Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tidak Mencela Meskipun Dengan Isyarat


“Digunakan untuk Memenuhi Tugas Kelompok serta Diskusi Mata Kuliah
Tafsir Tematik I”
Dosen Pengampu : Ali Hamdan MA, Ph. D

Disusun oleh :
Kelompok 9
Ika Hilmiatus Salamah (210204110001)
Muhammad Fadhil Anwar (210204110014)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq,
serta inayah-Nya. Dan maha suci yang telah memberi kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah menuntun kita
dari jalan kegelapan menuju jalan kebenaran.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ali Hamdan MA,
Ph. D. selaku dosen pengampu dari mata kuliah Tafsir Tematik I yang sangat membantu
dalam penyelesaian makalah ini, serta teman-teman dan semua pihak terkait yang telah
membantu penyelesaian makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih.

Demikianlah makalah ini kami buat, walaupun terdapat kesalahan dan


kekurangan. kami sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan
sangat mengharapkan kepada pembaca untuk kritik, saran, serta tegur sapa untuk
perbaikan makalah kami berikutnya.

Malang, 1 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

2.1 Pengertian Mencela ....................................................................................3


2.2 Pengertian Isyarat ......................................................................................4
2.3 QS. Al-Hujurat ayat 11 ..............................................................................4
2.3.1 Asbabun nuzul Surat Al-Hujurat ayat 11 .........................................7
2.3.2 Tafsir perkata Surat Al-Hujurat ayat 11 ..........................................8
2.3.3 Tafsir keseluruhan Surat Al-Hujurat ayat 11 .................................8
2.3.4 Fikih Sosial Surat Al-Hujurat ayat 11 ...............................................9
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................11
3.2 Saran ............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bukunya Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga, akhlak madzmumah dibagi
menjadi dua bagian yaitu maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir yaitu seperti
lisan (berbicara kotor, mencaci, julit), telinga, tangan, berbuat yang tiak baik.
Sedangkan maksiat batin adalah marah, dengki, dongkol, hasad, irihati, sombong.
Seorang muslim sebisa mungkin menghindari akhlak madhmumah (akhlak yang
tercela) karena dalam perbuatan tersebut bisa merugikan dan menyakiti hati orang
lain. Mencela, mengolok-olok dan memanggil dengan sebutan yang tidak baik
misalnya, apabila hal itu dilakukan secara terus akan berdampak tidak baik terhadap
kesehatan dan mental jiwa orang yang dicela. Dan tentu perbuatan tersebut adalah
perbuatan yang tidak disukai Allah SWT sebagaimana sudah diatur dalam Al-Qur’an
surat Al-Hujurat ayat 11.

Pada saat ini banyak sekali fenomena-fenomena yang sering terjadi disekitar atau
mungkin secara tidak sadar hal itu pernah terjadi pada diri sendiri bagi orang yang
pernah mengalaminya. Berbicara perihal tubuh atau fisik, memiliki tubuh yang ideal
dan proposional merupakan suatu dambaan setiap manusia, tubuh ideal dan
proposional adalah tubuh yang memiliki keseimbangan antara berat dan tinggi. Sejak
zaman dahulu perempuan dari tiap daerah memiliki standart kecantikan masing-
masing, berawal dari situ masyarakat memiliki standart ideal dalam menilai tubuh
seseorang.

Adanya standart ukuran yang ditetapkan memungkinkan seseorang


membandingkan antara tubuh seseorang dengan seseorang yang lainnya. Berawal
dari membandingkan hingga secara tidak langsung berujung pada mencela karena
dirasa ada ketidak sesuaian dengan standart yang terukur dalam dirinya. Seringkali
terdengar celaan atau ejekan-ejekan terhadap orang yang memiliki kondisi fisik,
penampilan fisik, yang dinilai cukup berbeda dengan orang pada umumnya.

1
Contohnya celaan atau ejekan terhadap orang yang memiliki tubuh gemuk yang
disamakan dengan hewan yang bertubuh besar seperti, gajah, kingkong, badak, tidak
hanya orang yang bertubuh gemuk saja orang yang bertubuh kecil, berkulit hitam,
bertubuh kurus seringkali terdengar ejekan-ejekan tersebut. Maka dalam hal itu
dengan adanya kasus- kasus sperti ini mari kita akan kupas lebih dalam lagi yaitu
dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian menegenai tidak mencela ?
2. Apa pengertian mengenai isyarat ?
3. Bagaimana ayat Al-Qur’an surat Al- Hujurat ayat 11 mengenai tidak mecela
walaupun dengan isyarat ?
4. Bagaiaman asbabun nuzul mengenai suratsurat Al- Hujurat ayat 11 mengenai
tidak mecela walaupun dengan isyarat ?
5. Bagaiamana tafsirsurat Al- Hujurat ayat 11 mengenai tidak mecela walaupun
dengan isyarat ?
6. Bagaimana fiqih sosial surat Al-Hujurat ayat 11 mengenai tidak mecela walaupun
dengan isyarat ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahu pengertian dari tidak mecela
2. Untuk mengetahui pengertian dari isyarat
3. Untuk mengetahui tanggapan surat al hujurat ayat 11 mengenai tidak mecela
walaupun dengan isyarat
4. Untuk mengetahui asbabun nuzul yang terjadi pada surat Al-Hujurat ayat 11
5. Untuk mengetahui tafsiran para ulama mengenai surat Al-Hujurat ayat 11
6. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada fiqih sosial yang berkaitan dengan surat
Al-Hujurat ayat 11

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian tidak mencela

Mencela atau yang sering dikenal dikalangan masyarakat perbuatan mencela ini
adalah olok-mengolok yang mana berupatasi tidak baik atau tidak sepatutnya
dilakukan karena akan menyebabkan seseorang tersebut merasa tersakiti hatinya.

Dalam KBBI sendiri ini mengartikan menccat, melecehkan, meledek, menghina,


meperolok-olok baik dalam hal apapun iu sangat tidak baik dan mencela termasuk
perbutan tercela yang seharusnya tidak dilakukan pada seseorang tersebut.1

Apabila sekarang dalam suatu kumpulan kita memeperolok- olok orang tersebut
sebelumnya harus muhasabah diri terlebih dahulu, misalnya jika saya sendiri di olok-
olok orang tersebut dihadapan banyak orang kita pastinya akan merasa malu, dan
akan merasa tidak suka terhadap orang tersebut.

Nah berangkat dari persoalan ini jika kita tidak suka dengan orang jangan samapai
kita memperolok-oloknya, jika memungkinkan kita akan menasehatinya dan jika
tidak bisa doakan saja semoga Allah akan membuka hatinya untuk bisa menerima
nasehat yang diberikan oleh orang sekitarnya. Dalam hidup akan tentram jika tidak
ada sebuah masalah yang mana masalah itu kita datangkan sendiri, seperti
memperolok-olok kita akan tidak disukai oleh orang tersebut. Jadi dalam hal ini kita
harus tidak menumbuhkan rasa saling menghina, rasa saling mencela, rasa saling
meledek, belum tentu orang yang kita ledek, atau orang kita hina, itu jauh lebih
buruk dari kita. Karena justru orang yang kita ledek atau hina biasanya lebih sukses
daripada orang yang mengejeknya atau merendahkanya.

“KBBI,” https://kbbi.web.id/mencela, diakses pada tanggal 5 November 2022 08.39.


1

3
2. Pengertian isyarat
Kata isyarat dikalangan generasi saat ini atau pada zaman sekarang sudah
tidak asing lagi karena mereka sering menggunakan isyarat ini di waktu-waktu
tertentu. Baik dalam kondisi apapun.
Jika dikaitkan dengan KBBI yaitu isyarat ini mempunyai arti sebagai kode
atau simbol atau gesture atau tanda yang sering digunakan jika tangan telunjuk
ditaruh di depan bibir maka tandanya harus diam dan masih banyak lagi, yang
mana disembunyikan dari hal yang kebiasan atau bersuaranya yaitu dikenal
dengan isyarat.2
Isyarat bukan hal yang baru dan sudah lama dikenal oleh masyarakat
biasanya mereka sering menggunakan ketika terhadap anak kecil, yang mana
mereka dibohongi dengan kedipan mata, atau yang lainnya sesuai juga dengan
tradisi orang tersebut menggunakannya.
Pada pembahsan kali ini isyarat disandingkan dengan kata tidak mencela
dalam surat Al-Hujurat ayat 11 ini ada larangan yang mana kita tidak boleh
mencela meskipun dengan isyarat, jadi kita tidak diperbolehkan untuk mengolok
olok atau menghina dengan isyarat misalnya kita membandingkan ada orang yang
tinggi dan pendek terus tangan kita menggeserkan, kemudian ada orang yang
yang gemuk kemudian menirukan seperti kingkong dan jalanya mengangkang.
Maka seperti itu dalam islam yang ditekankan dalam surat Al-Hujurat ayat 11
tidak boleh mencelameskipun dengan isyarat .

3. Ayat Al-Qur’an mengenai tidak mencela walaupun dengan isyarat

‫سا ٰٓ ٌء ِّمن‬ ۟ ُ‫س ٰٓى أَن َي ُكون‬


َ ‫وا َخي ًْرا ِّم ْن ُه ْم َو ََل ِّن‬ ۟ ُ‫َٰٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِّينَ َءا َمن‬
َ ‫وا ََل َي ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِّمن قَ ْو ٍم‬
َ ‫ع‬

‫س‬ ۟ ‫س ُك ْم َو ََل تَنَا َب ُز‬


ِّ َ‫وا ِّب ْٱْل َ ْلق‬
َ ‫ب ۖ ِّب ْئ‬ َ ُ‫س ٰٓى أَن َي ُك َّن َخي ًْرا ِّم ْن ُه َّن ۖ َو ََل ت َْل ِّم ُز ٰٓو ۟ا أَنف‬ َ ٍ‫سآٰء‬
َ ‫ع‬ َ ‫ِّن‬
َّ ‫ٱْلي َم ِّن ۚ َو َمن لَّ ْم َيتُبْ فَأ ُ ۟ولَٰٓئِّكَ ُه ُم‬
َ‫ٱلظ ِّل ُمون‬ ِّ ْ َ‫وق َب ْعد‬
ُ ‫س‬ُ ُ‫ٱِلِّ ْس ُم ْٱلف‬

KBBI, “Https://Motivasee.Com/Kamus/Isyarat/,diakses pada tanggal 5 November 2022, 09.36.


2

4
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.3

4. Asbabun Nuzul
)‫(َل يَ ْسخ َُر قَ ْو ٍم مِّ ْن قَ ْو ٍم‬
َ Adh-Dhahhak mengatakan, ayat ini turun terkait dengan
delegasi Bani Tamim (yang telah disebutkan pada sebab turunnya ayat pertama
dari surah ini). Mereka menghina orang-orang miskin dari kalangan para sahabat:
Amma Khabbab, Ibnu Fuhairah, Bilal, Shuhaib, Salman, Salim maula Abu
Hudzaifah, dan yang lainnya karena melihat keadaan mereka yang miskin. Lalu
turunlah ayat ini terkait dengan orang-orang yang beriman dari delegasi tersebut."
Mujahid mengatakan, "itu adalah penghinaan dan perendahan orang kaya
terhadap orang miskin." Ibnu Zaid mengatakan, "Orangyang dosa-dosanya
ditutupi Allah SWT janganlah menghina orang yang dosanya dibuka oleh Allah
swt. Sebab, barangkali dibukanya dosa-dosa orang tersebut ketika di dunia lebih
baik bagi dirinya daripada ketika di akhirat."
Ada yang mengatakan, 'Ayat ini turun terkait dengan Tsabit bin Qais bin
Syammas. Saat seseorang menghina dengan menyebut-nyebut ibunya pada masa
jahiliyah, Tsabit menyembunyikan diri karena malu.
Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat ini." Ada yang mengatakan, 'Ayat
ini turun terkait dengan Ikrimah bin Abu fahal ketika ia datang ke Madinah
sebagai seorang Muslim. Saat kaum Muslim melihat lkrimah, mereka mengata-
ngatai dirinya, "Putra Fir'aun umat ini." Ia pun mengadukan hal tersebut kepada
Rasulullah saw.,lalu turunlah ayat ini."
Kesimpulannya, tidak menutup kemung-kinan kejadian-kejadian yang
melatar belakangi sebab turunnya ayat ini lebih dari satu. Sebab, tidak menutup
kemungkinan masing-masing kejadian yang disebutkan di atas menjadi sebab
turunnya ayat ini. Yang diperhitungkan adalah keumuman redaksi, bukan
kekhususan sebab.

“Https://Tafsirweb.Com/9781-Surat-Al-Hujurat-Ayat-11.Html,”.
3

5
ِّ َ‫)و ََل تَنَا َب ُزوا ِّباْل َ ْلق‬lbnu
(‫ب‬ َ Abbas mengatakan, "Saat Shafiyyah Binti Huyaiy
bin Akhthab mengadukan kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, para
perempuan mencela dan mengatai-ngataiku, 'Perempuan Yahudi, anak dari orang
tua Yahudi.' Beliau berkata kepadanya, 'Mengapa tidak kamu balas
dengan,'Bapakku adalah Nabi Harun, pamanku adalah Nabi Musa, dan suamiku
adalah Nabi Muhammad.'Lalu Allah SWT menurunkan ayat ini." Ada yang
mengatakan, ayat ini turun terkait dengan istri-istri Nabi Muhammad saw. yang
menghina Ummu Salamah dengan mengata-ngatainya pendek.

(‫ساء‬ َ ِّ‫)و ََل ن‬At-Tirmidzi,


َ ِّ‫سا ٌء مِّ ن ن‬ َ Nasa'i, Abu Dawud, dan lbnu Majah
meriwayatkan dari Abu fabirah bin Adh-Dhahhah ia berkata,'Ada seorang laki-
laki dari kami memiliki dua atau tiga panggilan, saat ia dipanggil dengan salah
satu nama panggilannya, kemungkinan ia tidak suka dipanggil dengan nama
panggilan tersebut, lalu turunlah ayat ini."
Tirmidzi mengatakan, "lni adalah hadits hasan!' Hakim dan yang lainnya
meriwayatkan dari hadis Abu fabirah iuga, ia berkata, "Pada masa iahiliyah,
orang-orang biasa memiliki julukan, lalu Rasulullah saw. memanggil seorang
laki-laki dengan nama julukannya. Ada yang mengatakan kepada beliau, "Wahai
Rasulullah, orang itu tidak suka dipanggil dengan nama julukannya." Allah SWT
pun menurunkan ayat ini." Redaksi riwayat Ahmad dari Abu fabirah adalah
seperti berikut. 'Ayat ini turun terkait dengan kami, Bani Salimah. Saat Rasulullah
saw tiba Madinah, setiap orang dari kami rata-rata memiliki dua atau tiga nama
panggilan. jika beliau memanggil seseorang dengan salah satu nama
panggilannya, orang-orang berkata, 'Wahai Rasulullah, ia marah dan tidak suka
dengan nama panggilan itu.Lalu turunlah ayat ini."4

Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili, “Tafsir Munir, Jilid 13 ”, Jakarta, Gema Insani, 2016.
4

6
5. Tafsir dan Makna ayat
a. Tafsir perkata surat al hujurat ayat 11
(‫ )َلَ يَ ْسخ َُر‬jangan menghina, meremehkan, dan mencela. As-sukhrryryah dan
as-sikhraa, maknanya al-izdiraa' wal ihtiqaar (menghina dan meremehkan).
Dikatakan, sakhira bihi atau sakhira minhu. Tindakan as-sukhriyyah juga bisa
dalam bentuk menirukan perkataan, perbuatan, atau isyarat.

(‫ )قَ ْو ٌم‬kaum laki-laki. Al-qaum khusus untuk sekumpulan orang lakilaki karena
mereka adalah para qawwaam (pemimpin) kaum perempuan.

َ ُ‫)و ََل ت َْالمِّ ُز ْوا أْ ْنف‬


(‫س ُك ْم‬ َ janganlah sebagian dari kalian mencela sebagian yang lain,
jika kalian mencela, kalian akan balik dicela. Al-lamz, mencela dan
menunjukkan aib seseorang dengan perkataan, isyarat dengan tangan atau
mata, atau yang semacam itu.

ِّ ‫)و ََل تَنَابَ ُزوا ِّباْل َ ْلقَا‬janganlah


(‫ب‬ َ kalian saling memanggil dengan julukan yang tidak
menyenangkan. An-nabz khusus digunakan memanggil julukan yang tidak
baik, contoh, wahai orang fasik dan kafir.

ِّ َ‫سو ُق بَ ْعد‬
(‫اْل ْي َمان‬ َ ْ‫ )بِّئ‬seburuk-buruk nama dan sebutan, yang telah
ُ ُ‫س ا َِّل ْس ُم الف‬
disebutkan di atas berupa penghinaan, pencelaan, dan julukan buruk. Mereka
dijuluki fasik setelah beriman dan keimanan mereka sudh diketahui.
Maksudnya, merupakan perbuatan tercela menisbahkan kefasikan dan
kekufuran kepada orang-orang Mukmin. Diambil dari ucapan , thaara ismuhu
fil aafaaqi, namanya terkenal sampai penjuru langit.

(‫)و َم ْن لَ ْم يَتُب‬
َ barangsiapa tidak bertobat dari hal yang dilarang tersebut.

7
َّ ‫ (فَأ ُ ْو َلئِّكَ هُ ُم ال‬mereka itulah orang-orang yang zalim, meletakkan tindakan
) َ‫ظا ِّل ُم ْون‬
maksiat ke tempat ketaatan, dan menyebabkan diri berpotensi terkena adzab.5

b. Makna ayat

Sebagai makhluk sosial, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan
manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia
menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling
menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan atau tertib, disiplin,
menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya.

Surat Al-Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata
kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah
satu kandungan yang terdapat dalam surat al-Hujurat berisi perintah untuk
melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadinya pertikaian, serta penjelasan
tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat
Muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya
pertikaian tersebut. Sebab pertikaian bukan merupakan ajaran Islam, terlebih lagi
disebabkan oleh hal yang sederhana, seperti halnya mengolok-olok.

Orang-orang yang beriman adalah mereka yang membenarkan segala sesuatu


yang diperintahkan Allah SWT dan juga Rasul-Nya. Kata “yaskhar” memperolok-
olokkan ialah menyebut kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang
bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku.6

mengatakan bahwa mengolok-olok itu dilarang karena di dalamnya terdapat


unsur kesombongan yang tersembunyi, tipu daya, dan penghinaan terhadap orang
lain. Juga tidak adanya pengetahuan tentang tolak ukur kebaikan di sisi Allah.
Sesungguhnya ukuran kebaikan di sisi Allah didasarkan kepada keimanan,
keikhlasan, dan hubungan baik dengan Allah Ta’ala. Tidak diukur dengan
penampilan, postur tubuh, kedudukan, dan harta. Dengan demikian jelaslah

Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili, “Tafsir Munir, Jilid 13 ”, Jakarta, Gema Insani, Halaman 447, 2016.
5

Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili, “Tafsir Munir, Jilid 3 ”, Jakarta, Gema Insani, Halaman 585, 2016.
6

8
bahwa mengolok-olok itu hukumnya haram karena dapat memutuskan
persaudaraan, menimbulkan perselisihan dan permusuhan.7

Contoh mengolok-olok misalnya dengan meniru perkataan atau perbuatan


atau dengan menggunakan isyarat atau menertawakan perkataan orang yang
diolokkan apabila ia keliru perkataanya terhadap perbuatannya atau rupanya yang
buruk.8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat 11 surat al-Hujurat ini


mengandung larangan khususnya bagi kaum mukminin dan mukminat:

1. Larangan Mengolok-olok orang lain

2. Larangan mencela diri sendiri

3. Larangan Memanggil-manggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk

4. Perintah bertaubat

6. Fikih sosial

Ayat-ayat di atas menunjukkan beberapa hukum sebagai berikut :

Berdasarkan pengertian larangan yang terdapat dalam ayat 11, Allah SWT
mengharamkan tiga hal yaitu :

1. as-sukhriyyah : merendahkan dan meremehkan, menyoroti aib, mencari


kelemahan seseorang.
2. al-Iamz : celaan dalam bentuk ucapan
3. at-tanaabuz : saling menghina, salik olok-mengolok.

Barangsiapa melakukan sesuatu yang dilarang Allah SWT dari ketiga hal tersebut,
ia fasik dan itu tidak boleh. Karena ia menzalimi orang lain, berarti ia menzalimi
dirinya sendiri dengan menyebabkan dirinya terancam adzab jika ia tidak bertobat.

7
Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi, “Duruus Fi Tafsir : Tafsir Juz Amma" , Jakarta, Pustaka Al-Kautsar,
Halaman 387, 2019.
8
M.Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur'an,” Ciputat : Lentera Hati,
2001 .

9
Alasan larangan di sini sangat jelas, adanya kemungkinan orang yang
diremehkan, dihina, dan dijuluki dengan buruk adalah lebih baik dari si pelaku.
Terkait dengan julukan yang menyinggung perasaan, ada pengecualian, orang yang
sudah biasa dikenal dengan julukan tersebut, bahkan ia tidak dikenal kecuali dengan
julukan tersebut, seperti al-Araj, al-Ahdab, dan al-Amasy.

Adapun julukan-julukan yang baik, seperti julukan ash-Shiddiq untuk Abu Bakar,
al-Faruq untuk Umarbin Khaththab, Dzun Nurain untuk Utsman bin Affan, Dzu
Syahadataini untuk Khuzaimah, Dzu Syimalaini untuk Abu Hurairah, Dzul Yadaini
untuk al-Khirbaq bin Amr, Asadullah untuk Hamzah, Saifullah untuk Khalid bin
Walid, itu boleh, bisa diterima, dan lazim berlaku baik di kalangan masyarakat Arab
maupun non-Arab. Oleh karena itu, memberi nama dengan nama yang baik adalah
hal yang diperintahkan. Zamakhsyari menuturkan, Rasulullah saw. Bersabda :

‫ب أ َ ْس َما ِّئ ِّه ِّإلَ ْي ِّه‬


ِّ ‫س ِّم َيهُ ِّبأ َ َح‬
َ ُ‫علَى ال ُمؤْ ِّم ِّن أ َ ْن ي‬
َ ‫ق ال ُمؤْ ِّم ْن‬
ِّ ‫ِّم ْن َح‬
"Di antara hak seorang Mukmin atas orang Mukmin lainnya adalah menamainya
dengan nama yang paling disukainya." Memberi nama kunyah termasuk Sunnah dan
adab yang baik.

Umar binKhaththab berkata, "Sebarkanlah nama-nama kunyah, karena ia adalah


pengingat." Abu Bakar diiuluki al-'atiiq, Umar bin Khaththab dengan al-faaruuq,
Hamzah dengan asadullaah, Khalid bin Walid dengan saifullaoh. Sangat langka
orang-orang terkenal pada masa jahiliyah dan Islam, yang tidak memiliki nama
julukan. Berbagai julukan yang baik seperti ini masih terus berlaku dan lumrah di
kalangan masyarakat Arab maupun nonArab dalam berbagai perbincangan dan
tulisan mereka.9

Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili, “Tafsir Munir, Jilid 13 ”, Jakarta, Gema Insani, Halaman 488, 2016
9

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi dalam surat Al-hujurat ayat 11 ini sudah jelas larangan untuk semua
orang tidak boleh mencela satu sama lain baik dalam keadaan apapaun dan dalam
kondisi apapun meskipun dengan isyarat, karena kita tidak tahu bahwa orang yang
kita olok-olok atau kita hina itu jauh lebih baik darpada yang menolok-olok atau
menghinanya, dan kita tidak tahu nasib seseorang akan seperti apa. Dan juga
misal orang tersebut sakit hati ketika ada yang mengejeknya dan orang tersebut
berdoa tentang kita untuk kejelekan maka akan terkabul, karena doa orang yang
didzalimi akan terkabul.
Dan juga sebelum kita mengejeknya mari bermuhasabah diri apakah orang
yang mengejeknya ii sudah sempurna seperti Allah, maka tidak mungkin jika
sempurna karena kesempurnaan ini hanya milik Allah, manusia tidak mungkin
tidak membutuhkan satu sama lain dan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

B. SARAN
Kami harap setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menambah
wawasan dan lebih memahami mengenai arti tidak mencela meskipun dengan
isyarat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Shihab,M.Quraish.“Tafsir Al-Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. ”


Ciputat : Lentera Hati. 2001 .

Al-Qardhawi,Yusuf.“Duruus Fi Tafsir : Tafsir Juz Amma". Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.


Halaman 387. 2019.

“Az-zuhaili, Wahbah. “Tafsir Munir. Jilid 13 ”.Jakarta. Gema Insani. 2016.


Https://Tafsirweb.Com/9781-Surat-Al-Hujurat-Ayat-11.Html.Diakses pada tanggal 5
November 2022 09.58.
“KBBI, Https://Motivasee.Com/Kamus/Isyarat/,”diakses pada tanggal 5 November 2022
09.36.
“KBBI,”” https://kbbi.web.id/mencela, diakses pada tanggal 5 November 2022 08.39.

12

Anda mungkin juga menyukai