Anda di halaman 1dari 9

Bentuk Penjagaan Allah 

‫ﷻ‬
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

Secara umum penjagaan Allah ‫ ﷻ‬ada dua hal.

1. Allah menjaga agamanya


Allah ‫ ﷻ‬menjaga agama seseorang artinya adalah Allah ‫ ﷻ‬menjaganya dari hal-
hal yang menyimpang dan menyesatkan. Allah akan jauhkan dari syubhat,
pemikiran liberal dan firqah-firqah yang sesat. Mungkin ada seseorang yang
tidak begitu cerdas, akan tetapi tatkala dia membaca atau mendengar syubhat,
maka dia tidak menerimanya. Ini adalah bentuk penjagaan Allah ‫ﷻ‬. Karena ada
sebagian orang yang cerdas, akan tetapi ketika dia membaca syubhat liberal
dan ateis malah terjebak dalam Penyimpangan pemahaman tersebut. Ini
menunjukkan bahwa Allah ‫ ﷻ‬tidak menjaga orang tersebut.

Adapun zaman sekarang ini, pemikiran yang menyimpang tersebar dimana-


mana. Ketika seseorang telah masuk dalam dunia maya, maka dia akan
menemukan beragam model pemikiran. Maka jika Allah ‫ ﷻ‬tidak menjaganya,
maka bisa-bisa dia terjebak dalam pemikiran tersebut. Adapun orang yang
bertakwa kepada Allah ‫ﷻ‬, senantiasa berdoa meminta agar diberi petunjuk ke
jalan yang lurus, dan dia tulus dalam ibadahnya, maka dia akan dijaga oleh
Allah ‫ﷻ‬. Oleh karenanya dalam hadits qudsi Allah ‫ ﷻ‬berfirman,
ُ‫ي بِالنَّ َوافِ ِل َحتَّى ُأ ِحبَّه‬
َّ َ‫َو َما يَ َزا ُل َع ْب ِدي يَتَقَرَّبُ ِإل‬
“Dan tidaklah hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan sunnah hingga aku mencintainya.”[1]

Maka seseorang bukan hanya berusaha untuk menjaga perkara-perkara yang


wajib, akan tetapi juga berusaha melakukan perkara-perkara yang sunnah.
Ketika shalat fardhu telah ditunaikan, maka hendaknya berusaha mengiringinya
dengan shalat sunnah rawatib. Kalau seseorang telah mampu puasa di bulan
ramadhan, maka hendaknya berusaha untuk puasa-puasa sunnah di luar bulan
ramadhan. Jika seseorang ingin dicintai oleh Allah ‫ﷻ‬, hendaknya dia
mengerjakan amalan-amalan sunnah.

Namun tantangan yang lain bagi kita untuk bisa mengamalkan ini adalah waktu
kita yang banyak terbuang dengan hal-hal yang sia-sia. Kalau zaman dahulu
cobaan dan ujian itu kurang, namun di zaman sekarang hal-hal yang menggoda
sangatlah banyak sehingga amalan-amalan sunnah itu sulit untuk kita kerjakan.
Padahal lanjutan hadits di atas berbunyi,

"ُ ‫ َويَ َدهُ الَّتِي يَب ِْط‬،‫ْص ُر بِ ِه‬


‫ش‬ ِ ‫ص َرهُ الَّ ِذي يُب‬ َ َ‫ َوب‬،‫ت َس ْم َعهُ الَّ ِذي يَ ْس َم ُع بِ ِه‬ ُ ‫ ُك ْن‬:ُ‫فَِإ َذا َأحْ بَ ْبتُه‬
‫ َو َما‬،ُ‫ َولَِئ ِن ا ْستَ َعا َذنِي ُأَل ِعي َذنَّه‬،ُ‫ َوِإ ْن َسَألَنِي ُأَل ْع ِطيَنَّه‬،‫ َو ِرجْ لَهُ الَّتِي يَ ْم ِشي بِهَا‬،‫بِهَا‬
ُ‫ت َوَأنَا َأ ْك َره‬
َ ‫ يَ ْك َرهُ ال َم ْو‬،‫س ال ُمْؤ ِم ِن‬ ِ َ‫ت َع ْن َش ْي ٍء َأنَا ف‬
ِ ‫اعلُهُ تَ َر ُّد ِدي َع ْن نَ ْف‬ ُ ‫تَ َر َّد ْد‬
ُ‫َم َسا َءتَه‬
“Maka jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia
jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk
memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang
dijadikannya untuk berjalan.”[2]

Artinya adalah Allah ‫ ﷻ‬akan membimbing orang yang telah Dia cintai.
Pendengarannya akan dibimbing agar tidak lagi mendengar hal-hal yang haram.
Sehingga bisa jadi dia tiba-tiba menjadi tidak suka dengan acara-acara ghibah.
Penglihatannya juga akan dibimbing oleh Allah ‫ ﷻ‬sehingga tidak suka melihat
hal-hal yang haram. Atau bisa jadi dia mulai tidak suka menghabiskan waktu
pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini semua karena Allah ‫ ﷻ‬mengubah
hatinya. Dan Allah ‫ ﷻ‬jika telah mencintai seorang hamba, maka Allah ‫ ﷻ‬akan
menjaga hamba tersebut.

Di antara bentuk penjagaan Allah ‫ ﷻ‬terhadap orang yang menjaga Allah ‫ﷻ‬
adalah dia akan dibimbing dalam agama. Sehingga jadilah dia semangat dalam
beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬, shalatnya bisa jadi khusyuk, bacaan Al-Qurannya
bertambah, dan yang lainnya. Dan ini adalah penjagaan yang sangat kita
perlukan. Karena betapa banyak orang yang kita lihat di zaman ini dahulu
mereka adalah orang yang alim, akan tetapi dipenghujung malah hancur dan
membela pemikiran liberal. Allah ‫ ﷻ‬tidak menjaganya. Maka jika seseorang
ingin agar meninggal husnul khatimah dan dalam akidah yang benar,
hendaknya dia berusaha menjaga Allah ‫ﷻ‬.

2. Allah menjaga dunianya


Seorang hamba yang menjaga Allah ‫ﷻ‬, bukan hanya agamanya yang akan
dijaga oleh-Nya, akan tetapi dunianya pun akan dijaga oleh Allah ‫ﷻ‬. Serta
bukan hanya dirinya yang dijaga, istrinya, anak-anaknya, serta hartanya juga
dijaga oleh Allah ‫ﷻ‬. Dan menjaga Allah ‫ ﷻ‬itu bisa dilakukan dari hal-hal yang
kecil. Sebagaimana ada suatu kisah seorang yang memiliki sepuluh orang anak,
namun dia sangat sibuk hingga tidak begitu perhatian terhadap mereka. Akan
tetapi anak-anaknya semuanya ternyata saleh dan salehah. Ketika ditanya
mengapa dia bisa mendapat nikmat anak-anak yang saleh, dia hanya menjawab
bahwa dia yakin ketika berhubungan dengan istrinya senantiasa membaca doa.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

‫ان َأبَ ًدا‬


ٌ َ‫ض َّرهُ َش ْيط‬ َ ِ‫فَِإنَّهُ ِإ ْن يُقَ َّدرْ بَ ْينَهُ َما َولَ ٌد فِي َذل‬
ُ َ‫ك لَ ْم ي‬
“Jika ditakdirkan memperoleh anak dari hubungan keduanya maka setan tidak
akan dapat mencelakakan anak itu selamanya.”[3]

Bahkan dalam berhubungan suami istri pun orang tersebut memiliki ketakwaan
kepada Allah ‫ﷻ‬.

Ingatlah bahwa kita sendiri tidak bisa menjaga anak-anak kita sepenuhnya.
Sesungguhnya hanya Allah ‫ﷻ‬-lah yang bisa menjaganya. Bahkan ketika di
rumah saat anak bersendirian kita tidak tahu apa yang ditontonnya. Maka
tidaklah ada yang mampu menjaga mereka kecuali Allah ‫ﷻ‬. Begitu pula para
istri, jika Anda ingin agar suami Anda dijaga dari hal-hal yang buruk, maka
hendaknya jagalah Allah ‫ﷻ‬. Oleh karenanya jagalah Allah, niscaya Allah ‫ ﷻ‬akan
menjaga kita dan keluarga kita. Dan para ulama menyebutkan bahwa
barangsiapa yang menjaga Allah ‫ ﷻ‬di masa mudanya dengan ketaatan, maka
Allah ‫ ﷻ‬akan menjaganya di masa tuanya.

Demikian pula seorang pedagang, jika dia menjaga Allah ‫ ﷻ‬dengan membayar
zakat, niscaya Allah ‫ ﷻ‬akan menjaga hartanya. Ada sebuah ceramah di Arab
Saudi yang menceritakan bahwa pernah ada suatu masa di mana bencana
sehingga banyak ternak-ternak yang mati. Maka pemerintah membuka
kesempatan agar yang memiliki ternak untuk melapor kepada pemerintah agar
diberi ganti. Suatu ketika ada seseorang yang melaporkan bahwa beberapa
untanya mati tiba-tiba. Maka hakim bertanya, “Apakah engkau membayar
zakat?”, maka orang tersebut pun terdiam. Ternyata dia tidak membayar zakat
selama ini. Oleh karenanya bisa jadi harta seseorang terkena musibah karena
dia tidak bertakwa kepada Allah ‫ﷻ‬, dia tidak membayar zakat. Maka bertakwa
kepada Allah ‫ ﷻ‬bisa menjadikan seseorang dijaga dunianya oleh Allah ‫ﷻ‬.

Bagaimana cara menjaga Allah


Sesungguhnya orang yang menjaga Allah ‫ ﷻ‬dipuji oleh Allah dalam banyak ayat
di dalam Al-Quran. Di antaranya adalah firman Allah ‫ﷻ‬,

‫ َم ْن َخ ِش َي‬،‫يظ‬ ٍ ِ‫ب َحف‬ ٍ ‫ون لِ ُكلِّ َأ َّوا‬


َ ‫ هَ َذا َما تُو َع ُد‬،‫ين َغ ْي َر بَ ِعي ٍد‬ ِ َ‫َوُأ ْزلِف‬
َ ِ‫ت ْال َجنَّةُ لِ ْل ُمتَّق‬
‫ لَهُ ْم َما‬،‫ك يَ ْو ُم ْال ُخلُو ِد‬
َ ِ‫ ا ْد ُخلُوهَا بِ َساَل ٍم َذل‬،‫ب‬
ٍ ‫ب ُمنِي‬ٍ ‫ب َو َجا َء بِقَ ْل‬ ِ ‫الرَّحْ َم َن بِ ْال َغ ْي‬
‫ون فِيهَا َولَ َد ْينَا َم ِزي ٌد‬ َ ‫يَ َشا ُء‬
“Dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang
tidak jauh (dari mereka). (Kepada mereka dikatakan), ‘Inilah nikmat yang
dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa
bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-
Nya).  (Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun
tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masuklah
ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi’. Mereka di
dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada
tambahannya.” (QS. Qaf : 31-35)

Di antara ciri orang yang bertakwa dan dijamin surga adalah orang yang
senantiasa menjaga Allah ‫ ﷻ‬dalam hal menjaga perintah-perintahnya, menjaga
hak-hak Allah, serta menjaga batasan-batasan-Nya.

Demikian pula pujian yang Allah ‫ ﷻ‬berikan kepada orang-orang yang berjihad
di jalan Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman tentang sifat-sifat mereka,

ِ ‫ُون بِ ْال َم ْعر‬


‫ُوف‬ َ ‫ون اآْل ِمر‬َ ‫ُون السَّا ِج ُد‬ َ ‫ُون الرَّا ِكع‬ َ ‫ون السَّاِئح‬ َ ‫ون ْال َحا ِم ُد‬ َ ‫ُون ْال َعابِ ُد‬
َ ‫التَّاِئب‬
"َ ِ‫ون لِ ُح ُدو ِد هَّللا ِ َوبَ ِّش ِر ْال ُمْؤ ِمن‬
‫ين‬ َ ُ‫ون َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َحافِظ‬ َ ُ‫َوالنَّاه‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah),
mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf
dan mencegah dari yang mungkar  dan yang memelihara hukum-hukum
Allah. Dan kabarkan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. At-
Taubah : 112)

Terdapat beberapa ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan amalan-amalan


tertentu yang harus di jaga dan sekaligus menjadi amalan-amalan yang
dilakukan oleh seseorang untuk menjaga Allah ‫ﷻ‬.

1. Menjaga shalat
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ِ‫صاَل ِة ْال ُو ْسطَى َوقُو ُموا هَّلِل ِ قَانِت‬


‫ين‬ َّ ‫َحافِظُوا َعلَى ال‬
ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ت َوال‬
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat)
karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)

Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan untuk menjaga shalat. Dan yang dimaksud dengan


menjaga shalat adalah kita melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Dan
sudah seharusnya kita shalat dengan semangat, bukan dalam rangka
melepaskan beban kewajiban. Maka latihlah diri kita secara terus menerus agar
hati kita bisa menikmati shalat tersebut. Karena kebanyakan di antara kita
shalat masih dalam kondisi terbebani. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah berkata kepada Bilal radhiallahu ‘anhu,

َّ ‫يَا بِاَل ُل َأ ِرحْ نَا بِال‬


‫صاَل ِة‬
“Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.”[4]

Lihatlah bagaimana perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat.


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan agar diistirahatkan dari
shalat, akan tetapi beliau ingin beristirahat dengan shalat. Dan dalam hadits
yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

َّ ‫ت قُ َّرةُ َع ْينِي فِي ال‬


‫صاَل ِة‬ ْ َ‫َو ُج ِعل‬
“Dan dijadikan shalat sebagai penyejuk hatiku.”[5]

Maka jika seseorang ingin agar shalatnya bisa menjadi penyejuk dan
mendatangkan kebahagiaan baginya, maka latihlah untuk shalat malam.
Mungkin pertama-tama akan terasa berat, akan tetapi jika telah terbiasa pasti
akan ada rasa kelezatan dalam shalat tersebut. Bahkan jika dia telah terbiasa
maka akan timbul perasaan tidak tenang jika tidak melakukan shalat. Akhirnya
dengan shalat dan sujudnya dia akan merasa bahagia. Sungguh bagi seseorang
yang bisa merasakan hal tersebut berarti dia telah mendapatkan kenikmatan
yang luar biasa.

Oleh karenanya jangan jadikan shalat sebagai beban. Kalau seseorang masih
menjadikan shalat sebagai beban, maka dia belum berada pada derajat yang
diinginkan. Maka berusahalah menjaga shalat, terlebih lagi shalat ashar yang
terkadang banyak dilalaikan oleh orang yang bekerja.

2. Menjaga sumpah
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫َواحْ فَظُوا َأ ْي َمانَ ُك ْم‬


“Dan jagalah sumpah kalian.” (QS. Al-Maidah: 89)

Kita dianjurkan untuk tidak sering bersumpah. Akan tetapi jika telah bersumpah
maka hendaknya kita mencatatnya agar jangan sampai kita melanggar sumpah
tersebut. Dan Allah ‫ ﷻ‬telah memerintahkan kita untuk menjaga sumpah-
sumpah kita. Maka ketika seseorang di antara kita telah mengatakan “Demi
Allah”, maka hendaknya dia melaksanakan sumpah tersebut sebagai bentuk
pengagungan terhadap Allah ‫ﷻ‬. Dan barangsiapa yang menjaga sumpahnya,
maka Allah ‫ ﷻ‬akan menjaganya.

3. Menjaga wudhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

‫اَل ي َُحافِظُ َعلَى ْال ُوضُو ِء ِإاَّل ُمْؤ ِم ٌن‬


“Tidak ada yang menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.”[6]

Oleh karenanya hendaknya seseorang berusaha menjaga wudhunya. Setiap kali


wudhunya batal, maka dia membarui kembali wudhunya jika. Bahkan jika
memungkinkan hendaknya seseorang berwudhu sebelum tidur. Karena menjaga
wudhu adalah tanda seseorang mukmin.

4. Menjaga malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
:‫ال‬َ َ‫ ق‬،ِ ‫ يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّا نَ ْستَحْ يِي َوال َح ْم ُد هَّلِل‬:‫ قُ ْلنَا‬:‫ قَا َل‬.‫ق ال َحيَا ِء‬ َّ ‫ا ْستَحْ يُوا ِم َن هَّللا ِ َح‬
ْ َ‫ َوالب‬،‫س َو َما َو َعى‬
‫ط َن‬ َ ‫ق ال َحيَا ِء َأ ْن تَحْ فَظَ ال َّرْأ‬
َّ ‫ َولَ ِك َّن ااِل ْستِحْ يَا َء ِم َن هَّللا ِ َح‬،‫ك‬ َ ‫ْس َذا‬
َ ‫لَي‬
‫ فَ َم ْن فَ َع َل‬،‫ك ِزينَةَ" ال ُّد ْنيَا‬ ِ ‫ َو َم ْن َأ َرا َد‬،‫ت َوالبِلَى‬
َ ‫اآلخ َرةَ تَ َر‬ َ ‫ َو ْلتَ ْذ ُك ِر ال َم ْو‬،‫َو َما َح َوى‬
َّ ‫ك فَقَ ْد ا ْستَحْ يَا ِم َن هَّللا ِ َح‬
‫ق ال َحيَا ِء‬ َ ِ‫َذل‬
“Malulah pada Allah dengan sebenarnya”. Berkata Ibnu Mas’ud, ‘Kami berkata:
Wahai Rasulullah, kami malu, dan segala puji bagi Allah’. Beliau bersabda:
‘Bukan itu, tapi malu kepada Allah dengan sebenarnya adalah kau menjaga
kepala dan apa yang ada di bawahnya (mata, mulut, dan telinga) dan perut
beserta isinya, mengingat kematian dan segala kemusnahan, barangsiapa
menginginkan akhirat, ia meninggalkan perhiasan dunia, barangsiapa
melakukannya, ia malu kepada Allah dengan sebenarnya’.”[7]

Maka jika kita ingin menjaga Allah ‫ﷻ‬, hendaknya kita tidak menggunakan mata
kita untuk melihat hal-hal yang haram. Jangan pula mendengar hal-hal yang
haram. Karena seluruh penglihatan dan pendengaran akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ان َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬ "َ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأولَِئ‬


َ ‫ك َك‬ َ َ‫ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
“Sesungguhnya pendengaran, dan penglihatan, dan hati semuanya akan
dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’ : 36)

Dan dalam hadits ini disebutkan pula agar seseorang jangan sampai memakan
makanan yang haram.

5. Menjaga lisan dan kemaluan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

َ‫َم ْن يَضْ َم ْن لِي َما بَي َْن لَحْ يَ ْي ِه َو َما بَي َْن ِرجْ لَ ْي ِه َأضْ َم ْن لَهُ ْال َجنَّة‬
“Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara
jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan
menjamin baginya surga.”[8]

Di antara yang paling penting untuk dijaga adalah lisan, sebagaimana dalam
sabda Nabi ‫ ﷺ‬di atas. Karena kebanyakan orang terjerumus ke dalam neraka
Jahanam adalah karena lisannya. Maka hendaknya seseorang hati-hati dalam
bergaul, berkomentar, atau mengobrol. Jangan sampai apa-apa yang
disampaikan itu masuk dalam perkara ghibah, namimah, dan kedustaan yang
berujung fitnah. Berhati-hatilah, jika perkara tersebut tidak penting maka tidak
perlu dibicarakan. Ketahuilah bahwa sebagaimana berbicara kebaikan adalah
ibadah, maka dia dari keburukan juga adalah ibadah. Sungguh diam adalah
ibadah yang sangat agung karena dengan tidak melakukan apa-apa bisa
mendapat pahala. Akan tetapi diam bagi seseorang pun susahnya luar biasa.
Sebuah ungkapan menyebutkan

ِ َ‫ت ِم َن ال َّذه‬
‫ب‬ ُ ‫ان ال ُّس ُك ْو‬
َ ‫ض ِة لَ َك‬ َ ‫لَ ْو َك‬
َّ ِ‫ان الكَاَل ُم ِم َن الف‬
“Jika berbicara itu dari perak, maka diam berasal dari emas.”

Dan hendaknya para wanita lebih perhatian terhadap hal ini, karena
kebanyakan yang suka bicara itu adalah para wanita.

Demikian pula hendaknya laki-laki maupun perempuan untuk menjaga


kemaluannya. Jangan sampai seorang laki-laki maupun perempuan memiliki
hubungan yang haram dengan lawan jenisnya. Sungguh zaman ini adalah
zaman fitnah. Betapa mudah seseorang berkomunikasi dengan lawan jenis yang
jelas-jelas haram bagi kita. Saat ini betapa banyak suami yang tertawa dengan
wanita lain. Begitu pula sebaliknya betapa banyak istri yang bercanda tawa
dengan laki-laki lain yang haram baginya.

Intinya adalah yang dimaksud dari menjaga Allah ‫ ﷻ‬adalah menjaga perintah-
perintahnya. Demikian pula menjaga hak-hak Allah ‫ ﷻ‬yang di antaranya adalah
mentauhidkan-Nya dan tidak mensyirikkan-Nya. Demikian pula menjaga
batasan-batasan Allah ‫ ﷻ‬untuk tidak dilanggar. Barangsiapa yang menjaga hal-
hal ini, maka dia akan dijaga oleh Allah ‫ﷻ‬. Semakin tinggi penjagaan seseorang
terhadap Allah ‫ﷻ‬, maka dia pun akan semakin dijaga oleh Allah ‫ﷻ‬.

Dan betapa butuhnya kita di zaman sekarang untuk saling mengingatkan.


Hendaknya laki-laki berteman dengan laki-laki yang saleh, para wanita juga
berteman dengan wanita yang saleh. Agar satu dengan yang lainnya saling
menjaga, saling mendoakan, saling mengingatkan. Sesungguhnya di zaman ini
kita sangat butuh dengan teman yang baik agar kita terjebak dalam komunitas
yang baik dan terjauhkan dari komunitas yang buruk.

Footnote;
_______
[1]  HR. Bukhari no. 6502

[2]  HR. Bukhari no. 6502

[3]  HR. Bukhari no. 6388

[4]  HR. Ahmad no. 23137

[5]  HR. An-Nasa`i no. 3940 dan HR. Ahmad no. 14069

[6]  HR. Ibnu Hibban no.1037 dan disahihkan oleh Al-Albani di Shahihul


Jami’  no.952

[7]  HR. Tirmidzi no. 2458 dan dihasankan oleh Al-Albani di Shahih Ath-
Thargib  no.2638.

[8]  HR. Bukhari no. 6474

Anda mungkin juga menyukai