Anda di halaman 1dari 13

Hadis Menjawab Fenomena Sikap Eksklusivisme

(Memisahkan Diri Dari Jamaah - Masyarakat) Hadis Anjuran Pergaulan, Senyum


Ramah-Tamah, Berteman.
“Diajukan untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pada mata kuliah Hadist Populer”

Dosen Pengampu:
Dr. Juli Julaiha Pulungan, M. Ag

Disusun Oleh
Kelompok 11:
Hasnah (0406192032)
Faza Lulu (0406192037)
M. Ikhsan Dafani (0406192027)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji syukur penulis


panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hadits Populer yang berjudul
“Hadis Menjawab Fenomena Sikap Eksklusivisme (Memisahkan Diri Dari Jamaah -
Masyarakat) Hadis Anjuran Pergaulan, Senyum Ramah-Tamah, Berteman”.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman Hadis Menjawab Fenomena Sikap Eksklusivisme
(Memisahkan Diri Dari Jamaah - Masyarakat) Hadis Anjuran Pergaulan, Senyum Ramah-
Tamah, Berteman.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk pemakalah, kritik dan saran bersifat membangun dari pembaca,
tentu saja sangat kami perlukan demi perbaikan penulisan atau penyusunan makalah
selanjutnya.
Akhir kata, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah kami ini.

Medan, 15 Desember 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................1
1.3. Tujuan .................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................3
2.1. Pengertian Pergaulan ............................................................2
2.2. Hadis tentang pergaulan .......................................................2
2.3. Pergaulan menurut Al-qur’an ...............................................3
2.4. Beramah-tamah ....................................................................5
2.5. Hadis tentang beramah-tamah ..............................................5
2.6. Berteman..............................................................................6
2.7. Hadis tentang berteman ........................................................7
BAB III. PENUTUP .................................................................................9
3.1. Kesimpulan ..........................................................................9
3.2. Saran ....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akhlak mulia dalam pergaulan laki-laki dan perempuan berperan penting dalam mewujudkan
suatu kehidupan bermakna, damai dan bermartabat. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan
moral sebagai manifestasi dari pendidikan agama.
Sering kali terdengar bila bicara soal akhlak laki-laki dan perempuan yang kerap terdengar adalah
segala penyimpangannya, tetapi ada juga akhlak yang sangat kontras yaitu mereka yang menjaga
akhlaknya. Merekamenghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu, bahkan banyak juga yang masih
remaja sudah hapal Al-Qur‘an.
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha orang-orang bertakwa.
Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke derajat yang tertinggi. Tidak ada amalan yang
lebih berat dalam timbanganseorang muslim dihari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik.
Pengarahan yang tepat ialah dengan mengikuti contoh konkret lewat keteladanan Rasulullah saw.
Dengan dukungan orang tua dan pendidikan formal, insyaAllah akan memperkuat dasar akidah remaja
sehingga dia akan siap terjundalam pergaulan masyarakat yang lebih luas. Dia biasa menjalankan
tanggung jawabnya terhadap diri sendiri danlingkunganya yang semuanya akan bermuara pada realisasi
tanggung jawabnya kepada Allah swt.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pergaulan?
2. Bagaimana hadis tentang pergaulan?
3. Bagaimana pandangan Pergaulan menurut Al-Qur'an?
4. Bagaimana Hadis tentang Berama-tamah?
5. Bagaimana Hadis tentang Berteman?
6. Bagaimana Hadis tentang Memilih teman?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pergaulan.
2. Unutk mengetahui hadits tentang pergaulan
3. Untuk mengetahui pandangan pergaulan menurut Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui hadis tentang beramah tamah
5. Untuk mengetahui hadits tentang berteman
6. Untuk mengetahui hadis tentang memilih teman

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pergaulan


Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang
berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Pergaulan merupakan kelanjutan dari prosesinteraksi sosial yang terjalin antara individ u dalam
lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang
terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu
relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih. Beda dengan orangyang hanya sesekali bertemu
atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung.
Pergaulan terbagi dua, pergaulan positif dan negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa
kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal–hal yang positif. Sedangkanpergaulan
yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi
remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah
terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia
belum tahu apakah itu baik atau tidak.
Perilaku pergaulan bebas dewasa ini sangat populer dikalangan remaja. Perilaku pergaulan bebas
tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang kerap terjadi di lingkungan
masyarakat karena perilaku pergaulan bebas ini dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan
atau norma sosial yang berlaku. Perilaku pergaulan bebas sering terjadi pada usia remaja dimana remaja
sedang sibuk mencari identitas diri. Fenomena penyimpangan tersebut masih banyak terjadi dalam
lingkungan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergaulan bebas diantaranya; (1)
Rendahnya kontrol diri; (2) Rendahnya kesadaran diri remaja terhadap bahaya pergaulan bebas; (3)
Nilai-nilai keagamaan cenderung kurang; (4) Gaya hidup yang kurang baik; (5) Rendahnya taraf
pendidikan keluarga; (6) Keadaan lingkungan keluarga yang kurang harmonis; (7) Minimnya perhatian
orang tua; (8) Pengaruh teman sebaya; dan (9) Pengaruh Internet.
2.2. Hadits Tentang Pergaulan
Hadits Pertama
َّ ‫ي َرأْ أس أَ َح أدكُ ْم أب َمخأ يْطٍ مأ ْن َح أد ْي ٍد َخي ٌْر لَهُ مأ ْن أَ ْن َي َم‬
ُ‫س ا ْم َرأَةً ََل تَحأ ُّل لَه‬ ْ ُ‫أِل َ ْن ي‬
ْ ‫ط َعنَ فأ‬
Artinya: Sesungguhnya andai kepala seseorang ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi itu
lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal atau bukan mahram [H.R Ath Tabrani]
Dalam hadits di tersebut sangat jelas larang bersentuhan antara pria dan wanita yang bukan mahram,
bahkan di analogikan lebih baik kepala ini di tusuk jarum yang panas daripada bersentuhan dengan
wanita yang bukan mahram.

2
Sekarang kita lihat, bagaimana perilaku pemuda kita yang melakukan pergaulan bebas, mereka
sudah tidak segan segan untuk berpegangan bahkan melakukan hal hal yang di luar batas.1

Hadits Kedua

ُ ُ‫َيخط‬
: ‫ب يَقُ ْو ُل‬ ْ ‫س أم ْعتُ رسول هللاأ صلى هللا عليه و سلم‬
َ : ‫ضى هللاُ َ ْعنهُ قَا َل‬
‫ع ْنهُ َر أ‬
َ ‫َو‬
ْ ‫سافأ ُر ْال َم ْرأَةُ أاَلَّ َم َع‬
َ َ‫ فَق‬.‫أذي َمحْ َر ٍم‬
.ٌ‫ام َر ُجل‬ َ ُ‫َلَيَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بأإأ ْم َرأَةٍ اأَلَّ َو َمعَ َهاذُ ْو َمحْ َر ٍم َوَلَ ت‬
‫ط أل ْق‬ ْ ‫أإن ْأإم َرأَتأى خ ََر َج‬
َ ‫ اأ ْن‬: ‫ فَقَا َل‬،‫ت َحا َّجةً َو أإنأى أا ْكتَتَبْتُ فأى غ َْز َوةٍ َكذَ َاو َكذَا‬ َّ ،‫يارسول هللا‬:‫فقال‬
)‫ (متفق عليه‬. َ‫ج َم َع إأ ْم َرأَتأك‬
‫فَ َح أ‬
Artinya: “Ibnu Abbas berkata : “Saya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬berkotbah, “Janganlah seorang
laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan (hendaklah) ditemani mahramnya, dan
janganlah bepergian seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya. “Seorang berdiri dan berkata:
Ya Rasulullah ‫ﷺ‬, istri saya keluar untuk haji, dan saya telah mendaftarkan diri pada peperangan anu
dan anu.” Maka beliau bersabda, “Pergilah dan berhajilah bersama istrimu.” [HR Bukhari Muslim]

Hadits Ketiga

َّ ‫أََلَ َلَ يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل با ْأم َرأَةٍ أإَلَّكاَنَ ثَا ألثَ ُه َما ال‬
َ ‫ش ْي‬
ُ‫طان‬
Artinya: “Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali
yang ketiganya adalah setan” [HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim].
Maksud Hadits ke dua dan ketiga ditersebut menjelaskan tentang larangan kita berduaan antara pria dan
wanita di tempat sunyi kecuali jika sang wanita di temani oleh saudaranya yang semahrom, baik kakak,
adik atau paman.
Berduaan di tempat sunyi ini biasanya adalah berpacaran dan ini peluang besar untuk berbuat zina,
dan semua sarana yang mengantarkan kepada perbuatan haram maka haram untuk di lakukan, salah
satunya adalah berkhalwat.
Dan di hadits ketiga di sebutkan juga bahwa yang ketiga selain mereka adalah syetan yang akan
menggoda kita agar berbuat dosa yang lebih besar lagi, yaitu berzina.2

1
At-Targhib (lihat juz ill. hal 66)
2
Al-A’zhami, Muhammad Musthafa Al-A’zhami, Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, terj. Oleh Meth
Kiereha, Jakarta: Lintera, 1995.

3
2.3. Pergaulan menurut Al-Qur’an
a. Menjaga pandangan
Sebagaimana telah diatur dalam Q.S An-Nur ayat 30

َ ‫ار أه ْم َو َيحْ فَظُ ْوا فُ ُر ْو َج ُه ْۗ ْم ٰذلأكَ اَ ْز ٰكى لَ ُه ْۗ ْم ا َّأن ه‬


‫ّٰللا َخ أبي ٌۢ ٌْر أب َما‬ ‫ص أ‬َ ‫قُ ْل أل ْل ُمؤْ أمنأيْنَ َيغُض ُّْوا أم ْن اَ ْب‬
َ‫صنَ ُع ْون‬
ْ ‫َي‬
Artinya: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat."
Pada ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk menjaga pandangan terhadap
lawan jenis yang bukan mahramnya. Pria harus dapat mengendalikan dan menjaga pandangan serta
mengendalikan hawa nafsunya, terlebih juga bagi perempuan.3
b. Larangan berbuat zina
Allah SWT melaknat dan melarang orang-orang mendekati dan berbuat zina. Sebagaimana
dalam firman-Nya dalam Q.S. Al-Isra ayat 32

َ ‫س ۤا َء‬
‫سبأي ًْل‬ َ ‫شةً َْۗو‬ ‫َو ََل تَ ْق َربُوا أ‬
‫الز ٰن ٓى اأنَّهٗ َكانَ فَ أ‬
َ ‫اح‬
Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk."
c. Menutup aurat
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk tidak menampakkan auratnya kepada
yang bukan mahramnya. Sebagaimana terkandung dalam surah An-Nur ayat 31.

‫ظ َه َر أم ْن َها‬ َ ‫َظنَ ُف ُر ْو َج ُه َّن َو ََل يُ ْب أديْنَ أز ْينَتَ ُه َّن ا َّأَل َما‬ ْ ‫اره َّأن َو َيحْ ف‬ ‫ص أ‬ َ ‫ضضْنَ أم ْن اَ ْب‬ ُ ‫ت َي ْغ‬ ‫َوقُ ْل أل ْل ُمؤْ أم ٰن أ‬
‫ع ٰلى ُجي ُْو أب أه َّۖ َّن َو ََل يُ ْب أديْنَ أز ْينَتَ ُه َّن ا َّأَل ألبُ ُع ْولَتأ أه َّن اَ ْو ٰا َب ۤا ِٕى أه َّن اَ ْو ٰا َب ۤا أء بُ ُع ْولَتأ أه َّن اَ ْو‬
َ ‫َو ْل َيض أْربْنَ أب ُخ ُم أره َّأن‬
ْ ‫س ۤا ِٕى أه َّن اَ ْو َما َملَك‬
‫َت‬ َ ‫اَ ْبن َۤا ِٕى أه َّن اَ ْو اَ ْبن َۤا أء بُعُ ْولَتأ أه َّن اَ ْو ا ْأخ َوانأ أه َّن اَ ْو بَنأ ْٓي ا ْأخ َوانأ أه َّن اَ ْو بَنأ ْٓي اَخ َٰوتأ أه َّن اَ ْو نأ‬
‫ت‬ َ ‫ع ٰلى‬
‫ع ْو ٰر أ‬ َ ‫ظ َه ُر ْوا‬ ْ َ‫الط ْف أل الَّ أذيْنَ لَ ْم ي‬
‫الر َجا أل اَ أو أ‬ ‫اَل ْربَ أة أمنَ أ‬ ‫غي أْر اُو ألى ْ أ‬ َ َ‫اَ ْي َمانُ ُه َّن اَ أو التَّا أب أعيْن‬
‫س ۤا أء ََّۖو ََل يَض أْربْنَ أبا َ ْر ُج أل أه َّن أليُ ْعلَ َم َما ي ُْخ أفيْنَ أم ْن أز ْينَتأ أه ْۗ َّن َوتُ ْوب ُْٓوا األَى ه أ‬
َ‫ّٰللا َج أم ْيعًا اَيُّهَ ْال ُمؤْ أمنُ ْون‬ َ ‫النأ‬
َ‫لَعَلَّكُ ْم تُ ْف أل ُح ْون‬
Artinya : "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang"

3
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, juz V, tk: Dar Tayyibah linnasyr wa al-Tauzi: 1999

4
2.4. Beramah-tamah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ramah berarti baik hati dan merarik budi
bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenagkan dalam pergaulan.
Jadi dapat kita simpulkan bahwasanya ramah itu merupakan sikap bersahabat dan merasa senang
saat berjumpa dengan orang lain. Biasanya sikap ramah ditandai dengan tersenyum ketika berjumpa
dengan seseorang baik teman, keluarga, ataupun orang lain dan menyapa serta menjawab pertanyaan
yang mereka lontarkan, bahkan tidak segan untuk memberikan bantuan kepada siapapun. Dalam Islam,
sikap ramah merupakan salah satu bentuk dari akhlakul karimah atau perbuatan yang terpuji dan Rasul
pun melarang kita sebagai umat Islam meremehkan perbuatan ini.
Setiap orang pasti senang melihat pribadi yang memiliki sifat ramah, sopan santun dan selalu
menebar salam, sapa kepada siapapun yang ia jumpai dengan tulus. Orang semacam ini lah yang
menyejukkan pandangan, menentramkan qolbu, dan dapat dijadikan teman yang baik. Karena biasanya
hatinya jauh dari angkuhan dan kedengkian, sehingga dalam pergaulan tidak mudah menimbulkan
perselisihan.
Dengan bersikap ramah kita mudah memperoleh banyak teman, dapat menjalin ikatan
persaudaraan yang kuat, menumbuhkan rasa kasih sayang juga dapat menumbuhkan rasa kepedulian
antar sesama serta disayangi Allah Subhanahu Wata’ala.
Namun pada kenyataannya masih sedikit sekali orang yang mengaplikasikan hal tersebut dan lebih
memilih untuk bertahan dalam keadaan muka yang masam, acuh dan tidak bersahabat, sehingga
terkadang kita jengah dengan orang semacam ini.

2.5. Hadits tentang Beramah-tamah


Rasul jelaskan dalam sebuah hadist:
(( ‫ولو‬ ْ ً ‫شيْئا‬ َ ‫ َلَ تَحْ ق َأر َّن منَ الم ْع ُروفأ‬: ‫ قا َل لي النبي صلى هللا عليه و سلم‬: ‫عن أبي ذر رضي هللا عنه قال‬
ٍ ‫ط ْل‬
‫ق‬ َ ‫))أن ت َْلقَ أَخَاكَ أب َوجْ ٍه‬.
ْ
Dari Abi Dzar Radiallahu “Anhu berkata: “ Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda”:
“Sesungguhnya, janganlah engaku remehkan sekecil apa pun dari sebuah kebaikan walau sekedar
bertemu saudara dengan berseri-seri.” (HR. Shohih Muslim: 6637).
Mungkin hal ini terlihat begitu sederhana bahkan tak jarang orang yang menganggapnya sepela.
Padahal dalam Islam senyum dinilai sebagai ibadah. Seulas senyuman yang disunggihkan kepada
seseorang dinilai sedekah. Lebih baik tersenyum daripada melakukan hal sebaliknya bukan?
Selain bernilai ibadah, sikap ini juga memiliki keistimewaan lainnya, di antaranya:
Yang pertama dapat menjauhkan seseorang dari api neraka. Karena sikap ramah dapat menghapuskan
rasa iri, dengki dan kebencian dari hati seseorang. Sebagaimana Rasululullah Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
ٌ‫صدَقَة‬
َ ‫ىوجْ أهأ َ أخي َكلَ َك‬
َ ‫س ُم َك أف‬
ُّ َ‫تَب‬

5
“Senyum di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Hibban).
Hadist lain mengatakan, Dari Ibnu Mas’ud Radiallahu ‘Anhu berkata: “Rasulullah Sallalluhu
‘Alaihi Wasallam bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentan orang yang diharmkan masuk ke dalam
neraka? Atau siapakah orang yang neraka diharamkan untuk membakarnya? Neraka diharamkan pada
setiap orang yang mendekatkan diri kepada Allah, yang bersikap lemah lembut, lunak dan suka
mempermudah.” (HR. At-Tirmidzi: 2488).
Kemudian yang kedua yaitu, dapat menimbulkan rasa saling menghargai. Karena salah satu cara
berterimakasih kepada seseorang atas bantuan yang telah orang lain lakulkan minimal dengan
tersenyum dan membalas dengan do’a.
Yang ketiga, senyum dapat menjadi obat yang ampuh untuk meredakan emosi dan dapat
menenagkan hati di kala senag dirundung kemarahan kepada seseorang, tidak hanya emosi kita saja
yang mereda, melainkan emosi orang lain juga.
Tidak diragukan lagi bahwasanya orang-orang yang menghargai dan bersiap baik pada manusia
lain akan menyeru kepada hal-hal yang positif. Secara tidak langsung Ia akan menyeru atau mengajak
orang lain untuk ikut menebar kebaikan.
Namun, tersenyum juga ada aturan dan batasannya. Tentunya haram hukumnya memberikan
senyum kepada lawan jenis. Bagi seorang wanita haram memberikan senyuman kepada laki-laki yang
bukan mahram, begitupun sebaliknya. Karena yang demikian ini dapat menimbulkan fitnah. Jangankan
tersenyum, tidak tersenyumpun wanita memiliki daya tarik di mata laki-laki, karena syaitan membantu
menghiasi para wanita di mata laki-laki. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
Wanita hanya tersenyum kepada kaum wanita, laki-laki tenyunya hanya memberikan senyum kepada
laki-laki.

ُ‫ت ا ْستَ ْش َرفَها الشيطان‬ َ ‫ فإذا‬، ٌ‫المرأةُ عورة‬


ْ ‫خر َج‬
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar, setan akan menghiasinya” (HR. At Tirmidzi, 1173, disahihkan
Al Albani dalam Sahih At Tirmidzi).
Oleh karena itu, wanita hanya diperbolehkan tersenyum kepada kaum wanita dan laki-laki hanya
diperbolehkan kepada kaum laki-laki.

2.6. Berteman
Allah SWT. menciptakan manusia berbeda-beda dari suku, bangsa, dan bahasa untuk saling
mengenal. salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia dengan menjadikan mereka sebagai
makhluk sosial. Jika kita mendalami hikmahnya, maka kita semua akan tahu bahwa itu menjadikan kita
saling menjalin ukhwah atau hubungan yang erat satu sama lain.

6
Setiap orang pasti memiliki teman sebagai tempat berbagi rasa, saling menasehati dan saling
tolong-menolong baik dalam keadaan susah atau bahagia, dan mereka yang tulus berteman dengan kita
apa adanya. Dan islam sangat tinggi dalam memandang nilai-nilai pertemanan. Bahkan Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan
bila tidak saling mengenal menimbulkan perselisihan.” (HR. Muslim)
Dalam menjalin pergaulan kita miliki seorang teladan yang sangat mulia. Beliau adalah baginda
Nabi Muhammad SAW yang sangat pandai dalam bergaul. Dengan keahliannya Beliau mampu
melembutkan hati para kaum Quraish dan berhasil mengajak mereka mengikuti dakwahnya. Dalam
riwayatnya beliau juga memiliki sikap yang ramah, rendah hati, dan beliau juga tidak pernah mencela
orang lain. Dan sebagai umatnya hendaknya kita mencotohi apa yang telah dilakukan oleh beliau.
Tidak hanya itu, islam juga menekankan kita agar teliti dalam memilih teman. Banyak orang yang
terjerumus kedalam kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh berteman dengan orang yang salah.
Namun tidak sedikit orang yang mendapatkan kebaikan dan hidayah karena bergaul dengan orang-
orang yang shalih.
2.7. Hadits tentang Memilih Teman
Pengaruh teman dapat menentukan karakter dan pemahaman agama seseorang. Dalam buku 99
Hadits Pilihan untuk Anak, disebutkan sebuah hadits Rasulullah yang berbunyi:

َ ‫ َو ِإ َّما أَ ْن تَ ْبتَا‬، َ‫ فَ َحامِ ُل ْالمِ سْكِ ِإ َّما أَ ْن يُحْ ِذ َيك‬، ‫ِير‬


‫ع‬ ِ ‫ِخ ْالك‬
ِ ‫ِح َوالس َّْوءِ َك َحامِ ِل ْالمِ سْكِ َونَاف‬
ِ ‫صال‬َّ ‫ِيس ال‬ ِ ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
‫ َوإِ َّما أَ ْن ت َِج َد ِري ًحا َخبِيثَة‬، َ‫ُحْرقَ ثِيَابَك‬ ِ ‫ َونَافِ ُخ ْالك‬، ً‫طيِِّبَة‬
ِ ‫ِير إِ َّما أَ ْن ي‬ َ ‫ َوإِ َّما أَ ْن ت َِج َد مِ ْنهُ ِري ًحا‬، ُ‫مِ ْنه‬
“Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi
dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi, boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli
daripadanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai
besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau busuk daripadanya." (HR Al-
Bukhari dan Muslim)
Secara tersirat, hadits tersebut menjelaskan tentang arti pertemanan bagi seseorang. Jika berteman
dengan orang baik, seorang Muslim bisa menjadi baik. Namun, jika berteman dengan orang yang buruk,
ia pun bisa ikut demikian.
Rasullah SAW bersabda: "Hati-hati dengan teman yang jahat, karena sesungguhnya dengan kawan
itu keadaanmu akan diketahui.”
Hadits tersebut mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati dalam memilih teman. Karena teman
bisa mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Adapun kriteria teman yang baik dalam Islam telah dijelaskan Ibnu Qudamah melalui kitabnya.
Mengutip Mukhtasar Minhajul Qashidin, beliau berkata:

‫ أن يكون عاقلً حسن الخلق غير فاسق وَل مبتدع وَل حريص‬: ‫ فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال‬،‫وفى جملة‬
‫على الدنيا‬

7
Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut :
orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang
yang rakus dengan dunia”

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang
berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Pergaulan terbagi dua, pergaulan positif dan negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama
antar individu atau kelompok guna melakukan hal–hal yang positif. Sedangkanpergaulan yang negatif
itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih
mencari jati dirinya.
Ramah itu merupakan sikap bersahabat dan merasa senang saat berjumpa dengan orang lain.
Biasanya sikap ramah ditandai dengan tersenyum ketika berjumpa dengan seseorang baik teman,
keluarga, ataupun orang lain dan menyapa serta menjawab pertanyaan yang mereka lontarkan, bahkan
tidak segan untuk memberikan bantuan kepada siapapun.
Islam juga menekankan kita agar teliti dalam memilih teman. Banyak orang yang terjerumus
kedalam kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh berteman dengan orang yang salah. Namun tidak
sedikit orang yang mendapatkan kebaikan dan hidayah karena bergaul dengan orang-orang yang shalih.
3.2. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
kritik dan saran dalam penyusunaan makalah yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan
kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkannya, dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang takluput dari salah khilaf, alfa dan
lupa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Katsir, Ibnu . (1999). Tafsir al-Qur’an al-Adzim, juz V, tk: Dar Tayyibah linnasyr wa al-Tauzi.
Al-A’zhami, Muhammad Musthafa. Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya, terj. Oleh Meth
Kiereha, Jakarta: Lintera, 1995.
At-Targhib (lihat juz ill. hal 66)
Al-Afriqi, Muhammad ibn Mukrim ibn Manzhur. Lisan al-‘Arab, Juz. III, Beirut: Dar
al-Sadir, tt.
Al-Ahdali, Muhammad Maqbuli. Mushthalah al-Hadits wa Rijaluhu, Beirut: Muassat
al-Rayyan, 1990.

10

Anda mungkin juga menyukai