Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari baby blues syndrome?
2. Apa etiologi dari baby blues syndrome?
3. Bagaimana patofisiologi dari baby blues syndrome?
4. Apa saja manifestasi klinis dari baby blues syndrome?
5. Bagaimana pencegahan baby blues syndrome?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada baby blues syndrome?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada baby blues syndrome?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada baby blues syndrome?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada baby blues
syndrome
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi dan menjelaskan definisi dari baby blues
syndrome
b) Mengidentifikasi dan menjelaskan etiologi dari baby blues
syndrome
c) Mengidentifikasi dan menjelaskan patofisiologi dari baby blues
syndrome
d) Mengidentifikasi dan menjelaskan manifestasi klinis dari baby
blues syndrome
e) Mengidentifikasi dan menjelaskan pencegahan baby blues
syndrome
f) Mengidentifikasi dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik baby
blues syndrome
g) Mengidentifikasi dan menjelaskan penatalaksanaan baby blues
syndrome
h) Mengidentifikasi dan menjelaskan asuhan keperawatan pada baby
blues syndrome

D. Metodologi Penulisan
Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai
berikut :

1
1. Metode Penulisan
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini beasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku mengenai
keperawatan medikal bedah, jurnal cetak maupun online, dan artikel ilmiah
yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh bervariatif, bersifat
kualitatif dan kuantitatif.
2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka dari berbagai literatur dan
disusun berdasarkan hasil diskusi dari informasi yang diperoleh. Penulisan
diupayakan saling terkait antara satu sama lain sesuai dengan topik yang
dibahas.

E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pemikiran khususnnya mengenai asuhan keperawatan pada baby blues
syndrome.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
1) Memberikan informasi dan gambaran kepada para pembaca
mengenai asuhan keperawatan pada baby blues syndrome
2) Menambah pengetahuan para pembaca akan baby blues
syndrome dan ambil bagian dalam perawatan pada ibu
pasca melahirkan yang mengalami baby blues syndrome
b. Bagi penulis
Menambah wawasan pengetahuan bagi penulis mengenai baby
blues syndrome dan secara khusus untuk lebih mendalami
bagaimana asuhan keperawatan pada ibu pasca melahirkan
yang mengalami baby blues syndrome

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada
tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai
suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut sebagai “milk
fever” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan.

3
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga
tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya,
akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman
bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan
ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi
dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan
perkembangan anaknya.
Baby blues adalah keadaan dimana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, ataupun dengan dirinya sendiri. ketika
plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon
yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh
ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, dan emosional
ibu.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal
terjadi pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-
kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal. Gangguan
psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum
blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis,
dan psikosis pascapartum.
Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan
atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari
atau dua minggu pascapersalinan. Postpartum blues merupakan
gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada
perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-
menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah
menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung, dan mudah sakit.
Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat

4
kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi
pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah
persalinan.
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu sekitar dua hari
hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.

2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai
saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan
terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain adalah :
a) Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh
pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki
efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim
otak yang bekerja menginaktivasi baik noradrenalin maupun
serotonin yang berperan dalam perubahan suasana hati (mood) dan
kejadian depresi.
b) Faktor demografik yaitu umur dan paritas (jumlah anak).
Umur yang telalu muda untuk melahirkan, sehingga dia
memikirkan tanggung jawab sebagai seorang ibu untuk mengurus
anakya. Sedangkan post partum blues banyak terjadi pada ibu
primipara, mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang
ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang
pernah melahirkan, yaitu jika mempunyai riwayat post partum
blues sebelumnya.
c) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
Kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya
akan turut memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan
pada persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan bagi ibu
mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan
dengan cara operasi caesar (sectio caesaria) akan dapat

5
menimbulkan perasaan takut terhadap peralatan operasi dan jarum.
Ada dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang terjadi selama
proses persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul.
d) Takut kehilangan bayi, bayi sakit (kuning, dll) atau kecewa dengan
bayinya
e) Takut untuk memulai hubungan suami istri, anak akan terganggu.
f) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti :
tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya
(suami, keluarga, dan teman). Apakah suami menginginkan juga
kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi
dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah
tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah)
selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul
permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau
mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,
problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1) Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu
2) Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami
3) Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis
4) Hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5) Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6) Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-
kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung
untuk dirawat
7) Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
8) Kelelahan, kurang tidur
9) Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
10) Kekecewaan emosional (hamil,salin)
11) Rasa sakit pada masa nifas awal

3. Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah faktor utama yang bisa menimbulkan
terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues.

6
Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem
dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan,
kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan faktor ari etiologi
serta faktor psikolog lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan
kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang
ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional.
Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya,
sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di
sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada
post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan
yang mendalam pada diri ibu, tidak jarang terkadang seorang ibu
menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan
kekhawatiran yang berlebihan.

4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan
sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau
6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan tersebut diantaranya :
a) Sering tiba-tiba menangis tanpa sebab
b) Cemas tanpa sebab
c) Sensitif, mudah tersinggung
d) Insomnia yang berlebihan
e) Merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru
saja dilahirkan
f) Gejala fisik lainnya seperti : kesulitan bernapas ataupun perasaan
yang berdebar-debar
g) Merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan
h) Merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga
i) Tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
j) Tidak mau makan dan tidak mau bicara
k) Tidak memperhatikan penampilan dirinya
l) Merasa kurang menyayangi bayinya

7
m) Kurang menjaga kebersihan dirinya
n) Sering berganti suasana hati (mood) dan tidak bergairah,
khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
o) Tidak percaya diri dan tidak sabar
p) Penakut
q) Sakit kepala
Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun, jika masih berlangsung beberapa minggu atau
beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang
memberi perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai
seorang wanita pascasalin, dan telah melaporkan beberapa angka
kejadian dan berbagai faktor yang diduha mempunyai kaitan dengan
gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai postopartum blues di
luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat
bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena
adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

5. Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
a) Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau
keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu
b) Menu makanan yang seimbang
c) Olahraga secara teratur
d) Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan
bayinya
e) Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
f) Rekreasi

6. Pemeriksaan Diagnostik
Skrinning untuk mendeteksi gangguan suasana hati (mood) /
depresi sudah merupakan acuan pelayanan pascasalin yang rutin
dilakukan. Untuk skrinning ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu.
Endinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas

8
perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-
partum blues.
Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap
pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai
skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang
dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri
oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et.
Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas)
memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk
mendiagnosis kejadian post-partum blues. EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia,
Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu
pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi
pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa
secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter
menyimpulkan beberapa simptom yang tampak dapat disimpulkan
sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria
dan gejala yang ada. Kekurangan hormon thyroid yang ditemukan
pada individu juga pada ibu yang mengalami post partum blues
mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah.

7. Penatalaksanaan
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga
dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan
di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara

9
bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami,
keluarga, dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum
blues dilakukan dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif
4. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan
keluarga diantaranya :
1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus
bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
2. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi
3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan
lebih perhatian terhadap istrinya
4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan
lahir
5. Memperbanyak dukungan dari suami
6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
7. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru
saja melahirkan
8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
9. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi
10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien post partum blues pun
dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
1. Belajar tenang dengan menarik napas panjang dan meditasi
2. Tidurlah ketika bayi tidur
3. Berolahraga ringan
4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
7. Bersikap fleksibel
8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
9. Bergabung dengan kelompok ibu

10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus
merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencana individu didasarkan pada karakteristik wanita dan
keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian klien post-partum blues menurut Bobak (2004) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi meenjadi orang baru.
Pengkajiannya meliputi :
1. Identitas klien
Data diri klien, meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record, dan lain-lain
2. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu, memperlihatkan suatu kebutuhan untuk
memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali
perilaku mereka saat hamil dalam upaya retropeksi diri. Selama
hamil ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup
kelahiran pervaginam dan beberapa intervensi medis. Apabila
pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya induksi, anaestesi epidural, kelahiran sesar),
orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang
telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri. Citra tubuh
dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan
tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan
adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh
ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan
yang berkiatan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah

11
seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu
yang melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan
seksual karena merasa takut nyeri atau takut bahwa hubungan
seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
4. Interaksi orang tua – bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi
evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru, respon orang tua
terhadap kelahirann anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku
maladaptif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis
perilaku. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan atau kebapakan pada perilaku orang tua
membantu perawatan dan perlindungan anak. tanda-tanda yang
menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah
ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir da
melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
5. Perilaku adaptif dan perilaku maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis
orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dengan
keterbatasan kemampuan mereka, respon sosial yang tidak matur,
dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan kemudian
menenangkan bayinya dan ketika mereka dapat membaca gerakan
bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak
sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini
cenderung akan dapat diperlakuakn kasar. Oarng tua tidak merasa
tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti
memandikan atau mengganti pakaian dipandang sebagai suatu

12
yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara
berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa
lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk
dan melakukan kontak mata, tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
6. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post
partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya
dengan orang lain, dan anak-anak lain. Perawat/bidan dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan
mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk
mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan pengkajian dasar data klien menurut Marlynn E.
Doeges (2001) adalah :
1. Aktivitas/istirahat : insomnia mungkin teramati
2. Sirkulasi : episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
3. Integritas Ego : peka rangsang, takut/menangis (sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah kelahiran)
4. Eliminasi : diaresisi diantara hari ke-2 dan ke-5
5. Makanan/Cairan : kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan
hari-hari ke-3
6. Nyeri/Ketidaknyamanan : nyeri tekan payudara/pembesaran dapat
terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum
7. Seksualitas : uterus 1 cm diatas umbilicus pada 13 jam pertama
setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke-2 dan ke-3 berlanjut
menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi
(misalnya rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas
(misalnya, menyusui).
8. Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai.

13
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien post partum blues diantaranya
adalah:
a) Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal
b) Risiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat
dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
c) Risiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan
dengan pengaruh komplikasi fisik dan emosional
d) Risiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu
berhubungan dengan ketidakefektifan koping individu.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan),
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan
f) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang paparan informasi, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
g) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan
dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan
tugas-tugas adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul
ke permukaan

3. Perencanaan Keperawatan
a) Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal

Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan menggunakan


intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Tentukan adanya, lokasi dan Mengidentifikasi
sifat ketidaknyamanan kebutuhan-kebutuhan
khusus dan intervensi yang

14
tepat
2. Inspeksi perbaikan Dapat menunjukkan
perineum dan epiostomi trauma berlebihan pada
jaringan perineal dan
terjadinya komplikasi yang
memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut
3. Berikan kompres es pada Meningkatkan
perineum, khususnya vasokontriksi dan
selama 24 jam pertama mengurangi edema dan
setelah melahirkan vasodilatasi
4. Berikan kompres panas Meningkatkan sirkulasi
lembab (misalnya : rendam pada perineum,
duduk/bak mandi) meningkatkan oksigenasi
dan nutrisi pada jaringan,
menurunkan edema dan
meningkatkan
penyembuhan
5. Anjurkan duduk dengan otot Penggunaan pengencangan
gluteal terkontraksi diatas gluteal saat duduk
perbaikan episiotomy menurunkan stress dan
tekanan langsung pada
perineum
6. Kolaborasi dalam Memberikan kenyamanan,
pemberian obat analgesik khususnya selama laktasi,
30-60 menit sebelum bila afterpain paling hebat
menyusui karena pelepasan oksitosin

b) Risiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat
dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses/situasi


menyusui, mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui,

15
menunjukkan regimen menyusui satu sama lain
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan dan Membantu dalam
pengalaman klien tentang mengidentifikasi
menyusui sebelumnya kebutuhan saat ini dan
mengembangkan rencana
perawatan
2. Tentukan sistem pendukung Mempunyai dukungan
yang tersedia pada klien dan yang cukup meningkatkan
sikap pasangan/keluarga kecepatan untuk
pengalaman menyusui
dengan berhasil
3. Berikan informasi verbal Membantu menjamin
dan tertulis mengenai suplai susu adekuat,
fisiologi dan keuntungan mencegah putting pecah
menyusui, perawatan dan luka, memberikan
putting dan payudara, kenyamanan, dan
kebutuhan diet khusus, dan membuat peran ibu
faktor-faktor yang menyusui
memudahkan atau
mengganggu keberhasilan
menyusui
4. Demonstrasikan dan tinjau Posisi yang tepat biasanya
ulang teknik-teknik mencegah luka putting,
menyusui tanpa memperhatikan
lamanya menyusui
5. Identifikasi sumber-sumber Pelayanan ini mendukung
yang tersedia di masyarakat pemberian ASI melalui
sesuai inndikasi, misalnya : pendidikan klien dan
program kesehatan ibu dan nutrisional
anak (KIA)

c) Risiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan

16
dengan pengaruh komplikasi fisik dan emosional

Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang


menjadi orang tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua
secara realistis, dan secara aktif mulai melakukan tugas
perawatan bayi baru lahir dengan tepat
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji kekuatan, kelemaham, Mengidentifikasi faktor-
usia, status perkawinan, faktor risiko dan sumber-
ketersediaan sumber sumber pendukung yang
pendukung, dan latar mempengaruhi
belakang budaya kemampuan
klien/pasangan untuk
menerima tantangan
menjadi orang tua
2. Perhatikan respon Kemampuan klien untuk
klien/pasangan terhadap beradaptasi secara positif
kelahiran dan peran menjadi untuk menjadi orang tua
orang tua mungkin dipengaruhi oleh
reaksi ayah dengan kuat
3. Evaluasi sifat dari orang tua Pernah menjadi orang tua
secara emosi dan fisik yang dipelajari dan individu
pernah dialami memakai peran orang tua
klien/pengalaman selama mereka sendiri menjadi
kanak-kanak model peran
4. Tinjau ulang catatan Persalinan lama dan sulit
intrapartum terhadap dapat sementara
lamanya persalinan, adanya menurunkan energi fisik
komplikasi dan peran dan emosional yang perlu
pasangan pada persalinan untuk mempelajari peran
menjadi ibu dan dapat
secara negative

17
mempengaruhi menyusui
5. Evaluasi status fisik masa Kejadian seperti persalinan
lalu dan saat ini dan praterm, hemoragi, infeksi,
kejadian komplikasi atau adanya komplikasi
prenatal, intranatal, dan ibu dapat mempengaruhi
pascanatal kondisi psikologis klien
6. Evaluasi kondisi bayi, Ibu sering mengalami
komunikasikan dengan staf kesedihan karena
perawatan sesuai indikasi mendapati bayinya tidak
seperti bayi yang
diharapkan
7. Pantau dan dokumentasikan Beberapa ibu atau ayah
interaksi klien/pasangan mengalami kasih sayang
dengan bayi bermakna pada pertama
kali, selanjutnya mereka
dikenalkan pada bayi
secara bertahap
8. Anjurkan pasangan untuk Membantu meningkatkan
mengunjungi dan ikatan dan mencegah
menggendong bayi dan perasaan putus asa
berpartisipasi terhadap
aktivitas perawatan bayi
secara rutin
9. Kolaborasi dalam merujuk Perilaku menjadi orang tua
untuk konseling bila yang negtaive dna
keluarga berisiko tinggi ketidakefektifan koping
terhadap masalah menjadi memerlukan perbaikan
orang tua atau bila ikatan melalui konseling,
positif diantara pemeliharaan atau bahkan
klien/pasangan dan bayi psikoterapi yang lama
tidak terjadi

18
d) Risiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan
dengan ketidakefektifan koping individu.

Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional,


mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping
pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji respon emosional klien Terhadap hubungan
selama prenatal dan periode langsung antara
inpartum dan persepsi klien penerimaan yang positif
tentang penampilannya akan peran feminism dan
selama persalinan keunikan fungsi feminism
serta adaptasi yang positif
terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui
2. Anjurkan diskusi oleh Membantu klien/pasangan
klien/pasangan tentang bekerja melalui proses dan
persepsi pengalaman memperjelas realitsa dari
kelahiran pengalaman fantasai
3. Kaji terhadap gejala depresi Sebanyak 80% kasus ibu-
yang fana (perasaan sedih ibu mengalami depresi
pascapartum) pada hari ke-2 sementara atau perasaan
sampai ke-3 pascapartum emosi kecewa setelah
(misalnya, ansietas, melahirkan
menangis, kesedihan,
konsentrasi yang buruk, dan
depresi ringan atau berat)
4. Evaluasi kemampuan Membantu dalam
koping masa lalu klien, latar mengkaji kemampuan
belakang budaya, sistem klien untuk mengatasi

19
pendukung, dan rencana stress
untuk bantuan domestik
pada saat pulang
5. Berikan dukungan Keterampilan mejadi
emosional dan bimbingan ibu/orang tua bukan secara
antisipasi untuk membantu insting tetapi harus
klien mempelajari peran dipelajari
baru dan strategi untuk
koping terhadap bayi baru
lahir
6. Anjurkan pengungkapan Membantu pasangan
rasa bersalah, kegagalan mengevaluasi kekuatan
pribadi, atau keragu-raguan dan area masalah secara
tentang kemampuan realistis dan mengenali
menjadi orang tua kebutuhan terhadap
bantuan profesional yang
tepat
7. Kolaborasi dalam merujuk Kira-kira 40% wanita
klien/pasangan pada dengan depresi
kelompok pendukung pascapartum ringan
menjadi orang tua, mempunyai gejala-gejala
pelayanan sosial, kelompok yang menetap sampai 1
komunitas, atau pelayanan tahun dan dapat
perawat berkunjung memerlukan evaluasi
lanjut

e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan


psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan),
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan

Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi


perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota

20
keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan
istirahat
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kelelahan dan Persalinan atau kelahiran
kebutuhan untuk istirahat yang lama dan sulit,
khususnya bila ini terjadi
malam meningkatkan
tingkat kelelahan
2. Kaji faktor-faktor, bila ada Membantu meningkatkan
yang mempengaruhi istirahat, tidur dan
istirahat relaksasi dan menurunkan
rangsangan
3. Berikan informasi tentang Rencana yang kreatif yang
kebutuhan untuk membolehkan untuk tidur
tidur/istirahat setelah dengan bayi lebih awal
kembali ke rumah serta tidur siang membantu
untuk memenuhi
kebutuhan tubuh
4. Berikan informasi tentang Kelelahan dapat
efek-efek kelelahan dan mempengaruhi penilaian
ansietas pada suplai AI psikologis, suplai ASI, dan
penurunan refleks secara
psikologis
5. Kaji lingkungan rumah dan Multipara dengan anak di
bantuan di rumah rumah memerlukan tidur
lebih banyak di rumah
sakit untuk mengatasi
kekurangan tidur dan
memenuhi kebutuhannya

f) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi


berhubungan dengan kurang paparan informasi, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber-sumber

21
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman
perubahan fisiologi, kebutuhan individu, hasil yang diharapkan,
melakukan aktivitas/prosedur yang perlu menjelaskan alasan
untuk tindakan
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Pastikan persepsi klien Terhadap hubungan antara
tentang persalinan dan lama persalinan dan
kelahiran, lama persalinan, kemampuan untuk
dan tingkat kelelahan klien melakukan tanggung
jawab tugas dan aktifitas-
aktifitas perawatan
diri/perawatan bayi
2. Kaji persiapan klien dan Periode pascanatal dapat
motivasi untuk belajar merupakan pengalaman
ibu, maturasi, dan
kompetensi
3. Berikan informasi tentang Membantu mencegah
perawatan diri termasuk infeksi, mempercepat
perawatan perineal dan pemulihan dan
hygiene, perubahan penyembuhan, dan
fisiologis berperan pada adaptasi
yang positif dari
perubahan fisik dan
emosional
4. Diskusikan kebutuhan Pasangan mungkin
seksualitas dan rencana memerlukan kejelasan
untuk kontrasepsi mengenai ketersediaan
metode kontrasepsi dan
kenyataan bahwa
kehamilan dapat terjadi
bahkan sebelum
kunjungan minggu ke-6

22
g) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas
adaptif memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan

Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-


tugas yang mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga baru,
mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan
terbentuknya kemajuan dan adaptasi
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Kaji hubungan anggota Perawat dapat membantu
keluarga satu sama lain memberikan pengalaman
positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga
terhadap pertumbuhan
melalui tahap-tahap
perkembangan
2. Anjurkan partisipasi Fleksibilitas dan
seimbang dari orang tua sensitifitas terhadap
pada perawatan bayi kebutuhan keluarga
membantu
mengembangkan harga diri
dan rasa kompoten dalam
perawatan bayi baru lahir
setelah pulang
3. Berikan bimbingan Membantu menyiapkan
antisipasi mengenai pasangan untuk
perubahan emosi normal kemungkinan perubahan
berkenaan dengan periode pada mereka alami,
pasca partum menurunkan stress, dan
meningkatkan koping
positif
4. Berikan informasi tertulis Membantu

23
mengenai buku-buku yang mengidentifikasi dan
dianjurkan untuk anak-anak mengatasi perasaan akan
(sibling) tentang bayi baru kemungkinan pergantian
atau penolakan
5. Kolaborasi dalam merujuk Meningkatkan
klien/pasangan pada pengetahuan orang tua
kelompok orang tua pasca tentang membesarkan anak
partum di komunitas dan perkembangan anak

4. Implementasi
Menurut Doenges (2000), implementasi adalah perawat
mengimplementasikan intervensi-intervensi yang terdapat dalam
rencana perawatan. Menurut Allen (1998), komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatan mandiri, kolaboratif,
dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan
implementasi adalah :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah validasi
2. Penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal
3. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
4. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
5. Dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
Ada dua hasil diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yaitu :
1. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan
atau telah mencapai tujuan tersebut
2. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan yang diterima oleh
klien

5. Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir
yang ditetapkan yaitu meliputi :
a. Kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan
b. Ibu dan keluarga akan mengembangkan koping yang efektif
c. Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat
d. Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika
kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat dipertahankan

24
e. Ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalah secara efektif
f. Setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

25

Anda mungkin juga menyukai