Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tasya Safitri

Rayon : Al-Azhar

Komisariat : Sunan Giri Sidoarjo

KONDISI KOPRI DI TINGKAT KEPENGURUSAN DAN REKOMENDASI STRATEGI


PENGEMBANGAN KOPRI

Berbicara mengenai KOPRI, banyak teman seperjuangan saya yang bisa dibilang cukup
sukses dalam mengangkat nama baik kopri. Contohnya seperti menjadi pemantik buku, menulis
dan hasilnya di unggah di website, memoderatori Talk Show bersama ketua kopri cabang, dan
bahkan ada yang telah menjadi pemateri pada Angkatan 19. Dan ketika dari pihak komisariat
mengadakan “kajian kopri” kopri Angkatan 19 tidak segan-segan beradu argument dengan para
sahabat-sahabat yang yang sangat anti dengan wadah kopri.

Itulah kondisi kopri ditingkat angkatan, sekarang kita naik 1 level membahas kondisi
kepengurusan kopri tingkat rayon. Saya melihat ada beberapa rayon yang koprinya aktif,
lumayan aktif dan ada juga kopri rayon yang bisa dibilang mati total, ternyata benar setelah saya
menganalisis kondisi kopri di tingkat kepengurusan rayon, memang ada salah satu rayon yang
sama sekali tidak pernah mengadakan kegiatan, atau rutinan dan mirisnya tidak pernah
mengadakan kumpulan. Dari sini mulai timbul pertanyaan apakah kader kopri kurang tertarik
dengan kegiatan yang diadakan oleh pengurus ataukah dari pengurus tersebut yang kurang bisa
mengkader dan mengambil hati para kader kopri? Masih menjadi pertanyaan kenapa kader kopri
lebih tertarik dengan kajian yang sifatnya umum daripada kajian yang membahas kopri itu
sendiri. Tentunya ada banyak faktor kenapa masih ada kopri yang seperti itu, padahal sudah
dibentuk wadah KOPRI untuk bagaimana kader kopri bisa lebih leluasa untuk mengembangkan
potensinya dalam berbagai bidang. Pertanyaanya kenapa kopri rayon yang tidak aktif tadi tidak
mengaca pada kopri rayon lain yang lebih aktif tentunya, lagi-lagi ini adalah problem diri
individu kopri yang belum selesai, hedonis, apatis, egois dan semacamnya masih dibudidayakan
sehingga bukan wadah kopri yang mereka utamakan melainkan kesenangan pribadi yang
dilanggengkan.

Berbeda lagi ketika kita membahas kopri di tingkat kepengurusan komisariat. Bukan lagi
masalah hedonis, apatis egois dan semacamnya, melainkan jauh dari kata itu. Kopri komisariat
yang seharusnya menaungi kopri-kopri rayon malah bernaung dibawah kopri rayon, kenapa bisa
seperti itu? Menurut hasil analisis yang saya lakukan kopri rayon lebih aktif daripada kopri
komisariat bisa dilihat dari kesunyian kopri komisariat ditengah-tengah keramaian kopri-kopri
rayon. Kopri rayon adalah kopri komisariat bukan berarti kopri komisariat adalah kopri rayon.
Jadi kopri komisariat harus lebih progresif daripada kopri rayon, jika tidak maka benar analisis
saya bahwa kopri komisariat bernaung di bawah kopri rayon. Pertanyaanya apakah pmii tidak
mampu untuk mengembangkan potensi kader putri sehingga perlu dibentuknya sebuah wadah
yang disebut dengan kopri?

Peningkatan Kualitas SDM merupakan strategi dasar dalam pengembangan kopri. Jadi
secara Infrastruktur dengan kurangnya SDM membuat pergerakan di lembaga kopri sendiri
menjadi tidak maksimal, jika di PMII sudah ada jenjang pengkaderan yaitu MAPABA, PKD,
PKL, dan PKN. Begitu pula dengan KOPRI,yang juga jenjang pengkaderan yaitu Informal
seperti (Ngopri) ngobrol bareng kopri, NonFormal seperti sekolah kopri, dan yang Formal sudah
disistematiskan pada Kongres XVII di Jambi 2014 yang dimana dalam AD/ART PMII (PPK
KOPRI) Pasal 27 Tahapan kaderisasi KOPRI, yang terbagi dalam beberapa jenjang yaitu: SIG,
SKK dan SKKN. Guna untuk memperbaiki social Strukturnya dimana kader kopri banyak yang
belum mampu menuntaskan kaderisasniya ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan kesadaran
dan kualitas kader putri yang masih sangat rendah. Melihat problem sebelumnya dimana kopri
ditingkat rayon yang lumayan mati total, bisa saja pemicunya ialah kurangnya pengkaderan
Informal dan ikatan emosional antara pengurus dan anggota.

Dengan terpenuhnya peningkatan kualitas SDM maka kopri pasti akan bekembang dan
berkualitas dengan sendirinya. kopri juga dituntut untuk melakukan pengabdian di masyarakat
seperti contohnya, merubah mindset masyarakat tentang perempuan yang sering pulang larut
malam, dan tidak semua perempuan yang pulang larut malam itu adalah perempuan yang tidak
baik. Itu adalah tugas terberat kita sebagai kopri dan jika ingin merubah mindset tersebut kita
harus membuktikan dengan cara menjadi orang yang sangat berperan dalam suatu lingkungan
tersebut.

SEKIAN 

Anda mungkin juga menyukai