Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos
yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Myocardium lapiran medial jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung
yang sangat khusus (Brooker, 2001). Miokarditis adalah peradangan nekrosis
atau miositolisis yang mengenai miokardium oleh sebab apapun, baik oleh
invasi langsung kuman, toksinnya atau kompleks reaksi antigen antibodi dengan
atau tanpa disertai gejala sistemik dari suatu proses penyakit atau keterlibatan
endokardium atau perikardium.
Pada sebagian besar pasien, miokarditis tidak dapat diduga karena disfungsi
jantung bersifat subklinis, asimtomatik, dan sembuh sendiri (self limited). Oleh
karena, miokarditis biasanya asimtomatik maka data epidemiologi yang ada
berasal dari penelitian pascamortem. Pada pemeriksaan pascamortem,
miokarditis ditemukan sekitar 1 – 9%, sehingga diduga miokarditis adalah
penyebab utama kematian mendadak.
Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan sesegera
mungkin karena apabila tidak disegerakan akan mengakibatkan dampak yang
fatal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi jantung?
2. Bagaimana fisiologi dari jantung?
3. Apa definisi miokarditis?
4. Apa etiologi dari miokarditis?
5. Bagaimana patofisiologi pada miokarditis?

1
6. Apa saja manifestasi klinis pada miokarditis?
7. Bagaimana klasifikasi miokarditis?
8. Apa saja komplikasi dari miokarditis?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk miokarditis?
10. Bagaimana penatalaksanaan pada miokarditis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada miokarditis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada miokarditis
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep miokarditis meliputi anatomi
jantung, fisiologi jantung, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, klasifikasi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan pada miokarditis
b) Mengidentifikasi dan menjelaskan proses asuhan keperawatan
miokarditis meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
impelementasi, dan evaluasi pada miokarditis.

D. Metodologi Penulisan
Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Pustaka
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku mengenai
keperawatan medikal bedah, jurnal cetak maupun online, dan artikel ilmiah
yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh bervariatif, bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Penulisan diupayakan saling terkait antara satu
sama lain sesuai dengan topik yang dibahas.

2
E. Manfaat Penulisan
1. Makalah ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran penyakit
miokarditis dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut di kemudian
hari.
2. Informasi yang didapat dari makalah ini dapat digunakan untuk mencegah
dan mewaspadai terjadinya penyakit ini.
3. Makalah ini diharapkan dapat membantu para klinisi dan melengkapi data
yang diperlukan untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai
miokarditis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
miokarditis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
1. Anatomi Jantung

Gambar jantung dan sirkulasinya


Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah
dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di
bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding
yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri
dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
a) Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
b) Kiri : ujung ventrikel kiri
c) Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri

4
d) Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e) Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f) Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan
keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan
menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup
ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel
kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral
memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya
memiliki tiga daun (leaflet) . Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang
keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal
dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek
melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel.
Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai
kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan
somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan
dipersepsi sebagai nyeri. Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria.
Arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara
trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan
sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri
berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens artery
(PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta
posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anteriordesenden kiri/ left anterior
descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior
dan inferior ke apeks jantung. Mayoritas darah vena terdrainase melalui
sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus

5
venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna
atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler

2. Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah
suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan
oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah
dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut
ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup
trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup
pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah.
Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena
pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup
mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal,
ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan
mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat
ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah
diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan
kedua ventrikel.

6
3. Definisi Miokarditis
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan
otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocdarditis adalah
peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI,
1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan
oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik)
(Dorland, 2002). Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot
jantung (miokardium) (Doenges, 1999).
Miokarditis adalah peradangan, nekrosis, atau miositolisis yang
mengenai miokardium oleh sebab apapun, baik oleh invasi langsung kuman,
toksinnya atau kompleks reaksi antigen antibodi dengan atau tanpa disertai
gejala sistemik dari suatu proses penyakit atau keterlibatan endokardium
atau perikardium.
Berbagai tanda dan gejala yang termasuk nyeri dada dan irama jantung
abnormal dapat disebabkan oleh kondisi ini, namun jarang terjadi. Dalam
kasus myocarditis yang parah, aksi pemompaan jantung akan melemah dan
jantung tidak akan mampu memasok seluruh tubuh dengan darah yang
cukup. Hal tersebut dapat mengarah pada perkembangan serangan jantung
atau stroke, dan dapat membentuk gumpalan dalam jantung. Infeksi virus
biasanya menyebabkan myocarditis. Pengobatan myocarditis yang dilakukan
difokuskan pada penyebabnya.

4. Etiologi Miokarditis
Miokarditis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur,
protozoa, penyakit yang didasari oleh imun termasuk demam rematik dan
penyakit Kawasaki, dan penyakit vaskuler kolagen serta obat-obatan
tertentu. Di Amerika Serikat, virus adalah penyebab terbanyak dari

7
miokarditis, yaitu yang tersering adalah adenovirus, coxsackie B, dan
enterovirus. Virus lain yang dapat menyebabkan miokarditis adalah
poliomyelitis, mumps, campak, rubela, CMV, HIV, arbovirus, herpes,
mononukleosis infeksiosa, dengue, dan influenza. Bakteri dapat disebabkan
oleh Streptokokus, Corynebacterium diphtheriae, dan Salmonella typhi.
Miokarditis bakteri biasa sebagai komplikasi dari endokarditis bakteri oleh
stafilokokus aureus dan enterokokus. Miokarditis difteri timbul pada lebih
dari1/4 kasus penderita difteri, dan hal ini merupakan komplikasi paling
serius dan penyebab kematian yang paling umum pada difteri. Parasit
toksoplasmosis dan trikinosis dapat menyebabkan miokarditis. Penyebab
paling banyak pada anak adalah adenovirus, coxsackievirus B, dan
enterovirus lain.
Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi dan reaksi toksik.
a) Infeksi, hampir semua penyakit infeksi dapat menyebabkan miokarditis.
1) Infeksi bacteria : streptokokus, stafillococcus, meningococcus,
hemofilus, salmonelosis.
2) Infeksi spiroket : sifilis, leptospirosis
3) Infeksi jamur : aspergilosis, kandidiasis, kriptokokosis
4) Infeksi parasit : sistiserkosis, tenia, toksoplamosis
5) Infeksi virus : rabies, HIV, varicella, mumps, hepatitis,
Cytomegali virus, dll
6) Infeksi rickettsia : scrub typus, rocky mountain spotted fever.
b) Reaksi alergi, berupa respon hipersensitivitas yang disebabkan obat-
obatan:
1) Antibiotik
2) Sulfonamid
3) Anti kolvusan
4) Antiinflamasi
5) Diuretik
6) Vaksin

8
c) Reaksi toksin karena bahan-bahan tertentu seperti :
1) Bahan-bahan kimia : arsenik, timah
2) Anti neoplastik (anterferon alfa, anterleukin-2, siklofosfamid)
3) Bisa ular, laba-laba, kalajengking)
4) Radiasi, kokain

5. Patofisiologi Miokarditis
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium. Jantung
merupakan organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya setiap
serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik
meskipun ada cedera pada katub yang berat, namun bila serabut otot yang
rusak maka hidup akan terancam.
Miokarditis disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan
spiroseta atau dapa disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam
reumatik. Jadi miokarditis dapt terjadi pada klien dengan infeksi akut yang
menerima terapi imunosupresif, atau yang menderita endokarditis infeksi.
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga
mekanisme dasar :
a) Invasi langsung ke miokard
b) Proses immunologis terhadap miokard
c) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium
Menurut FKUI (1999), proses miokarditis viral ada dua tahap, yaitu :
a) Fase pertama atau akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana
terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus dan lisis sel.
Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan
atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer
cell (sel NK)
b) Fase kedua, miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem
imun akan diaktifkan dengan terbentuknya antibodi terhadap
miokardium, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan virus. Fase

9
ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti
kerusakan miokardium dari yang minimal sampai berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel
endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebai penyebab spasme
mikovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum pasti, tetapi
sangat mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat
infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan
proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya
matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan
rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertropi miosit yang tersisa.
Akibat proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan
biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung

10
11
6. Manifestasi Klinis Miokarditis
Manifestasi klinis dari miokarditis menurut Griffith (1994) sebagai berikut :
a) Letih
b) Napas pendek
c) Detak jantung tidak teratur
d) Demam
e) Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya

Menurut DEPKES (1993), Manifestasi klinis dari miokarditis antara lain :

a) Menggigil
b) Demam
c) Anoreksia
d) Nyeri dada
e) Dispnea dan disritmia
f) Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)

Menurut PDSPD (2009), manifestasi klinis dari miokarditis adalah sebagai


berikut :

a) Nyeri otot
b) Nyeri sendi
c) Malaise (kurang enak badan)
d) Syok kardiogenik

7. Klasifikasi Miokarditis
Berdasarkan gejala klinis dan biopsi endomiokardinal, miokarditis dapat
dibagi atas :
a) Miokarditis akut
Biasanya orang-orang muda (umur sekitar 20-an), lebih banyak laki-
laki dan pada umunya didahului oleh riwayat infeksi virus. Perjalanan
penyakit berlangsung kira-kira 8 minggu dan bagi yang mengalami

12
payah jantung kongestif sebagian pasien akan meninggal atau mengalami
perbaikan dan sembuh sempurna sesudah 6 bulan.
b) Rapidly Progressive Myocarditis
Terdapat pada orang-orang yang lebih tua (sekitar 35-an), juga lebih
sering laki-laki, dengan gejala utama payah jantung kongestif yang
progresif, aritmia terutama ventrikular. Berbeda dengan miokarditis akut,
disini perjalanan penyakitnya berlangsung berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun dengan periode-periode kompensasi diselingi periode-
periode payah jantung refrakter yang memerlukan perawatan. Kematian
terjadi setelah 6 bulan dan sebagian besar akan meninggal setelah 3
tahun menderita.
c) Miokarditis akut
Terdapat pada umur 30-an dan kebanyakan wanita. Perjalanan
penyakitnya dimulai dengan episode payah jantung yang disusun dengan
perbaikan klinis dengan disfungsi jantung yang tersisa.

8. Komplikasi Miokarditis
Komplikasi pada miokarditis menurut FKUI (1999) meliputi berikut ini
a) Kardiomiopati/dilatasi
Brunner & Suddarth (2009 ) menjelaskan bahwa ini dapat terjadi jika
miokarditis menyerang miokardium jantung, jika pengobatan yang
dilakukan gagal dan prognosis pasien buruk. Kardiomiopati kongestif
atau dilatasi ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga
ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium
kiri, dan statis darah dalam ventrikel . Pada pemeriksaan diagnostik
mikroskopis otot ditemukan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat
otot atau miokardium.
b) Efusi perikardial
Salah satu reaksi radang pada miokardium yang dapat berkembang
luas adalah perikarditis yaitu penumpukan cairan (eksudasi) di dalam

13
rongga perikardium yang disebut dengan efusiperikardial.
Efusiperikardial ditentukan oleh jumlah dan kecepatan pembentukan
cairan perikard. Efusi yang banyak atau timbul cepat akan menghambat
pengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah
jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasinya adalah
takhikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis akan menyebabkan
gangguan sirkulasi dengan penurunan tekanan darah serta gangguan
perfusi organ dengan segala akibatnya yang disebut tamponade jantung.
Bila reaksi radang ini berlanjut terus, perikardial mengalami fibrosis
jaringan parut luas, penebalan, kalsifikasi dan juga terisi eksudat yang
akan menghambat proses diastolik ventrikel, mengurangi isi sekuncup
dan semenit serta mengakibatkan kongesti sistemik (perikarditis
konstriktiva).
c) AV Block total
Dapat terjadi ketika miokarditis kronis telah menyebabkan kematian
jaringan di sekitar jantung terutama pada daerah ventrikel sehingga
terjadi penyumbatan aliran listrik jantung dan jantung tidak dapat
memompa darah dengan maksimal.
d) Trombi Kardiak
e) Payah jantung kongestif

9. Pemeriksaan Penunjang Miokarditis


Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
menunjang dalam penegakkan diagnosis miokarditis menurut FKUI (1999),
antara lain sebagai berikut :
a) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan darah
dapat menemukan sebagian besar organisme pathogen. Pada infeksi
parasit terdapat eosinofilia sebagai laju endapan meningkat. Enzim

14
keratin kinase atau laktat dehidroginase (LDH) dapat meningkat sesuai
luasnya nekrosis miokard.
b) Elektrokardiografi
Penyimpangan EKG yang umum pada pasien dengan miokarditis.
Perubahan EKG bersifat spesifik dan sementara, biasanya muncul hanya
dalam 2 minggu pertama penyakit. Kelainan yang paling umum adalah
sinus takikardi. Penyimpangan gambaran gelombang ST dan gelombang
T menunjukkan diagnosis miokarditis selama sindrom virus, perubahan
EKG yang halus dapat disebabkan dikarenakan oleh demam, hipoksia,
hiperkalemia maupun kelainan metabolik lain yang terkait.
Atrioventrikular (AV) dan pelambatan konduksi intraventrikular juga
umum terjadi. Blok cabang berkas kiri terjadi pada sekitar 20% dari
pasien dengan miokarditis aktif. AV blokade lengkap jarang ditemui dan
sering terdiagnosis setelah pasien pingsan.
c) Rontgen thorax
Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru.
d) Ekokardiografi
Echocardiography dua dimensi adalah metode non invasif yang
aman dan digunakan untuk mengevaluasi ukuran ruang, fungsi katup,
dan kontraktilitas miokard. Disfungsi sistolik ventrikel kiri sering terlihat
pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Kelainan gerakan dinding
regional mirip dengan infark miokard, namun hypokinesis menyeluruh
juga dapat terjadi. Selain itu, regurgitasi mitral atau trikuspid akan
nampak dan terjadi peningkatan kardiomiopati hipertrofik diikuti dengan
penebalan dinding jantung dapat dilihat pada awal perjalanan penyakit,
dan efek sekunder pada peradangan dam pembengkakan. Pada sekitar
15% kasus miokarditis terdapat gambaran trombus.
e) Biopsi endomiokardial
Melalui biopsy tranvernous dapat diambil endomiokardium ventrikel
kanan kiri. Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic sedang

15
negative tidak dapat menyingkirkan miokarditis. Diagnosis ditegakkan
bila pada biopsy endomiokardial didapatkan nekrosis atau degenerasi
parasit yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang.
f) Radio Nuclide Scaning dan Magnetic Resonance Imaging
Ditemukan adanya perubahan inflamasi dan kronis yang khas pada
miokarditis.

10. Penatalaksanaan Miokarditis


Berikut ini adalah penatalaksanaan pada miokarditis (FKUI, 1999), yaitu :
a) Perawatan untuk tindakan observasi
b) Tirah baring/pembatasan aktivitas
c) Antibiotik atau kemoterapeutik
d) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakit infeksi sistemik
Penatalaksanaan lainnya (Griffith, 1994), yaitu :
a) Antibiotik
b) Obat kortison

Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk


mengurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat
antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan (Griffith, 1994).

Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya,


bila diketahui (misalnya penisillin untuk streptokokkus hemolitikus) dan
dibaringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga
membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi
miokarditis. Pengobatan pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk
gagal jantung kongestif.

Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu di evaluasi untuk menentukan


apakah penyakit sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung
kongestik. Bila terjadi disritmia pasien harus dirawat di unit yang

16
mempunyai sarana pemantauan jantung berkesinambungan sehingga
personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi disritmia yang mengancam
jiwa.

Bila telah terjadi gagal jantung kongestif, harus diberi obat untuk
memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas.
Stoking elastik dan latihan aktif dan pasif harus dilakukan karena embolisasi
dari trombus vena dan mural trombi dapat terjadi.

Pasien dengan miokarditis sangat sensitif terhadap digitalis, maka pasien


harus dipantau dengan ketat akan adanya toksisisitas digitalis (dibuktikan
dengan adanya disritmia, anoreksia, nausea, muntah, bradikardia, sakit
kepala dan malaise).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien myocarditis, antara lain :
a) Identitas
(1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat
(2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alama
b) Keluhan utama pasien
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan masa lalu/sebelumnya

17
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat psikososial
g) Pemeriksaan fisik
Pengkajian pada pasien myocarditis (Marilyn E. Doenges, 1999), meliputi :
a) Aktivitas/istirahat
(1) Gejala : kelelahan, kelemahan
(2) Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan
aktivitas
b) Sirkulasi
(1) Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, bedah
jantung (CABG/penggantian katup/bypass kardiopulmonal lama),
palpitasi, jatuh pingsan
(2) Tanda : takikardia, disritmia, perpindahan titik impuls maksimal,
kardiomegali, friction rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4),
edema, DVJ, petekie (konjungtiva, membran mukosa), hemoragi
splinter (punggung kuku), nodus osler (jari/ibu jari), lesi Janeway
(telapak tangan, telapak kaki).
c) Eliminasi
(1) Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan
frekuensi/jumlah urine.
(2) Tanda : urine pekat gelap
d) Nyeri/ketidaknyamanan
(1) Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam)
diperberat oleh inspirasi , batuk, gerakan menelan, berbaring
(2) Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah
e) Pernapasan
(1) Gejala : napas pendek; napas pendek kronis memburuk pada malam
hari (miokarditis)
(2) Tanda : dispnea, DNP (dispnea noctural paroxismal), batuk, inspirasi
mengi, takipnea, krackles, dan ronchi, pernapasan dangkal

18
f) Keamanan
(1) Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis, trauma
dada, penyakit keganasan/iradiasi thorakal, dalam penanganan gigi,
pemeriksaan endoskopik terhdapa GI/GU), penurunan sistem
immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
(2) Tanda : demam
g) Penyuluhan atau Pembelajaran
(1) Gejala : terapi intravena jangka panjang atau penggunaan kateter
indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.
(2) Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
perawatan : 5,5 hari. Bantuan dalam penyiapan makanan, berbelanja,
transportasi, kebutuhan perawatan diri, tugas dan pemeliharaan
rumah tangga.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitis dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah ( Nursalam, 2001).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999) adalah :
a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik
dari infeksi, iskemia jaringan
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenarasi sel-
sel otot miokard, penurunan curah jantung

19
c) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel
d) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, misal
interpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
e) Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan
suplai oksigen ke miokardium
f) Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal
g) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia
h) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan
i) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan

3. Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menangggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan (Boedihartono, 1994).
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan
myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik
dari infeksi, iskemia jaringan
DO :
- Nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh
inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring

20
DS :
- Perilaku distraksi, misalnya gelisah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Pasien tampak tenang

Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Selidiki keluhan nyeri dada, Pada nyeri ini memburuk pada


perhatikan faktor awitan dan inspirasi dalam, gerakan atau
faktor pembera atau penurun. berbaring dan hilang dengan
Perhatikan petunjuk non duduk tegak/membungkuk
verbal dari ketidaknyamanan,
misalnya berbaring dengan
diam/gelisah, tegangan otot,
menangis

2. Berikan lingkungan yang Tindakan ini dapat menurunkan


tenang dan tindakan ketidaknyamanan fisik dan
kenyamanan, misalnya : emosional pasien
perubahan posisi, gosokkan
punggung, kompres
hangat/dingin, dukungan
emosional

3. Berikan aktivitas hiburan Mengarahkan kembali perhatian,


yang tepat memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu

21
4. Kolaborasi pemberian obat- Dapat menghilangkan nyeri,
obatan sesuai indikasi (agen menurunkan respons inflamsi,
nonsteroid : aspirin, indocin; menurunkan demam; steroid
antipiretik; steroid) diberikan untuk gejala yang lebih
berat

5. Kolaborasi pemberian Memaksimalkan ketersediaan


oksigen suplemen sesuai oksigen untuk menurunkan beban
indikasi kerja jantung

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-


sel otot miokard, penurunan curah jantung
DO :
- Kelelahan
- Kelemahan
DS :
- Takikardia
- Penurunan tekanan darah
- Dispnea dengan aktivitas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu
- Koordinasi otot, tulang, anggota gerak lainnya baik
Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Kaji respons pasien terhadap Miokarditis menyebabkan

22
aktivitas. Perhatikan adanya inflamasi dan kemungkinan
perubahan dan keluhan kerusakan fungsi sel-sel
kelemahan, keletihan, dan miokardial
dispnea berkenaan dengan
aktivitas
2. Pantau frekuensi/irama Membantu menentukan derajat
jantung, TD, dan frekuensi dekompensasi jantung dan
pernapasan sebelum dan pulmonal. Penurunan Tekanan
setelah aktivitas dan selama darah (TD), takikardia, disritmia,
diperlukan dan takipnea adalah indikatif dari
kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas

3. Pertahankan tirah baring Meningkatkan resolusi inflamasi


selama periode demam dan selama fase akut.
sesuai indikasi
4. Rencanakan perawatan Memberikan keseimbangan
dengan periode istirahat/tidur dalam kebutuhan dimana
tanpa gangguan aktivitas bertumpu pada jantung

5. Bantu pasien dalam program Saat inflamasi/kondisi dasar


latihan progresif bertahap teratasi, pasien mungkin mampu
sesegera mungkin untuk turun melakukan aktivitas yang
dari tempat tidur, mencatat diinginkan, kecuali kerusakan
respons tanda vital, dan miokard permanen/terjadi
toleransi pasien pada komplikasi
peningkatan aktivitas
6. Kolaborasi pemberian oksigen Memaksimalkan ketersediaan

23
suplemen sesuai indikasi oksigen untuk menurunkan
beban kerja jantung

3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel
DO :
- Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis trauma dada ;
penyakit keganasan/iradiasi thorakal; dalam penanganan gigi;
pemeriksaan endoskopik terhadap sistem GI/GU)
- Penurunan sistem immune
- SLE atau penyakit kolagen lainnya
DS :
- Demam
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung
Kriteria hasil :
- Pasien melaporkan/menunjukan penurunan periode dispnea, angina,
dan disritmia
- Pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Pantau frekuensi/irama Membantu menentukan derajat


jantung, TD, dan frekuensi dekompensasi jantung dan
pernapasan sebelum dan pulmonal. Penurunan tekanan
setelah aktivitas dan selama darah (TD), takikardia, disritmia,
diperlukan dan takipnea adalah indikatif dari
kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas

24
2. Pertahankan tirah baring Menurunkan beban kerja jantung,
dalam posisi semi-fowler memaksimalkan curah jantung

3. Auskultasi bunyi jantung. Memberikan deteksi dini dari


Perhatikan jarak/muffled terjadinya komplikasi, misalnya
tonus jantung, murmur, GJK, tamponade jantung
gallop, S3 dan S4

4. Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi dan


kenyamanan, misalnya : mengarahkan kembali perhatian
perubahan posisi, gosokkan
punggung, dan aktivitas
hiburan dalam toleransi
jantung

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondiri, rencana


pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, misal
intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa
DO :
- Terapi intravena jangka panjang atau penggunaan kateter indwelling
atau penyalahgunaan obat parenteral
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan
Kriteria hasil :
- Pasien dapat mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan
- Pasien memperlihatkan perubahan perilaku untuk mencegah
komplikasi

25
Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Kaji kesiapan dan hambatan Perasaan sejahtera yang sudah


dalam belajar termasuk orang lama dinikmati mempengaruhi
terdekat minat pasien/orang terdekat
untuk mempelajari penyakit

2. Jelaskan efek inflamasi pada Untuk bertanggung jawab


jantung secara individual pada terhadap kesehatan sendiri,
pasien. Ajarkan untuk pasien perlu memahami
memperhatikan gejala penyebab khusus, pengobatan
sehubungan dengan dan efek jangka panjang yang
komplikasi/berulangnya dan diharapkan dari kondisi
gejala yang dilaporkan dengan inflamasi, sesuai dengan
segera pada pemberi tanda/gejala yang menunjukkan
perawatan, contoh : demam, kekambuhan/komplikasi
peningkatan nyeri dada yang
tak biasanya, peningkatan
berat badan, peningkatan
toleransi terhadap aktivitas

3. Anjurkan pasien/orang Informasi perlu untuk


terdekat tentang dosis, tujuan, meningkatkan perawtaan diri,
dan efek samping obat, peningkatan keterlibatan pada
kebutuhan diet, pertimbangan program terapeutik, mencegah
khusus, aktivitas yang komplikasi
diizinkan/dibatasi

4. Kaji ulang perlunya antibiotik Perawatan di rumah sakit


jangka panjang/terapi lama/pemberian antibiotik
antimikrobial IV/antimikrobial perlu sampai
kultur darah negative/hasil arah

26
lain menunjukkan tak ada infeksi

5. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan


suplai oksigen ke miokardium
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam
terdapat penurunan respons nyeri dada
Kriteria hasil :
- Subjektif :
Klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada
- Objektif :
o TTV dalam batas normal
o Wajah rileks
o Tidak terjadi penurunan perfusi perifer
o Urine >600 ml/hari
Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Catat karakteristik, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku


intensitas, lama dan klien karena nyeri terjadi sebagai
penyebarannya temuan pengkajian

2. Lakukan manajemen nyeri


keperawatan :
a. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan
kebutuhan O2 jaringan perifer
sehingga akan menurunkan
kebutuhan miokardium serta akan
meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke miokardium yang
membutuhkan O2 untuk

27
menurunkan iskemia.

b. Berikan oksigen Meningkatkan jumlah oksigen


tambahan dengan nasal yang ada untuk pemakaian
kanul atau masker sesuai miokardium sekaligus
dengan indikasi mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia

c. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan


lingkungan tenang dan menurunkan stimulus nyeri
batasi pengunjung eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan hanya sedikit

d. Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2


pernapasan dalam sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia jaringan
otak

e. Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan perhatian)


pada saat nyeri dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin
dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk
tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri

28
f. Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada saat
sentuhan nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah,
membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri, serta
menurunkan sensasi nyeri

3. Kolaborasi pemberian terapi


farmakologis
a. Antiangina (nitrogliserin) Nitrat berguna untuk kontrol
nyeri dengan efek vasodilatasi
koroner

b. Analgesik Menurunkan nyeri hebat,


memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard

6. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan


pengembangan paru tidak optimal
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam tidak
terjadi perubahan pola napas
Kriteria hasil :
- Klien tidak sesak napas
- RR dalam batas normal 16 – 20 x/menit
- Respons batuk berkurang

Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

29
1. Auskultasi bunyi napas Indikasi edema paru, sekunder
(krakles) akibat dekompensasi jantung

2. Kaji adanya edema Curiga gagal jantung


kongestif/kelebihan volume cairan

3. Ukur intake dan output Penurunan curah jantung,


mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urine

4. Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat


badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan

5. Pertahankan pemasukan total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


cairan 2.000 ml/24 jam dalam orang dewasa, tetapi memerlukan
toleransi kardiovaskuler pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung

6. Kolaborasi
a. Berikan diet tanpa garam
Natrium meningkatkan retensi
cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
dan akan meningkatkan kebutuhan
miokardium meningkat

b. Berikan diuretik, contoh : Diuretik bertujuan untuk


furosemide, spironolakton, menurunkan volume plasma dan
dan hidronolakton retensi cairan di jaringan sehingga
risiko terjadinya edema paru

30
c. Pantau data laboratorium Hipokalemia dapat membatasi
elektrolit kalium keefektifan terapi

7. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer


sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium
dengan kebutuhan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam klien
mengalami peningkatan
Kriteria hasil :
- Klien tidak mengeluh pusing
- Alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien
jangkau
- TTV dalam batas normal
- CRT <3 detik
- Urine >600 ml/hari

Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Catat frekuensi jantung, irama, Respons klien terhadap aktivitas


serta perubahan tekanan darah dapat mengindikasikan
selama dan sesudah aktivitas penurunan oksigen miokard

2. Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja


aktivitas, dan berikan aktivitas miokard/konsumsi oksigen
senggang yang tidak berat

3. Anjurkan menghindari Dengan mengejan dapat


peningkatan tekanan mengakibatkan bradikardi,
abdomen, misalnya mengejan menurunkan curah jantung dan

31
saat defekasi takikardia, serta peningkatan TD

4. Jelaskan pola peningkatan Aktivitas yang maju memberikan


bertahap dari tingkat aktivitas. kontrol jantung, meningkatkan
Contoh bangun dari kursi bila regangan, dan mencegah
tidak ada nyeri, ambulasi, dan aktivitas berlebihan
istirahat selama 1 jam setelah
makan

5. Rujuk ke program rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen


jantung yang ada untuk pemakaian
miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamaan
karena iskemia

8. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman,


atau perubahan kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam
kecemasan klien berkurang
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan kecemasan berkurang
- Klien mengenal perasaannya
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
memengaruhinya
- Klien kooperatif terhadap tindakan
- Wajah rileks

Rencana Tindakan (Intervensi) Rasional

1. Bantu klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan

32
perasaan marah, kehilangan, dampak serangan jantung
dan takut selanjutnya

2. Kaji tanda verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat


nonverbal kecemasan, menunjukkan rasa agitasi, marah,
dampingi klien, dan lakukan dan gelisah
tindakan bila menunjukkan
perilaku merusak

3. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan


rasa marah, menurunkan kerja
sama, dan mungkin memperlambat
penyembuhan

4. Mulai melakukan tindakan Mengurangi rangsangan eksternal


untuk mengurangi kecemasan. yang tidak perlu
Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat

5. Orientasikan klien terhadap Orientasi dapat menurunkan


prosedur rutin dan aktivitas kecemasan
yang diharapkan

6. Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan


untuk mengungkapkan terhadap kekhawatiran yang tidak
ansietasnya diekspresikan

7. Berikan privasi untuk klien Memberi waktu untuk


dan orang terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.

Adanya keluarga dan teman-teman

33
yang dipilih klien melayani
aktivitas serta pengalihan
(misalnya, membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi

8. Kolaborasi : berikan anticemas Meningkatkan relaksasi dan


sesuai indikasi, contohnya menurunkan kecemasan
diazepam

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan
implementasi adalah :
a) Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah validasi
b) Penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal
c) Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
d) Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
e) Dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
Ada dua hasil diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yaitu :
a) Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan
atau telah mencapai tujuan tersebut
b) Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan yang diterima oleh
klien

5. Evaluasi

34
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker,
2001).
Evaluasi merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
Dalam melakukan evaluasi mencakup hal sebagai berikut :
a) Apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
b) Apakah masalah yang ada telah teratasi
c) Apakah perlu pengkajian kembali
d) Apakah timbul masalah baru
Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas
data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta
ketepatan intervensi keperawatan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges,
1999) adalah :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
c) Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung
d) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.

35
BAB III

CONTOH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. E DENGAN PENYAKIT MYOCARDITIS DI


RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT Y

Tanggal : 13 Oktober 2010

Pukul : 08.00 WIB

Oleh : Perawat X

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bantul
Tanggal MRS : 13 Oktober 2010
Diagnosa Medis : Myocarditis
b) Keluarga (Penanggungjawab)
Nama : Tn. B
Hubungan dengan pasien : Suami
Umur : 40 tahun
Alamat : Bantul
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Klien merasakan kelelahan dan terasa sesak napas disertai jantung
berdebar-debar
b) Keluhan tambahan

36
Klien mengatakan terasa tidak nyaman di dada dan perut kuadran atas
c) Alasan utama masuk rumah sakit
1) Riwayat penyakit sekarang :
Klien masuk ke rumah sakit Y tanggal 13 Oktober 2010 dengan
keluhan merasakan kelelahan, sesak napas, dan jantung berdebar-
debar. Selain itu, klien juga merasakan tidak nyaman pada dada dan
perut kuadran atas. Klien juga mengeluh demam, saat diukur vital
sign : suhu per axillar : 37,9 °C, TD : 110/70 mmHg, nadi : 110
x/menit dan teratur, pernapasan : 25 x/menit. Perawat melakukan
pemeriksaan Thorax dan hasil auskultasi dada didapatkan suara
tambahan : friction rub dan adanya irama gallop. Ny. E dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil : nilai LED : 35 mm/jam dan
nilai leukosit 25 ribu/ul
2) Riwayat kesehatan yang lalu :
Pada tahun 2008, Ny. E pernah melakukan test alergi dan hasilnya
positif terjadi hipersensitivitas. Klien juga sering menderita
influenza.
3) Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan bahwa didalam anggota keluarganya tidak ada
yang pernah menderita miokarditis.
3. Pola Aktivitas Sehari-Hari
a) Pola tidur/istirahat
1) Sebelum sakit :
Mudah lelah saat beraktivitas, tidur siang tidak pernah, tidur malam
selama 5 – 6 jam/hari, dan kebiasaan pengantar tidur adalah
membaca
2) Saat sakit :
Tidur siang tidak ada, tidur malam selama 2 – 3 jam/hari
b) Pola eliminasi
1) Sebelum sakit

37
(a) BAB
 Frekuensi : 1x sehari
 Waktu : pagi hari
 Warna : kuning kecoklatan
 Konsistensi : lembek
(b) BAK
 Frekuensi : 5 – 6 x sehari
 Jumlah : 600 cc/hari
 Warna : kuning keruh
 Bau :-
2) Saat sakit
(a) BAB
 Frekuensi : 3x sehari
 Waktu : tidak tentu
 Warna : coklat kehitaman
 Konsistensi : cair
(b) BAK
 Frekuensi : 2 – 3 x sehari
 Jumlah : 450 – 500 cc/hari
 Warna : pekat gelap
 Bau :-
4. Pemeriksaan Fisik
a) Tinggi Badan : 157 cm
b) Berat Badan : 50 kg
c) Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 37,9 °C
 Nadi : 110 x/menit
 RR : 25 X/menit

38
d) Pemeriksaan Thorax dan Dada
1) Inspeksi
 Warna kulit : sawo matang
 Konfigurasi :2:1
 Lesi :-
2) Palpasi
 Nyeri : + di bagian kiri
 Masa :-
3) Perkusi
 Batas jantung kiri : lineal sternalis dextra
 Batas jantung kanan : medial klavikularis sinistra
 Batas jantung atas : ICS 2
 Batas jantung bawah : ICS 6
4) Auskultasi
 Suara jantung : friction rub dan irama gallop
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
1) Leukosit : 25 ribu/UL
2) LED : 35 mm/jam

39
ANALISA DATA
No Data Masalah penyebab

1. DO : Nyeri akut Inflamasi


- Demam myocardium
- S : 37,9 °C
DS :
Pasien mengatakan tidak
nyaman di dada dan perut
kuadran atas
2. DO : Intoleransi Inflamasi dan
- TD : 100/70 mmHg aktivitas degenerasi sel-sel
- Nadi : 110 x/menit myocard
- RR : 25 x/menit
DS :
Klien merasakan kelelahan
dan terasa sesak napas
3. DO : Risiko penurunan Degenerasi otot
- TD : 110/70 mmHg curah jantung jantung
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 25 x/menit
DS :
Klien merasakan kelelahan
dan terasa sesak napas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium ditandai oleh :
DS :
Klien mengatakan terasa tidak nyaman di dada dan perut kuadran atas

40
DO :
o Demam
o Suhu : 37,9 °C per axilla
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel
miokard, ditandai oleh :
DS :
Pasien mengatakan merasa kelelahan dan sesak napas
DO :
o TD : 110/70 mmHg
o Nadi : 110 x/menit
o RR : 25 x/menit
3. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot
jantung ditandai oleh :
DS :
Pasien mengatakan merasa kelelahan dan sesak napas, disertai jantung terasa
berbedar-bedar
DO :
o TD : 110/70 x/menit
o Nadi : 110 x/menit
o RR : 25 x/menit

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada sebagian besar pasien, miokarditis tidak dapat diduga karena disfungsi
jantung bersifat subklinis, asimtomatik, dan sembuh sendiri (self limited). Oleh
karena, miokarditis biasanya asimtomatik maka data epidemiologi yang ada
berasal dari penelitian pascamortem. Pada pemeriksaan pascamortem,
miokarditis ditemukan sekitar 1 – 9%, sehingga diduga miokarditis adalah
penyebab utama kematian mendadak. Berbagai tanda dan gejala yang termasuk
nyeri dada dan irama jantung abnormal dapat disebabkan oleh kondisi ini,
namun jarang terjadi. Dalam kasus myocarditis yang parah, aksi pemompaan
jantung akan melemah dan jantung tidak akan mampu memasok seluruh tubuh
dengan darah yang cukup. Hal tersebut dapat mengarah pada perkembangan
serangan jantung atau stroke, dan dapat membentuk gumpalan dalam jantung.
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium. Jantung merupakan
organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya setiap serabut otot.
Miokarditis disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan
spiroseta atau dapa disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam
reumatik. Jadi miokarditis dapat terjadi pada klien dengan infeksi akut yang
menerima terapi imunosupresif, atau yang menderita endokarditis infeksi. Ada
beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk menunjang dalam
penegakkan diagnosis miokarditis antara lain Laboratorium (leukosit, LED,
limfosit, LDH), Elektrokardiografi, Rontgen thorax, Ekokardiografi, Biopsi
endomiokardial, dan Radio Nuclide Scaning.
Asuhan keperawatan pada pasien miokarditis meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian pada
miokarditis meliputi identitas, keluhan utama, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosa yang biasa muncul pada penderita miokarditis
adalah nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari

42
infeksi, iskemia jaringan; intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi
dan degenarasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung; risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel; kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan/daya ingat, misal interpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa; nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium; aktual/risiko tinggi pola napas
tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal;
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual, dan anoreksia. intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan
kebutuhan, dan cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,
penurunan status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan juga
diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat mengenai miokarditis.
Sebagai perawat juga harus sigap dalam penanganan penyakit miokarditis
karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga
harus memberikan edukasi kepada klien agar mereka paham dengan miokarditis
dan bagaimana pengobatannya agar tercapai derajat kesehatan yang maksimal.

43

Anda mungkin juga menyukai