Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH RUANG LINGKUP HUKUM

ISLAM
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era yang serba modern ini, manusia cenderung lebih mementingkan urusan duniawi tanpa
memperdulikan urusan akhirat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih,
perilaku manusia dibumi ini jauh dari syari’ah agama islam yang akan mengantarkan manusia
pada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Hal ini terlihat dari maraknya fornografi, seks
bebas, korupsi, pemerkosaan, dan perilaku kriminal lainnya yang semakin merajalela. Hal ini
dikarenakan manusia sangatlah jauh pada Allah SWT dan manusia banyak yang tidak mengerti
akan pentingnya syariah dalam kehidupannya sehari-hari.

Oleh karena itu, kami mencoba memberikan pembahasan tentang “Pengertian Hukum Islam
(Syari’at Islam)” untuk mengetahui dan memahami segala aspek syariah islam termasuk
cakupan-cakupannya seperti taharah, shalat, zakat, puasa, ibadah haji dll. berikut tujuan,
pelaksanaan sekaligus hikmah-hikmahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kita dapat merumuskan beberapa masalah, diantaranya sebagai
berikut :

Apa arti Syariah Islam dan tujuannya serta Ruang Lingkupnya


Apa itu Ibadah Mahdhah dan ibadah Ghairu Mahdhah
Penjelasan Syahadat; Fungsi dan Hikmahnya
Penjelasan Thaharah tujuan dan berbagai Bentuknya
Sholat; Pelaksanaan dan Hikmahnya
Puasa; Tujuan dan Hikmahnya
Zakat; Pelaksanaan dan Hikmahnya
Haji; Peelaksanaan dan Hikmahnya
Pengertian mu’amalah kerjasama sesama muslim dan kerjasama umat islam dengan penganut
agama lain
1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui dan memahami arti dari Syariah Islam dan ruang lingkupnya.
Untuk memahami hubungan Syariah dan fikih serta keabadian Syariah Islam.
Untuk memahami dan mengetahui arti, tujuan, dalam Syariah Islam serta ruang lingkup
Untuk mengetahui makna syahadat, thaharah, shalat, puasa, zakat, ibadah haji, ibadah mahdhah
dan ibadah ghairu mahdhah.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk Mu’amalah.
BAB II
PENGERTIAN HUKUM ISLAM (Syari’ah Islam)

2.1 Pengertian Hukum Islam (Syari’ah Islam)

Syariah menurut bahasa artinya jalan menuju mata air. Sedangkan menurut istilah syariah
artinya aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan antar manusia dengan
alam semesta.

Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang harus taat, tunduk,
dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada Allah dibutuhkan dalam
bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syariah islam.

Syariah Islam mengatur perbuatan seorang muslim, didalamnya terdapat hukum-hukum yang
terdiri atas :

Wajib, yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan
mendapat dosa.
Wajib dibagi menjadi dua bagian :

Wajib ‘ain, yaitu suatu perbuatan yang dikerjakan oleh setiap orang yang mukalaf sendiri,
seperti shalat wajib, puasa, dan sebagainya.
Wajib kipayah, yaitu suatu kewajiban yang telah dianggap cukup apabila telah dikerjakan oleh
sebagian dari orang-orang mukalaf dan berdosalah seluruhnya apabila tidak seorangpun dari
mereka mengerjakannya. Contohnya : salat jenazah.
Sunah, yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan
tidak berdosa.
Sunah dibagi menjadi dua, yaitu :

Sunah muakad, yaitu sunah yang sangat dianjurkan mengerjakannya seperti salat tarawih, salat
qobliyah dan ba’diyah duhur dan lain-lainnya.
Sunah ghairu muakad, yaitu sunah biasa. Contohnya : salat ba’diyah ashar.
Mubah, yaitu suatu perkara yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan karena tidak diberi pahala
dan tidak berdosa.
Makruh, yaitu suatu perkara apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika dikerjakan tidak
berdosa, seperti : makan bawang mentah.
Haram, yaitu suatu perkara yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika dikerjakan
berdosa. Contohnya : zinah, mencuri, dan sebagainya.
Syariah Islam merupakan jalan hidup yang benar dan dijadikan dasar bagi kehidupan manusia
sebagaimana difirmankan Allah SWT;

ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه ِمنَ ْال ِكت َا‬


َ‫ب َو ُم َهي ِْمنًا َعلَ ْي ِه فَاحْ ُكم بَ ْينَ ُهم ِب َما أَنزَ َل ّللاُ َوالَ تَتَّ ِب ْع أ َ ْه َواء ُه ْم َع َّما َجاءك‬ ِ ‫َاب ِب ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوأَنزَ ْلنَا ِإلَيْكَ ْال ِكت‬
‫ت إِلَى‬ ِ ‫احدَة ً َولَـ ِكن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َمآ آت َا ُكم فَا ْستَ ِبقُوا ال َخي َْرا‬ ِ ‫ق ِل ُك ٍّل َجعَ ْلنَا ِمن ُك ْم ِش ْر َعةً َو ِم ْن َها ًجا َولَ ْو شَاء ّللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬ِ ‫ِمنَ ْال َح‬
َ‫هللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميعًا َفيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنتُ ْم فِي ِه ت َْختَ ِلفُون‬

Waanzalna ilayka alkitaba bialhaqqi musaddiqan lima bayna yadayhi mina alkitabi
wamuhayminan AAalayhi faohkum baynahum bima anzala Allahu wala tattabiAA ahwaahum
AAamma jaaka mina alhaqqi likullin jaAAalna minkum shirAAatan waminhajan walaw shaa
Allahu lajaAAalakum ommatan wahidatan walakin liyabluwakum feema atakum faistabiqoo
alkhayrati ila Allahi marjiAAukum jameeAAan fayunabbiokum bima kuntum feehi
takhtalifoona

Artinya :

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (Al-maaidah, 5:48)1

2.2 Tujuan Syariat Islam

Adalah aturan yang dijalankan untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat dengan mengambil segala manfaat dan mencegah mudarat atau keburukan yang tidak
berguna bagi kehidupan. Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun
oleh Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang
merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:

Memelihara kemaslahatan agama(Hifzh al-din)


Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama.

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah
SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan murtad:

‫ِإ َّن ّللاَ الَ يَ ْغ ِف ُر أَن يُ ْش َركَ ِب ِه َو َي ْغ ِف ُر َما د ُونَ ذَلِكَ ِل َمن يَشَاء َو َمن يُ ْش ِر ْك ِباّللِ فَقَ ِد ا ْفت ََرى ِإثْ ًما َع ِظي ًما‬

Inna Allaha la yaghfiru an yushraka bihi wayaghfiru ma doona thalika liman yashao waman
yushrik biAllahi faqadi iftara ithman AAatheeman

Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisaa [4]:
48).2

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

Memelihara jiwa(Hifzh al-nafsi)


Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan.

Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat
(ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar.

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

Memelihara akal(Hifzh al-’aqli)


Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting.Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi.

Memelihara keturunan dan kehormatan(Hifzh al-nashli)


Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina.Didalam Syariat Islam telah
jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi.

‫اّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر‬


ِ َّ ِ‫ّللاِ إِن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ ب‬ ِ ‫اح ٍّد ِم ْن ُه َما ِمئَةَ َج ْلدَةٍّ َو َال ت َأ ْ ُخذْ ُكم بِ ِه َما َرأْفَةٌ فِي د‬
َّ ‫ِين‬ َّ ‫الزانِيَةُ َو‬
ِ ‫الزانِي فَاجْ ِلد ُوا ُك َّل َو‬ َّ
ْ ٌ
َ‫طا ِئفَة ِمنَ ال ُمؤْ ِمنِين‬ ْ
َ ‫َوليَ ْش َهدْ َعذَابَ ُه َما‬

Alzzaniyatu waalzzanee faijlidoo kulla wahidin minhuma miata jaldatin wala takhuthkum
bihima rafatun fee deeni Allahi in kuntum tuminoona biAllahi waalyawmi alakhiri walyashhad
AAathabahuma taifatun mina almumineena

Artinya:

“Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An-Nur [24]: 2).3

Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

Memelihara harta benda(Hifzh al-mal)


Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena
Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena.Ada batasan tertentu dan alasan yang
sangat kuat sebelum diputuskan.Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum
potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia
mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya,
tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya
diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya.
Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.

BAB III

RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM

3.1 Ruang Lingkup Hukum Islam

Ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam sangat luas. Oleh karena ruang lingkup
hukum islamdalam makna syariah islam meliputi seluruh ajaran islam, baik yang berkaitan
dengan keimanan, amaliah ibadah ataupun akhlak. Berbeda apabila ruang lingkup hukum islam
yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Ilmu fiqih itu sendiri merupakan bagian dari syariah,
sehingga ruang lingkup hukum islam dalam makna ilmu fiqih lebih sempit daripada ruang
lingkup hukum islam dalam makna syariah islam.

Ruang lingkup hukum islam sebagaimana disebutkan diatas, ranahnya sangat luas. Syariah
islam mencakup segala hal yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul. Adapun fiqih,
juga bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul yang dirumuskan berdasarkan ijtihad para
ahli hukum islam.

3.2 Ibadah

Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup di dunia,
karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut ‘abdullah atau hamba Allah. Hidup
seorang hamba tidak memiliki alternatif lain selain taat, patuh, dan berserah diri kepada Allah.
Karena itu yang menjadi inti dari ibadah adalah ketaatan, kepatuhan dan penyerahan diri secara
total kepada Allah SWT.

Tujuan ibadah adalah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan
diri serta beribadah kepada-Nya.

Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahadah dan ibadah umum atau ibadah gair
mahadah. Ibadah khusus adalah bentuk ibadah langsung kepada Allah yang tata cara
pelaksanaannya telah diatur dan diterapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah.
Macam-macam ibadah khusus diantarnya salat, taharah, puasa, zakat, dan ibadah haji.

3.2.1 Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdah

1. IBADAH MAHDHAH

Ibadah Mahdhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba
dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki beberapa prinsip:

Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah sawSalah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara mengada-ada, yang populer disebut
bid’ah.

2. IBADAH GHAIRU MAHDHAH

Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di
samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi
antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.
Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini
tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak
dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam
ibadahmahdhahdisebut bid’ah dhalalah.
Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

3.2.2 Syahadat, Fungsi dan Hikmahnya

Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (‫)شهد‬, yang artinya ia telah menyaksikan.
Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Tuhan
(Allah) dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Syahadat sering disebut dengan Syahadatain
karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arabSyahadatain berarti 2 kalimat Syahadat).
Kedua kalimat syahadat itu adalah:

Kalimat pertama :

ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh

artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

Kalimat kedua :

wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh

artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

1. MAKNA SYAHADAT

Pengakuan ketauhidan
Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah dan tiada tuhan
yang lain selain Allah.

Pengakuan kerasulan
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran
Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-
hadist Muhammad saw.

2. INTI SYAHADAT

Inilah sekilas tentang makna Laa Ilaaha Illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa
tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta’ala semata.

3. KANDUNGAN SYAHADAT

Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika seseorang
mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang ia ikrarkan itu.

Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah.Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima
akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim
itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia
untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang
terkandung dalam Al Qur’an maupun Sunnah Rasul.

5. MAKNA SYAHADAT BAGI MUSLIM

Pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain (bersaksi dengan
dua kalimat syahadat)
Intisari ajaran islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran yang
dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya
Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat syahadah
Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang setelah dia
mengucapkan dua kalimat syahadat
Jaminan masuk surga Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang bersyahadatain
3.2.3 Thaharah; Tujuan dan Berbagai Bentuknya

Taharah berasal dari kata tahara artinya bersih, yaitu kondisi seseorang yang bersih dari
hadas dan najis sehingga layak untuk melakukan kegiatan ibadah seperti salat.

Taharah atau bersuci bertujuan untuk menyucikan badan dari najis dan hadas, najis adalah
kotoran yang mewajibkan seorang muslim untuk menyucikan diri dari dan kepada apa yang
dikenainya. Sedangkan hadas adalah suatu kondisi dimana seseorang yang memilikinya wajib
mandi atau wudhu.

Sarana yang digunakan untuk bersuci adalah air, tanah, batu atau tisu yang memiliki sifat-sifat
membersihkan.
BENTUK-BENTUK TAHARAH ANTARA LAIN :

Menghilangkan najis
Yang termasuk benda najis adalah bangkai, darah, daging babi, muntah, kencing, dan kotoran
manusia atau binatang.

Apabila benda-benda najis tersebut diatas kena badan atau tempat yang hendak digunakan
salat, terlebih dahulu harus dihilangkan dengan cara menghilangkan najis tersebut dengan air
sehingga hilang bau, rasa maupun warnanya.

NAJIS DIBAGI MENJADI 3 MACAM :

Najis mukhafafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan
belum pernah makan selain ASI. Cara menghilangkan najis ini cukup dengan diperciki air pada
tempat najis itu.
Najis mugallazah (berat), ialahnajis babi dan anjing dan keturunannnya. Cara menghilangkan
najis ini adalah wajib dibasuh tujuh kali dan salah satunya dengan lumpur.
Najis Mutawasitoh (sedang), cara menghilangkan najis ini dengan cara 3 kali cucian atau
siraman lebih baik.
Menghilangkan hadas. Hadas terdiri dari hadas besar dan hadas kecil. Hadas kecil dihilangkan
dengan wudhu dan hadas besar dengan mandi (janabat). Hadas besar adalah hadas yang
disebabkan karena seseorang telah melakukan senggama, keluar air mani, haidh, nifas, dan
habis melahirkan. Cara menghilangkannya dengan mandi janabat, yaitu dengan cara niat dan
sekurang-kurangnya merasakan air keseluruh permukaan kulit.

Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedangkan menurut istilah artinya
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Orang yang melakukan salat,
wajib terlebih dahulu berwudhu, karena wudhu menjadi syarat sahnya salat. Fardhu wudhu
diantaranya : niat, membasuh seluruh muka, membasuh kedua tangan sampai siku-siku,
mengusap bagian rambut, membasuh kaki, dan tertib. Syarat wudhu diantaranya : Islam,
tamyiz, tidak berhadas besar, menggunakan air yang suci mensucikan, dan tidak ada yang
menghalangi air hingga anggota tubuh.

Jika tidak ada air atau dalam keadaan gawat darurat, seperti sakit. Maka wudhu dan mandi bisa
digantikan dengan tayamum yakni mengusapkan muka dan tangan dengan menggunakan debu.

Taharah dalam ajaran islam merupakan bagian dari pelaksanaan ibadah kepada Allah. Setiap
muslim diwajibkan salat dan sebelum melaksanakannya disyaratkan bersuci terlebih dahulu.
Hal ini membuktikan bahwa ajaran islam sangat memperhatikan dan mendorong umat islam
untuk membiasakan diri hidup bersih, indah, dan sehat. Karena itu kehidupan umat muslim
adalah kehidupan yang suci dan bersih, Firman-Nya:

َ َ ‫ْال ُمت‬
َّ ُّ‫ط ِه ِرينَ َوي ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبينَ ي ُِحب‬
‫ّللاَ ِإ َّن‬

inna Allaha yuhibbu alttawwabeena wayuhibbu almutatahhireena

Artinya :

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersih.”
(Al-Baqarah,2:222).4
3.2.4 Shalat; Pelaksanaan dan Hikmahnya

Salat menurut bahasa adalah doa, sedangkan menurut istilah adalah bentuk ibadah yang terdiri
atas gerakan-gerakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri
dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Ketentuan salat ditetapkan syarat islam berdasarkan Al-qur’an dan contoh yang dilakukan oleh
nabi yang termuat dalam hadisnya. Oleh karena itu, salat dianggap syah apabila dikerjakan
sesuai dengan contoh nabi pada saat salat. Sabdanya :

‫اصلى صلواكمارايتموانى‬

“Salatlah kalian seperti kalian melihat aku salat.” (HR. Bukhori )5

Salat bagi orang yang sedang berada di perjalanan dilakukan dengan cara jamak (menghimpun
dua salat pada satu waktu) dan qasar (meringkas salat yang empat rakaat menjadi dua rakaat).
Salat yang biasa di jamak adalah Duhur dengan Asar dan Magrib dengan Isya. Apabila salat
Duhur dan Asar disatukan dan dilakukan pada waktu Duhur disebut jamak taqdim dan apabila
dilakukan pada waktu Asar disebut jamak takhir. Sedangkan salat yang bisa diqasar adalah
salat yang empat rakaat, yaitu Duhur, Asar, dan Isya. Melaksanakan salat jamak biasanya
dilakukan juga dengan mengqasarnya sehingga salat yang empat rakaat diringkas menjadi dua
rakaat.

Salat bagi orang sakit dilakukan dengan cara duduk atau berbaring sesuai dengan
kemampuannya. Rukuk dilakukan dengan merendahkan badan ke depan dan sujud dilakukan
lebih rendah dari rukuknya.

Salat dalam kendaraan dilakukan dengan cara duduk diatas tempat duduk diatas kendaraan.
Rukuk dan sujud dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada salat orang sakit. Apabila arah
kiblat diketahui, maka pada saat takbiratul ihram, badan dan kedua tangan dihadapkan ke arah
kiblat selanjutnya menghadap ke mana saja arah kendaraan melaju. Apabila arah kiblat tidak
di ketahui salat dapat menghadap ke mana saja kendaraan mengarah.

Salat dibagi menjadi dua macam, yaitu salat wajib dan salat sunah. Salat wajib contohnya :
salat lima waktu, salat jum’at, dan lain-lain. Sedangkan salat sunah diantaranya adalah : salat
duha, salat rawatib, salat tahajud, dan sebagainya.

Salat lima waktu sebagai bentuk ibadah harian di samping sebagai bentuk perhambaan seorang
muslim kepada Allah, di dalamnya terkandung hikmah yang dalam. Salat yang telah di
tentukan waktu dan tata caranya mengandung makna pembinaan disiplin terhadap waktu dan
tugas sehingga seorang muslim terbiasa hidup teratur dan tertib.

Waktu salat yang lima kali sehari semalam merupakan saat-saat yang tepat bagi seorang
muslim untuk melakukan evaluasi diri, sehingga tindakannya dapat diawasi dan dievaluasi
secara rutin dan teratur. Oleh karena itu, seorang muslim yang melaksanakan salat dengan
konsisten akan dapat menjaga dan memelihara kehidupannya setiap hari. Dengan demikian,
misi salat akan dibawa kedalam kehidupan di luar salat dan kehidupan di luar salat akan
dievaluasi pada waktu salat. Karena itu salat yang dilakukan lima kali sehari semalam akan
dapat mencegah orang dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Sebagaimana dinyatakan dalam
firman Allah SWT :

‫ص ََلةَ إِ َّن‬ ِ ‫َو ْال ُم ْنك َِر ْالفَحْ ش‬


َّ ‫َاء َع ِن تَ ْن َه ٰى ال‬

inna alssalata tanha AAani alfahshai waalmunkari walathikru Allahi akbaru waAllahu
yaAAlamu ma tasnaAAoona

“Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan dosa dan kemungkaran. “ (Al-


Ankabur,29:45).6

3.2.5 Puasa; Tujuan dan Hikmahnya

Puasa adalah menahan makan dan minum serta segala yang membatalkannya sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari. Ibadah puasa hukumnya wajib dan ada pula yang sunah.
Adapun puasa wajib adalah puasa selama sebulan penuh pada bulan ramadhan dan puasa
nadzar (puasa yang dinadzarkan, misalnya : saya bernadzar akan puasa jika saya lulus ujian.
Jika ia lulus, maka ia wajib berpuasa) . kewajiban puasa ramadhan didasarkan kepada firman
Allah SWT :

‫ب آ َمنُواْ الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬


َ ِ‫الصيَا ُم َعلَ ْي ُك ُم ُكت‬ َ ‫تَّقُون تَلَ َعلَّ ُك ْم قَ ْب ِل ُك ْم ِمن الَّذِينَ َعلَى‬
ِ ‫ب ُك ِت َك َما‬

Ya ayyuha allatheena amanoo kutiba AAalaykumu alssiyamu kama kutiba AAala allatheena
min qablikum laAAallakum tattaqoona

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, semoga kamu bertakwa.” (QS.Al-Baqarah,2:183)7

Puasa pada dasarnya merupakan proses latihan menuju tingkat ketakwaan terhadap Allah swt.
Sebagaimana dinyatakan pada bagian akhir pada ayat di atas.

Ibadah puasa menguji kekuatan iman seseorang seberapa jauh imannya mampu membendung
keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan nafsu yang mengajak untuk melakukan
perbuatan yang dilarang Allah. Seseorang berpuasa tidak diawasi oleh siapapun selain Allah,
dapatkah ia terus menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah dan terus melaksanakan
puasanya tau sebaliknya karena tidak ada orang lain yang membatalkan puasa dan berpura-
pura puasa. Itu semua merupakan ujian keimanan seseorang.

Ibadah puasa berfungsi pula sebagai wahana memupuk dan melatih rasa kepedulian dan
perhatian terhadap sesama. Dengan ibadah puasa orang dapat merasakan penderitaan orang
yang kekurangan pangan sehingga lahir sikap peduli terhadap orang-orang yang lemah.
Dengan puasa seorang muslim dilatih untuk membatasi dan mengendalikan nafsu terhadap
makanan dan minuman serta dorongan seksualyang biasanya menjadi sebab terjadinya
pelanggaran.

3.2.6 Zakat; Pelaksanaan dan Hikmahnya


Zakat menurut bahasa artinya tumbuh atau suci, sedangkan menurut istilah, zakat adalah
mengeluarkan sebagian harta kepada mereka yang telah di tetapkan menurut syariah.

Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi orang yang mempunyai harta yang telah mencapai
nisab atau ketentuan minimal pemulihan harta kena zakat. Firman Allah SWT :

َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ال‬


َّ ْ‫صَلَةَ َوآت ُوا‬
َ‫الزكَاة‬

waaqeemoo alssalata waatoo alzzakata

Artinta :

“Dirikanlah salat dan bayarlah zakat hartamu.” (QS.An-Nisa,4:77)8

Zakat ada dua macam, yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Mal.

Zakat Fitrah (zakat badan)


Zakat fitrah yaitu mengeluarkan harta menurut kadar tertentukepada yang berhak
menerimanya. Hukumnya wajib bagi setiap orang muslim yang masih hidup hingga waktu
terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan.

Kadar atau ukuran banyaknya harta yang wajib dikeluarkan sebagai zakat fitrah adalah berupa
makanan pokok menurut kebiasaan setiap Negara sebanyak 1 sa’ :2,5 kg. Waktu membayarnya
boleh dari awal Ramadhan sampai hari terakhir Ramadhan, waktu wajibnya yaitu dari terbenam
matahari pada bulan Ramadhan. Waktu baiknya setelah salat subuh sebelum pagi salat Id,
sedangkan waktu yang makruh setelah salat Id dan waktu yang haram setelah terbenamnya
matahari pada hari raya Idul Fitri.

Zakat Mal (zakat harta)


Zakat mal hukumnya wajib bagi yang mampu dan memiliki kelebihan harta. Harta yang wajib
dizakati antara lain sebagai berikut.

Binatang ternak
Unta, misalnya 5 ekor dan zakatnya 1 ekor kambing umur 2 tahun lebih.
Sapi atau kerbau, misalnya 30 ekor dan zakatnya 1 ekor anak sapi umurnya 2 tahun lebih.
Kambing, misalnya 40 ekor dan zakatnya 1 ekor kambing dengan umur 2 tahun lebih.
Emas dan Perak
Nama Nisab Zakatnya
Emas 93,6 gram 2,5 %
Perak 624 gram 2,5 %
Buah-buahan
Nama Nisab Zakatnya
Kurma 930 gram 10 %
Anggur 930 gram 10 %
Harta
Harta yang diperoleh dari perniagaan dan perdagangan zakatnya sebesar 2,5 %, demikian pula
harta yang diperoleh melalui kegiatan profesi, seperti dokter, pengacara, dan sebagainya.

Orang-orang yang berhak menerima (mustahik) zakat dapat di jelaskan sebagai berikut:
Fakir, yaitu orang yang memiliki usaha yang hanya menjamin setengah dari kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Miskin, yaitu orang yang memiliki usaha yang menghasilkan lebih dari setengah kebutuhan
hidupnya.
Amil, yaitu orang yang dipercaya untuk mengumpulkan dan membagikan harta zakat.
Mualaf, yaitu orang yang baru masuk islam yang masih lemah keimanannya yang perlu
bimbingan dan dukungan dana.
Hamba sahaya, yaitu budak belian.
Garim, yaitu orang yang mempunyai utang akibat usahanya bangkrut yang bukan karena
maksiat dan ia tidak sanggup membayarnya.
Sabilillah, yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama Allah.
Ibnu sabil atau musafir, yaitu orang yang kekurangan bekal dalam suatu perjalanan yang baik,
seperti : menuntut ilmu, menyiarkan agama, dan sebagainya.
Peraturan adanya zakat dalam ajaran islam sesuai dengan hakikat pemilikan harta itu sendiri.
Apabila seseorang memiliki sesuatu pada dasarnya tidak seluruh miliknya itu layak digunakan
oleh dirinya. Ada hak-hak pihak lain yang harus ditunaikannya. Misalnya, seseorang memiliki
uang lalu dibelikan pisang, maka kulit pisangnya pasti dibuang atau dijadikan makanan ternak.
Apabila kulit pisang itu untuk di makan, maka bukan sehat yang diperoleh melainkan penyakit.
Begitu pula dengan harta apabila hak-hak pihak lain tidak ditunaikan melalui zakat, maka
bukan kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan, tetapi penyakit-penyakit batin yang
menjauhkannya dari ketenangan dan ketentraman. Karena itu ibadah ini di sebut zakat yang
artinya membersihkan.

Di samping itu ibadah zakat mendidik orang untuk membersihkan jiwanya dari sifat kikir,
tamak, sombong, dan angkuh karena kekayaannya, menumbuhkan sifat perhatian dan peduli
terhadap orang yang lemah dan miskin.

Dari segi penerima zakat (mustahik), zakat memberikan harapan dan optimisme. Mereka
memiliki harapan untuk dapat menyambung hidupnya dan mengubah nasibnya, sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki, dan kecemburuan kepada orang-orang kaya sehingga
kesenjangan antara kaya dan miskin dapat diperkecil bahkan mungkin di hilangkan.

3.2.7 Haji; Pelaksanaan dan Hikmahnya

Ibadah haji adalah berkunjung ke baitullah (ka’bah) untuk melakukan wukuf, tawaf, dan
amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan
ridho-Nya.

Ibadah haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu dan mencukupi syarat-syaratnya. Ibadah
haji yang wajib hanya satu kali seumur hidup, sedangkan melaksanakan ibadah haji yang kedua
dan seterusnya hukumnya sunah.

Waktu melaksanakan haji di mulai tanggal 1 Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah.
Melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara yaitu ifrad,
tamattu,dan qiran. Ifrad adalah mengerjakan haji lebih dahulu, baru mengerjakan umrah.
Apabila cara ini dilakukan, maka orang yang melaksanakannya tidak wajib membayar dam,
yaitu menyembelih hewan. Tamattu ialah mengerjakan umrah lebih dahulu, baru mengerjakan
haji. Cara ini mewajibkan orang yang melakukannya untuk membayar dam. Qiran adalah
mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara ini juga
mewajibkan orang yang melakukannnya untuk membayar dam.
Dalam ibadah haji terdapat rukun dan wajib haji. Rukun haji adalah sesuatu yang tidak bisa di
tinggalkan dalam pelaksanaan ibadah haji seperti Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadah, Sa’I,
Bercukur, dan Tertib. Jika rukun haji tidak dipenuhi maka ibadah hajinya dinyatakan tidak sah.

Adapun wajib haji terdiri atas :

Niat ihram dari Miqat.


Mabit (bermalam) di Muzdalifah.
Mabit di Mina.
Melontar Jamrah Ula.
Tidak melakukan perbuatan yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah haji.
Tawaf Wada.
Ihram dengan pakaian tanpa jahitan melambangkan kesadaran akan kematian dan hari akhir.
Di sini seorang muslim disentuh kesadarannya bahwa hidup di dunia dengan segala atribut
yang disandangnya suatu hari akhir akan berakhir. Manakala menghadap Allah atribut itu di
tanggalkan tanpa harga. Hanya ketakwaan yang akan diperhitungkan di hadapan Allah SWT.

BAB IV

MU’AMALAH

4.1 Pengertian Mu’amalah

Muamalah berasal dari bahasa arab, dari kata aamala, yuamilu, muamala yang mempunyai arti
Saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan. Contoh hukum Islam yang termasuk
muamalah, seperti jual beli, sewa menyewa, serta usaha dan asuransi yang islami.

Pengertian secara luas


Muamalah merupakan Aturan-aturan Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan
urusan duniawi dalam pergaulan social

Sedangkan menurut Ibnu Abidin, arti muamalah secara luas di bagi menjadi 5 konteks bidang,
antara lain

Mu’awadhah Maliyah (hukum kebendaan)


Munakahat (Hukum perkawinan)
Muhasanat (Hukum Acara)
Amanat dan ‘Ariyah (Pinjaman)
Tirkah (harta warisan)
4.2 Kerjasama Umat Muslim dengan penganut agama lain

Bekerja atau bermuamalah dengan pihak non muslim itu perlu dibedakan menjadi dua.
Pertama, yang tidak terkait dengan urusan ritual agama.Kedua, yang terkait dengan urusan
ritual agama.

Tidak Terkait Urusan Agama


Di dalam hidupnya, Rasulullah SAW banyak sekali bermuamalah dengan non muslim, dalam
arti berdagang, bisnis, atau usaha usaha tertentu. Karena muamalah itu tidak terkait dengan
urusan agama, atau tidak bersifat membantu ritual keagamaan, maka hal itu dibenarkan.
Misalnya ketika masih di Mekkah, orang-orang kafir yang memusuhi beliau itu justru malah
banyak menitipkan harta mereka di tangan Rasulullah SAW, sebagai amanah atau barang
titipan. Dan gelar Al-Amin yang disandang beliau SAW tidak pernah dicabut, walaupun
Rasulullah SAW sebagai nabi selalu dihujat dan diperangi. Oleh karena itulah ketika
Rasulullah SAW akhirnya hijrah ke Madinah, di tangan beliau masih banyak harta titipan milik
orang-orang kafir yang harus dikembalikan terlebih dahulu.

Dalam perjalanan hijrah pun, Rasulullah SAW tetap bermualamah dengan orang kafir. Beliau
dan Abu Bakar menyewa penunjuk jalan profesional, Abdullah bin Uraiqidzh, yang saat itu
bukan muslim, untuk mengantarkan mereka berdua hingga tiba ke arah Madinah.

Di Madinah, ternyata Rasulullah SAW bertetangga dengan yahudi. Bahkan ketika kehabisan
makanan, beliau SAW menggadaikan baju besinya kepada si Yahudi tetangganya, untuk
mendapatkan pinjaman.

Terkait Urusan Agama


Adapun muamalah yang terkait urusan agama, bisa kita bagi tiga. Pertama, bila muamalah itu
terkait kepentingan agama kita. Kedua, muamlah terkait dengan kepentingan bersama. Ketiga,
bila muamalah itu terkait dengan agama lain.

Terkait Dengan Kepentingan Islam


Terkadang umat Islam terdesak kebutuhan tertentu yang tidak bisa dipenuhi oleh sesama umat
Islam sendiri. Dan yang bisa memenuhinya justru pihak non muslim.

Contoh yang paling mudah adalah urusan transpotasi haji. Sejak zaman nenek moyang kita,
umat Islam di Indonesia pergi haji ke tanah suci menumpang kapal milik Belanda, sebelum
memiliki kapal laut sendiri.Itu berarti umat Islam bermuamalah dengan orang kafir, untuk
kepentingan agama Islam, bukan untuk kepentingan agama selain Islam.

Ini juga contoh bagaimana muamalah dengan pihak non muslim, yang sangat erat kaitannya
dengan kepentingan agama kita. Dan para ulama sepakat hukumnya tentu dibolehkan, asalkan
kita tidak dirugikan, dan juga jangan sampai posisi kita selamanya bergantung kepada orang di
luar Islam.

Terkait Dengan Kepentingan Bersama


Kadang antara muslim dan kafir harus hidup bersama, sehingga juga punya kepentingan
bersama. Dalam hal ini, asalkan kepentingan bersama itu tidak merugikan agama kita, pada
prinsipnya tidak ada larangan.

Contoh yang nyata dalam hal ini adalah perjanjian atau Piagam Madinah yang ada di masa
Rasulullah SAW. Esensi dari piagam itu adalah bahwa pihak muslim dan pihak yahudi bekerja
sama dalam keamanan dalam negeri di Madinah. Bila pihak muslim diperangi oleh suatu kaum,
maka pihak yahudi Madinah khususnya wajib ikut membela pihak muslim. Sebaliknya, bila
pihak yahudi Madinah diperangi oleh pihak lain, maka umat Islam di Madinah wajib membela
mereka.

Kalau kita perhatikan, salah satu isi dari perjanjian ini bahwa umat Islam wajib membela pihak
yahudi.Apa hal itu tidak bertentangan dengan prinsip aqidah kita?
Jawabnya bahwa masalah ini tidak terkait dengan aqidah, tetapi terkait dengan muamalah dan
kepentingan bersama. Ketika seorang muslim membela tetangganya yang sedang diperangi
oleh satu pihak, maka hal itu justru merupakan kebaikan. Asalkan titik permasalahannya bukan
masalah aqidah atau ritual agama.

Terkait Dengan Kepentingan Agama Lain


Bentuk yang ketiga adalah muamalah dengan pihak agama lain, khususnya untuk kepentingan
ritual peribadatan agama mereka. Contoh mudahnya adalah seorang muslim bekerja dalam
proyek pembangunan gereja, entah jadi tukang kayu, tukang batu, atau pun jadi arsitek yang
membuat gambar rancangan desain gereja.

Jumhur ulama, termasuk di dalamnya mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah


dan Al-Hanabilah. Satu kata, bahwa bekerja di gereja itu jelas-jelas disepakati keharamannya.

Dasar keharamannya adalah cara itu termasuk ke dalam kategori membantu kemaksiatan.
Karena dalam pandangan aqidah kita, ritual ibadah yang mereka lakukan itu setara dengan
kemaksiatan, walau pun kita tidak boleh melarangnya.

Dalam realitas kehidupan nyata, bagaimana penerapan ketentuan hukum di atas, khususnya di
masa kita sekarang ini?

Jawabannya tergantung posisi kita.Kalau posisi kita sebagai pengusaha atau pemilik
perusahaan, maka sejak awal hukumnya haram untuk menerima order untuk membangun
gereja, dan semua hal yang terkait dengan kepentingan langsung ritual agama mereka.

Maka hukumnya haram menerima order untuk mencetak spanduk natalan, mencetak Bible atau
Injil, menjahit baju para pendeta atau biarawati, merias acara natalan, menjadi MC atau
menjadi penyanyi di gereja atau momen ritual agama. Juga termasuk diharamkan menyewakan
sound system buat ritual agama, bahkan termasuk pesanan katering untuk upacara ritual
keagamaan.

Semua itu diharamkan, karena posisi kita adalah orang yang menentukan pilihan, dan kita
punya banyak alternatif pilihan lain selain harus mengerjakan proyek gereja.

Tapi nanti hukumnya akan beda lagi bila posisi kita hanya sebagai karyawan, yang berada pada
posisi tidak bisa menentukan jenis pekerjaan sendiri, kecuali dengan cara ditempatkan oleh
perusahaan. Dalam posisi ini, kita tidak terlalu bisa untuk menentukan pilihan. Maka tekanan
nilai keharamannya tentu berbeda dengan posisi sebagai pemilik perusahaan, meski tetap sama-
sama haram hukumnya.

(Al-maaidah, 5:48)1, (QS An-Nisaa [4]: 48).2, (QS An-Nur [24]: 2).3, (Al-Baqarah,2:222).4,
(HR. Bukhori )5, (Al-Ankabur,29:45).6, (QS.Al-Baqarah,2:183)7,(QS.An-Nisa,4:77)80

Sumber : http://www.fauzulmustaqim.com/2016/10/makalah-ruang-lingkup-hukum-
islam.html diakses pada tanggal 09 September 2017

Anda mungkin juga menyukai