Nim : 80100219047
”Tafsir Surah Al-An’am Ayat 108 dan Kaitannya dengan Etika Jurnalisme”
Surah al-An'am ayat 108 berkaitan dengan larangan mencaci sesembahan agama lain.
Dalam ayat ini secara tegas melarang umat Islam untuk mencela Tuhan yang disembah umat
agama lain. Di dalam Surat al-An'am ayat 108 diterangkan berkaitan etika komunikasi
dengan non muslim atau ketika bergaul dengan umat agama lain, dilarang mencaci
sesembahan mereka.
Asbabun nuzul Surat al-An'am ayat 108 bermula dari salah seorang umat Islam yang
mencela Tuhan orang musyrik. Kemudian, Allah SWT melalui Surat al-An'am ayat 108
memperingatkan umat Islam agar tidak mencela Tuhan mereka lagi. Sebagaimana disebutkan
ك زَ يَّنَّا لِ ُكلِّ أُ َّم ٍة َع َملَهُ ْم ثُ َّم إِلى َربِّ ِه ْم َمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبِّئُهُ ْم بِما
َ ُِون هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْدواً بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َكذل
ِ َوال تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن د
َكانُوا يَ ْع َملُون
Terjemahnya:
“dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah,
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang
1
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya setiap makhluk sosial tidak boleh melakukan
sifat tercela seperti memaki atau menistakan akidah-akidah suatu keyakinan yang telah
dari Ma'mar dari Qatadah: "Di zaman Nabi dulu, ada seorang muslim yang mencela
sesembahan orang-orang kafir, lalu celaan tadi dibalas oleh orang kafir dengan berlebihan.
Mereka mengolok-olok Allah SWT dengan celaan yang amat dan tanpa didasari ilmu.
Berdasarkan kejadian itu, menurut riawayat Qatadah, turunlah Surat al-An'am ayat
108 sebagai respon dari perilaku orang muslim. Allah SWT berfirman: laa tasubbulladziina
yad’uuna min duunillaahi (Dan janganlah kamu memaki Tuhan-Tuhan yang mereka sembah
selain Allah).
Allah SWT memberikan petunjuknya pada setiap kaum atau golongan atau kelompok
agar tidak menghina terhadap orang-orang yang berbeda keyakinan serta tidak memaksa
kaum musyrikin untuk mengubah keyakianannya. Dengan adanya ayat diatas mengkaji
secara implisit pada setiap kaum atau golongan dilarang menghina atau menistakan serta
Sebagaimana memahami isi kandungan al-Qur’an terhadap surah al-An’am ayat 108.
Ayat tersebut memberikan perintah kepada Nabi Muhammad saw agar dalam menjalankan
dakwahnya tidak menyinggung perasaan kaum musyrikin atau selain kaum Mu’minin.
Dakwah yang baik sebaiknya dilakukan dengan bahasa yang baik, sehingga hasilnya pun baik
dan juga bisa buruk. Apabila dakwahnya menggunakan bahasa yang kasar maka hasilnya
jauh lebih buruk lagi. Melainkan dengan menghina atau mencela simbol-simbol kesucian
agama mereka. Oleh karena itu maka Allah SWT menurunkan ayat tersebut supaya tidak
menimbulkan sebuah konflik pada setiap perbedaan keberagamaan, ras, suku maupun
2
ُون هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْدواً بِ َغي ِْر
ِ َوال تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن د
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan…”
umat manusia baik muslim maupun non muslmim dilarang untuk menghina keyakinan
keberagamaan, ras, suku, maupun budaya pada seseorang, karena akan menimbulkan
seseorang akan semakin menjauh dari kebenaran serta akan berbalik memaki Allah swt tanpa
pengetahuan.
Imam Ali bin Abi Thalhah juga meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas tentang
larangan mencela sesembahan agama lain. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ali bin Abi
Thalhah, dari Ibnu Abbas, mengenai ayat ini, Mereka berkata: `Hai Muhammad, berhentilah
memaki Tuhan-Tuhan kami atau kami akan mencela Tuhanmu. Kemudian, Allah SWT
Surat al-An'am ayat 108 mengajarkan kepada umat Islam agar senantiasa dalam
berdakwah tidak mencela ajaran agama lain. Memang tugas setiap muslim adalah mengajak
kepada kebenaran, akan tetapi jika dakwahnya tidak disertai sikap arif dan bijaksana, maka
yang terjadi hanya sikap keras kepala serta perilaku tidak senonoh kepada Allah SWT.
Berdakwalah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dan sesuai amanat Surat al-
An'am ayat 108. Berdakwah tanpa menyinggung perasaan serta mencela umat agama lain.
Pekerjaan jurnalis adalah satu profesi yang menyajikan berita melalui media massa
diinginkannya sesuai dengan hak asasinya sebagai warganegara. Namun demikian, dalam
menjalankan tuas-tugas jurnalistik, seorang jurnalis tidak berarti dapat melakukan peliputan
3
dan penulisan berita dengan sebebas-bebasnya. Sebagai seorang pribadi yang memiliki naluri
kemanusiaan, jurnalis pula mesti memahami kondisi dan perasaan orang lain dalam
berinteraksi.
sebagaimana boleh dilihat di televisi, surat kabar, dan majalah-majalah yang mewah. Profesi
sebagai wartawan (jurnalis) dalam masyarakat sangatlah penting, sama pentingnya dengan
peran yang dimainkan oleh para ilmuwan, cendikiawan dan para ulama. Seorang wartawan
harus memberikan informasi yang akurat, lengkap, jelas, jujur serta aktual, dan juga dapat
memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan dan transformasi. Selain itu wartawan
dapat terlepas dari tanggungjawab. Jurnalis Muslim perlu mencontohi kejujuran Nabi
Muhammad Saw. Dalam Jurnalis yang dibutuhkan saat ini adalah seorang wartawan adalah
kejujuran. Kejujuran dalam mengumpulkan data, mengola dan menyajikan berita, sehingga
jurnalis mesti memahami tentang etika dalam jurnalistik. Begitupula dengan sifat-sifat dalam
ajaran Islam lainnya, sangat penting untuk diketahui serta diimplementasikan dalam dunia
jurnalisme.
Dalam kaitannya dengan surah Al-An’am, Allah SWT menganjurkan kepada para
orang lain, baik dengan ucapan dan perbuatan. Ini merupakan salah satu etika yang harus
dimiliki oleh seorang jurnalis dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Yaitu
menjaga kehormatan orang lain dan tidak menjatuhkannya, baik berupa celaan ataupun
hinaan kepada mereka. Tugas setiap muslim adalah mengajak kepada kebenaran serta
4
Allah SWT memerintahkan setiap umat manusia agar tidak saling menghina, baik dari
segi keyakinan keberagamaan, ras, suku, maupun budaya pada seseorang. Karena hal tersebut
akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti misalkan orang yang dihina atau
dicela tersebut balik memperlakukan kita dengan hal yang sama. Oleh karenanya dalam dunia
jurnalisme, menjaga nama baik seorang tokoh atau Lembaga yang hendak diberitakan
sangatlah penting. Tidak boleh mengeluarkan ucapan atau tulisan yang bisa saja menjatuhkan
reputasi dari orang atau lembaga tersebut, apatah jika sampai menyebarluaskannya kepada
khalayak umum.
Oleh karenanya sebagai seorang jurnalis Muslim, kita dituntut untuk melaksanakan
fungsi informasi dan edukasi yang Islami. Tentu semua itu tidak terlepas dari etika-etika yang
benar dalam menyampaikan informasi dan juga pesan-pesan dakwah dari para jurnalis
dengan menanamkan etika tersebut agar informasi dan pesan dakwah yg hendak disampaikan
Referensi: