Anda di halaman 1dari 24

Catatan Kecil Seorang Calon Perawat

Sabtu, 06 September 2014


Askep Post Partum Blues / Baby Blues

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................................ iii
1.2.Tujuan umum................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi........................................................................................................... 1

2.2. Etiologi........................................................................................................... 2
2.3. Patofisiologi................................................................................................... 3

2.4. Manifestasi klinis............................................................................................ 7

2.5. Penatalaksanaan............................................................................................. 10

2.6. Preventif......................................................................................................... 12

2.6. Asuhan Keperawatan..................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi
menggapnya, sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi kebanggan
yang ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional emosional
ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik
tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-
partum blues.
Post-partum blues (PPB) atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu
petama setelh persalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi deprsi/sedih/disforia,
menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan
diri sendiri , gangguan tidur dan gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari . Namun pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru
menghilang setelah beberapa hari. Minggu atau bulan kemudian bahkan dapat berkembang
menjadi keadaan yang lebih berat.

1.2. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu post partum blues
2. Mengetahui factor penyebab post partum blues
3. Mengetahui gejala-gejala post partum blues
4. Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partus
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan
dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon
yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang
ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang
abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum
blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis
pascapartum.

Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase
taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan
gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak
karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi
anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit.
Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak
segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan
pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity
blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.

2.2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :

1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.


2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.

3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.

4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan

5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga

6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.
Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.

7. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya

8. Kelelahan, kurang tidur

9. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya

10. Kekecewaan emosional (hamil,salin)

11. Rasa sakit pada masa nifas awal

2.3.Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau
biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan,
adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya
perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya
merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat
emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan
lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting
baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman,
kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa
sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

2.4. Manifestasi Klinis

Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya, yaitu :

1. sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia


2. tidak sabar
3. Penakut
4. tidak mau makan
5. tidak mau bicara
6. sakit kepala sering berganti mood
7. mudah tersinggung ( iritabilitas)
8. merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan
9. tidak bergairah
10. tidak percaya diri
11. khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
12. tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
13. merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan
14. merasa tidak menyayangi bayinya
15. insomnia yang berlebihan.

Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang
dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung
beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

2.5. Pemeriksaan Penunjang

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan


pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa
kuesioner dengan sebagai alat bantu.
Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang
teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues

2.6.Penatalaksanaan
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para
ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues dilakukan
dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan
pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2. Dapat memahami dirinya

3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

4. Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

2. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi
3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya

4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

5. Memperbanyak dukungan dari suami


6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

7. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

9. mengganti suasana, dengan bersosialisasi

10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri
klien sendiri, diantaranya dengan cara :
1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
2. Tidurlah ketika bayi tidur

3. Berolahraga ringan

4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

7. Bersikap fleksibel

8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

9. Bergabung dengan kelompok ibu

2.7. Upaya Preventif


Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap
kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

2. Tidur dan makan yang cukup


Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan
tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

3. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit
dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam diri Anda.

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan


Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah
kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari
stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.

5. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan


Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan.
Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi
pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda
setiap mengalami kesulitan.

7. Persiapkan diri dengan baik


Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

8. Senam Hamil
senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang
diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika
Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9. Lakukan pekerjaan rumah tangga

10. Dukungan emosional


Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi
rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan
kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.

2.8.Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan
pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1. Dampak pengalaman melahirkan.
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad,
1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan
orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka
untuk menjadi orang tua.

2. Citra diri ibu


Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana
perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku
dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian
perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua
baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena
takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan
jaringan perineum.

3. Interaksi Orang tua – Bayi


Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini
kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau
kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda –
tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.

4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif


Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan
bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak
matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika
mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas – tugas yang
diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,
dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.

5. Struktur dan fungsi keluarga


Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan
anak – anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit.

Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering
terlihatkira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 )
Adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (perpindahan cairan /
peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anestesia.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
5. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber – sumber.

6. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi


regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh )
7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan,
ruptur ketuban lama, malnutrisi.

8. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah,
diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi )
9. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan denganperpindahan cairan
setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin.
10. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
11. Ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri
sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari
klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
12. Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang
tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem
pendukung, persepsi tidak realistis
13. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif,
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,


edema/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.

Intervensi :
1. Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi
edema dan vasodilatasi.
4. Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi
pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan
langsung pada perineum.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling
hebat karena pelepasan oksitosin.

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator


(misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ;
tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas
Rh )
Tujuan : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor risiko / melindungi
diri, bebas dari komplikasi.
Intervensi :
1. Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional : Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien karena
ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
2. Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan.
Rasional : Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt
menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
3. Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ; kemerahan,
kehangatan, nyeri tekan ).
Rasional : Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi placenta ),
penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah
kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
4. Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional : Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
5. Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan perlunya
untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi.
Rasional : Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas
dapat terjadi.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan


kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan
lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan : mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan
penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak
febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi :
1. Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu
penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.

2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil,
anoreksia atau malaise
Rasional : peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi 3.,

3. Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam


Rasional : Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan
uterus.
4. Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih
Rasional : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
5. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih / defekasi
Rasional : Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal )
membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.
6. Hubungi agensi – agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung,
untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk
pemeriksaan medis
Rasional : Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan
banyak istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan
diri.

1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan
( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat, hemoragi )
Tujuan : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang, dan Hb / Ht
dalam kadar normal.
Intervensi :
1. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
2. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola
berkemih normal terjadi
3. Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan
karena kelahiran dan diaforesis.
2. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus
oksitosin.
Tujuan : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan
penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi :
1. Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema.
Rasional : Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap /
terjadi pada periode pascaprtum.
2. Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
3. Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual
selambat – lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
4. Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ) efek – efek
progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan : Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah
kelahiran.
Intervensi :
1. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastaksis
rekti
2. Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
3. Kaji terhadap adanya hemoroid
4. Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan ketidaknyamanan, dan
meningkatkan vasokonstriksi lokal.
5. Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
6. Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
8. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan
tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi /
pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien /
pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusikan
peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi
baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber – sumber.
Intervensi :
1. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar
belakang budaya.
Rasional : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber – sumber
pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2. Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3. Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien /
pengalaman selama kanak – kanak
Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
4. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan peran
pasangan pada persalinan
Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
5. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal, atau
pascapartal
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya
komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
6. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi
yang diharapkan.
7. Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;
selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
8. Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi
terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
9. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah
menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak terjadi.
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.

9. Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis


maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi
orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan
sistem pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu
dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber – sumber yang tepat sesuai kebuuhan.
Intervensi :
1. Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi klien
tentang penampilannya selama persalinan.
Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran
feminin dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui.
2. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran
Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas
dari pengalaman fantasi.
3. Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( " perasaan sedih " pascapartum ) pada hari ke-2
sampai ke-3 pascapartum ( misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk,
dan depresi ringan atau berat )
Rasional : Sebanyak 80 % ibu – ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa setelah melahirkan.
4. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan
rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
5. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari
peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari
6. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu – raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua
Rasional : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
7. Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua,
pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional : Kira – kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
– gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut

10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan


psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera
dan istirahat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
2. Kaji faktor – faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali kerumah
Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4. Berikan informasi tentang efek – efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI , dan
penurunan refleks secara psikologis.
5. Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya
11. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber – sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan – alasan untuk tindakan.
Intervensi
1. Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
Rasional : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas – aktifitas perawatan diri / perawatan bayi.
2. Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang
tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
3. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,
perubahan fisiologis
Rasional : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
4. Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi
Rasional : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan
sebelum kunjungan minggu ke-
12. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif, memungkinkan
tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas – tugas yang mengarah pada
kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan
dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi :
1. Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain
Rasional : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap – tahap perkembangan.
2. Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu
mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah
pulang.
3. Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode
pascapartum
Rasional : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka
alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
4. Berikan informasi tertulis mengenai buku – buku yang dianjurkan untuk anak – anak
( sibling ) tetang bayi baru
Rasional : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan
akan kemungkinan penggantian atau penolakan.

5. Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di
komunitas
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan
perkembangan anak.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh
Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan
seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.

3.2. Saran

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar
postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang
menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang
menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi
wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka
diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar.
Diposting oleh Deadye Masterway di 08.09
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

pengunjung

HT.id

iklan
Mengenai Saya

Deadye Masterway
Lihat profil lengkapku

Nusantara clix

dedish

Wikipedia

..
Arsip Blog
 ▼ 2014 (12)
o ▼ September (12)

 Cara Mendapatkan Uang di Internet Tanpa Modal


 Toilet training dan Imunisasi pada anak
 Konsep Tumbuh Kembang Anak ( TUMBANG ANAK )
 Askep Post Partum Blues / Baby Blues
 Contoh SAP KB dan Makalah
 ILMI GIZI INDEX GLIKEMIK
 Standart Dokumentasi Keperawatan
 Anatomi fisiologi Perkemihan
 Farmakologi untuk perawat
 Bentuk Sediaan Obat
 Decompensasi Cordis
 Anatomi Fisiologi Tulang

Total Tayangan Halaman


16373

adf.ly

Get paid to share your links!

iklan

mr. Fahadaina nusantara


PPS

last update

..
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh sndr. Diberdayakan oleh Blogger.

Sumber : http://catatankecilseorangcalonperawat.blogspot.com/2014/09/askep-post-partum-blues-
baby-blues_6.html diakses pada tanggal 14 November 2018

Anda mungkin juga menyukai