Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ADAB BERBICARA MENURUT ISLAM

Oleh:

TAUFIK PELU
80100219095

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الر حمن الرحيم‬

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya
kehidupan serta alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda
habibullah Muhammad saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa Ajaran
Agama yang sempurna yang dapat menyelamatkan manusia kepada kenikmatan dan kebahagiaan
yang abadi dialah surga yang menjadi dambaan setiap Insan yang taat.

Disni Penulis mencoba untuk membuat Makalah dengan Judul Adab Berbicara Menurut
Islam dalam makalah ini penulis mencoba untuk menjelasakan bagaimana Adab-adab Seorang
Islam dalam Berbicara.

Penulis berusaha dengan segala kemampuan serta keterbatasan, sehinggah jika makalah
ini belum sempurna maka kritik serta saran sangat dibutuhkan guna memperbaiki kesalahan atau
kekurangan yang ada pada makalah ini agar bisa menjadi perbaikan di kemudian hari.

Makassar, 28 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………….
B. Rumus Masalah…………………………………………………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Penegertian Adab Dalam Islam………………………………..…………………………………………


B. Adab-Adab Berbicara Menurut Islam………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………

1. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………..
2. SARAN……………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia zaman sekarang sudah mengalami yang namanya perubahan dalam pola pikir,
maupun tutur kata, semakin hari banyak yang mengucapkan kata-kata kotor dalam berbicara dan
tidak memikirkan perasaan orang yang ada disekitarnya, mereka melupakan bahwa ada norma
yang berlaku di masyarakat sekitar, dan mereka tidak mengetahui dampak buruk dari perkataan
kasar yang mereka ucapkan.

Banyak pula manusia yang tidak menjaga perasaan orang lain, dengan mengucapkan kata
kasar, sehingga telah banyak kasus yang kita jumpai akibat ucapan yang kasar dan tidak menjaga
perasaan orang lain, contohnya bisa diambil dari banyak kasus yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri akibat kata-kata buruk yang dilontarkan oleh orang yang tidak suka
dengannya. Ada pula yang awalnya hidupnya susah dan tidak percaya diri,  lantas orang tersebut
menjadi kaya raya dan menjadi percaya diri dengan kata-kata positif yang didapatnya. Contoh:
semangat, jangan pernah menyerah karena kamu pasti bisa

Oleh sebab itu Islam mengatur segala aspek kehidupan yang berlaku untuk seorang
muslim, termasuk dalam hal berbicara dan berkata-kata yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Demikian juga yang diajarkan oleh nabi Muhammad saw melalui hadist-hadistnya. 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, dapat dirumuskan
permasalahannya yakni, sebagai berikut:

a. Apa Pengertian Adab dalam Islam?


b. Bagaimana Adab-adab Berbicara menurut Islam?

C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui pengertian Adab menurut Islam


b. Untuk mengetahui Adab-adab Berbicara dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adab dalam Islam

Adab adalah salah satu istilah di dalam bahasa Arab yang artinya adalah adat kebiasaan.
Kata ini menunjuk kepada suatu jenis kebiasaan, etiket, dan pola tingkah laku yang dianggap
sebagai model. Selama dua abad pertama dalam kemunculan agama islam, istilah adab ini
membawa implikasi makna etika dan juga sosial. Kata dasar Ad pada kata adab artinya adalah
sesuatu yang menakjubkan, atau persiapan untuk pesta. Di dalam pengertian ini sama halnya
dengan kata urbanitas, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti pada masyarakat.

Adat kebiasaan di dalam kebudayaan lainnya selain dalam kebudayaan islam sangat
ditentukan oleh kondisi lokal, oleh karena itu tunduk pada beberapa perubahan yang terjadi pada
setiap kondisi tersebut. menurut W.G Summer berbagai macam kebutuhan yang muncul
berulang kali di suatu waktu tertentu, akan muncul beberapa kebiasaan individual dan juga adat
kebiasaan dalam suatu kelompok. Namun kebiasaan yang muncul tersebut adalah konsekuensi
yang secara tidak disadari muncul, dan tidak diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu.

Akhlak di dalam agama islam tidak bersifat tidak sadar, adab dan kebiasaan dalam islam
berasal dari dua sumber utama di dalam islam. Yaitu dari al-quran dan sunnah, perbuatan dan
kata-kata nabi serta perintahnya secara tidak langsung. Maka akhlak islam itu jelas wahyunya
berasal dari Allah SWT.

B. Adab-Adab Berbicara Dalam Islam

1. Berbicara yang baik

Ketika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja.
Sebagaimana telah Allah perintahkan,

ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًايُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم ۗ َو َمن يُ ِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬
‫َظي ًما‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Dalam kitab Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
‫ب‬ ِ ‫ارَأ ْب َع َد َما بَ ْينَ ْال َمس‬
ِ ‫ْر‬ ِ َّ‫َّن َما فِ ْيهَا يَه ِْوى بِهَا فِي الن‬yُ ‫ِإ َّن ْال َع ْب َد لَيَتَ َكلَّ ُم بِ ْال َكلِ َم ِة َما يَتَبَي‬
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa
dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh
dari jarak timur dengan barat”

2. Berkata yang jujur

Teladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur.
Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur
dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun.

ِّ ‫ِإ َّن‬yَ‫ ف‬، ‫ق‬


َ ‫ ْد‬y‫الص‬
ْ‫ ِدي‬y‫ق يَ ْه‬ ِ ‫ َعلَ ْي ُك ْم بِالصِّ ْد‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ ق‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ب ِن َم ْسعُوْ د َر‬
،‫ب‬ ْ ُ ً
َ ‫ ِذ‬y‫ َوِإيَّاك ْم َوال َك‬، ‫ ِّد ْيقا‬y‫ص‬ ْ
ِ ِ‫ َد هللا‬y‫َب ِعن‬ ْ
َ ‫ق َحتى يُكت‬ َّ َ ‫ ْد‬y‫الص‬ ِّ ‫ رَّى‬y‫ق َويَتَ َح‬ ُ ‫ ُد‬y‫ص‬ْ َ‫ َو َما يَزَ ا ُل ال َّر ُج ُل ي‬، ‫ َوِإ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِديْ ِإلَى ال َجن ِة‬، ِّ‫ِإلَى ْالبِر‬
َّ ْ
‫َب ِع ْن َد هللاِ َك َّذابًا‬َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫ َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذبُ َويَتَ َحرَّى ْال َك ِذ‬، ‫ار‬ ِ َّ‫ َوِإ َّن ْالفُجُوْ َر يَ ْه ِديْ ِإلَى الن‬، ‫ب يَ ْه ِديْ ِإلَى ْالفُجُوْ ِر‬ َ ‫فَِإ َّن ْال َك ِذ‬

Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahualaihi


wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku
jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa
berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).”
[ Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386) At-Tirmidzi
berkata, “Hadits ini hasan shahih.

3. Tidak Mengghibah

Salah satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang
dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam kitab Shahih
Muslim hadits no. 2589 dijelaskan,

‫ك‬ َ ‫ أ‬y‫ك َأ َخ‬ َ ‫ ُر‬y‫ ِذ ْك‬: ‫ا َل‬yyَ‫ولُهُ َأ ْعلَ ُم ق‬y‫الُوا هَّللا ُ َو َر ُس‬yyَ‫ َأتَ ْدرُونَ َما ْال ِغيبَةُ ق‬: ‫ال‬ َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫ وَِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه فَقَ ْد بَهَتَه‬yُ‫يل اَفَ َراَيْتَ ِإ ْن َكانَ فِي َأ ِخي َما َأقُو ُل قَا َل ِإ َّن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ِدا ْغتَ ْبتَه‬ َ ِ‫بِ َما يَ ْك َرهُ ق‬

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah
dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-
hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya
bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah
melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya,
berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

4. Tidak Berdusta

Yang dimaksud dusta di sini adalah menyampaikan kabar yang tidak benar.

Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahualaihi


wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku
jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa
berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).”
(Ahmad (I/384); al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386)

5. Tidak Memotong Pembicaraan

Adab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka
memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan egois.

Al-Hasan Al-Bashri berkata,

‫د‬yy‫ع على أح‬yy‫ و ال تقط‬, ‫ول‬yy‫ن الق‬yy‫ و تعلم حسن االستماع كما تتعلم حس‬, ‫إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول‬
‫حديثه‬

“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat
mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik
sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong
pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)

6. Tidak Mengolok-olok Orang Lain

Allah hanya melihat ketakwaan seseorang, bukan bentuk fisiknya. Hal ini telah
disebutkan dalam firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan


sekumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik…” (Qs.Al Hujurat 11)

Selain itu, mencela dan mengolok-olok juga merupakan perbuatan zolim terhadap orang lain
karena akan menimbulkan sakit hati korbannya.
7. Melihat Wajah lawan bicara

Jika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut.
Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
ْ ‫َظ َرةٌ َوِإلَ ْي ُك ْم ن‬
ُ‫َظ َرةٌ ثُ َّم َأ ْلقَاه‬ ْ ‫ َش َغلَنِي هَ َذا َع ْن ُك ْم ُم ْن ُذ ْاليَوْ َم ِإلَ ْي ِه ن‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اتَّ َخ َذ خَاتَ ًما فَلَبِ َسهُ قَا َل‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ّ
َ ‫إن َرس‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan)
kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat
kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304)

8. Antusias

Dengarkanlah orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita
pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan baik.

‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,

‫إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد‬

“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar
mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah
mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala 5/86)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adab berbicara menurut Islam adalah suatu anjuran dalam penagamalan Agama itu
sendiri sebagai bentuk menjalankan perintah agar menjadi Insan yang mulia yang memiliki
kesempurnaan Adab serta Akhlak yang karimah.

Adapun depenisi Adab dalam Bahasa Arab yang berarti Adat Kebiasaan Kata ini
menunjuk kepada suatu jenis kebiasaan, etiket, dan pola tingkah laku yang dianggap sebagai
model. istilah adab ini membawa implikasi makna etika dan juga sosial, dalam pengertian ini
sama halnya dengan kata urbanitas, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti pada
masyarakat.

Sedangkan Adab-adab Berbicara menurut Islam yang bisa di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari di antaranya :

 Berbicara Yang baik


 Tidak berdusta
 Tidak mengghibah
 Berkata Jujur
 Tidak mengolok-olok
 Tidak memotong pembicaraan Orang lain
 Menatap Wajah lawan berbicara
 Antusias

B .SARAN

Sebainya sebagai seorang dai atau mubalig memliki serta menerapkan adab-adab dalam
berbicara sehingga membuat kesan yang baik bagi orang lain sebab para dai adalah seorang
sulitauladan yang akan menjadi contoh bagi yang orang lain.
DAFATAR PUSTAKA

https://izi.or.id/adab-berbicara-dalam-islam

http://www.dakwatuna.com/2015/05/22/69038/adab-dan-etika-berbicara-dalam-islam/
#ixzz6qYcYfnNZ

https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berbicara

https://umroh.com/blog/adab-berbicara-seorang-muslim

https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berbicara

Anda mungkin juga menyukai