Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HADITS METODE PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu : Dr. Nurul Azizah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Aisyatul Khoiriyah 20106011001


2. Aris Wahyu Kurniawan 20106011016
3. Lutfiana Sari 20106011019
4. Muhammad Alifatun Nabawi 20106011030
5. Silvia Amirotul Khusna 20106011031
6. Kholimatul Wahyu Setiani 20106011033
7. Chofifah 20106011036

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami sebagai penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Hadist Tarbawi
yang berjudul “Hadis Tanggung Jawab Pendidik”.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan
anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajaranya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar itu sendiri, tentunya membutuhkan
sebuah metode. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,
akan ditentukan oleh relevansi penggunaan suatu metode yang sesuai
dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan
penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang
terpatri di dalam suatu tujuan.
Metode dalam kegiatan belajar mengajar bermacam- macam.
Penggunaanya tergantung dari rumusan tujuan dalam mengajar, sangat
jarang ditemukan guru yang hanya menggunakan satu metode, tetapi
kombinasi dari dua atau beberapa metode yang lain. Penggunaan metode
gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan
bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar mencapai tujuan pengajaran.
Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan,
tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.1

1 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), halaman 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode pendidikan?
2. Apa saja Hadits dalam metode pendidikan?
3. Apa saja nilai nilai dalam pendidikan?
4. Bagaiman aktualisasi nilai pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode pendidikan
2. Untuk mengetahui hadits dalam metode pendidikan
3. Untuk mengetahui nilai nilai dalam pendidika
4. Untuk mengetahui aktualisasi pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan

Istilah metodologi pembelajaran sebenarnya sama dengan metodik, yakni


suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan
bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien. Bilamana dikaitkan dengan pengajaran
agama Islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau
madrasah, maka batasannya terletak pada metode atau teknik, apakah yang
lebih cocok digunakan dalam menyampaikan materi agama tersebut, dan
prinsip-prinsip pengajaran bagaimanakah yang seharusnya diterapkan oleh
seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. 2

B. HADIS, TERJEMAH, DAN KANDUNGAN METODE PENDIDIKAN


1. Metode Keteladanan atau Demonstrasi
Hadis

َ‫ير َو ْال ِق َرا َءة‬ ‫علَ ْي ِه َو َسله َم يَ ْستَ ْفتِ ُح ال ه‬


ِ ِ‫ص ََلةَ بِالته ْكب‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫عائِ َشةَ قَالَتْ كَانَ َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ع ْن‬ َ
َ‫ص ِوبُهُ َولَك ِْن بَيْنَ ذَلِكَ َوكَان‬ َ ُ‫ض َرأْ َسهُ َولَ ْم ي‬ ْ ِ‫ب ْال َعالَمِ ينَ َوكَانَ ِإذَا َر َك َع لَ ْم يُ ْشخ‬ ِ ‫ِب ْال َح ْمد ِ ه‬
ِ ‫ّلِل َر‬
‫ي قَائِ َما َوكَانَ ِإذَا َرفَ َع َرأْ َسهُ مِنَ السهجْ دَةِ َل ْم‬َ ‫وع لَ ْم َي ْس ُجدُ َحتهى َي ْستَ ِو‬ ‫ِإذَا َرفَ َع َرأْ َسهُ مِنَ ه‬
ِ ُ‫الرك‬
‫ش ِرجْ لَهُ يستوي البشرى َي ْس ُجدُ َحتهى‬ ُ ‫جالسًا َوكَانَ َيقُو ُل في كُ ِل َر ْك َعتَيْن التهحِ يهةَ َوكَانَ َي ْف ِر‬
َ ‫ان َويَ ْن َهى أن يفترش الر ُج ُل ذِرا‬
‫ع ْي ِه‬ ِ ‫ط‬َ ‫ع ْن عُ ْقبَ ِة ال هش ْي‬
َ ‫وينصب رجله اليمنى وكان ينهى‬
‫ا ْفت ََراش ال هسبْع َوكَانَ يَ ْختِ ُم ال ه‬.
‫صَلةَ بِالتسليم‬

2
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputra Pers, 2002),
halaman 3-4
Terjemah

Aisyah berkata, "Rasulullah memulai shalat dengan takbi dan


memulai bacaan dengan al-hamd lillah rabb al-'alamin. Apabila
ruku, beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak (pula)
menundukkannya, tetapi di antara itu. Apabila bangkit dari ruku',
beliau tidak sujud sebelum berdiri betul-betul (lurus). Apabila
mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak sujud lagi hingga
duduk betul-betul. Beliau membaca tahiyat di tiap-tiap dua rakaat,
membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau
melarang 'uqbah asy-syaithan (cara duduk setan, yaitu dua tapak
kaki dan duduk di atas dua tumitreya) dan melarang seseorang
membentangkan dua lengannya (di bumi) sebagai bentangan
binatang buas. Selanjutnya, beliau mengakhiri shalatnya dengan
salam." (HR. Muslim)

Kandungan

Informasi yang terkandung dalam hadis-hadis di atas, antara lain


adalah Rasulullah telah memperlihatkan kepada sahabat kaifiyah
(cara-cara) melaksanakan shalat serta urutannya. Kaifiyah tersebut,
diantaranya adalah memulai shalat dengan takbir, melakukan ruku',
bangkit dari ruku', sujud, duduk antara dua sujud, duduk sambil
membaca tahiyat, dan akhirnya beliau menutup kegiatan shalat
dengan mengucapkan salam. Dengan demikian, beliau telah
menggunakan metode keteladanan (demonstrasi).
Penggunaan metode demonstrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat
ini merupakan hal yang sangat tepat. Hal itu dapat dipahami karena
kesesuaian metode dengan kompetensi yang diharapkan dapat
dimiliki oleh peserta didik. Dalam mendirikan shalat, umat Islam
diperintahkan agar mengikuti cara yang dilakukan oleh Rasulullah.
Agar umat dapat mengerjakannya, sudah seyogianya beliau
memberikan contoh. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar sahabat
mudah memahami dan tidak melakukan kesalahan.
2. Metode Pembiasaan dan Hukuman
Hadis

‫علَ ْي ِه َو َسله َم ُم ُروا‬ ُ ‫صلهى ه‬


َ ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ َ ‫ع ْن أَبِي ِه‬
ِ ‫ع ْن َج ِد ِه قَا َل قَا َل َرسُو ُل ه‬ َ ‫ب‬ َ ‫ع ْن‬
ُ ‫ع َم ِرو ب ِْن‬
ٍ ‫شعَ ْي‬ َ
‫اج ِع‬
ِ ‫ض‬َ ‫علَ ْي َها ِل َع ْش ِر سِ نِينَ َوف هَرقُوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ْال َم‬ ‫أَ ْبنَا َءكُم ِبال ه‬
َ ‫صَلةِ ِل َسب ِْع سِ نِينَ َواض ِْربُوهُ ْم‬

Terjemah

Dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulullah


berkata, "Suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur 7
tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia
berumur 10 tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur
mereka." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kandungan

Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu (a) orangtua


harus menyuruh anak mendirikan shalat mulai berumur 7 tahun, (b)
setelah berumur 10 tahun ternyata anak meninggalkan shalat, maka
orangtua boleh memukulnya, dan (c) pada usia 10 tahun itu juga,
tempat tidur anak harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan,
juga antara anak dan orangtuanya.

Kemampuan menunaikan ibadah shalat merupakan salah satu


keterampilan. Menurut Muhibbin Syah, belajar keterampilan adalah
belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik, yaitu yang
berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot neuromuscular.
Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan
jasmaniah tertentu. Dalam metode belajar ini, latihan-latihan
intensif dan teratur amat diperlukan, misalnya ketika
mempraktikkan gerakan olahraga, musik, menari, melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik, dan sebagian materi pelajaran
agama, seperti ibadah shalat atau haji.

3. Metode Dialog atau Hiwar atau Tanya Jawab


Hadis
‫علَ ْي ِه َو َسله َم فَقَا َل يَا‬
َ ُ‫صلهى هللا‬ ِ ‫ع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َرسُو ِل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ‫ي ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫عن أَبِي ه َُري َْرةَ َر‬
ْ
‫ص َحابَتِي قَا َل أ ُ همكَ قَا َل ث ُ هم َم ْن قَا َل ث ُ هم أ ُ ُّمكَ قَا َل ث ُ هم َم ْن قَا َل‬
َ ‫اس بِ ُحس ٍْن‬ِ ‫َّللا َم ْن أَ َح ُّق النه‬
ِ ‫َرسُو َل ه‬
َ‫ث ُ هم أ ُ ُّمكَ قَا َل ث ُ هم َم ْن قَا َل ث ُ هم أَبُوك‬

Terjemah

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang


kepada Rasulullah lalu bertanya, "Ya Rasulullah, siapa orang yang
paling berhak (pantas) mendapat perlakuan baikku?" Rasulullah
menjawab "Ibumu." Laki-laki itu berkata lagi, "Siapa lagi?"
Rasulullah menjawab, "Kemudian ibumu." Laki-laki itu bertanya
lagi, "Kemudian siapa lagi?" Rasulullah menjawab, "Ibumu." Laki-
laki itu berkata lagi (untuk kali yang keempat), "Kemudian siapa
lagi?" Rasulullah menjawab, "Sesudah itu, ayahmu." (HR. Al-
Bukhari)

Kandungan

Hadis di atas memuat informasi bahwa Rasulullah menggunakan


metode dialog dalam mendidik atau mengajar sahabatnya. Dialog
ada yang diawali dengan pertanyaan sahabat kepada Nabi dan ada
pula yang diawali dengan pertanyaan beliau kepada sahabat.

Metode dialog (tanya-jawab atau hiwar) baik digunakan dalam


pembelajaran karena memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan
tersebut adalah (1) situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif
berpikir dan menyampaikan buah pikirannya, (2) melatih anak agar
berani mengungkapkan pendapatnya, (3) timbulnya perbedaan
pendapat di antara anak didik akan menghangatkan proses diskusi,
(4) mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, (5)
walaupun agak lambat, guru dapat mengontrol pemahaman murid
pada masalah-masalah yang dibicarakan, 3 (6) pertanyaan dapat
membangkitkan anak menilai kebenaran sesuatu, (7) pertanyaan
dapat menarik perhatian anak, (8) pertanyaan dapat melatih anak

3
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, hlm. 87.
untuk mengingat, (9) pertanyaan dapat memusatkan perhatian
siswa,4 dan (10) mengembangkan keberanian serta keterampilan
siswa dalam menjawab sekaligus mengemukakan pendapat. 5

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa metode tanya- jawab


(dialog atau hiwar) yang sudah digunakan oleh Rasulullah sejak 14
abad yang lalu ternyata sesuai dan diakui oleh pakar pendidikan
modern. Pendidik muslim tidak perlu ragu-ragu lagi untuk
menggunakannya. Kendatipun demikian, kepiawaian seorang guru
sangat diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan karena tidak
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pembelajarannya.

4. Metode Perumpaan
Hadis

ُ ‫مِن الهذِي يَ ْق َرأ‬


ِ ْ‫علَ ْي ِه َو َسله َم َمثَ ُل ْال ُمؤ‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُمو َسى ْاْل َ ْشعَ ِري ِ قَا َل قَا َل َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬ َ
‫مِن الهذِي ََل يَ ْق َرأ ُ ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِل‬
ِ ْ‫طيِبٌ َو َمثَ ُل ْال ُمؤ‬ َ ‫ط ْع ُم َها‬ َ ‫طيِبٌ َو‬ َ ‫تر َج ِة ِري ُح َها‬ َ َ ‫ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِل اْل‬
ٌ‫طيِب‬ َ ‫الر ْي َحانَ ِة ِري ُح َها‬ ‫ق الهذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُرْ آنَ َمثَ ُل ه‬
ِ ِ‫ط ْع ُم َها ح ُْل ٌو َو َمثَ ُل ْال ُمنَاف‬
َ ‫الته ْم َرةِ ََل ِري َح لَ َها َو‬
َ ‫ْس لَ َها ِري ٌح َو‬
‫ط ْع ُم َها ُم ٌر‬ َ ‫ق الهذِي ََل يَ ْق َرأ ُ ْالقُرْ آنَ َك َمثَ ِل ْال َح ْن‬
َ ‫ظلَ ِة لَي‬ ِ ِ‫ط ْع ُم َها ُم ٌر َو َمثَ ُل ْال ُمنَاف‬
َ ‫َو‬

Terjemah

Abu Musa Al-Asy'ari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,


"Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah
bagaikan buah utrujjah. Aromanya harum dan rasanya enak
Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran
adalah bagaikan buah tamar (kurma). Aromanya tidak ada, tetapi
rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca
Alquran adalah bagaikan buah raihanah. Aromanya harum, tetapi
rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca
Alquran adalah bagaikan buah hanzhalah. Aromanya tidak ada dan

4
I. L. Pasaribu dan B. Simanjuntak, Didaktik dan Metodik, (Bandung: Transito, 1986), hlm. 96
5
Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 143.
rasanya pahit." (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi,
dan An-Nasa'i)

Kandungan

Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia apabika


dihubungkan dengan Al-Quran:

➢ Orang yang hatinya dipenuhi oleh Iman. Iman akan mengalir


ke sekujur tubuhnya. Ia bagaikan buah utrujjah, aromanya
harum rasanya manis.
➢ Orang yang beriman kepada Al-Qur’an, menerapkan
hukumnya, mengikuti petunjuknya, dan menerapkan
akhlaknya, tetapi tidak membaca dan menghafal al-qur’an.
Ia bagaikan buah kurma yang manis tetapi aromanya tidak
ada
➢ Orang jahat (munafik) yang tidak memiliki iman, kecuali
sekadar di lisan. Agamanya hanyalah merek. Ia bagaikan
buah raihanah, aromanya harum namun rasanya pahit.
➢ Orang jahat (munafik) yang tidak ada hubungannya dengan
Al-Qur’an. Orang ini disamakan dengan buah hamzhalah
yang tidak beraroma dan rasanya pahit.
5. Metode Ceramah
Hadis

َ‫صده ْقن‬َ َ‫علَ ْي ِه َو َسله َم أَنههُ قَا َل َيا َم ْعش ََر النِ َساءِ ت‬َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫هللا‬ِ ‫ع ْن َرسُو ِل‬ َ ‫هللا بن عمر‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫ع ْب ِد‬ َ
‫سو َل‬ ُ ‫ار فَقَا َلتْ ْام َرأَة ٌ مِ ْن ُهنه َجزَ َل ٌة َو َما َلنَا َيا َر‬
ِ ‫َار فَإِنِي َرأَ ْيتُكُنه أَ ْكثَ َر أَ ْه ِل النه‬
َ ‫َوأَ ْكثَرْ نَ اَل ْس ِت ْغف‬
ِ ‫ع ْق ٍل َو ِد‬
‫ين‬ َ ‫ت‬
ِ ‫صا‬
َ ِ‫مِن نَاق‬ َ َ‫ار قَا َل ت ُ ْكثَرْ نَ الله ْعنَ َوتَ ْكفُرْ نَ ْالع‬
ْ ُ‫شِير َو َما َرأَيْت‬ ِ ‫َّللا أَ ْكثَ َر أَ ْه ِل النه‬
ِ‫ه‬
ِ ُ‫ب ِلذِي ل‬
‫ب‬ َ َ‫أَ ْغل‬

Terjemah

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian


wanita, bersedekahlah dan perbanyak istighfar, karena
sesungguhnya aku melihat kalian banyak yang menjadi penghuni
neraka." Mereka berkata, "Mengapa demikian, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda, "Kalian banyak melaknat dan mengingkari
(kebaikan) pasangan. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang
akal dan agamanya menghilangkan akal seorang laki-laki yang
teguh daripada salah seorang di antara kalian." (HR. Al-Bukhari)

Kandungan

Hadis ini menginformasikan bahwa Rasulullah memberikan


ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran bersedekah.
Setelah beliau menyampaikan materi ceramah, sahabat wanita
bertanya, ia meminta penjelasan lebih lanjut kepada beliau. Dengan
demikian, beliau menggunakan metode ceramah dan dialog dalam
menyampaikan pesan-pesan mauizhah kepada para sahabat.

6. Metode Targhib dan Tarhib


Hadis Metode Targhib

‫ب‬ ْ ‫علَ ْي ِه َو َسله َم َم ْن قَ َرأَ َحرْ فًا‬


ِ ‫مِن ِكتَا‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫َّللا ب ِْن َم ْسعُو ٍد يَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ع ْن‬
ِ ‫ع ْب ِد ه‬ َ
ٌ ْ‫هللاِ فَ َلهُ بِ ِه َح َسنَةٌ َو ْال َح َسنَةُ بِعَ ْش ِر أَ ْمثَا ِل َها ََل أَ ُقو ُل الم حزف ولكن ألف َح ر‬
ٌ ْ‫ف َو ََل ٌم َحر‬
‫ف‬
‫ف‬
ٌ ْ‫َومِ ي ٌم َحر‬

Terjemah

Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda


"Siapa yang membaca satu huruf Alquran mendapat pahala satu
kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya
tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu
huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)

Kandungan

Untuk menumbuhkan semangat dan minat yang tinggi dalan


mengerjakan ibadah (membaca Alquran dan mendirikan shalat
Jumat Rasulullah menggunakan metode targhib. Dengan metode ini,
beliau menggugah dan menimbulkan rasa senang pada diri peserta
didi (sahabat) untuk melakukan sesuatu. Beliau menyampaikan
inform yang menyenangkan hati berupa janji pahala dari Allah
untuk orang yang mengerjakan suatu kegiatan.

Hadis Metode Tarhib

َ ُ‫صلهى هللا‬
‫علَ ْي ِه َوسلم َم ْن أفطر يوما من رمضان من‬ َ ِ‫عن أبي هريرة قال قَا َل َرسُو ُل هللا‬
‫غير رخصة رخصها هللا له لم يقض عنه صيام الدهر‬

Terjemah

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Siapa


yang berbuka satu hari pada bulan Ramadhan tampa nikhsah yang
diberikan Allah tidak dapat menggada puasanya itu walaupun ia
berpuasa sepanjang masa." (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan -
Tirmidzi)

Kandungan

Pada bulan Ramadhan, semua orang yang beriman diwajibkan


mengerjakan puasa. Hanya orang-orang yang memiliki alasan ter-
tentu saja yang boleh meninggalkannya, seperti sakit, bepergian,
hamil, menyusui, dan lanjut usia. Orang yang tidak memiliki alasan
tersebut tidak diperkenankan untuk tidak berpuasa. Karena begitu
besarnya dosa bagi yang melanggar ketentuan ini, maka dalam hadis
ini Rasulullah mengancam orang-orang yang meninggalkan puasa
dengan ancaman yang berat, yaitu tidak dapat mengganti satu hari
puasa yang ditinggalkannya itu walaupun ia berusaha untuk
membayarnya seumur hidup. Dengan demikian, beliau mengguna-
kan tarhib (ancaman) agar tidak ada orang beriman yang melanggar
perintah Allah.

Berdasarkan hadis-hadis di atas, pendidik seyogianya menggunakan


metode targhib dan tarhib ini secara berimbang, Jangan hanya
menggunakan targhib saja, sedangkan tarhib diabaikan. Jangan
pulas sebaliknya. Mana yang lebih besar porsinya dapat ditentukan
setelah melihat karakter peserta didik. Apabila respons peserta didik
menggunakannya daripada metode tarhib. Begitu juga sebaliknya.
7. Metode Pengulangan dan Latihan
Hadis

َ َ‫علَ ْي ِه َو َسله َم دَ َخ َل ْال َم س ِْجدَ فَدَ َخ َل َر ُج ٌل ف‬


‫صلهى فَ َسله َم‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ِ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ أَنه َرسُو َل هللا‬ َ
‫صلِي كَما‬َ ُ‫ص ِل ف ََر َج َع ي‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو َس هل َم ف ََرده َو َقا َل ارْ ِج ْع َف‬
َ ُ ‫ص هل َفإِ هنكَ َل ْم ت‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫علَى النه ِبي‬ َ
‫ص ِل ثَ ََلثَا‬ َ ُ ‫ص هل فَإِنهكَ لَ ْم ت‬ َ َ‫علَ ْي ِه َو َسله َم فَقَا َل ارْ ِج ْع ف‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫علَى النه ِبي‬ َ ‫صلهى ث ُ هم َجا َء فَ َسله َم‬
َ
‫ص ََل ِة فَك َِبرْ ث ُ هم ا ْق َر ْأ َما‬
‫غي َْر ُه فَ َعله ْمنِي فَقَا َل ِإذَا قُمْتَ ِإلَى ال ه‬ ِ ‫فَقَا َل َوالهذِي َب َعثَكَ ِب ْال َح‬
َ ُ‫ق َما أَحْ سِن‬
ْ ‫آن ث ُ هم ارْ َك َع َحتهى ت‬
‫َط َمئِنه َرا ِكعًا ث ُ هم ارْ ف َْع َحتهى تَ ْع ِد َل قَائِ َما ث ُ هم ا ْس ُجدْ َحتهى‬ ِ ْ‫تَيَس َهر َمعَكَ مِنَ ْالقُر‬
‫ص ََلتِكَ كلها َوا ْفعَلْ ذلك‬ ْ ‫اجدًا ث ُ هم ارْ ف َْع َحتهى ت‬
َ ‫َط َمئِنه َجا ِلسًا‬ ْ ‫ت‬:
ِ ‫َط َمئِنه َس‬

Terjemah

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah masuk masjid. Lalu masuklah


seorang laki-laki dan melakukan shalat. Setelah itu, ia memberi
salam kepada Nabi dan beliau pun menjawab salamnya seraya
bersabda, "Kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau
belum shalat." Kemudian ia datang memberi salam kepada Nabi
dan beliau bersabda, "Kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya
engkan belum shalat." (Tiga kali). Laki-laki itu berkata, "Demi Dzat
yang mengutusmu dengan benar, aku tidak dapat melakukan yang
lebih baik darinya, maka ajarilah aku." Beliau bersabda, "Apabila
engkau berdiri untuk shalat maka bertakbirlah kemudian bacalah
apa yang mudah bagimu dari Alquran, lah ruku hingga engkau
tuma'ninah (tenang) di dalamnya. Kemudian bangkitlah hingga
engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hing engkau tuma'ninah
dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau tuma'ninah dalam
duduk. Lakukan yang demikian itu pada selund shalatmu." (HR. Al-
Bukhari)

Kandungan

Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu (1) Nabi melihat


seorang laki-laki mendirikan shalat dalam masjid; (2) setelah shalat,
laki-laki itu datang kepada Nabi dan mengucapkan salam dan beliau
menjawabnya; (3) Nabi menyuruhnya mengulang shalatnya karena
belum benar; (4) laki-laki itu mengulang shalat dengan cara seperti
pertama kali; (5) Nabi menyuruh mengulang lagi sampai tiga kali;
(6) laki-laki itu mengulang shalatnya sampai tiga kali pula; (7)
sesudah itu, laki-laki tersebut mengaku bahwa ia tidak mampu lagi
melakukan shalat yang lebih baik daripada itu dan meminta Nabi
mengajarnya; dan (8) Nabi mengajarkan kaifiyah shalat yang benar.
Di sini, Rasulullah tidak langsung mengajar sahabat bagaimana tata
cara shalat yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu secara
berulang-ulang. Dalam kasus ini terlihat prinsip metode
pengulangan yang digunakan oleh beliau. Dengan digunakannya
metode pengulangan ini; sahabat menjadi terkesan, bersungguh-
sungguh, dan berhati-hati dalam memperhatikan apa yang diajarkan
oleh beliau. Hal ini diperlukan agar materi yang diajarkan
memberikan kesan yang kuat dalam memori orang yang diajar.

8. Metode Mauizhah
Hadis

ْ‫علَ ْي ِه َو َسله َم َوكَانَت‬ ُ ‫صلهى ه‬


َ ‫َّللا‬ ِ ‫ع َم َر بْن أَ ِبي َسلَ َمةَ َيقُو ُل كُنتُ غُ ََل ًما فِي َحجْ ٍر َرسُو ِل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن‬
َ
َ ‫علَ ْي ِه َو َسله َم يَا غَُل ُم َس ِم ه‬
ْ‫َّللا َوكُل‬ ُ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫يش فِي الصهحْ فَ ِة فَقَا َل لِي َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ِ‫يَدِي تَط‬
ُ‫بِيَمِ ينِكَ َوكُلْ مِ هما يَلِيكَ فَ َما زَ الَتْ ت ِْلكَ طِ ْع َمتِي بَ ْعد‬

Terjemah

Umar bin Abi Salamah berkata, "Dulu aku menjadi pembantu di


rumah Rasulullah. Ketika makan, biasanya aku mengulurkan
tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, 'Hai Nak
bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kanamma, dan
makanlah apa yang ada di dekatmu." (HR. Al-Bukhari)

Kandungan

Riwayat diatas menyiaratkan beberapa nilai tarbawiyah yang dapat


kita terapkan dalam mendidik anak. Sehubungan dengan hadis ini,
Najib Khalid Al-Amir menejlaskan sebagai berikut.
1. Rasulullah SAW senantiasa menyempatkan makan bersama
anak-anak
2. Waktu yang beliau pilih pun sangat tepat
3. Sebagai seorang pendidik, beliau memanggil anak dengan
panggilan menyenangkan, seperti, “Hai, Nak”
4. Beliau tidak hanya meluruskan kesalahan Umar bin Abu Salamh
dalam hal berpindah pindah tangan. Seluruh nasihat beliau
ungkapkan, mulai dari adab duduk ketika makan
5. Susunan nasihat yang tepat pun harus diperhatikan

C. NILAI-NILAI PENDIDIKAN
1. Nilai-nilai pendidikan dalam metode keteladanan atau
demonstrasi

Keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina


perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna adalah
keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi
pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik
mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

Metode keteladanan sangatlah penting karena yang menjadikan


seseorang itu memiliki kepribadian yang baik. Metode ini
menjadikan peserta didik (1) memudahkan pemahaman mengenai
suatu konsep, (2) mempengruhi emosi yang sejalan dengan konsep
yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan
ketuhanan, (3) membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid
dan analogis, dan (4) mampu menciptakan motivasi yang
menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.

2. Nilai-nilai pendidikan dalam metode pembiasaan dan hukuman

Dengan memberikan sanksi atau hukuman dalam pendidikan


mempunyai arti penting pendidikan yang terlalu lunak akan
membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan
hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut, dengan teguran kemudian diasingkan dan terakhir dipukul
dalam arti tidak untuk menyalat tetapi untuk mendidik. Kemudian
dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak
memungkinkan, hindari memukul wajah menukil sekedamya saja
dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.

3. Nilai-nilai pendidikan dalam metode Dialog atau Tanya jawab

Nilai-nilai pendidikan dalam Metode tanya jawab, yaitu sering


dilakukan oleh Rasul SAW dalam mendidik akhlak para sahabat.
Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya
metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah
yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini,
Rasulullah SAW menanyakan kepada para sahabat tentang
penguasaan terhadap suatu masalah. 6

4. Nilai-nilai pendidikan dalam metode ceramah


Metode Ceramah dalam pembelajaran, digunakan pendidik
dengan tujuan agar diperhatikan oleh peserta didik dalam
penyampaian materinya. Agar penggunaan metode ceramah
terbebut diperhatikan, maka harus menjadi menarik baik dari segi
temanya, siapa penyampaiannya, bahasa yang digunakan,
penampilan dari pendidik, intonasi, bahasa tubuh, mimik muka dan
suara yang lantang.
Dengan metode ceramah, peserta didik atau orang yang
menerima ilmu akan lebih merespon denfan mendengarkan apa
yang seorang pendidik bicarakan dalam ceramahnya. Dalam
penyampaiannya hendaklah seorang pendidik untuk mengemas
materi yang akan disampaikan dengan tata bahasa yang baik dan
mudah diterima oleh peserta didik.
5. Nilai-nilai pendidikan dalam metode Targhib dan Tarhib

6M. Chalis, Perspektif Hadits Tentang Metode Pendidikan (Sebuah Kajian Otentitas Tentang
Hadits Pendidikan), Jurnal Seminar Proceedings, 2015. Hal. 138-142.
Rasulullah melakukan cara belajar seperti diajarkan dalam Alquran.
Selain membujuk manusia, beliau juga menggunakan ancaman
untuk membangkitkan motivasi manusia supaya taar kepada Allah
dan Rasul-Nya. Ancaman juga memotivasi manusia untuk
menjalankan ibadah dan menguatkan tanggung jawab terhadap
agamanya (taklif), menjauhi maksiat, serta segala sesuatu yang
dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Penggunaan bujukan dan
ancaman secara bersamaan mempunyai pengaruh yang lebih efektif
daripada menggunakan salah satu di antara keduanya.

6. Nilai-nilai pendidikan dalam metode pengulangan dan latihan

Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah


pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan
mental di mana seseorang membayangkan dirinya melakukan
perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan
perbuatan secara nyata merupakan alat- alat bantu ingatan yang
penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk
membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk
berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Metode pengulangan dilakukan Rasulullah SAW ketika
menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat. 7

D. AKTUALISASI NILAI PENDIDIKAN


1. Metode Keteladanan atau Demonstrasi
Keteladanan pendidik, orang tua, masyarakat, di sadari atau tidak
akan melekat pada diri,baik dalam bentuk ucapan, perbuatan,
maupun hal yang bersifat material dan spiritual. Pendidik harus
mampu berperan sebagai panutan terhadap anak didiknya, orang tua
sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan semua pihak

7 M. Chalis, “PERSPEKTIF HADITS TENTANG METODE PENDIDIKAN”, (Sebuah Kajian


Otentitas Tentang Hadits Pendidikan), (Jurnal Seminar Proceedings, 2015), hlm. 143.
dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupannya.
Keinginan anak dapat terealisasi apabila ia melihat figur teladan,
yang menarik perhatiannya. Kedua orang tua dan guru harus
membangun akhlaknya sendiri untuk memotivasi anak agar mau
mengikutinya. Semakin anak merasa kagum, maka semakin besar
pula keinginannya untuk meneladani. 8
2. Metode Pembiasan dan Hukuman
Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.
Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-
kebiasaan, perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah: (a). senantiasa
merupakan jawaban atas suatu pelanggaran, (b).sedikit-banyaknya
selalu bersifat tidak menyenangkan,(c). selalu bertujuan ke arah
perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan
anak itu sendiri.9
Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu
bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan
secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari
pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.
3. Metode Dialog atau Hiwar atau Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini sangat berguna dalam merangsang anak-
anak, karena metode ini untuk murid untuk mengungkapkan apa-apa
yang terlintas dalam pikirannya dengan ungkapan yang teratur dan

8 Andri Anirajh, “Metode Keteladanan Dan Signifikansinya Dalam Pendidikan Islam”, Fikruna,
Vol. 2, No. 1, 2013, hal. 153.

9 M. Ngalim Purwanto, “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis”, (Bandung: Remadja Karya, 1985),
cet. Ke-1, hal. 236
Sistematis dan berani mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa
takut, mendorong mereka untuk mendalami pelajaran, sehingga
menambah kecintaan mereka terhadap pelajaran serta
membangkitkan keaktifan berpikir dari mereka.
Djamarah (2006) rangsangan dari guru dalam bentuk bertanya,
maka tanggapan anak didik dalam bentuk jawaban. Sebaliknya
sebuah, rangsangan dari anak didik dalam bentuk bertanya, maka
tanggapan guru dalam bentuk jawaban. Maka terjadilah interaksi
dalam bentuk tanya jawab.
4. Metode Perumpamaan
Dengan menggunakan metode perumpamaan, para peserta didik
akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat
langsung dan sesuai dengan pengalaman hidupnya.
Pengunaan metode perumpamaan dianggap metode yang mudah,
jadi ketika penyampaiannya guru menyampaikan dengan asal-
asalan. Contohnya seperti : Ketika pelajaran akhlak, didalam kelas
sangat gaduh, segala nasihat dan peringatan sudah dilakukan, namun
tidak kunjung tenang sehingga guru itu bingung dan guru itu
menfokuskan siswa dengan memberi cerita yang berupa
perumpamaan, “Anak-anak, sebuah piano akan memunculkan suara,
namun ketika piano itu terkunci, ternyata masih utuh keluar
suaranya, berarti bisa dikatakan piano itu rusak atau ada yang perlu
diperbaiki, apabila kalian sudah diperingatkan namun masih utuh
gaduh dalam kelas itu berarti perlu ada tukang servis”. Cara
menggunakan metode perumpamaan dengan bercerita/metode
kisah, biasanya seorang guru menggunakan perumpamaan yang
pernah digunakan Rasulullah saw dalam Alquran dan hadits
adakalanya dikarang sendiri oleh guru tersebut dan setiap hari
menggunakan metode ini.
5. Metode Ceramah
Salah satu macam metode belajar yang kerap digunakan adalah
metode ceramah. Maksudnya, metode ini diterapkan dengan cara
berceramah atau menyampaikan informasi secara lisan kepada
siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis dan
ekonomis, tidak membutuhkan banyak alat bantu.
Metode ini mampu digunakan untuk mengatasi kelangkaan
literatur atau sumber rujukan informasi karena daya beli siswa yang
diluar jangkauan.
Metode ceramah Mendorong siswa untuk menjadi lebih
fokus.Guru dapat mengendalikan kelas secara penuh.Guru dapat
menyampaikan pelajaran yang luas.Dapat diikuti oleh jumlah anak
didik yang banyak.Mudah dilaksanakan
6. Metode Targhib Tarhib
Metode Targhib-Tarhib adalah strategi atau cara untuk
meyakinkan seorang murid terhadap kekuasaan dan kebenaran
Allah SWT melalui janji-Nya disertai dengan bujukan dan
rayuan untuk melakukan amal shaleh
Dengan penerapan metode Targhib-Tarhibini harapan dapat
terciptanya peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
terciptanya peserta didik berakhlaqul karimah baik di
rumah,sekolah maupun di lingkungannya, terciptanya peserta
didik patuh dan taat kepada orang tua,Guru,dan masyarakat,
terciptanya peserta didik yang aktit, optimis dan hilangkan rasa
malas dalam proses pembelajaran, terciptanya kognitif, Afektif
dan psikomotor pada peserta didik sesuai harapan.10
7. Metode Pengulangan dan Latihan
berikut:Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar di manapeserta didik melaksanakan kegiatan latihan,
peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari (Rusman, 2011). Suatukegiatan
dalam rnelakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat asosiasi atau
menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.
Metode latihan bertujuan agar kegiatan praktek yang dilakukan
oleh peserta didik menjadi lebih bermakna yang berkenaan dengan
daerah materi pembelajaran yang khusus dan menyediakan
pengetahuan mengenai hasil belajar dengan cepat dan akurat
Hasil belajar peserta didik dengan metode latihan mengalami
peningkatan tiap siklus. Keterlaksanaan model latihan oleh guru

10Syamsiah Nur, Hasnawati, “Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam”, Vo. V, No. 1,
2020.
pada pelaksanaan belajar mengalami peningkatan tiap siklus.
Aktivitas belajar peserta didik pada pembelaj ar an den gan metode
latiha n mengalami peningkatan tiap siklus.Efektifitas pembelajaran
dengan menggunakan metode latihan mengalami peningkatan tiap
siklus.11
8. Metode Mauzihah
Mauidhoh disampaikan dalam bentuk nasehat melalui lisan
seperti ceramah dan pidato.
Mauidhoh memberikan kontribusi yang erat kaitannya dengan
kejiwaan individu untuk merubah diri menjadi manusia yang lebih
baik. Di mana hal itu tidak dapat terpisahkan dengan masalah-
masalah spiritual dan keyakinan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah metodologi pembelajaran sebenarnya sama dengan
metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara
atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar
tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Metode dalam kegiatan belajar mengajar yaitu ada berbagai
macam- macam, diantaranya adalah:
1. Metode Keteladanan atau Demonstrasi
2. Metode Pembiasan dan Hukuman
3. Metode Dialog atau Hiwar atau Tanya Jawab
4. Metode Perumpamaan
5. Metode Ceramah

11Ferry Lesmana, Maman Kusman, Ariyanto, Uli Karo Karo, Jurnal Of Mechanical Engineering
Education, Vol. 1, No. 2, 2014.
6. Metode Targhib Tarhib
7. Metode Pengulangan dan Latihan
8. Metode Mauzihah

B. Saran
Penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada pembaca,
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat
diharapkan

Daftar Pustaka

Rozi, Fakrur. 2015. Hadis Tarbawi. Semarang: Sagha Grafika Solusindo

Umar, Bukhari. 2020. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah

Anirajh Andri. 2013. “Metode Keteladanan Dan Signifikansinya Dalam


Pendidikan Islam”. Fikruna, Vol. 2, No. 1

Purwanto M. Ngalim. 1986. “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis”. Bandung:


Remadja Karya

Djamarah Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
M. Basyiruddin Usman M. Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama
Islam. Jakarta: Ciputra Pers.

Zuhairini dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama.


Simanjuntak B dan I. L. Pasaribu. 1986. Didaktik dan Metodik. Bandung: Transito
Armei Arief Armei. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam

Chalis M. 2020. Perspektif Hadits Tentang Metode Pendidikan (Sebuah Kajian


Otentitas Tentang Hadits Pendidikan). Jurnal Seminar Syamsiah Nur, Hasnawati,
“Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam”.

Lesmana Ferry dkk. 2014. Jurnal Of Mechanical Engineering Education. Vol. 1,


No. 2

Anda mungkin juga menyukai