Prodi/Kelas/Absen : PAI / VI A/ 25
NIM : 20170101904
Salam takdzim kepada Drs. KH. Mulyadi, MM. Selaku pengasuh Pondok
Pesantren Darul Ihsan. Bapak Drs. Imam Bahrozi, MM. Selaku ketua 1 STAI Al-
Azhar Menganti, jajaran Dosen dan karyawan STAI Al-Azhar Menganti. Ustaz dan
ustazah selaku pembimbing santri Darul Ihsan yang saya muliakan. Serta santri
Pondok Pesantren Darul Ihsan yang kami banggakan.
Alhamdulillah hari ini istilah santri semakin jauh dari image terbelakang
dan tidak memiliki masa depan gemilang. Padahal kalau kita ingat beberapa tahun
yang lalu banyak sekali orang tua yang ragu menitipkan anak-anaknya ke pondok
pesantren karena khawatir sulit menjadi “orang”
Jujur saja, kita pasti tidak asing mendengar desas-desus terkait santri dan
pondok pesantren. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa secara finansial
seorang santri tak memiliki harapan. Stigma itu ada karena mereka meyakini bahwa
pondok pesantren semacam “Penjara” yang siap membelenggu kebebasan dan
potensi yang dimiliki seseorang. Padahal justru di pesantrenlah kedisiplinan benar-
benar diterapkan. Meski bagi orang yang tidak tahu, seorang santri hanya dicekoki
pengajian dan kegiatan keagamaan. Kenyataannya ilmu yang diberikan dalam
pondok pesantren jauh lebih dari itu.
Merujuk dari pidato Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A beliau
ً َو َك َٰذَ ِل َك َج َع ْل َٰنَ ُك ْم أ ُ َّمةً َو َس
membacakan cuplikan ayat dari surah al-Baqarah ayat 143 طا
“Muhammad, kamu harus membentuk suatu organisasi namanya ummat, ummat
yang keren, berperan, dan berkualitas” begitulah beliau mengartikan ayat tersebut.
Nah, bagaimana caranya menjadi ummat yang keren? Beliaupun melanjutkan ayat
ِ َّش َهدَآ َء َعلَى ٱلن
اس ۟ ُطا ِلت َ ُكون
ُ وا ً َو َسmenurut beliau potongan ayat tersebut bermakna “Ummat
yang keren adalah umat yang berperan di tengah masyarakat khususnya dalam
perkara ilmu agama” salah satu indikator menjadi ummat yang keren ini hanya bisa
didapatkan melalui pondok pesantren. Justru melalui pesantrenlah seseorang dapat
langsung mempraktikkan cara berperan di tengah masyarakat. Karena pondok
pesantren sendiri merupakan pemodelan dari kehidupan bermasyarakat. Bagaimana
tidak? Ratusan bahkan ribuan santri dengan berbagai macam baground daerah,
budaya, dan kebiasaan bermukim di satu tempat yang sama. Sehingga dalam
keseharian hampir sama dengan kehidupan bermasyarakat yang wajib menerapkan
hablumminannas dengan baik. Bukan hanya itu, image santri sangat kental dengan
istilah “manut kyai” ya, pasti sering kita jumpai, senakal apapun seorang santri bila
berhadapan dengan murobbinya atau kyainya, pasti tawadduk seketika. Karena
dalam kehidupan pesantren hal itu memang menjadi kebiasaan sehingga otomatis
dilakukan.
Selain itu siapa bilang kalau santri tidak akan bisa berperan? Berbagai
peran bisa dilakoni seorang santri. Seperti yang didawuhkan Prof. Dr. KH. Said
Aqil Siradj, M.A. ada yang namanya Syuhudan Diniyyah (Peran agama) tidak
diragukan lagi hal yang terpenting bagi seorang santri salah satunya adalah sanad
keilmuan yang jelas. Akhir-akhir ini bermunculan ustaz kondang yang bersanad
googleiyah wa youtubiyah. (ini bercanda ya) tapi kenyataan kalau ustaz-ustaz
tersebut menebar ilmu tanpa pendampingan seorang guru. Sehingga kerap
mengharamkan dan menuduh kafir. Berbeda dengan santri bersanad keilmuan yang
jelas. Dalam dakwahnya menerapkan tawasuth, tasamuh, dan moderat. Tidak
kagetan, sehingga segala perbedaan maupun fenomena yang terjadi dapat disikapi
dengan toleransi bukan provokasi. Lagi-lagi bekal ilmu agama yang mumpuni
hanya ada di pondok pesantren.
Peran ketiga adalah Syuhudan Siyasiyan (peran politik) ada banyak bukti
konkrit. Hari ini sampai lima tahun yang akan datang wakil presiden Indonesia
seorang Kyai besar, dulu juga ada Gus Dur yang menjadi presiden Indonesia paling
fenomenal dan dikenal dunia sebagai orang yang sangat cerdas.
Sekali lagi, selamat hari santri nasional semoga para santri jaman now
istiqomah dalam meneruskan perjuangan para ulama untuk berdakwah menebar
kedamaian bagi seluruh umat di dunia ini. Kemudian terus meningkatkan kualitas
diri sebagai seorang santri yang dinafasi oleh bimbingan para ulama dan kyai serta
nilai-nilai pondok pesantren. Teruslah berperan untuk menebar kebermanfaatan
bagi sekitar. Teruskan langkah, jangan goyah. Ridho dan doa murobbi ruhi mu
senantiasa mengiringi. Jaga nama baik santri dan pondok pesantren khususnya
Darul Ihsan yang kita cintai ini.
Sebagai penutup, saya teringat tagline yang sempat saya baca di web STAI
al-Azhar “Mahabbah bil Ilmi wal Ulama” semoga saya dan hadirin sekalian
menjadi umat yang keren. Umat yang mendapat syafaat Rasulullah SAW karena
mencintai ilmu dan kerhidmat pada ulama. Demikian pidato saya, mohon maaf dan
kemakluman atas segala kesalahan.