Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ WAKTU DAN TEMPAT BELAJAR ”

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti


Perkuliahan Hadis Tarbawi

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Yuliharti, M.Ag.
Muhammad Muftih Fashlih, M.Pd

Di susun Oleh:

Rani Aulia Safitri (12210320842)


Melly Andrina (12210323707)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1445H / 2023M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ WAKTU DAN
TEMPAT BELAJAR ”. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, serta semua umat-Nya
hingga kini, dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaat-Nya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan penulis semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan maupun pedoman
bagi para pembaca, serta menambah wawasan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Pekanbaru, 19 Desember 2023

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I .........................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2

C. TUJUAN MASALAH .......................................................................................2

BAB II........................................................................................................................3

PEMBAHASAN .......................................................................................................3

A. HADIST TENTANG WAKTU DAN TEMPAT BELAJAR............................3

B. JADWAL PEMBELAJARAN ..........................................................................7

C. MIMBAR SEBAGAI MEDIA ..........................................................................8

BAB III ....................................................................................................................11

PENUTUP ...............................................................................................................11

A. KESIMPULAN ...............................................................................................11

B. SARAN ............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua komponen
yang terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, Pendidikan Islam juga
mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan adanya suatu
program yang terencana yang dapat mengantar proses pendidikan sampai pada tujuan
yang diinginkan.
Proses belajar mengajar, pelaksanaannya, sampai penilaian, dalam pendidikan lebih
dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan. Satu hal yang paling penting dalam
masalah pendidikan formal adalah pengaturan kurikulum. Karena kurikulumlah yang
dijadikan sebagai acuan bagi berjalannya proses pendidikan. Bahkan termasuk sebagai
acuan bagi evaluasi berhasil atau tidaknya proses kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru atau sekolah. Kurikulum pendidikan Islam tidak terbatas
mempelajari mata pelajaran pengetahuan agama Islam saja sebagaimana kefahaman
kebanyakan masyarakat. Tetapi pendidikan Islam itu sebenarnya mempunyai jangkauan
yang lebih luas meliputi semua cabang ilmu pengetahuan yang dibenarkan oleh agama
Islam.1
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam
disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan
langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan
Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif
yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode
pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Dengan
penggunaan metode yang tepat memungkinkan semakin mudah untuk mencapai tujuan
pendidikan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam beberapa cuplikan

1 Sebagi Upaya and Pemerataan Pendidikan, ‘Dosen Tetap STIT Ahlussunnah Bukittinggi 127’, 127 –48.
1
hadis dalam makalah yang akan kami sampaikan ini. 2

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah :
1. Bagaimana hadist tentang metode menciptakan situasi yang menyenangkan
dalam pendidikan islam?
2. Apa saja metode pengajaran pendidikan berdasarkan hadits rasulullah?
3. Apa saja dalil al qur’an yang menjelaskan tentang metode pengajaran dalam
islam?

C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah :
1. Mengetahui cara menciptakan situasi yang menyenangkan dalam pendidikan
islam.
2. Mengetahui metode metode pengajaran pendidikan berdasarkan hadits
rasulullah.
3. Mengetahui dalil qur’an yang menjelaskan tentang metode pengajaran dalam
islam.

2 Achmadi, ‘Paradigma Humanisme Teosentris Ideologi Pendidikan Islam’, 2010, 9 –44.


2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HADIST TENTANG WAKTU DAN TEMPAT BELAJAR


1. Teks Hadist
ْ‫ِي عَ ْن أَبِي صَال ٍِح ذَكْ َوا َن عَ ْن أَبِي َسعِي ٍد َجاءَت‬ ِ ‫صبَهَان‬ َّ ‫َحدَّثَنَا ُم َسدَّدٌ َحدَّثَنَا أَبُو عَ َوانَ َة عَ ْن عَبْ ِد‬
َ ْ ‫الر حْ َم ِن بْ ِن‬
ْ ‫اْل‬
َ‫الر َجا ُل ِب َحدِيثِكَ فَاجْ َع ْل لَنَا م ِْن نَفْ سِك‬
ِ ‫َب‬ ِ َّ ‫علَيْهِ َو َس َّل َم فَقَالَتْ َيا َر سُو َل‬
َ ‫َّللا ذَه‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ا ْم َرأَ ةٌ ِإلَى َر سُو ِل‬
َ ‫َّللا‬
ِ‫علَيْه‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫َي ْو ًما ن َْأتِيكَ فِيهِ فَقَا َل اجْ تَ ِم ْع َن فِي َي ْو ِم كَذَا َوكَذَا فِي َمكَا ِن كَذَا َوكَذَا فَاجْ تَ َم ْع َن فَأَتَاهُ َّن َر سُو ُل‬
َ ‫َّللا‬
ِ َّ‫َّللا ثُمَّ قَا َل َما ِمنْكُ َّن ا ْم َرأَ ةٌ تُقَ ِدمُ بَيْ َن يَدَيْهَا م ِْن َولَ ِدهَا ثَ ََلثَةً إِ ََّّل كَا َن لَهَا حِ َجابًا م ِْن الن‬
‫ار‬ ُ َّ ُ‫َو َسلَّمَ فَعَلَّ َمهُ َّن ِم َّما عَلَّ َمه‬
. ‫َّللا أَ ْو اثْنَيْ ِن قَا َل فَأَعَادَتْهَا َم َّرتَيْ ِن ثُمَّ قَا َل َواثْنَيْ ِن َواثْنَيْ ِن َواثْنَيْ ِن‬
ِ َّ ‫فَقَالَتْ ا ْم َرأَ ةٌ ِمنْهُ َّن يَا َر سُو َل‬
Terjemah :
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada
kami Abu’Awanah dari Abdurrahman bin Al Ashbahani dari Abu Shalih
Dzakwan dari Abu Sa’id, bahwa seorang wanita menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyampaikan uneg-unegnya, “Wahai
Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu dan menimba hadits,
maka tolong berilah kami jatah harimu sehingga kami bisa menemuimu dan
anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepada
anda.” Rasul mengiayakan dengan bersabda: “Boleh, berkumpullah kalian pada
hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, “ maka para wanita pun berkumpul
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari mereka ilmu yang telah
Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan kepada para wanita itu: “Tidaklah salah seorang di antara kalian
melahirkan tiga anak (yang shalih), kecuali ketiga anak itu akan menjadi
penghalang neraka baginya.” Maka ada seorang wanita yang bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?” Wanita itu mengulanginya hingga
dua kali. Maka Rasulullah menjawab: “Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya
dua. ( H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Penjelasan Hadist
Hadis di atas menjelaskan perhatian Nabi terhadap pendidikan para sahabat.
Jika kita ingin melakukan proses pembelajaran antara guru dan murid, tentunya
terlebih dahulu menentukan waktu dan tempatnya. Penentuan ini akan lebih baik kalau

3
ada kesepakatan antara murid dan guru. Dalam Hadits di atas permintaan kaum wanita
yang menentukan hari apa untuk belajar , demikian alangkah baiknya guru yang
menentukan dan murid tidak mendahului guru dalam menentukan nya. Namun
demikian Nabi seorang demokratis tidak menentukan waktu semena-mena atau secara
sepihak, melainkan disepakati bersama.
Nabi mempersilahkan kepada mereka menentukan hari dan tempat yang
memungkinkan bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan melaksanakan
pembelajaran. Penentuan waktu dan tempat setelah ada permintaan dan setelah
diketahui keinginan atau aspirasi murid tentunya lebih diharapkan, lebih
menyenangkan, dan lebih merindukan dari pada tidak ada permintaan. Guru sebagai
motivator memang harus mampu menggairahkan semangat murid untuk mencari
ilmu. Adapun pelajaran yang dapt diambil dari hadits diatas adalah perlunya
kesepakatan waktu, dan tempat pembelajaran.3

3. Pohon Sanad

Rasulullah ‫ﷺ‬

Abu Sa'id

Abu Shalih Dzakwan

Abdurrahman bin Al-Ashbahani


5. Abu 'Awanah

Abu 'Awanah

Musaddad

3 Miftakhul Munir, ‘Ayat-Ayat Pendidikan Tentang Tujuan Pendidikan’, Madinah: Jurnal Studi Islam, 8.1
(2021), 47–57.

4
4. Mufradat
‫تَقَدَّ َم بَيْ َن يَدَيْهَا‬ : Maju. Yang dimaksud adalah mendidik, mengajar, mengurus.
‫َأعَادَ ْتهَا‬ : Mengulanginya
Seorang perempuan yang datang kepada Rasulullah dalam hadis di atas adalah
Asma’ binti Zaid ibn As Sakan. Ia datang dengan tujuan agar Rasulullah dapat
mengajarkan kepadanya dan kaum wanita pada masa itu segala yang telah Rasul
ajarkan kepada kaum laki-laki. Rasulullah menyetujuinya dan menetapkan hari
sekaligus tempat belajar bagi mereka. Hal ini mengisyaratkan bahwa waktu dan
tempat merupakan hal penting dalam proses perencanaan dan pengajaran pendidikan,
karena tanpa waktu dan tempat yang tepat maka akan menghambat tercapainya tujuan
pendidikan.

5. Syarah Hadist
Hadis di atas menjelaskan perhatian Nabi terhadap pendidikan para sahabat
terutama kaum wanita. Pembelajaran yang dilakukan Nabi tidak hanya sepihak
terhadap kaum pria saja akan tetapi juga terhadap kaum wanita. Sebagaimana Beliau
mempunyai majelis ilmu khusus pria dan umum yang dilakukan Beliau setiap selesai
shalat wajib di masjid. Ada beberapa kandungan pada Hadis tersebut, diantaranya:

Majlis pembelajaran kaum wanita

Pada hadis diatas dijelaskan bagaimana semangat sahabat kaum wanita yang
ingin belajar dari Rasulullah sebagaimana yang diajarkan kepada kaum pria. Para
shabat wanita sangat mengharapkan bisa bertemu langsung dengan Rasulullah dan
diajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat sebagaimana yang diajarkan Allah. Ungkapan
kaum wanita itu diwakili oleh seorang perempuan, dia memohon kepada Rasulullah
agar Beliau sudi mengajar merekaa dengan ungkapan :

َ‫الر َجا ُل بِّ َحدِّيثِّك‬ َ ‫ذَه‬


ِّ ‫َب‬

“kaum pria berangkat mempelajari Hadis dari engkau”

5
Permohonan kaum wanita belajar dengan Nabi dianalogikan dengan
pembelajaran yang diberikan kepada kaum pria. Seolah-olah di sini terjadi emansipasi
kaum wanita dalam pembelajaran. Emansipasi kebaiakan dalam amal saleh adalah
suatu kebaikan yang banyak dilakukan oleh para sahabat wanita zaman dahulu dan
sangat langka dilakukan oleh kaum wanita sekarang era modern. Emansipasi wanita
zaman sekarang terbatas pada masalah materi atau jabatan yang menjanjikan belaka
semata. Sangat langka terjadi emansipasi wanita dalam masalah pendidikan agama
atau pembelajaran sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.

Waktu dan Tempat Pembelajaran

Waktu belajar hendaknya harus disepakati antara murid dan guru, kalau tidak
di sepakati waktunya, sulit pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kaum wanita
memohon kepada Nabi dengan ucapan:

‫فَاجْ َع ْل لَنَا م ِّْن نَفْ سِّكَ يَ ْو ًما نَأْتِّيكَ فِّيه‬

“Berilah kami kesempatan dari engkau suatu hari kami akan datang di situ”

Jika kita ingin melakukan proses pembelajaran antara guru dan murid, tentunya
terlebih dahulu menentukan waktu dan tempatnya. Penentuan ini akan lebih baik kalau
ada kesepakatan antara murid dan guru. Dalam Haddis di atas permintaan kaum
wanita yang menentukan hari apa untuk belajar dan ini merupakanetika murid yang
baik terhadap gurumempersilahkan guru yang menentukan dan murid tidak
mendahului guru. Namun demikian Nabi seorang demokratis tidak menentukan waktu
semena-mena atau secara sepihak, melainkan disepakati bersama. Mereka mengharap
diajarkan ilmu dari Allah.

ُ َّ‫تُعَلِّ ُمنَا ِّم َّما عَلَّ َمكَ َّللا‬

“Tuan mengajarkan kepada kami tentang apa yang telah Allah ajarkan kepada
Tuan.”

Permohonan mereka agar Nabi mengajarkan ilmu yang diajarkan oleh Allah.

6
Ini adalah ungkapan ketulusan yakni sama-sama mengabdi kepada Allah dan ingin di
bagi ilmu dari Allah atau wahyu dari Allah. Ilmu yang diajarkan Allah adalah Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah.

Beliau memberikan kesempatan kepada mereka untuk memilih dan menentukan


hari dan waktu untuk belajar dengan sabda beliau:

‫فَقَا َل اجْ تَ ِّمعْ َن فِّي يَ ْو ِّم كَذَا َوكَذَا فِّي َمكَا ِّن كَذَا َوكَذَا فَاجْ تَ َم ْع َن‬

“Berkumpullah kalian di hari anu dan tempat anu.”

Nabi mempersilahkan kepada merekamenentukan hari dan tempat yang


memungkinkan bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan melaksanakan
pembelajaran. Penentuan waktu dan tempat setelah ada permintaan dan setelah
diketahui keinginan atau aspirasi murid tentunya lebih diharapkan, lebih
menyenangkan, dan lebih merindukan dari pada tidak ada permintaan. Guru sebagai
motivator memang harus mampu menggairahkan semangat murid untuk mencari
ilmu. Adapun pelajaran yang dapt diambil dari hadits diatas adalah perlunya
kesepakatan waktu, jadwal, dan tempat pembelajaran.

B. JADWAL PEMBELAJARAN
1. Teks Hadist
َ‫ورَع ْنَأبِيَوائِ ٍلَقالَكانَعبْدََُّللاَّ َِيُذك ُِرَالنَّاسَفِيَ كَُ ِل‬ ٌ ‫َحدَّثناَعُثْمانَُ بْنَُأبِيَشيْبةَقالَحدَّثناَج ِر‬
ٍ ُ‫يرَع ْنَمنْ ص‬
َ ‫َِالر حْم ِنَ لو ِددْتُ َأنَّكَذكَّرْ تناَكُلََّي ْو ٍمَقالَأماَ إِنَّهَُي َْمنعُنِيَ م ِْنَذلِكَأنِيَأكْر هَُأ ْنَأُ ِملَّكُ ْم‬
َّ ‫ِيسَفقالَلهَُر جُ لٌَياَأباَعبْد‬
ٍ ‫خم‬
‫يَصلَّىََّللاَّ َُعليْهَِو سلَّمَيت خ ََّولُناَبِهاَم خافةَال سَّآمةَِعليْنا‬
ُّ ِ‫وإِنِيَأت خ َّولُكُ ْمَ بِالْم ْوعِظةَِكماَكانَالنَّب‬
Terjemah:
“Dari abi wail berkata :abdullah bin mas’ud memberi pelajaran kepada orang
banyak setiap hari kamis, seorang laki-laki bertanya kepadanya :” Hai Abdurrahman
! demi allah jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari”. Beliau
menjawab: “ Ingatlah,bahwa yang mencegah aku dari yang demikian itu, aku tidak
suka membuat engkau menjadi bosan. Sesungguhnya aku memperhatikan waktu
untuk memberi mau’idzah (pelajaran) kepada kamu sebagaimana Rasulullah
memerhatikannya untuk kita karena khawatir membosankan.” (HR.Bukhari dan

7
Muslim )
2. Penjelasan Hadist
Pada hadits diatas dijelaskan para murid abdurrahman bin mas’ud mempunyai
himmah yang sangat besar terhadap menuntut ilmu, bahkan mereka meminta langsung
kepada abdurrahman bin mas’ud untuk menambah jadwal pembelajaran nya menjadi
setiap hari. Akan tetapi keinginan mereka dibantah oleh Abdurrahman bin mas’ud .
beliau memberikan pelajaran dan mau’idzah kepada murid -muridnya seminggu sekali
yakni setiap hari kamis. Alasan nya adalah untuk mengantisipasi semangat para murid
agar tetap segar dan tidak merasakan kebosanan. Seorang guru yang bijak dapat
mengarahkan dan menyalurkan aspirasi anak muridnya dengan baik , tidak harus
diberi semua atau dipatahkan semangatnya.
Akan tetapi, guru yang baik dapat mengarahkan yang lebih baik dan lebih
maslahat bagi keberlangsungan pembelajaran. Jadi musuh yang sangat sulit untuk di
kalahkan dalam meuntut ilmu adalah rasa kebosanan, bosan adalah penyakit yang
berbahaya bagi semua manusia. Oleh karena itu, berbagai strategi dan pendekatan
dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan modern , untuk mengantar
murid agar senang dan tidak bosan dan menerima pelajaran atau bosan belajar. Ada
beberapa hal yang dapat diambil dari hadis diatas bahwa, jadwal pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kondisi murid dan tingkat kesulitan materi pembelajaran.4

C. MIMBAR SEBAGAI MEDIA


1. Teks Hadist
‫ي عُو ٍد ه َُو فَقَا َل أَ َما َوَّللاَّ ِّ ِّإنِّي‬ ِّ َ‫ار ْوا فِّي الْ ِّمنْ َب ِّر م ِّْن أ‬
َ ‫از ٍم أَ َّن نَف ًَرا َجا ُءوا ِّإلَى َس ْه ِّل بْ ِّن َس ْع ٍد قَدْ تَ َم‬
ِّ ‫عن َأ ِّبي َح‬
ُ‫س عَلَيْهِّ قَا َل فَقُلْت‬ َ َ‫ف م ِّْن أَيِّ عُو ٍد ه َُو َو َم ْن عَ ِّملَهُ َو َرأَيْتُ َر سُو َل َّللاَّ ِّ صَلَّى َّللاَّ ُ عَلَيْهِّ َو َسلَّمَ أَ َّو َل يَ ْو ٍم َجل‬ ُ ‫ََلَع ِّْر‬
‫از ٍم إِّنَّهُ لَيُ َس ِّمهَا يَ ْو َمئِّ ٍذ‬ ِّ ‫َّاس ف ََح ِّدثْنَا قَا َل أَرْ َس َل َر سُو ُل َّللاَّ ِّ صَلَّى َّللاَّ ُ عَلَيْهِّ َو َسلَّمَ إِّلَى ا ْم َرأَ ةٍ قَا َل أَبُو َح‬ ٍ ‫لَهُ يَا أَبَا عَب‬
‫ت ثُمَّ أَ َم َر بِّهَا َر سُو ُل َّللاَّ ِّ صَلَّى‬ َ َّ‫جَّار يَعْ َم ْل لِّي أَع َْوادًا أُكَلِّمُ الن‬
ٍ ‫اس عَلَيْهَا فَعَ ِّم َل هَ ِّذ هِّ الثَّ ََلثَ د ََر َجا‬ َ َّ‫انْظُ ِّري غُ ََل َمكِّ الن‬
‫ص َّلى َّللاَّ ُ عَ َليْهِّ َو َس َّل َم قَا َم‬
َ ِّ َّ‫ي م ِّْن طَرْ فَا ِّء الْغَابَةِّ َولَقَدْ َرأَيْتُ َر سُو َل َّللا‬ َ ‫ض َع فَ ِّه‬ِّ ‫ض َعتْ هَذَا الْ َم ْو‬ ِّ ‫َّللاَّ ُ عَلَيْهِّ َو َسلَّ َم ف َُو‬
َ ‫ص ِّل ا ْل ِّمنْ َب ِّر ُث َّم‬
َ‫عاد‬ ْ ‫علَى الْ ِّمنْ َب ِّر ثُ َّم َرفَ َع فَنَزَ َل الْقَ ْهقَ َرى َحتَّى َس َجدَ فِّي َأ‬ َ ‫اس َو َرا َء ُه َوه َُو‬ ُ َّ‫علَيْهِّ فَكَب ََّر َوكَب ََّر الن‬ َ
‫اس إِّنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِّتَأْتَ ُّموا بِّي َولِّتَعَلَّ ُموا‬
ُ َّ‫اس فَقَا َل يَا أَيُّهَا الن‬
ِّ َّ‫َحتَّى ف ََرغَ م ِّْن آخِّ ِّر صَ ََلتِّهِّ ثُمَّ أَقْبَ َل عَلَى الن‬
‫صَ ََلتِّي‬
Terjemahan :

4Mutiara Sofa, ‘Prinsip-Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an’,
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951 –952., 3.1 (2018), 10–27
<https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf>.

8
Dari Abu Hazim RA, bahwa sekelompok orang datang kepada Sahal bin Sa’ad
RA. Mereka berselisih, “Dari kayu apa mimbar Rasulullah SAW terbuat?” Sahal
menjawab, “Demi Allah, sungguh aku tahu dari kayu apa mimbar itu dibuat dan siapa
yang membuatnya. Aku juga melihat Rasulullah SAW duduk pertama kali di atas
mimbar itu.” Abu Hazim berkata kepada Sahal, “Hai Abu Abbas! Beritahu kepada
kami!” Sahal menjawab, “Rasulullah SAW mengirim utusan kepada seorang
perempuan (menurut Abu Hazim, pada saat itu dia sebutkan nama perempuan
tersebut), ‘Carilah pembantumu yang menjadi tukang kayu itu agar dia
membuatkanku mimbar dari kayu untuk berkhutbah.” Maka dia membuatnya dengan
tiga tanjakan (undak),” lalu Rasulullah menyuruh agar mimbar itu diletakkan di
tempat ini, dan mimbar tersebut dari kayu hutan yang bagus.” Aku telah melihat
Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar itu, lalu bertakbir (shalat) dan orang-orang
pun ikut shalat di belakang beliau, sedangkan beliau berada di atas mimbar. Kemudian
beliau mundur hingga turun ke bagian terbawah, sampai beliau bersujud ke dasar
mimbar, lalu kembali lagi ke atas mimbar sampai beliau selesai shalat, kemudian
beliau menghadap kepada para jamaah, seraya bersabda, ‘Saudara-saudara!
Sesungguhnya aku lakukan ini agar kalian bisa jelas dalam bermakmum kepadaku,
dan agar kalian mempelajari cara shalatku” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Penjelasan Hadist
Hadis shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa Nabi
selalu menggunakan mimbar tempat menyampaikan khotbah maupun tempat
pembelajaran berlangsung. Mimbar adalah salah satu sarana penting dalam
pembelajaran. Dalam menyampaikan materi pembelajaran beliau menggunakan
mimbar sebagai media. Hal itu dilakukan agar sahabat dapat melihat beliau dengan
jelas, sehingga informasi yang disampaikan dapat di terima dengan baik.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan, minat, dan motivasi, bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap
orientasi akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan. Media juga dapat membantu menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data serta memadatkan informasi; sehingga pemahaman
siswa meningkat. Sejalan dengan uraian ini, Mahmud Yunus mengungkapkan,
bahwasanya media memiliki pengaruh yang paling besar terhadap indra dan lebih
dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat

9
pemahamannya dan lama bertahannya dibandingkan dengan mereka yang melihat,
atau melihat dan mendengarkan.5

5 Multazam.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya
metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu
disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian. Menurut istilah
(terminologi), metode adalah aaran yang memberikan uraian, penjelasan, dan penentuan
nilai. Sedangkan yang dimaksud dengan metode pengajaran adalah cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pengajaran.
• Dalam hadits-hadits yang termuat dalam makalah menyimpulkan bahwasanya metode
pengajaran dapat pula menggunakan yang mudah, diulang-ulang, dapat menggunakan
perumpaan serta cerita atau kisah.

B. SARAN
Penulis mengharapkan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta
semoga pembaca mampu mencapai tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, ‘Paradigma Humanisme Teosentris Ideologi Pendidikan Islam’, 2010, 9–44
Azzohardi, ‘Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MTs Muhammadiyah Rejang
Lebong’, An-Nizom, 2.2 (2017), 276 <http://e-theses.iaincurup.ac.id/201/1/ANALISIS
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs MUHAMMADIYAH
REJANG LEBONG.pdf>
Hafsah, ‘Karakteristik Pembelajaran PAI Dalam Pendidikan Formal’, Al-Afkar, Journal for
Islamic Studies, 4.1 (2021), 229
Lailatussaidah, Isri, Kambali, and Rusydi, ‘Konsep Humanisme Religius Sebagai Paradigma
Pendidikan Islam Menurut Abdurrahman Mas’ Ud Dalam Konteks Pendidikan Modern’,
Journal Islamic Pedagogia, 2.2 (2022), 63–71
<https://islamicpedagogia.faiunwir.ac.id/index.php/pdg/article/view/79>
Masalah, A Latar Belakang, ‘ْ َ ‫ُأ ِّ هللا د ُ ا َ ق ت ُ م َّ ِّ إ م َّ ِّ إ ر ٌ ي ِّ ب خ َ َ هللا ن َ ن ع ْ ك ْ ك َ ك ِّ م ٌ ي ِّ ل ع َ ر‬
2019 ,’‫ مي ظ َ ق ُ ل خ َ َّ ن ِّ إ و َ َ ل ك ِّ ع‬٤ ‫ى َ ل ع‬
Masang, Azis, ‘Metode Paud Dalam Perspektif Hadits Tematik Tarbawy’, PILAR: Jurnal
Kajian Islam Kontemporer, 09.1 (2018), 1–23
Mizani, Zeni Murtafiati, ‘Relevansi Konsep Pendidikan Humanis-Religius Abdurrahman
Mas�Ud Dengan Penguatan Pendidikan Karakter Dan Keterampilan Peserta Didik Abad
21’, TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4.2 (2021), 166

12

Anda mungkin juga menyukai