Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HADIS METODE PENGAJARAN RASULULLAH SAW (SUB 1)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“HADIS TARBAWI”

Dosen Pengampu: Khainuddin.S.Pd.I, M.Ag.

Kelompok 13:

Moh. Indra Putra P. (22201136)

Diska Munasari. (22201158)

Novi Nur Mukharomah. (22201167)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, di tengah berbagai kesibukan perkuliahan, makalah ini dapat


terselesaikan. Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi.
Makalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Khainuddin,
S.Pd.I, M. Ag yang telah menjelaskan rencana program studi dari mata kuliah ini dan
menjelaskan pembelajaran untuk masing-masing topik perkuliahan, sehingga kami
mendapatkan gambaran yang relatif utuh dari topik perkuliahan ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang belum
kami ketahui, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membantu untuk dapat
menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.

Kediri, 30 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Metode Pembelajaran Rasulullah: ........................................................................ 2


1. Metode Pembelajaran Dengan Keteladanan ................................................... 2
2. Mengajar Secara Bertahap .............................................................................. 4
3. Metode Dialog Dan Tanya Jawab ................................................................... 6
4. Metode Tamtsil ............................................................................................... 7
5. Metode Tasybih .............................................................................................. 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses seumur hidup yang harus dilalui oleh setiap insan
manusia. Sehingga harus imbang dalam mempelajari keilmuan agamis dan duniawi
agar memperoleh derajat yang tinggi dan kemuliaan didunia. Belajar sendiri berkaitan
dengan pengalaman dan kegiatan seseorang dalam berproses menuju diri yang lebih
baik dan berakhlak mulia. Dalam Islam sendiri, seorang Muslim diwajibkan untuk
berilmu karena ilmu merupakan penyempurna dari Ibadah yang dilakukan serta dapat
meningkatkan akhlak dari seseorang. Ilmu pengetahuan juga sebagai penyelamat
manusia dari kesesatan dan ketidaktahuan akan dunia dan akhirat. Karena ilmu sendiri
membentuk kemampuan dan jati diri umat manusia. Sehingga turunlah wahyu Allah
SWT yang tertuang dalam Q.S Al Alaq ayat 1
Sehingga upaya Nabi Muhammad SAW sebagai juru selamat dunia dan akhirat
dalam menyebarkan keilmuan yang benar dan shahih merupakan hal yang patut kita
tiru dan terapkan dalam proses pembelajaran. Banyak metode yang diterapkan
Rasullulah SAW dalam menyebarkan syariah agama Islam kepada para pemeluknya.
Yang mana berbagai metode tersebut beliau gunakan dan dapat kita rasakan
manfaatnya hingga saat ini. Sehingga dalam makalah ini, akan disajikan metode-
metode yang digunakan Rasullulah SAW dalam menyebarkan syariat agama Islam
beserta hadis yang mendukung metode tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode Pengajaran Rasulullah Dengan Akhlak Mulia Dan
Keteladanan?
2. Bagaimana Metode Pengajaran Rasulullah Secara Bertahap, Selektif,
Memperhatikan Situasi Dan Kondisi Serta Interaktif/Tanya Jawab?
3. Bagaiamana Metode Pengajaran Rasulullah Melalui Metode Tamtsil, Tasybih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengajaran Rasulullah Dengan Akhlak Mulia Dan
Keteladanan.
2. Untuk Mengetahui Metode Pengajaean Rasulullah Secara Bertahap, Selektif,
Memperhatikan Situasi Dan Kondisi Serta Interaktif/Tanya Jawab.
3. Untuk Mengetahui Metode Pengajaran Rasulullah Melalui Metode Tamtsil,
Tasybih.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran Rasulullah Saw


Metode pembelajaran adalah sistem yang dijalankan guru dalam menyampaikan
pelajarannya untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pengajarannya, Rasulullah SAW selalu memilih metode yang paling
baik dan istimewa, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajarannya dapat dicapai
secara efektif dan efisien, ada banyak metode yang beliau gunakan dalam pengajarannya,
di antaranya sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Dengan Keteladanan (Prilaku yang Baik dan Budi
Pekerti Luhur)
Salah satu pengajaran Rasulullah SAW yang paling penting adalah melalui
keteladanan dengan tingkah laku yang baik dan budi pekerti yang luhur. Rasulullah
SAW apabila memerintahkan sesuatu, beliau sudah melakukan terlebih dahulu
perkara yang Ia perintahkan itu, barulah setelah itu orangorang melakukan dan
mengikuti sebagaimana yang mereka lihat. Akhlak beliau adalah Al-Quran. Beliau
berada di atas budi pekerti yang agung. Allah SWT menjadikan Beliau suri tauladan
yang baik bagi hamba-hambaNya. Allah SWT berfirman:

‫اّللَ َكثِ ر ًْيا‬ ِ ‫لََق رد َكا َن لَ ُكم ِِف رسوِل هاّللِ اُسوةٌ حسنَةٌ لِٰمن َكا َن ي رجوا هاّلل والري وم ر ه‬
ٰ‫اْلخَر َوذَ َكَر ه‬ َ ‫َ ر ُ َٰ َ َ ر‬ ‫ر ر َ ُر ٰ رَ َ َ َ ر‬
Artinya; sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang
baik bagi kalian (yaitu) orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan
(kedatangan) Hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (QS Al-Ahzab; 21)
Dengan demikian Beliau merupakan teladan bagi ummatnya dalam budi
pekerti, perbuatan, dan keadaan. Tidak diragukan lagi bahwa metode pengajaran
melalui perbuatan dan praktik lebih kuat dan lebih berpengaruh di dalam hati, lebih
cepat dipahami dan dihafal, serta lebih menarik untuk ditiru dan diikuti daripada
pengajaran dengan metode perkataan dan penjelasan. Selain itu metode pengajaran

2
melalui perbuatan dan praktik merupakan metode pengajaran yang alami. Inilah
metode pengajaran Rasulullah SAW yang paling agung dan menonjol.1
Disebutkan dalam Al-Ishobah fi Tamyiz Ash-Shahabah karya Ibnu Hajar
dalam biografi seorang sahabat yang mulia Al-Julanda, Raja Oman, dalam kitab
Ar-Riddah, Watsimah menyebutkan dari Ibnu Ishaq:
Bahwasannya Rasulullah SAW mengutus Amru bin Al-Ash kepada
AlJulanda untuk mengajaknya kepada Islam, maka dia menjawab: “Orang ini telah
menunjukkan kepadaku seorang Nabi yang ummi. Bahwa beliau tidak
memerintahkan kepada suatu kebaikan pun melainkan dialah orang yang pertama
kali mengerjakannya. Tidaklah melarang dari suatu keburukan pun melainkan
dialah orang yang pertama kali meninggalkannya. Ketika sedang berkuasa tidak
sombong, ketika dikalahkan dia tidak berkata-kata kejelekan. Dia selalu menepati
perjanjian dan memenuhi janji. Maka dari itu saya bersaksi bahwa dia benar-benar
seorang Nabi.”
Contoh dari Hadist mengenai metode ini adalah sebagai berikut:

‫قال زهْي حدثنا اسحاق بن‬-‫حدثين زهْيبن حرب وعبيد هللا بن سعيد كال مها عن اْلزرق‬
‫ حدثنا سفيان عن علقمة بن سليمان بن بريدة عن ابيه عن النيب صلى‬- ‫يوسف اْلزرق‬
‫ان رجال ساله عن وقت الصالة فقال له صل معنا هذين يعىن اليومني فلما‬-‫هللا عليه وسلم‬
‫زالت الشمس امر بالْل فاذن مث امره فاقام الظهر مث امره فاقام العصروالشمس ممرتفعة‬
‫بيضاء نفية مث امرهفاقام املغرب حني غابت الشمس مث امره قاقام العشاء حني غاب الشفق‬
‫مث امره فاقام الفجر حني طلع الفجر فلما ان كان اليوم الثاىن امره فابرد ابلظهر فابرد هبا‬
‫فانعم ان يربد هبا وصلى العصروالشمس مرتفعة اخرها فوق الذي كان وصلى املغرب قبل‬
‫ان يغيب الشفق وصلى العشاء بعد ما ذهب ثلث اليل وصلى الفجر فاسفر هبا مث قال‬
‫اين السائل عن وقت الصالة فقال الرجل اان ايرسول هللا قال وقت صالتكم بني مارايتم‬

1
Kamisah dan Herawati, “Mendidik Anak Ala Rasulullah (Propethic Parenting) Educate Children with Rasulullah
Method (Propethic Parenting),” Journal of Education Science (JES) 5, no. 1 (2019): 33–42.

3
Artinya; bahwasannya ada seorang laki-laki yang bertanya tentang waktu
shalat, maka Rasulullah SAW berdabda kepadanya, “Shalatlah bersama kami dua
hari ini.” Ketika matahari tergelincir, Beliau memerintahkan Bilal, lalu Bilal adzan,
kemudian Beliau memerintahkannya untuk iqomah shalat zhuhur, setelah itu Beliau
memerintahkannya untuk iqomah shalat ashar ketika matahari masih meninggi
putih cemerlang. Selanjutnya Beliau memerintahkannya untuk iqomah shalat
maghrib ketika matahari sudah menghilang. Kemudian Beliau memerintahkannya
untuk iqomah shalat isya’ ketika mega merah telah menghilang. Kemudian Beliau
memerintahkannya untuk iqomah shalat subuh ketika terbit fajar.
Pada hari kedua, Beliau memerintahkan Bilal agar mengakhirkan iqomah
shalat zhuhur hingga cuaca agak dingin. Dengan menangguhkannya hingga cuaca
agak dingin agar nyaman. Kemudian Beliau mengerjakan shalat ashar ketika
matahari masih tinggi, Beliau mengakhirkannya lebh dari waktu sehari
sebelumnya. Beliau mengerjakan shalat maghrib sebelum mega merah menghilang.
Beliau mengerjakan shalat isya’ setelah sepertiga malam berlalu, dan shalat subuh
ketika fajar telah merekah. Kemudian beliau bertanya, “di manakah orang yang
bertanya tentang waktu shalat kemaren?” laki-laki itu menjawab, “saya ya
Rasulullah.” Beliau bersabda, “waktu shalat kalian adalah antara waktu yang telah
kalian lihat sendiri.”
2. Mengajar Secara Bertahap
Rasulullah SAW selalu memperhatikan tahapan dalam pengajarannya.
Beliau mendahulukan perkara yang paling penting, kemudian tingkatan bawahnya.
Beliau mengajarkan sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur. Agar lebih mudah
diterima dan lebih kokoh mengakar di dalam hati, baik untuk dihafal maupun
dipahami. Ibnu Majah meriwayatkan dari Jundab bin Abdullah dia berkata:

‫َكنَا َم َع النيب صلى هللا عليه وسلم وحنن فتيان حزاور فتعلمنااْلاميان قبل ان نتعلم القران‬

‫مث تعلمنا القران فازددانبه امياان‬

4
Artinya; kami bersama Nabi SAW, saat itu kami adalah para pemuda yang
sebaya. Kami belajar keimanan sebelum belajar tentang Al-Qur’an. Kemudian kami
belajar tentang Al-Qur’an. Sehingga dengannya bertambahlah keimanan kami.
Ibnu Abbas meriwayatkan:

‫ قال ابو بكر‬-‫حدثنا ابو بكربن اىب شببة وابوكريب واسحاق بن ابراهيم مجيعا عن وكيع‬
‫ عن زكرايءبن اسحاق قال حدثين حيي بن عبدهللا بن صيفي عن ايب معبد عن ابن عباس‬-‫حدثنا وكيع‬
‫ قال بعثين رسول هللا صلى هللا‬-‫قال ابو بكر رمبا قال وكيع عن ابن عباس ان معاذا‬-‫عن معاذبن جبل‬
‫قال انك اتتى قوما من اهل الكتاب فادعهم اىل شهادة ان ْلاله اْل هللا واىن رسول هللا‬-‫عليه وسلم‬
‫فان هم اطاعوا لذلك فاعلمهم ان هللا افرتض عليهم مخس صلوات ِف كل يوم وليلة فان هم‬
‫اطاعوالذلك فاعلمهم ان هللا افرتض عليهم صدقة تؤخذ من اغنيائهم فرتد ِف فقرائهم فان هم اطاعوا‬
‫لذلك فاايك وكرائم امواهلم واتق دعوة املضلوم فانه ليس بينها وبني هللا حجاب‬

Artinya: dari Ibnu Abbas dari Mu’az bahwasanya Rasulullah SAW


mengutusku ke Yaman, Beliau pun berpesan, “engkau akan mendatangi penduduk
dari kalangan Ahli Kitab. Serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada ilah
yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Aku utusan Allah. Jika mereka
telah menaatimu atas hal itu, maka beritahu mereka bahwa Allah telah mewajibkan
atas mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka lalu
dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka sudah
menaatimu atas hal tersebut, maka jauhilah harta-harta paling berharga milik
mereka. Takutlah kamu terhadap doanya orang yang terzhalimi, karena tidak ada
penghalang antara dia dan Allah.
Dari Ath-Thabari meriwayatkan sebagai berikut:

‫عن ابن مسعودقال كان الرجل منااذ تعلم عشر اايت مل جياوزهن يعرف معانيهن والعمل‬

‫هبن رواه الطربي ِف تفسْيه‬


Artinya: setiap orang di antara kami jika mempelajari sepuluh ayat Al-
Qur’an, Dia tidak akan menambah (mempelajari ayat lainnya) sampai mengetahui
makna-makna yang terkandung di dalamnya dan beramal dengannya. Demikianlah

5
di antara contoh-contoh dimana Rasulullah SAW mempraktekkan metode
Mengajar Secara Bertahap, sehingga dengan metode ini peserta didik akan dapat
memahami materi secara sempurna.
3. Metode Dialog dan Tanya Jawab
Salah satu metode pembelajaran Rasulullah SAW yang menonjol lainnya
ialah melalui dialog dan tanya jawab. Cara ini bisa membangkitkan perhatian
pendengar dan memancing minat mereka terhadap jawaban, mendayagunakan
pikiran untuk menjawab, agar jawaban Rasulullah SAW “jika mereka tidak mampu
menjawabnya” lebih mudah dipahami dan berpengaruh ke dalam jiwa.2
Al-Bukhori meriwayatkan, dari Abu Hurairah, dia berkata Rasulullah SAW
bersabda:

‫عن ايب هريرة انه مسع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول( ارايتم لو ان هنرابباب‬

‫احدكميغتسل فيه كل يوم مخس ماتقول ذلك يبقي من درنه) قالوا ْل يبقي من درنه‬

)‫شيئاقال (فذلك مثل الصلوات اخلمس ميحوهللا هبا اخلطااي‬


Artinya: dari Abu Hurairah, bahwasanyta dia mendengar Rasulullah SAW
berkata, “apa pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang
dari kalian, lantas dia mandi di situ setiap hari sebanyak lima kali, apakah masih
tersisa kotoran pada dirinya sedikit pun?” mereka menjawab, “tidak tersisa
kotorannya sedikit pun.” Nabi bersabda, “seperti itulah permisalan shalat lima
waktu, dengannya Allah akan menghapuskan dosa dosa.”

‫قال اتدرون مااملفلس قالوا املفلس فينا من ْل درهم‬-‫عن ايب هريرة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

‫له وْلمتاع فقال ان املفلس من امىت ايتى يوم القيامة بصالة وصيام وزكاة واييت قدشتم هذاوقذف هذا‬

2
Hardivizon, “Metode Pembelajaran Rasulullah Saw (Telaah Kualitas dan Makna Hadis)” Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 2, No. 02

6
‫واكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته فان فنيت‬

‫حسناته قبل ان يغضى ما عليه اخذ من خطاايهم فطرحت عليه مث طرح ىف النار‬
Artinya: dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “tahukah kalian
hakikat orang bangkrut?” mereka menjawab, “orang yang bangkrut di antara kami
adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda.” Nabi SAW bersabda,
“orang yang bangkrut dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari
kiamat dengan pahala shalat, puasa, dan zakat. Tetapi dia juga datang dengan
membawa dosa mencaci ini, dan memukul ini. Lalu kebaikankebaikannya
diberikan kepada mereka. Jika kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum
mencukupi apa yang harus dipenuhi, maka dosa-dosa mereka diambil lalu
ditimpakan kepadanya, lantas dia dilemparkan ke dalam neraka.” Demikianlah di
antara contoh-contoh dimana Rasulullah SAW mempraktekkan metode Mengajar
dengan Dialog dan Tanya Jawab, dalam metode ini juga terkandung beberapa
perkara pengajaran lainnya, yaitu membuat pemisalan dengan sesuatu yang logis
dan bisa dirasakan panca indera. Tujuannya agar objek yang diterangkan semakin
jelas bagi orang-orang yang belajar.
4. Metode Tamtsil
Dalam proses belajar-mengajar, Rasulullah senantiasa memilih metode
metode yang dinilai paling efektif dan efisien, mudah dipahami dan dicerna akal,
sesuai dengan porsi dan kapasitas intelektual peserta didiknya di antara metode
tersebut adalah metode perumpamaan (amsal) dan metode persamaan (tasyibih).
Metode Tamsil artinya menyerupakan atau memisalkan sesuatu hal dengan
hal lain, agar lebih mudah dipahami. Tamsil juga sering juga disebut dengan Al-
amtsal. Kata al-amtsal dalam sastra Arab bermakna kalimat yang dipakai untuk
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain yang menjadi obyek kalimat
tersebut atau gampangnya tamtsil itu adalah perumpamaan berarti pemberian
contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras

7
dan serupa dengan yang dicontohkan, lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan
yang tersamar (An-Nahlawi, 1995: 251).3
Salah satu sarana dalam menyampaikan penjelasan adalah perumpamaan.
Perumpamaan bukan semata-mata pengibaratan, ia adalah seni dalam menjelaskan
sebuah pengertian, konsep, dan gagasan yang abstrak. Jiwa, nafsu, surga, neraka,
ganjaran, kepuasan adalah hal-hal yang abstrak yang tampaknya sulit untuk
dipahami. Jika perkara di atas diberi perumpamaan-perumpamaan, maka perkara
itu akan menjadi konkrit. Ibarat orang yang melihat sesuatu yang ada di cermin, ia
akan melihat apa yang ada di depan dan yang ada di belakangnya dengan jelas.
Perumpamaan tersebut nyata bagi penglihatannya.
Perumpamaan merupakan bagian dari hikmah karena dia tidak terdeteksi
oleh pendengaran dan penglihatan. Allah membuat perumpamaan dari diri manusia
agar apa yang abstrak bagi penglihatan dan pendengaran menjadi nyata (konkrit).
Mereka yang memahami perumpamaan-perumpamaan Allah juluki, dalam
Alquran, dengan sebutan ‘alim (orang berilmu).

ِِۚ ‫ض ِرُهبَا لِلن‬


‫َّاس َوَما يَ رع ِقلُ َهآ اَِّْل الر َعالِ ُم رو َن‬ ‫ال نَ ر‬ َ ‫َوتِرل‬
ُ َ‫ك راْلَ رمث‬

Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia;


dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Q.S. Al-‘An-
kabut/29:43).

Jika perkara di atas diberi perumpamaan-perumpamaan maka perkara itu


akan menjadi konkrit. Ibarat orang yang melihat sesuatu yang ada di cermin, maka
ia akan melihat apa yang ada di depan dan yang ada di belakangnya, karena
perumpamaan tersebut nyata bagi penglihatannya. Jika dia memahami
perumpamaan tersebut maka ia akan memahami juga sesuatu yang gaib (abstrak)
yang ada di balik perumpamaan tersebut. Dengan perumpamaan itu jiwa menjadi

3
An-Nahlawi, ‘Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, cet. 4, terj.
Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press

8
tenang, hati menjadi pasrah, dan jiwa akan berada di bawah hati seperti tiang
dengan atap. Jika tiang bergerak maka atap juga akan bergerak.4

Seorang pendidik memerlukan sarana yang akan mendekatkan masalah


yang rumit atau yang akan memperjelas tema yang sulit. Dengan kata lain, guru
kadang dihadapkan pada sebagian kesulitan untuk menyampaikan pelajaran kepada
otak pendengar, maka dia butuh kepada sarana lain yang akan membantunya
memecahkan permasalahan ini dan membuka jalan di hadapan otak siswa, sehingga
dia dapat mempelajari masalah yang sulit dengan mudah dan gampang.

Dari segi bahasa, lafal ‫ المثل‬yang jamaknya ‫ امثال‬dan kata-kata yang diambil
darinya memiliki arti penggambaran, penjelasan, tampak, hadir, dan
mempengaruhi. Dan ‫ المثل‬adalah sesuatu yang dibuat yang dijadikan sebagai
permisalan, yang dengannya makna akan menjadi jelas, dan ia juga adalah sifat
sesuatu.

Sebagai seorang pendidik, Rasulullah menggunakan perumpamaan untuk


memberikan pengajaran dan pengarahan kepada para sahabatnya. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah bersabda:

‫ ومثل املؤمن‬. ‫مثل املؤمن الذي يقرأ القران مثل اْلترجة رحيها طيب وطعمها طيب‬

‫ ومثل املنافق الذي يقرأ‬.‫الذي ْل يقرأ القران مثل التمرة ْل ريح هلا وطعمها حلو‬

‫ ومثل املنافق الذي ْل يقرأ القرأن‬.‫القرأن مثل الرحيانه رحيها طيب وطعمها مر‬

. ‫مثل احلنظلة ليس هلا ريح وطعمها مر‬

Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti


buahutrujjah, baunya harum dan rasanya enak. Sedangkan perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma, tidak berbau tapi
rasanya manis. Sementara perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran

4
At-Tirmizi, Abi ‘Abdullah. (2003). Metafora Hikmah: PerumpamaanPerumpamaan Dalam Alquran dan Sunnah,
cet. I, terj. Badrudin. Jakarta: Gema Insani Press.

9
adalah seperti buah raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan
orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzalah, tidak
berbau dan rasanya pahit.” (H.R. Muslim, No. 797).

Berdasarkan hadis yang sudah dikemukakan di atas, terdapat nilai-nilai


kependidikan sebagai berikut.

1) Rasulullah mengemukakan perbandingan kualitas manusia dengan


buahbuahan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat dalam kehidupan
manusia. Itu sekaligus merupakan alternatif bagi manusia untuk
menempatkan dirinya.
2) Dalam mendidik umat, Rasulullah menggunakan pendekatan rasional dan
fungsional. Dengan pendekatan rasional, manusia diajak berpikir dalam
membedakan mana yang terbaik, mana yang kurang baik, dan mana yang
paling buruk. Dengan pendekatan fungsional, beliau memperkenalkan
kepada manusia manfaat yang diperoleh oleh seseorang apabila memilih
sesuatu yang baik dan kerugian yang akan timbul apabila memilih sesuatu
yang buruk.
3) Iman yang benar perlu dibuktikan dengan amal yang saleh. Amal yang baik
perlu dilandasi oleh iman yang benar. Keserasian keduanya dapat
mengangkat derajat manusia di sisi Allah. Mengambil salah satunya saja
tidak dapat menjamin kualitas umat yang beriman.
5. Metode Tasybih (Membuat Persamaan Antara Beberapa Hal Yang Berbeda)
Kata tasybih berasal dari kata ‫ الشبھ‬yang berarti sama atau serupa. Ini searti
dengan kata Secara Istilah, beberapa ulama mendefinisikan tasybih sebagai ‫مثل‬
:berikut
a) Al-Khatib al-Qizwini mentakrifkan tasybih sebagai:

‫لتشبی هو إحلاق أمر أبمر مبعىن مشرتك بنيهما أبداة ظاهرة أو ملحوظة لغرض‬

‫يقصده املتكلم‬

10
Tasybih ialah menghubungkan satu perkara dengan perkara yang lain
dalam sesuatu makna menggunakan partikel yang jelas dan juga
tersembunyi bagi sesuatu tujuan yang dimaksudkan oleh seseorang.
b) Ismail Hasan (1998) menjelaskan tasybih ialah satu ikatan bagi
menyamakan dua perkara yang memiliki sifat yang sama untuk seseorang
menjelaskan maksud yang dikehendaki.
c) Ahmad Qasim dan Muhyiddin Dayb (2003) Menjelaskan bahwa tasybih
adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal itu memiliki
kesamaan dengan yang lainnya dalam satu sifat atau beberapa sifat dengan
salah satu perangkat tasybih tertentu yang disebutkan atau diperkirakan
yang bisa difahami dari konteks pembicaraan.
Dari beberapa definisi di atas bisa dilihat bahwa untuk mengungkapkan
makna agar lebih terkesan di hati pendengar bisa menggunakan bentuk tasybih
dengan cara menyamakan satu hal dengan hal lain dalam satu sifat atau beberapa
sifat dengan alat tertentu yang bisa difahami dari konteks pembicaraan.
Metode Tasybih adalah salah satu pengajaran Rasulullah melalui
pengibaratan (membuat persamaan). Metode ini biasanya beliau gunakan untuk
untuk menjelaskan suatu hal (makna) yang bersifat abstrak, yang beliau ibaratkan
dengan hal-hal konkrit, yang akrab dan biasa ditemui oleh para shahabat dakam
kehidupan sehari-hari. Metode ini dipandang cukup memudahkan dan
mempercepat pemahaman bagi mereka, utamanya dalam minat mereka untuk
mengetahui hal-hal yang bersifat abstrak (maknawiyah). Para ulama ahli stilistika
(balaghah) telah menyatakan bahwa tasybih (membuat persamaan) memiliki
pengaruh (manfaat) yang cukup besar dalam mengungkap maknamakna yang
tersembunyi (abstrak) serta membuka pemahaman secara mendasar dan detail.
Tasybih memiliki empat unsur yang membentuknya Pertama, musyabbah,
adalah sesuatu yang diserupakan dengan sesuatu yang lain yang memiliki
persamaan. Kedua, musyabbah bih, adalah sesuatu yang diserupai yang lebih
familiar nilainya menurut pendengar. Ketiga, adat tasybih adalah alat yang
digunakan untuk menyerupakan dua hal. Keempat, wajh syibh adalah titik
persamaan antara musyabbah dan musyabbah bih.

11
Tasybih terkadang ditampilkan berupa struktur lengkap dengan adanya
musyabbah, musyabbah bih, adat tasybih dan wajh syibh seperti kata ‫أنت كالشمس علوا‬
(engkau tinggi seperti matahari). Tasybih seperti ini merupakan tasybih lengkap
karena adanya musyabbah (yang diserupakan), musyabbah bih (yang diserupai),
adat tasybih (alat persamaan) dan wajh syibh (titik persamaan). Perlu digarisbawahi
bahwa syarat dari tasybih adalah adanya persamaan yang bisa difahami oleh kedua
belah pihak yakni antara pembicara dan pendengar, begitu pula yang diserupai
biasanya memiliki sifat yang lebih kuat dari yang diserupakan. Titik persamaan
(wajh syabh) dalam tasybih juga ada dua macam. Pertama titik persamaan dari satu
sifat tertentu yang disebut dengan tasybih ghair tamtsil, kedua titik persamaan
diambil dari kondisi atau gambaran yang diambil dalam banyak hal, yang disebut
dengan tasybih tamtsil. Melihat dari penjelasan di atas, tasybih bisa terjadi jika,
musyabbah dan musyabbah bih disebutkan. Hal ini jelas, sebab dalam penyerupaan
itu mesti ada yang diserupakan dan diserupai, sedangkan titik persamaan dan alat
untuk menyamakan tidak mesti disebutkan. Maka dari itu, tasybih wajib disebutkan
musyabbah dan musyabbah bih. Contoh dari bentuk ini adalah sebagai berikut:

‫وإن تفق األانم و أنت من هم * فإن املسك بعض دم الغزايل‬


Jika engkau berada di atas manusia sedang engkau juga manusia, tidak
mengapa, sebab kasturi juga adalah bagian dari darah kijang. Penyair dalam syair
di atas, memuji seseorang bahwa ia berada di atas manusia lain, ia melihat kondisi
dari orang yang dipujinya itu merasa masih sama-sama manusia tidak ada bedanya.
Ia mengungkapkan bahwa kasturi juga bisa mengungguli darah, sedangkan ia
adalah bagian dari darah kijang. Jika dilihat sekilas, tidak ada penyerupaan atau
tasybih dalam syair tersebut akan tetapi setelah dianalisis, penyair di sini
menyerupakan kondisi orang yang dipujinya dengan kondisi kasturi.5

5
Abdul Fattah Abu Ghuddah,” 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah,” Terj. Mochtar Zoerni, Irsyad
Baitus Salam, Bandung, 2012, hlm 124

12
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah sistem yang dijalankan guru dalam menyampaikan
pelajarannya untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah
dengan Keteladanan, mengajar secara bertahap, metode dialog dan tanya jawab, metode
perumpamaan (amsal) dan metode persamaan (tasyibih), metode tasybih.
Dalam metode tauladan, nabi memberikan contoh melalui keteladanan dengan
tingkah laku yang baik dan budi pekerti yang luhur. Rasulullah SAW apabila
memerintahkan sesuatu, beliau sudah melakukan terlebih dahulu perkara yang Ia
perintahkan itu, barulah setelah itu orangorang melakukan dan mengikuti sebagaimana
yang mereka lihat. Kemudian dalam metode bertahap, Beliau mendahulukan perkara yang
paling penting, kemudian tingkatan bawahnya. Beliau mengajarkan sedikit demi sedikit
dan berangsur-angsur. Agar lebih mudah diterima dan lebih kokoh mengakar di dalam hati,
baik untuk dihafal maupun dipahami. Kemudian dengan metode dialog dan tanya jawab,
Nabi mengajak berdialog dan berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi kaumnya
sehingga mereka dapat memahami dengan baik.
Selain itu terdapat metode perumpamaan (amsal) dan metode persamaan (tasyibih).
Metode Tamsil artinya menyerupakan atau memisalkan sesuatu hal dengan hal lain, agar
lebih mudah dipahami. Dan juga terdapat Metode Tasybih yang merupakan salah satu
pengajaran Rasulullah melalui pengibaratan (membuat persamaan). Metode ini biasanya
beliau gunakan untuk untuk menjelaskan suatu hal (makna) yang bersifat abstrak, yang
beliau ibaratkan dengan hal-hal konkrit, yang akrab dan biasa ditemui oleh para shahabat
dakam kehidupan sehari-hari.

13
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ghuddah Abdul Fattah,”40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah,” Terj. Mochtar

Zoerni, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2012, hlm 124

An-Nahlawi, ‘Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, cet.

4, terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press

At-Tirmizi, Abi ‘Abdullah. (2003). Metafora Hikmah: PerumpamaanPerumpamaan Dalam

Alquran dan Sunnah, cet. I, terj. Badrudin. Jakarta: Gema Insani Press.

Kamisah dan Herawati, “Mendidik Anak Ala Rasulullah (Propethic Parenting) Educate Children

with Rasulullah Method (Propethic Parenting),” Journal of Education Science (JES) 5,

no. 1 (2019): 33–42.

Hardivizon, “Metode Pembelajaran Rasulullah Saw (Telaah Kualitas dan Makna Hadis)” Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 02

15

Anda mungkin juga menyukai