Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Didalam islam, ada suatu tahap yang harus di lakukan ketika seseorang
baru dilahirkan, yaitu aqiqah. Aqiqah sendiri mengandung arti menyembelih
kambing pada hari ketujuh kelahiran seorang anak. Aqiqah hukumnya sunnah
muakkadah bagi mereka yang mampu bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa
aqiqah hukumnya wajib. Syarat utama yang harus diperhatikan ketika akan
melaksanakan aqiqah adalah 2 ekor domba / kambing untuk kelahiran anak lakilaki sedangkan untuk kelahiran anak perempuan cukup 1 ekor saja.

1.2

Tujuan

1. Mengetahui apa itu definisi akikah menurut para ulama.


2. Mengetahui apa saja syarat-syarat akikah.
3. Mengetahui bagaimana proses akikah.

BAB II
ISI
2.1

Definisi Aqiqah

Akikah (bahasa Arab: , transliterasi: Aqiqah) adalah pengurbanan


hewan dalam syariat Islam, sebagai penggadaian (penebus) seorang bayi yang
dilahirkan. Hukum akikah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunah
muakkadah, dan ini adalah pendapat jumhur ulama menurut hadits. Kemudian ada
ulama yang menjelaskan bahwa akikah sebagai penebus adalah artinya akikah itu
akan menjadikan terlepasnya kekangan jin yang mengiringi semua bayi sejak
lahir.
2.1.1

Syariat akikah

Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Karaz Al


Kabiyah bahwa ia bertanya kepada rasulullah tentang akikah. Dia
bersabda, Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing dan bagi
anak perempuan disembelihkan satu ekor, dan tidak akan membahayakan
kamu sekalian, apakah (sembelihan itu) jantan atau betina.
Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk
menyembelih 2 ekor kambing bagi 'Aq qah anak laki-lakinya, maka
sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk 'Aq qah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan
mendapat pahala.
Kata akikah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti
'memutus'. 'Aqqa wilidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi)
keduanya. Dalam istilah, akikah berarti "menyembelih kambing pada hari
ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai ungkapan rasa syukur atas
rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang anak".

Akikah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama


islam. Dalil-dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah hadits
Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut dengan akikahnya Ada hadits lain
yang menyatakan, "Anak laki-laki (akikahnya dengan 2 kambing) sedang
anak perempuan (akikahnya) dengan 1 ekor kambing'? Status hukum
akikah adalah sunnah. Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas
ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Malik, dengan
berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu tidak sependapat dengan yang
mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa seandainya akikah wajib,
maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang sangat diketahui oleh
agama, dan seandainya akikah wajib, maka rasulullah

juga pasti telah

menerangkan akan kewajiban tersebut.


Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits,
berpendapat bahwa hukum akikah adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan
atas salah satu hadits di atas, "Kullu ghulimin murtahanun bi 'aqiqatihi'?
(setiap anak tertuntut dengan akikahnya), mereka berpendapat bahwa
hadits ini menunjukkan dalil wajibnya akikah dan menafsirkan hadits ini
bahwa seorang anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia
diakikahi. Ada juga sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya
(masyri'iyyat) akikah, tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali.
Dengan demikian, pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima
karena dalil-dalilnya, bahwa akikah adalah sunnah.
Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah
ini hingga ia mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi
dalam menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan mengundang para
tetangga dalam walimah akikah tersebut.
Mengenai kapan akikah dilaksanakan, rasulullah

bersabda,

"Seorang anak tertahan hingga ia diakikahi, (yaitu) yang disembelih pada

hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu'?. Hadits
ini menerangkan bahwa akikah mendapatkan kesunnahan jika disembelih
pada hari ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa akikah bisa disembelih pada hari ketujuh, atau hari keempat belas
ataupun hari keduapuluh satu. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa
sembelihan akikah pada hari ketujuh hanya sekedar sunnah, jika akikah
disembelih pada hari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun
sesudahnya maka hal itu dibolehkan.
Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk
menyembelih

akikah

pada

hari

ketujuh,

maka

sebaiknya

ia

menyembelihnya pada hari tersebut. Namun, jika ia tidak mampu pada


hari tersebut, maka boleh baginya untuk menyembelihnya pada waktu
kapan saja. 'Akikah anak laki-laki berbeda dengan akikah anak
perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai hadits yang
telah kami sampaikan di atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa
akikah anak laki-laki sama dengan akikah anak perempuan, yaitu samasama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat bahwa rasulullah
mengaqikahi Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Husein (keduanya
adalah cucu) dengan 1 ekor kambing.
Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk
menyembelih 2 ekor kambing bagi akikah anak laki-lakinya, maka
sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk akikah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan mendapat
pahala.
Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa agama Islam
membedakan antara akikah anak laki-laki dan anak perempuan, maka
jawabannya adalah bahwa seorang muslim, ia berserah diri sepenuhnya
pada perintah Allah swt, meskipun ia tidak tahu hikmah akan perintah
tersebut, karena akal manusia terbatas. Barangkali juga bisa diambil
4

hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan kelebihan seorang laki-laki dari


segi kekuatan jasmani, juga dari segi kepemimpinannya (qawwamah)
dalam suatu rumah tangga.
Dalam penyembelihan akikah, banyak hal yang perlu diperhatikan,
di antaranya, sebaiknya tidak mematahkan tulang dari sembelihan akikah
tersebut, dengan hikmah tafa'ul (berharap) akan keselamatan tubuh dan
anggota badan anak tersebut. 'Akikah sah jika memenuhi syarat seperti
syarat hewan Qurban, yaitu tidak cacat dan memasuki usia yang telah
disyaratkan oleh agama Islam. Seperti dalam definisi tersebut di atas,
bahwa akikah adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh semenjak
kelahiran seorang anak, sebagai rasa syukur kepada Allah. Tetapi boleh
juga mengganti kambing dengan unta ataupun sapi dengan syarat unta atau
sapi tersebut hanya untuk satu anak saja, tidak seperti kurban yang mana
dibolehkan untuk 7 orang. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa
akikah hanya boleh dengan menggunakan kambing saja, sesuai dalil-dalil
yang datang dari Rasulullah saw.

2.1.2

Hal-Hal yang disyariatkan Dengan Aqiqah.

Yang berhubungan dengan sang anak


1. Disunnatkan untuk memberi nama dan mencukur rambut
(menggundul) pada hari ke-7 sejak hari lahirnya. Misalnya
lahir pada hari Ahad, aqiqahnya jatuh pada hari Sabtu.
2. Bagi anak laki-laki disunnatkan beraqiqah dengan 2 ekor
kambing sedang bagi anak perempuan 1 ekor.
3. Aqiqah ini terutama dibebankan kepada orang tua si anak,
tetapi boleh juga dilakukan oleh keluarga yang lain (kakek dan
sebagainya).
4. Aqiqah ini hukumnya sunnah. Dalil-dalil Pelaksanaan Dari
Yusuf bin Mahak bahwasanya orang-orang datang kepada

Hafshah binti 'Abdur Rahman, mereka menanyakan kepadanya


tentang 'aqiqah. Maka Hafshah memberitahukan kepada
mereka bahwasanya 'Aisyah memberitahu kepadanya bahwa
Rasulullah SAW telah memerintahkan para shahabat (agar
menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor 4 kambing
yang sebanding dan untuk anak perempuan 1 ekor kambing.
[HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35, no. 1549].
Dari Salman bin Amir Adl-Dlabiy, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Tiap-tiap anak itu ada aqiqahnya. Maka
sembelihlah binatang aqiqah untuknya dan buanglah kotoran darinya
(cukurlah rambutnya)". [HR. Bukhari juz 6, hal. 217]
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,
Rasulullah

SAW

bersabda,

"Barangsiapa

berkehendak

untuk

meng'aqiqahkan anaknya maka kerjakanlah. Untuk anak laki-laki dua ekor


kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan satu ekor kambing".
[HR. Ahmad juz 2, hal. 604, no. 2725]
Dari 'Aisyah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW pernah beraqiqah
untuk Hasan dan Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya, beliau memberi
nama dan memerintahkan supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya
(dicukur)". [HR. Hakim, dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 264, no. 7588]
Keterangan : Hasan dan Husain adalah cucu Rasulullah SAW.

Dari Samurah bin Jundab, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,


"Tiap-tiap anak tergadai (tergantung) dengan aqiqahnya yang disembelih
untuknya pada hari ke-7, di hari itu ia dicukur rambutnya dan diberi
nama". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 106, no. 2838]
Dari Samurah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Setiap anak
tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ke-7,

dicukur rambutnya, dan diberi nama. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1056,
no. 3165]

Yang berhubungan dengan binatang sembelihan


1.

Dalam masalah aqiqah, binatang yang boleh dipergunakan sebagai


sembelihan hanyalah kambing, tanpa memandang apakah jantan atau
betina, sebagaimana riwayat di bawah ini :
Dari Ummu Kurz (Al-Ka'biyah), bahwasanya ia pernah bertanya

kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah. Maka jawab beliau SAW, "Ya,
untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu
ekor kambing. Tidak menyusahkanmu baik kambing itu jantan maupun
betina". [HR. Tirmidzi, dan ia menshahihkannya, juz 3, hal. 35, no. 6
1550] Dan kami belum mendapatkan dalil yang lain yang menunjukkan
adanya binatang selain kambing yang dipergunakan sebagai aqiqah. 2.
Waktu yang dituntunkan oleh Nabi SAW berdasarkan dalil yang shahih
ialah pada hari ke-7 semenjak kelahiran anak tersebut. [Lihat dalil riwayat
'Aisyah dan Samurah di atas] Hal-hal yang perlu diperhatikan : Dalam
masalah aqiqah ini banyak orang yang melakukannya dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Nabi SAW. Tetapi bila
mereka ditanya dalilnya atau tuntunannya, mereka sendiri tidak dapat
mengemukakannya dengan jelas. Maka dalam brosur ini kami suguhkan
kepada

saudara-saudara

kaum

Muslimin,

dalil-dalil

yang

biasa

dipergunakan sebagai dasar amalanamalan yang berhubungan dengan


masalah aqiqah, sedang dalil tersebut adalah lemah dan tidak dapat
dipergunakan sebagai hujjah/alasan dalam masalah hukum. Diantaranya :
1. Adzan dan Iqamah pada telinga bayi yang baru lahir.
Dari Abu Rafi' ia berkata, "Saya pernah melihat Rasulullah SAW
membaca adzan (sebagaimana adzan) shalat, pada kedua telinga Hasan
ketika dilahirkan oleh Fathimah". [HR. Ahmad juz 9, hal. 230, no. 23930,
dlaif karena dalam sanadnya ada perawi bernama Ashim bin Ubaidillah]

Dari Husain bin Ali RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,


"Barangsiapa mempunyai anak yang baru dilahirkan, kemudian ia
mensuarakan adzan di telinga yang kanan, dan iqamah pada telinga yang
kiri (anak itu) tidak diganggu oleh Ummush Shibyan (sejenis syaithan)".
[HR. Ibnus Sunni hal. 220, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi
bernama Jabarah bin Mughlis, Yahya bin Alaa dan Marwan bin Salim]
Keterangan : Hadits yang pertama diriwayatkan juga oleh Hakim dan
Baihaqi serta diriwayatkan pula oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi
dengan lafadh yang agak berbeda. Hadits itu dishahihkan oleh Imam
Tirmidzi. Dan hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Imam Abu Nu'aim
dan Ath-Thabrani sebagai berikut :
Beliau (Nabi SAW) membaca adzan pada telinga Hasan dan
Husain RA. [HR. Abu Nu'aim dan Thabrani] Hadits-hadits tersebut (yang
diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Baihaqi, Abu Dawud dan Imam
Tirmidzi di atas) kesemuanya meriwayatkan hadits tersebut dari jalan
'Ashim bin 'Ubaidillah, dan ia telah dituduh dengan keras oleh Imam
Syu'bah sebagai pendusta. Dan Imam Bukhari, Abu Zar'ah dan Abu Hatim
berkata bahwa riwayat itu munkar. Demikian pula menurut Imam
Daruquhtni, ia mengatakan bahwa riwayatnya tidak boleh diterima, sebab
ia seorang yang lalai, Ibnu Khuzaimah berkata : "Saya tidak mau berdalil
dengan riwayatnya karena ingatannya tidak baik".
Adapun hadits yang kedua (HR. Ibnu Sunni) tersebut juga lemah,
karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama : Jabarah bin Mughlis,
Yahya bin Alaa dan Marwan bin Salim, ketiganya dlaif.
2.

Tentang aqiqah yang dikerjakan pada selain hari ke-7 yaitu pada hari
yang ke-14, ke-21, setelah tua dan sebagainya, adalah sebagai
berikut :
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, dari Nabi SAW beliau

bersabda, " Aqiqah itu disembelih pada hari ke-7, atau ke-14, atau ke-21
nya". [HR. Baihaqi dan Thabrani, dan lafadh ini bagi Baihaqi juz 9, hal.
303]

Dari Anas RA bahwasanya Nabi SAW beraqiqah untuk dirinya


sesudah beliau menjadi Nabi". [HR. Baihaqi juz 9, hal. 300] Keterangan :
Hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan Thabrani tentang kebolehan
beraqiqah pada hari ke-14, dan ke-21 tersebut di atas adalah dla'if, karena
dalam isnadnya terdapat seorang bernama Ismail bin Muslim yang
dilemahkan oleh Imam-imam : Ahmad, Abu Zar'ah, Nasai dan lain-lain.
Sedang hadits yang menjelaskan bahwa Nabi beraqiqah untuk dirinya
setelah menjadi Nabi, itupun tak dapat dipakai sebagai hujjah/dasar,
karena dalam isnadnya terdapat seorang bernama Abdullah bin Muharrar
yang dilemahkan oleh imam-imam : Ahmad, Jauzani, Daruquthni, Ibnu
Hibban, Ibnu Ma'in dan lain-lainnya.
3. Tentang shadaqah seberat rambut yang dicukur dari kepala si Anak.
Dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata : Rasulullah SAW telah
beraqiqah bagi Hasan seekor kambing dan bersabda, "Ya Fathimah,
cukurlah rambutnya dan bersedeqahlah seberat rambut kepalanya dengan
perak". Maka adalah beratnya satu dirham atau setengah dirham". [HR.
Tirmidzi juz 3, hal. 37, no. 1556, dan ia mengatakan : Ini hadits hasan
gharib]
Keterangan : Hadits ini dlaif, karena sanadnya munqathi' (terputus), karena Abu Ja'far
bin Muhammad bin Ali tidak sezaman dengan Ali bin Abu Thalib.

2.2

Proses Aqiqah

Pelaksanaan akikah dilaksanakan saat bayi berusia 7 hari, 14 hari, 21 hari


dan seterusnya setiap kelipatan 7. Saat pelaksaan akikah, rambut si bayi dicukur
kemudian potongan rambutnya ditimbang beratnya dan digantikan dengan emas
sesuai dengan berat dari potongan rambut si bayi tersebut untuk sedekah. Setelah
itu, orang tua dari si bayi menyembelih kambing. Untuk bayi laki-laki, 2 ekor
kambing, sedangkan bayi perempuan hanya 1 ekor kambing yang disembelih.
Akan lebih baik jika orangtua / keluarga si bayi yang menyembelih kambing
tersebut. Setelah itu, daging tersebut dibagikan kepada tetangga atau fakir miskin
baik mentah ataupun sudah dimasak terlebih dahulu (dianjurkan). Setelah itu,
orangtua memberi nama secara resmi kepada sang bayi saat akikah tersebut.

2.3 Hikmah Akikah


Akikah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul
Aulad Fil Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah
di antaranya:
1. Menghidupkan sunah Nabi Muhammad

dalam meneladani Nabiyyullah

Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Taala menebus putra


Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.
2. Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis,
yang artinya: Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya. Sehingga
Anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari
gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang
dimaksud oleh Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah "bahwa lepasnya dia
dari syaithan tergadai oleh akikahnya".
3. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi
kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam
Ahmad mengatakan: "Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua
orang tuanya (dengan akikahnya)".
4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa
Taala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang
dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lahirnya sang anak.
5. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan
syari'at

Islam

&

bertambahnya

keturunan

mukmin

yang

memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.


6. Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat.

10

akan

Menurut Drs. Zaki Ahmad dalam bukunya "Kiat Membina Anak Sholeh"
disebutkan manfaat-manfaat yang akan didapat dengan berakikah, di antaranya[6]:
1. Membebaskan anak dari ketergadaian
2. Pembelaan orang tua di hari kemudian
3. Menghindarkan anak dari musibah dan kehancuran, sebagaimana
pengorbanan Nabi Ismail dan Ibrahim
4. Pembayaran hutang orang tua kepada anaknya
5. Pengungkapan rasa gembira demi tegaknya Islam dan keluarnya keturunan
yang di kemudian hari akan memperbanyak umat Nabi Muhammad SAW
6. Memperkuat tali silahturahmi di antara anggota masyarakat dalam
menyambut kedatangan anak yang baru lahir
7. Sumber jaminan sosial dan menghapus kemiskinan di masyarakat
8. Melepaskan bayi dari godaan setan dalam urusan dunia dan akhirat.

11

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Jadi, menurut bahasa, akikah adalah pengurbanan hewan dalam syariat


Islam, sebagai penggadaian (penebus) seorang bayi yang dilahirkan

dan hukumnya sunnah muakkadah.


Syarat akikah adalah 2 ekor kambing untuk anak laki-laki atau 1 ekor

kambing untuk anak perempuan.


Akikah dilaksanakan pada hari ke 7, ke 14, ke 21 dan seterusnya
(kelipatan 7) ketika bayi dilahirkan.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://www.laskarislam.com/t2488-sejarah-aqiqah
http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah
http://www.infonews.web.id/2013/09/tata-cara-melaksanakan-aqiqah.html

13

Anda mungkin juga menyukai