Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak Dan Tasawuf

Dosen Pengampu :
Erni Yusnita, M.Pd

Disusun Oleh :
Dewi Ariyanti 2111030193
Kholimafi Nestiana 2111030145

Kelas : E
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehigga penyusunan makalah yang berjudul "AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT”
dengan lancar. Tanpa pertolongan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erni Yusnita, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Akhlak Dan Tasawuf yang telah membimbing kami dan juga
memberikan tugas ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman kontribusi selama penyusunan
makalah ini. yang telah membantu dan memberi kontribusi selama penyusunan makalah ini.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak sangat kami harapkan
untuk kebaikan makalah kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman
dan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 04 April 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..…iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….……1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….………1
C. TUJUAN…………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak…………………………………………………………………………3
B. Akhlak terhadap masyarakat………………………………………………………………3
C. Hubungan Dengan Tetangga……………………………………………………………....6

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN……………………………………………………………………..……..9
B. SARAN……………………………………………………………………………..……10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan
dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk.
Akhlak merupakan dimensi nilai dariSyariat Islam. Kualitas keberagaman justru
ditentukan oleh nilai akhlak. Jikasyariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah,
maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat
darikeikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusu’annya, berjuang dilihat dari kesabarannya,
haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensi dengan perbuatan, harta dilihat dari
aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan,
bukan apa yang diterima.Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai
dariSyariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi,
sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. AgamaIslam sebagai aturan atau
sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama
atau sebagai hukum di maksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan,
agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras wajib! dan larangn keras haram!,ada
juga perintah anjuran sunat! dan larangan anjuran makruh!.Dalam kehidupan bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara kita sebagai umat yang senantiasa
bersosialisasi, berinteraksidengan yang lainnya, khususnya umat muslim, sudah
sepantasnya kita menampilkan akhlak mulia yang telah dicontohkan oleh "rasulullah saw
dan para sahabat beliau yang diridhoi oleh Allah swt. Berakhlak muliadi dalam bertetangga
sangat perlu untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari % hari. Sebagai sesama umat
yang seakidah kita perlu menjaga keharmonisan persaudaraan yang didasarkan atas
kesamaan di dalam berkeyakinan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah yang
terdapat dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak.

1
2. Bagaimana akhlak dalam bermasyarakat
3. Bagaimana hubungan dengan tetangga

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian akhlak
2. Akhlak terhadap masyarakat.
3. Hubungan Dengan Tetangga

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Secara etimologi ( lugbatan) akhlak dalam Bahasa Arab adalah jamak dari Khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai akhlak atau tabiat berakar dari kata Khalaqa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluk yang dibuat dan khalaq (
penciptaan). Dengan asal tersebut maka definisi akhlak adalah tata perilaku seseorang terhadap
orang lain dan lingkungan.
Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku seseorang yang diposting oleh suatu tu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Kesamaan akar kata di
atas mengisyaratkan bawah dalam akhulaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara
kehendak Khaliq ( Tuhan) dengan perilaku perilaku makhluk atau manusia.

B. Akhlak Terhadap Masyarakat


Akhlak terhadap masyarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau
kehidupan.
Kita harus memperhatikan saudara kaum muslim semuanya dan juga tetangga kita.
Tetangga selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan titik seperti yang diriwayatkan dari
Anas ra. Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga ia suka saudaranya sebagai mana ia
menyukai dirinya nya. HR Bukhari.
Dari hadits sahih bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Tidak masuk orang-orang yang tetangganya tidak seorang pria dari melihatnya" ( HR.
Muslim ).
Kehidupan di masyarakat pastilah akan datang kegiatan silaturahmi. Orang yang berakhlak
baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahmi karena ini dapat menguatkan hubungan
sesama muslim. Beberapa hal kegiatan dalam masyarakat yaitu:
1. Bertamu dan menerima tamu

3
Bersilaturahmi adalah salah satu budaya dalam berkerabat. Salah satu cara bersilaturahmi
adalah dengan datang ke rumah kerabat atau biasa disebut bertamu. Kendati kita semua
bertamu dengan niat yang baik yaitu menjalin persaudaraan, tetapi kita juga perlu
memerhatikan etika atau adab dalam melakukannya.
Sebelum masuk rumah, yang bertamu hendaklah meminta izin untuk penghuni rumah dan
setelah itu mengucapkan salam dengan firman Allah SWT :
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu masuk rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya titik yang demikian itu lebih
baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. QS. An nur 24:27).
Rasulullah SAW bersabda :
"Jika seorang diantara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu tidak bolehkan, maka hendak
lah dia kembali. HR Bukhari Muslim
Meminta izin untuk pemilik rumah dilakukan maksimal tiga kali itu memiliki sebab,
diantaranya :
1. Ketukan pertama sebagai terlampir untuk pemilik rumah bahwa telah
kedatangan tamu.
2. Ketukan kedua memberikan waktu untuk barang-barang yang mungkin
berantakan dan siap segala sesuatu yang diperlukan.
3. Ketukan ketiga biasanya pemilik rumah sudah siap membukakan pintu titik
akan tetapi biasa saja pada waktu ketukan kedua pemilik rumah sudah
membukakan pintu, tergantung situasi dan kondisi pemilik rumah.
Dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab yang ditulis oleh Muhammad bin
Ahmad bin Salim As-Safarini disebutkan tentang adab bertamu:

‫ب‬َ ِ‫سأ َ َل صَاح‬


ْ َ‫ َوأَنْ ََل ي‬، ٍ‫شبَع‬ َّ ‫ ِم ْن َها أ َ ْك ُل ال‬: ‫ور‬
ِ ِ‫ َو ََل يَ ْعت َ ِذ ُر ب‬، ‫طعَ ِام‬ ٍ ‫يف فِي أ ُ ُم‬ِ ‫ْف فَ ُه َو أَنْ يُبَاد َِر إلَى ُم َوافَقَ ِة ا ْل ُم ِض‬ِ ‫ضي‬ ُ ‫َوأ َ َّما آد‬
َّ ‫َاب ال‬
َ َ‫ِف إذَا أَجْ ل‬
‫سه ُ فِي َمكَان‬ ُ ‫ َو ََل يُ َخال‬، ‫طلَّ ُع إلَى نَاحِ يَ ِة ا ْل َح ِر ِيم‬ َ َ‫عنْ ش َْيءٍ مِ نْ د َِار ِه س َِوى ا ْل ِق ْبلَ ِة َو َم ْو ِض ِع ق‬
َ َ ‫ َو ََل يَت‬. ‫ضاءِ ا ْل َحا َج ِة‬ َ ‫ا ْل َم ْن ِز ِل‬
َ ِ‫ َوإِذَا َرأَى صَاح‬، ‫س ِل يَ َديْ ِه‬
‫ب ا ْل َمنْ ِز ِل قَ ْد ت َ َح َّركَ بِ َح َر َك ٍة فَ َل يَ ْمنَعُه ُ ِم ْن َها‬ َ ْ‫ َو ََل يَ ْمتَنِ ُع ِمن‬. ‫َوأَك َْر َمه ُ بِ ِه‬
ْ ‫غ‬
Adab bertamu adalah sesegera mungkin beradaptasi dengan tuan rumah dalam beberapa hal:
antara lain
1. Menyantap makanan (yang dihidangkan), tak perlu beralasan sudah kenyang,

4
2. Tidak bertanya pada tuan rumah tentang sesuatu di rumahnya kecuali arah kiblat dan
toilet,
3. Tidak mengintip ke arah tempat wanita,
4. Tidak menolak ketika dipersilakan duduk di suatu tempat dan (tidak menolak) ketika
diberi penghormatan,
5. Membasuh kedua tangan (ketika hendak makan dengan tangan),
6. Ketika melihat tuan rumah bergerak untuk melakukan sesuatu, jangan mencegahnya.
Jika kita hendak menginap di rumah rekan atau saudara, kita juga harus memerhatikan
adabnya seperti yang ada pada hadits berikut:

َ ‫ص َدقَة ٌ َو ََل يَحِ ُّل لَه ُ أَنْ يَثْ ِو‬


‫ي ِع ْن َدهُ َحت َّى يُحْ ِر َجه‬ َ ‫الضيَافَة ُ ث َ َلثَةُ أَيَّ ٍام فَ َما بَ ْع َد ذَ ِلكَ فَ ُه َو‬
ِ ‫ُ َو‬

Jamuan hak tamu berjangka waktu tiga hari. Lebih dari itu, jamuan adalah sebuah sedekah.
Tidak boleh bagi tamu untuk menginap di suatu rumah hingga ia menyusahkannya, (HR. Bukhari
Muslim)
Etika-etika tentang bertamu ini baiknya diamalkan dengan serius agar kita dapat menjalin
hubungan dengan sesama dengan baik.
Dalam Islam, ternyata bukan hanya ada adab ketika bertamu tetapi ada juga adab menerima
tamu. Pada sebuah hadits, Rasulullah menganjurkan umatnya agar memuliakan tamu:

َ ‫ُ َمنْ كَانَ يُ ْؤ ِم ُن بِاهللِ َواليَ ْو ِم اآلخِ ِر فَلْيُك ِْر ْم‬


‫ض ْيفَه‬

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan
tamunya, (HR Muslim).
Adab memperlakukan tamu juga tertulis dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-
Adab:

ِ ‫ب الْ ُم ِض‬
‫يف‬ ِ ‫ َو ِمنْ آدَا‬- ‫شة ُ َخ ْي ٌر ِمنْ ا ْلق َِرى‬ َ ‫ ا ْلبَشَا‬:َ‫ َف َق ْد قِيل‬،ِ‫ط ِب َو ْج ِهه‬
َ ‫س‬ْ َ‫ َوا ْلب‬،‫ضيَا َفهُ َويُ ْظ ِه َر لَ ُه ْم ا ْل ِغ َنى‬ ْ َ ‫يف أَنْ يَ ْخ ُد َم أ‬
ِ ‫ب ا ْل ُم ِض‬ ِ ‫مِ نْ آدَا‬
،‫ َويَتَأَلَّ ُم ِع ْن َد َودَا ِع ِه ْم‬،‫ش ِع ْن َد قُدُو ِم ِه ْم‬ ِ ‫الز َما َن ِب ُحض‬
ُّ َ‫ َويَب‬،‫ُور ِه ْم‬ َّ ‫شك َُو‬ ْ َ‫ َو ََل ي‬،‫ َو ََل يَنَا َم قَبْلَ ُه ْم‬،‫أ َ ْيضًا أَنْ يُ َح ِدث َ ُه ْم بِ َما تَمِي ُل إلَيْ ِه أ َ ْنفُسُ ُه ْم‬
ْ‫علَ ْي ِه أ َ ْيضًا أَن‬
َ ‫ َو‬. َ‫ور عَلَى قُل ُوبِ ِه ْم ِبك ُِل َما أ َ ْمكَن‬
َ ‫س ُر‬ُّ ‫علَى أ َ َح ٍد ِب َحض َْرتِ ِه ْم لِي ُ ْدخِ َل ال‬
َ ‫َب‬ُ ‫ بَ ْل ََل َي ْغض‬،ِ‫َّث بِ َما يُ َر ِوعُ ُه ْم ِبه‬ َ ‫َوأَنْ ََل َيت َ َحد‬
ْ َ ‫طعَا َم إلَى أ‬
‫ضيَافِه‬ َّ ‫ِيرتِ ِه إذَا قَ َّد َم ال‬
َ ‫عش‬ َ ْ‫ض ُر ِمن‬ُ ‫ َوأَنْ ََل يَنْت َ ِظ َر َمنْ يَ ْح‬،‫ِيه ْم‬ ْ َ ‫ِيَأ ْ ُم َر بِحِ ْفظِ نِعَا ِل أ‬
ِ ‫ َويَتَفَقَّ َد ِغ ْل َمانَ ُه ْم بِ َما يَ ْكف‬،ِ‫ضيَافِه‬

5
Sebagian adab penerima tamu (kepada tamunya) adalah
1. Melayani para tamu (dengan menyediakan jamuan),
2. Menampakkan kondisi serba cukup, dan
3. menunjukkan wajah gembira ada pepatah mengatakan, ‘Menunjukkan wajah riang
gembira lebih baik dari memberi suguhan (tanpa disertai wajah yang gembira)’. Adab
penerima tamu yang lain adalah
4. Mengajak ngobrol para tamu dengan hal-hal yang disukai mereka,
5. Tidak tidur terlebih dahulu sebelum mereka pergi atau beristirahat,
6. Tidak mengeluh tentang waktu dengan kehadiran mereka,
7. Menampakkan wajah berseri-seri ketika para tamu datang,
8. Merasa sedih saat mereka pergi,
9. Tidak bercakap tentang sesuatu yang membaut mereka takut,
10. Tidak marah kepada siapa pun selama mereka bertamu agar sebisa mungkin tetap
tertanam suasana bahagia di hati mereka. Bagi penerima tamu,
11. Hendaknya memerintahkan kepada para tamu agar menjaga sandal mereka,
12. Memberi sesuatu (oleh-oleh) kepada anak-anak kecil dari para tamu, dan
13. Tidak menunggu orang yang akan datang ketika ia masih menyuguhi jamuan kepada para
tamunya,”
(Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini, Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-
Adab, juz 2, hal 116-117.

C. Hubungan Dengan Tetangga


Para sahabat diserang rasa penasaran. Mereka memperhatikan Muhammad SAW
menyatakan sebuah pernyataan hingga tiga kali, "Demi Allah, seseorang tidak beriman." Agar
segera mendapatkan jawaban, mereka bertanya, "Siapa itu ya Rasul?" Jawabannya, orang yang
tetangganya tidak aman dari gangguannya.
Dalam kesempatan lain, Muhammad melalui hadis yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim, menuturkan, siapa saja yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir hendaknya
tidak menyakiti tetangganya. Islam memberikan panduan agar seorang Muslim berbuat dan
menjalin hubungan baik dengan tetangganya.

6
Sopian Muhammad, dalam bukunya, Manajemen Cinta Sang Nabi, menjelaskan, begitu
tinggi kedudukan tetangga di hadapan Rasulullah sehingga beliau menjaga dan memberikan
hak-hak mereka. Lebih jauh, mereka dianggap sebagai saudara terdekatnya. Tak heran, para
tetangganya diperlakukan dengan kasih sayang.
Aisyah pernah mendengar suaminya itu menceritakan mengenai Jibril yang tak henti-
hentinya berwasiat kepadanya tentang tetangga. Beliau berlaku baik terhadap tetangganya
dengan menyampaikan salam, bertegur sapa, serta menanyakan kabar mereka.
Salam akan menumbuhkan benih cinta di antara sesama Muslim, termasuk kepada
tetangganya yang seagama itu. Saling mengucapkan salam dapat mencairkan kekakuan dan
menghapus prasangka yang mungkin semula berkembang di dalam hati.
Abdullah bin Amr bin Ash pernah memperoleh pelajaran bahwa amalan yang paling baik
dalam Islam adalah memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang dikenal
maupun yang belum dikenal. Berkah dan kebaikan dari Allah akan dicurahkan oleh Allah SWT
kepada pemberi salam.
Bukan salam saja yang menjadi dasar bagi hubungan baik dengan tetangga. Memuliakan
dan berbuat baik kepada mereka dicontohkan oleh Muhammad. Caranya, dengan menjaga
nama baik tetangga, tidak membuka aibnya, dan memelihara hubungan dekat dengan tetangga.
Allah telah memandu umat-Nya. Seorang Muslim mesti berbuat baik kepada kedua orang
tuanya, kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat dan jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya. Muslim diingatkan, Allah tak menyukai orang yang
sombong dan membanggakan diri.
Memberi sesuatu kepada tetangga merupakan bagian dari amal baik kepada mereka. Rasul,
misalnya, kerap memberi makanan kepada tetangganya yang dhuafa. Meski ia sendiri hidup
tak berkecukupan, keadaan itu tak menghalanginya untuk tetap berbagi kepada tetangganya.
Termasuk dalam memasak, dia meminta agar apa yang dimasak keluarganya bisa dinikmati
oleh tetangga meskipun sekadar kuah sayur. Abu Dzar pernah memperoleh pelajaran mengenai
hal itu dari sahabatnya, Muhammad. Jika memasak sayur, jelas Abu Dzar, perbanyaklah kuah
dan perhatikan tetangga.
Tak selayaknya seorang Mukmin kenyang, sedangkan tetangganya dalam kondisi
kelaparan. Nabi Muhammad sering pula memberikan hadiah kepada tetangganya. Ia

7
menganjurkan untuk saling menyampaikan hadiah yang niscaya bakal menumbuhkan rasa
saling mencintai.
Pemberian sekecil apa pun dari tetangga sepatutnya tak diremehkan. "Para Muslimah,
janganlah ada seseorang pun yang meremehkan hadiah tetangga meskipun itu adalah sepotong
kaki kambing," kata Rasulullah mengingatkan. Skala prioritas perlu diterapkan dalam memberi
kepada tetangga.
Aisyah pernah menanyakan hal itu kepada Nabi. Bila ada dua tetangga, pilihlah yang paling
dekat pintunya. Nabi memberi teladan ini dengan memberi kepada para ahli sufah yang biasa
tinggal di masjid karena miskin dan tak memiliki tempat tinggal. Kebetulan tempat tinggal
Nabi dekat masjid.
Bila suatu saat tetangga jatuh sakit, dianjurkan untuk menjenguk dan mendoakan agar
segera disembuhkan. Apalagi, dijenguk adalah salah satu hak seorang Muslim terhadap
Muslim lainnya. Ada lima hak, yaitu menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi
jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin.
Ustaz Aam Amiruddin dalam Bedah Masalah Kontemporer mengatakan, dalam surah an-
Nisa ayat 36 diperintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga dekat dan jauh. Maksud
tetangga dekat adalah tetangga yang masih ada hubungan nasab atau seagama.
Sedangkan, tetangga jauh, urai dia, adalah tetangga yang tak ada hubungan nasab atau
berbeda agama. Dengan demikian, Muslim diperintahkan untuk menghomarti tetangganya,
baik yang Muslim maupun non-Muslim.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluk yang dibuat dan khalaq (diciptakan).
Dengan asal tersebut maka definisi akhlak adalah tata perilaku seseorang terhadap orang lain
dan lingkungan. Akhlak secara etimologi berarti tingkah laku seseorang yang diposting oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak terhadap
masyarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dilakukan secara spontan tanpa
pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau kehidupan. Kita harus memperhatikan
saudara kaum muslim semuanya dan juga tetangga kita. Tetangga selalu ada ketika kita
membutuhkan bantuan titik seperti yang diriwayatkan dari Anas ra. "Tidaklah percaya seorang
dari kalian hingga ia suka saudaranya sebagai mana ia menyukai dirinya sendiri." Orang yang
berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahmi karena ini dapat memperkuat
hubungan sesama muslim. Bersilaturahmi adalah salah satu budaya dalam berkerabat. Salah
satu cara bersilaturahmi adalah dengan datang ke rumah kerabat atau disebut bertamu. Hai
orang-orang yang percaya janganlah kamu masuk rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuni titik yang demikian itu lebih baik bagimu,
agar kamu (selalu) ingat. bolehkan, maka hendaklah dia kembali. Orang yang berakhlak baik
biasanya senang dengan bertamu atau silaturahmi karena ini dapat memperkuat hubungan
sesama muslim. Bersilaturahmi adalah salah satu budaya dalam berkerabat. Salah satu cara
bersilaturahmi adalah dengan datang ke rumah kerabat atau disebut bertamu. Hai orang-orang
yang percaya janganlah kamu masuk rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuni titik yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat. bolehkan, maka hendaklah dia kembali. Salah satu cara bersilaturahmi adalah dengan
datang ke rumah kerabat atau disebut bertamu. Hai orang-orang yang percaya janganlah kamu
masuk rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuni titik yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. bolehkan, maka
hendaklah dia kembali. Salah satu cara bersilaturahmi adalah dengan datang ke rumah kerabat
atau disebut bertamu. Hai orang-orang yang percaya janganlah kamu masuk rumah yang bukan

9
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuni titik yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. bolehkan, maka hendaklah dia kembali.

B. SARAN
Dari beberapa penjelasan di atas tentang “AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT"
pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat, dan penyusun
Makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Akhlak Dan
Tasawuf, oleh karena itu penulis makalah ini mengharapkan kepada para pembaca
mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar pembuatan makalah yang akan datang lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://anurwasilah.blogspot.com/2012/03/paper-akhlak-bermasyarakat-dan.html

http://nurhudabiover.blogspot.com/2014/04/makalah-aik-ii-akhlak-bermasyarakat-dan_3.html

https://id.scribd.com/doc/53672265/Makalah-Ahlak-Bernegara

11

Anda mungkin juga menyukai