua atau wali santri juga memberikan motivasi dan

arahan kepada anak-anaknya agar lebih rajin dan aktif dalam belajar terutama

dalam belajar Al-Qur’an di TPQ. Orang tua atau wali santri juga diharapkan

dapat memantau kegiataan belajar anak selama di rumah, dengan menyuruh

mereka mengulangi pelajaran yang telah diajarkan atau dengan menguji materi

hafalan yang telah mereka hafalkan.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a>n al-Kari>m.

Afandi, Ahmad. ‚Pembelajaran Al-Qr’an Melalui Metode Talaqqi: Studi Kasus di


Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Imam Ashim Makassar‛. Skripsi.
Bone: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan STAIN Watampone, 2014.

Amri, Muhammad. Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Membaca Al-Qur’an.


Surakarta: Ahad Books, 2014.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta:
Ciputat Press, 2002.

Arwani, M. Ulin Nuha. Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal al-Qur‟an Yanbu’a Jilid
1, Kudus: Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, 2004.

Al-Asfaha>ni, Al-Ragib. Al-Mufra>dat Fi> Gari>b Al-Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan,
Kamus Al-Qur’an, Jilid 2. Cet.I; Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017.

Athaillah, A. Sejarah Al-Qur’an. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Cet. III; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005.

Batubara, Chuzaimah, dkk., Handbook Metodologi Studi Islam. Edisi I. Cet. I;


Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.

Budianto, M., dkk, Panduan Praktis Pengelolaan (TKA-TPA-TQA), Cet. II;


Yogyakarta; Lembaga dakwah & Pendiddikan Al-Qur’an, 2006.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan


Ilmu Sosial lainnya. Edisi II. Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Reneka Cipta, 2002.

Farid, Maksum, dkk, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah,


Tulungagung:LP. Ma’arif, 1992.

Fathoni, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura. Jakarta:
Fak. Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta,
2014.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Edisi I. Cet. IV;
Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Halik, Abdul. Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Berbasis Intelectual, Emotional, dan Spritual Quotient. Disertasi. Makassar:
Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, 2013.

94
95

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 10. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, t.th.

Harian Sulsel. ‚Anregurutta KH. Sanusi Baco, Lc; Ulama’ Kharismatik Sulawesi
Selatan‛. Situs Resmi Harian Sulsel. http://hariansulsel.com/profil-
anregurutta-kh-sanusi-baco-lc-ulama-kharismatik-sulawesi-selatan/ (18
Januari 2019)

Hasan, Abdurrohim, dkk, Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Metode Tilawat,


Surabaya: Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah PTT, VB, 2010.

Huda, Samsul dan Mustofa. Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an


Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, Tulungagung:
Pimpinan Pusat Majelis Pembinaan Taman Pendidikan Al-Qur‟an An-
Nahdliyah Tulungagung, 2015.

Hufadiah, Devi. Implementasi Metode An Nahdliyah Dalam Pembelajaran Membaca


Al Qur’an Di Tpq Al-Fattahiyyah Ngranti Boyolangu Tulungagung, Skripsi,
Tulungagung: Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2020.

Humam, As'ad, dkk. Buku Pedoman Pengelolaan, Pengembangan dan Pengembangan


TKA-TPA NASIONAL, Yogyakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan
Sistem Pengajaran Baca Tulis Alquran Lembaga Pengembangan Tilawatil
Quran Nasional, 1991.

Irham, Muhammad. Tafsir Gara’ibul Qur’an wa Raga’ib al-Furqan Karya al-


Naisaburi: Suatu Kajian Metodologi. Cet. I; Makassar: LEPERMI, 2017.

Al-Ju’fiy, Muhammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdilla>h al-Bukha>ry. S{ah}i>h} al-Bukha>riy. Juz
IV; t. tp: Da>r T}auq al-Naja>h, 1422 H.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Perkata. Bandung: Jabal,
2010.

Lutfi, Ahmad. Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia, 2009.

Mabin An-Nahdliyah Langitan. Sekilas Tentang An-Nahdliyah.


https://mabinannahdliyahlangitan.wordpress.com/2013/02/15/sekilas-tentang-
an-nahdliyah/ (14 Januari 2019)

Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar, Cet. IX; Jakarta: Mazhab Ciputat, 2014.

Marwan, Asril. ‚Kemampuan Guru-Guru TPA Dalam Penguasaan Ilmu Tajwid di


Kelurahan Hasanuddin Kecamatan Mandai Kabupaten Maros‛. Skripsi.
Gowa, Fak. Ushuluddin, Filsafat dan Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar,
2018.

‚Mujawwad‛. Wikipedia the Free Encyclopedia.


https://en.m.wikipedia.org/wiki/mujawwad (21 Januari 2019).

Muniron, dkk. Studi Islam di Perguruan Tinggi, Cet. I; Jember: STAIN Jember Press,
2010.
96

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.

Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah


Tulungangung. Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an Metode
Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah. Tulungaung: Pimpinan
Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungangung, 2015.

Salim, Abd. Muin, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>’i>. Cet. II; Makassar:
Pustaka Al-Zikra, 2017.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
14. Cet III; Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial, dengan Kata Pengantar oleh M. Budyatna.
Cet. III; Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

SM, Ismail, Strategi Pembelejaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran


Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan), Semarang: Bumi
Aksara, 2008.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2015.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Cet. XXV; Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Sutrisno, Abu Zakariya. Panduan Lengkap Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an


(TPA), Cet. I; Sukoharjo: Yayasan Hubbul Khoir, 2018.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet. V; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Cet.
II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Ula, Siti Via Muflihatul. ‚Implementasi Metode An-Nahdliyah dalam Pembelajaran


Membaca Al-Qur’an Siswa Di Mts Syekh Subakir 2 Sumberasri Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2016/2017‛. Skripsi. Tulungagung:
Fak. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2017.

Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng. Panduan Ilmu Tajwid Versi Madrasatul Qur’an Tebu
Ireng. Jombang: Unit Tahfizh MQ Tebu Ireng, 2004.

Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasido, 2002.

Wahyudi, Moh. Ilmu Tajwid Plus. Cet. II; Surabaya: Halim Jaya, 2008.

Wiyani, Novan Ardi dan Bernawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep
Pendidikan Monokotomik-Holistik, Yogyakarta: ar-Ruz Media, 2012.

Zulfison dan Muharom, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an dengan Metode


Mandiri. Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian

DAFTAR WAWANCARA

Berikut ini adalah daftar pertanyaan wawancara penelitian yang telah


diperoleh wawancara penelitian yang diperoleh peneliti di Taman Pendidikan Al-
Qur’an An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar terkait dengan rumusan
masalah dalam penelitian ini.

Daftar pertanyaan:

1. Kapan TPQ An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar Didirikan?

2. Apa alasan didirikannya TPQ An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar?

3. Kenapa dinamakan “An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin”?

4. Apa alasan mengambil metode an-nahdliyah sebagai metode


pembelajaran al-Qur’an di TPQ An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin
Makassar?

5. Apa pedoman yang dijadikan acuan dalam menerapkan metode an-


nahdliyah?

6. Apa kelebihan dan kekurangan metode an-nahdliyah?

7. Apa faktor pendukung dan penghambat pada penerapan metode an-


nahdliyah di TPQ An-Nahdliyah Sabilul Muttaqin Makassar?

8. Bagaimana cara pengelola TPQ menjaga kualitas guru agar tetap berada
dalam koridor metode an-nahdliyah

9. Berapa kali TPQ melaksanakan wisuda santri?

10. Bagaimana sistem penerimaan santri baru?

11. Apa saja yang menjadi pertimbangan pengelola TPQ untuk menyeleksi
guru?
97
98

12. Apakah TPQ telah memenuhi sarana dan prasarana yang diperlukan agar
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

13. Berasal darimana sajakah sumber dana yang dikelola TPQ untuk
memenuhi kebutuhan operasional TPQ dan dialokasikan kemana saja
dananya?

14. Apa dampak dari penerapan metode an-nahdliyah?

98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Hadi Nasrullah

Tempat/Tanggal Lahir : Banyuwangi/05 November 1991

Alamat : Jl. Kesatuan IV No 14 Makassar

Telepon/HP : 082261978499

B. Riwayat Keluarga

Ayah : Tohir (Alm)

Ibu : Rodiyah

Saudara : Khozinul Kirom

: Siti Kholilah

: Siti Fatimah

: Siti Munawwaroh

C. Riwayat Pendidikan

- MI Muhammadiyah No. 11 Bara-Baraya (disamakan), tamat 2004

- MTsN Model Makassar, tamat 2007

- SMA Darussalam Banyuwangi, tamat 2010

- Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, tamat 2021.

99

Anda mungkin juga menyukai