Abstrak
Berbuat baik sudah sepautnya dilakukan oleh semua orang,tetapi akan lebih baik dilakukan sejak
dini.banyak hadis-hadis yang di yang bersangkuatan dengan perilaku baik. Karena itu rosululloh
mengajarkan berbuat baikeapda orang lain. Nmun banyak dari anak-anak yang belum mengetahui apa
yang harus dilakukan. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana penerapan
pembelajaran hadis pada anak usia dini terlebih yang dilakukan di RA masyitoh sapuran. Rancangan
Kajian dalam artikel ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Data-data diambil dari
pengamatan mendalam dan penggalian beragam dokumen. Pengambilan data melalui pengamatan
mendalam penting dilakukan guna menjaga kualitas data menjadi baik. Observasi dilakukan dengan
cara melihat fakta secara langsung dalam proses pembelajaran yang dialami oleh siswa dan siswi
PIAUD dan guru. penelitian yang digunakann.bahkan pada penilian ini peneliti terjun langsung dalam
pembealajaran sehingga akan menarik kesimpulan bagaimana pembelajaran hadis di RA tersebut.
Pada kesimpulanya di RA ini menggunakna banyak metode dan juga konsep dalam penerapkan
pembelajaran hadis hal ini sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh rosululluh.
Abstract
Everyone should do good, but it would be better to do it early. There are many hadiths related to good
behavior. Because of that Rasulullah SAW taught to do good to others. But many of the children do not
know what to do. This article aims to find out and understand how the application of hadith learning to
early childhood is carried out at RA Masyitoh Sapur. Design The study in this article was conducted
using a qualitative approach. The data is taken from in-depth observation and excavation of various
documents. Data collection through in-depth observation is important to maintain good data quality.
Observations were made by looking directly at the facts in the learning process experienced by PIAUD
students and teachers. research that is used. even in this assessment the researcher is directly involved
in the learning so that it will draw conclusions about how the learning of hadith in RA is. In conclusion,
RA uses many methods and concepts in applying hadith learning, this is in accordance with what was
taught by the Prophet.
Kata kunci: hadis, baik,perilaku.AUD
Pendahuluan
Salah satu kata mutiara dalam Islam berbunyi, ”Belajarlah, Sesungguhnya manusia
tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu”. Bahwasanya pendidikan sangat penting dan
manusia telah diberikan akal sebagai modal untuk berfikir. Akal membuat manusia berbeda
dengan makhluk lainnya. Pendidikan berperan sangat besar sebagai bimbingan, dengan
hasil pendidikan dalam etika, tingkah laku, dan sifat dasar setiap manusia untuk menghadapi
kehidupan sosial. Umat Muslim memiliki dua pedoman untuk menjalani hidup, yaitu Al-Qur’an
dan hadis atau As-Sunnah. Hadis merupakan perkataan, perbuatan, ketetapan, dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis
mengandung banyak pembelajaran dalam kehidupan sosial sehingga patut dijadikan sebagai
pedoman hidup. Diperlukan pendidikan hadis yang mendalam agar digunakan sebagai
petunjuk menjalani kehidupan dunia.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).
Al-Quran dan Hadis merupakan pedoman dan landasan bagi kaum muslimin dalam
menjalankan kehidupan, karena di dalamnya terdapat berbagai aturan, baik yang
berhubungan dengan aturan dunia maupun akhirat. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an,
membimbing manusia ke jalan yang benar dan tidak tersesat sehingga manusia memiliki
kepercayaan dan akidah yang benar dan lurus, peraturan dan hukum yang baik, serta akhlak
mulia dan terpuji dalam mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.Pemahaman
terhadap al-Qur’an dan hadis wajib dimiliki oleh seluruh umat yang mengimaninya terlebih
sejak dini agar lebih membekas dan bermakna.
Hadis dan Al-Qur’an sama-sama memiliki dimensi ketuhanan karena memuat unsur
wahyu Tuhan. Akan tetapi, harus disadari bahwa hadis memang berbeda dengan Al-Qur’an.
Jika kedua sumber ajaran Islam ini dikaji, nuansa kemanusiaan dalam hadis Nabi sangat
terasa dibandingkan Al-Qur’an. Apabila ditelaah dari sisi sumber, Al-Qur’an murni kalam Allah
secara utuh yang disampaikan nabi Muhammad melalui malaikat Jibril tanpa adanya intervensi
Nabi sedikitpun. Sedangkan hadis, sebagian bersumber dari wahyu Allah atau ijtihad pribadi
atas bimbingan wahyu dan sebagian lagi berdasarkan sisi kemanusiaan Nabi seperti pendapat
dan perkataan nabi. Hal ini menjadi alasan kuat integrasi ilmu sosial dan hadis pantas
didahulukan daripada Al-Qur’an, tanpa mengurangi urgensi Al-Qur’an sebagai sumber utama.
Kondisi ini disebabkan, hadis terasa lebih dekat dengan aspek sosialnya.
Pada dasarnya hadis sudah di ajarkan sejak dini, namun begitu banyak hadis,maka
para guru sudah sepatuutnya untuk mengajarkan hadist-hadist yang relevan bagi usia anak
tersebut, dan juga menggunakan metide dan konsep untuk mengajarkan hadis-hadist
tersebut. Agar hadist yang diajarkan mejadi pedoman bagi anak untuk kehidupan berlasung.
Apalagi mengenai berbuat baik kepada orang lain, maka sepatutnya hadist ini menjadi
pedoman untuk anak- anak karena pada hakikatnya anak-anak sejak dini sudah bergaul
pada temannya. Tanpa arahan didikan dari orang tua dan guru maka anak akan bingung
dalam menjalankan kehiduapn atau bisa dikatakan melenceng, sebagaimana nabi menjadi
uswaun hasanah sudah mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada orang lain
melalui hadi- hadisnya. Diantara hadis- hadis berbuat baik adalah:
1. Hadist berbuat baik kepada semua makhluk hidup dari Sahabat Abu Ya’la Syaddad
bin Aus, dari Rasullah SAW. Beliau bersabda:
َ َّ ِإن: ا َلJلَّ َم َقJ ِه َو َسJْلَّى هللاُ َعلَيJص
َ هللا َك َت
ب َ هللاِ ْو ِلJ ُه َعنْ َر ُسJس َرضِ َي هللاُ َع ْن ٍ ْن َأ ْو
ِ َعنْ َأ ِبي َيعْ لَى َشدَّاد اب
َ ْ ْ ُ َأ ْ َ ِّ ُ َأ ُ َ َ َ َ ْ ْ َأ ْ َ
َفِإذا َق َتلت ْم َف حْ سِ نوا القِتلة َوِإذا ذ َبحْ ت ْم َف حْ سِ نوا الذب َْحة َول ُي ِح َّد َح ُدك ْم َشف َر َت ُه َولي ُِرحْ ذ ِبي َْح َت ُه،ٍان َعلَى ُك ِّل َشيْ ء
ُ ُ َ ْاِإلحْ َس.
رً اJJاك هَّللا ُ َخ ْي ُ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َز ْي ٍد َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ َزJصن َِع ِإلَ ْي ِه َمعْ رُوفٌ َف َقا َل لِ َفاعِ لِ ِه َج ُأ
ِ َعنْ َسا َم َة ب
الث َنا ءَّ
“Pintu-pintu surga dibuka setiap senin dan hari kamis. Maka ampunilah setiap hamba yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, kecuali orang yang mempunyai
permusuhan dengan saudaranya. Kemudian dikatakan, “Tundalah kedua orang ini sehingga
mereka saling berdamai. Tundalah kedua orang ini sehingga mereka saling berdamai.
Tundalah kedua orang ini sehingga mereka saling berdamai”.(HR. Muslim)
Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga
hari”. (HR Muttafaq ‘alaih
Hadist tentang berbagi
J ًكاJ طِ ُمم ِْسJْ ُر اللَّ ُه َّم َأعJو ُل اآْل َخJJُان َي ْن ِزاَل ِن َف َيقُو ُل َأ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم َأعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا َو َيق
ِ َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه ِإاَّل َملَ َك
َتلَ ًفا
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali
akan datang dua malaikat kepadanya dan salah satunya berkata; “Ya Allah
berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan
yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan)
kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)”. (HR. Bukhari – No. 1442
Fathul Bari) Shahih.
Berdasarkan hadist tersebut, apabila seorang hamba atau manusia menyisihkan
hartanya untuk saling berbagi, maka senantiasa akan didoakan oleh para malaikat agar Allah
membalas kebaikannya. Sedangkan bagi orang yang menahan hartanya, maka malaikat
memohon kepada Allah agar orang tersebut mengalami kehancuran. Kemudian, perilaku
berbagi rezeki juga menjadi penolak bala dan dapat memanjangkan umur bagi orang yang
menunaikannya, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini.
Kewajiban untuk berperilaku jujur juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban, yang berbunyi,
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib
atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di
Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama
kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.
Dari Ibnu Mas’ud ra. Ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Wajib atasmu
berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur
dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia
bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan
murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban,
dan Al-Hakim).
J ًكاJ طِ ُمم ِْسJْ ُر اللَّ ُه َّم َأعJو ُل اآْل َخJJُان َي ْن ِزاَل ِن َف َيقُو ُل َأ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم َأعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا َو َيق
ِ َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه ِإاَّل َملَ َك
ًَتلَفا
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali
akan datang dua malaikat kepadanya dan salah satunya berkata; “Ya Allah
berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan
yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan)
kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)”. (HR. Bukhari – No. 1442
Fathul Bari) Shahih.
Berdasarkan hadist tersebut, apabila seorang hamba atau manusia menyisihkan
hartanya untuk saling berbagi, maka senantiasa akan didoakan oleh para malaikat agar Allah
membalas kebaikannya. Sedangkan bagi orang yang menahan hartanya, maka malaikat
memohon kepada Allah agar orang tersebut mengalami kehancuran. Kemudian, perilaku
berbagi rezeki juga menjadi penolak bala dan dapat memanjangkan umur bagi orang yang
menunaikannya, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini.
Kewajiban untuk berperilaku jujur juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban, yang berbunyi,
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib
atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di
Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama
kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.
Dari Ibnu Mas’ud ra. Ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Wajib atasmu
berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur
dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia
bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan
murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban,
dan Al-Hakim).
رً اJJاك هَّللا ُ َخ ْي ُ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َز ْي ٍد َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ َزJصن َِع ِإلَ ْي ِه َمعْ رُوفٌ َف َقا َل لِ َفاعِ لِ ِه َج ُأ
ِ َعنْ َسا َم َة ب
الث َنا ءَّ
“Pintu-pintu surga dibuka setiap senin dan hari kamis. Maka ampunilah setiap hamba yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, kecuali orang yang mempunyai
permusuhan dengan saudaranya. Kemudian dikatakan, “Tundalah kedua orang ini sehingga
mereka saling berdamai. Tundalah kedua orang ini sehingga mereka saling berdamai.
Tundalah kedua orang ini sehingga mereka saling berdamai”.(HR. Muslim)
Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga
hari”. (HR Muttafaq ‘alaih
Hadist tentang berbagi
J ًكاJ طِ ُمم ِْسJْ ُر اللَّ ُه َّم َأعJو ُل اآْل َخJJُان َي ْن ِزاَل ِن َف َيقُو ُل َأ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم َأعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا َو َيق
ِ َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه ِإاَّل َملَ َك
َتلَ ًفا
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali
akan datang dua malaikat kepadanya dan salah satunya berkata; “Ya Allah
berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan
yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan)
kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)”. (HR. Bukhari – No. 1442
Fathul Bari) Shahih.
Berdasarkan hadist tersebut, apabila seorang hamba atau manusia menyisihkan
hartanya untuk saling berbagi, maka senantiasa akan didoakan oleh para malaikat agar Allah
membalas kebaikannya. Sedangkan bagi orang yang menahan hartanya, maka malaikat
memohon kepada Allah agar orang tersebut mengalami kehancuran. Kemudian, perilaku
berbagi rezeki juga menjadi penolak bala dan dapat memanjangkan umur bagi orang yang
menunaikannya, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini.
Kewajiban untuk berperilaku jujur juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban, yang berbunyi,
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Wajib
atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di
Surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, Karena dusta itu bersama
kedurhakaan, dan keduanya di neraka”.
Dari Ibnu Mas’ud ra. Ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Wajib atasmu
berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur
dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia
bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan
murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban,
dan Al-Hakim).
Ada orang ketika mendengar nama seseorang disebut sudah malas mendengarnya
dan cenderung ingin menjauh darinya karena orang tersebut dikenal keburukannya. Tapi,
sebaliknya, ada orang yang kedatangannya diharapkan banyak orang, dan orang yang dekat
dengannya akan selalu merasa aman dan nyaman. Tipe terakhir inilah yang disebut Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebaik-baik manusia.
َمنْ َس َت َر مُسْ لِمًا َس َت َرهُ هَّللا ُ فِي ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر ِة
Artinya: “Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)
Setiap manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Bagi sesama umat Muslim yang
mengetahui aibnya, maka janganlah menyebarkan aib tersebut kepada yang lain. Anda bisa
menyimpan rapat-rapat aib tersebut dan tidak perlu dibahas kepada siapapun. Apabila anda
bisa melakukannya, maka Allah akan menutup aib Anda baik di dunia maupun akhirat.
PEMBAHASAN
4. Metode Keteladan
Sesungunya guru itu sbagai teladan bagi murid-muridnya. Hal ini tidak jauh yang dilakukan di
RA masitoh ia menggunakan metode teladan ini untuk mengajarkan hadis-hadis pada anak.
Misl hadis tentang senyum, tentang kebersihan, menjawab salam, dan lain-lain.
.
Guru mempunyai peran penting dalam pembelajaran hadis karena dapat
mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak-anak sedini mungkin. Pendapat di
atas ditegaskan oleh Imam Ghazali yang menyatakan bahwa akhlak yang baik akan
tertanam kuat di dalam jiwa seseorang selama jiwa itu dibiasakan untuk melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang baik atau terpuji dan selama jiwa itu tidak meninggalkan
seluruh perbuatan buruk.
4. Mudah diinggat
5. Memilih hadois hadis yang pendek
Misal: Hadits tentang senyum
J ٌةJ َقJ َدJص َ Jَ لJك
َ Jك ِ َأJِ هJجJْ JوJَ Jِ ىJ فJك
َ J يJخ ُّ J َبJَت
َ J ُمJس
Artinya: "Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah
bagimu." (HR Tirmidzi)
6. Mengelompokan hadis untuk kelompok A dan B
Badri Khaeruman mengatakan bahwa akhlak yang terpuji tidak akan tertanam kuat
di dalam jiwa seseorang jika tidak dibiasakan untuk memiliki kerinduan melakukan
perbuatan-perbuatan terpuji dan menikmatinya, serta membenci perbuatan-perbuatan tercela
dan merasa bersalah karenanya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran hadis
yang dimaksudkan adalah berupa hafalan hadis yang diberikan kepada semua anak.
Tabungan hadis merupakan suatu program yang menjadi strategi guru dalam
menanamkan dan mengembangkan kecerdasan spiritual yang berupa setoran hafalan hadis.
Melalui program ini, terlihat dampak yang positif terhadap perilaku anak seperti dalam
menyikapi suatu persoalan hidup yang dihadapinya. Upaya guru dalam
mengembangkankecerdasan spiritual melalui pembelajaran hadis kepada anak hendaknya
memilih jenis hadis yang lebih mudah dimengerti.
Penyampaian pemahaman arti dari hadis dikemas dalam bahasa yang sederhana
yang mudah dimengerti dan dipahami oleh anak, kemudian diberikan contoh real dalam
kehidupan keseharian mereka. Selain itu, dilakukan dengan cara membiasakan anak dengan
hal-hal yang sederhana dalam menanamkan nilai-nilai agama yang terkandung pada setiap
hadis.
Kesimpulan
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Penerapan pembelajran hadis menggunakan
berapa metode dan konsep Agar pembelajaran pada anak usia dini ini hadis berhasil.Hadist
Tentang Berperilaku Baik Kepada Orang Lain diantara lain: Hadist berbuat baik kepada semua
makhluk hidup, mengucapkan terimakasih, tentang menghormati, tentang berbagi, Ridha Allah
bergantung pada restu orang tua, Tentang kebaikan, Hadits Berbuat Baik dengan Menutup Aib
Sesama Muslim, Hadits tentang sebaik-baik diantara kalian , Hadits tentang senyum.
DAFTAR PUSTAKA