Anda di halaman 1dari 16

TATA PERGAULAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Ilmu Hadis

Progam Studi Ekonomi Islam Semester 1 Tahun 2023

DISUSUN OLEH :
SITI MUNIRAH AULIA
NIM : 90100123102

OKTAPIANA
NIM : 90100123116

UHRAYANTI
NIM : 90100123119

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan

kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita

hadiahkan kepada Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga beserta sahabat Beliau. Berkat

jasa Beliaulah pada saat ini kita masih dapat menghirup udara segar dari alam semesta.

Selanjutnya terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Sabir Maidin, M.Ag. selaku

dosen pembimbing dalam mata kuliah ini yang telah memberi kami kesempatan untuk

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tata Pergaulan”.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena kami juga masih dalam proses

pembelajaran. Dan kami berharap kritik ataupun saran demi memperbaiki tulisan dalam

makalah ini. Kami hanya mampu mengucapkan banyak terima kasih dan berdoa semoga

Allah membalas jasa Bapak Pembimbing dan memperoleh ridha dari Allah SWT.

Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Gowa, 10 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4

A. Latar belakang ............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6

A. Definisi Pergaulan ....................................................................................................... 6

B. Faktor Utama Dalam Pergaulan .................................................................................. 7

C. Etika Bergaul Dalam Islam ......................................................................................... 8

D. Tata Bergaul Dalam Islam ......................................................................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 15

B. Saran .......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman sekarang , pergaulan muda-mudi sangat memprihatinkan . Remaja

sekarang lebih senang meniru budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya timur .

Hal ini disebabkan oleh para remaja yang bergaul dengan orang-orang yang kurang baik .

Perkembangan informasi dan komunikasi saat ini juga merupakan sebab pergaulan remaja

yang buruk.

Islam adalah agama yang baik dan adil, sesungguhnya Islam itu memberi

perhatian terhadap remaja sekarang yang terus berubah. remaja adalah penerus orang

tua,agama,dan juga sebagai insan muslim yang berakhlak karimah . Namun , remaja saat

ini sudah tidak berpegang pada ajaran agama Islam terutama etika pergaulan yang

semakin menyimpang.

Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan dan

penjelasan tentang etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam. Yang perlu dicermati

adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak

pergaulannya itu bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa saja aspek penting dalam pergaulan Islam

2. Bagaimana etika pergaulan dalam Islam?

3. Apa saja faktor-faktor pergaulan dalam Islam?

4. Bagaimana tata cara pergaulan dalam Islam terhadap orang lain?

4
5. Bagaimana cara menjaga pergaulan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Memahami aspek penting dalam pergaulan Islam.

2. Mengerti tentang etika pergaulan dalam Islam.

3. Memahami faktor apa saja dalam pergaulan Islam.

4. Memahami tatacara pergaulan dalam Islam.

5. Memahami cara menjaga pergaulan dalam Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pergaulan

1. Pengertian Pergaulan

Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan

sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian

dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang

katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode, dan hal lain yang berhubungan

dengan keglamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering nongkrong dan

bepergian di berbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain.

Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya

konsumtif.

Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan

bangga terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang

positif bagi perkembangan / kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari

bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa

saja kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak

negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya

pergaulan bebas tanpa batas.

Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari

istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan

bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan

orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.

2. Landasan Perlunya Pergaulan

6
Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya

diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda.

Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri,

sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika

nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter,

maupun tingkah laku. Allah menciptakan kita dengan segala perbedaannya

sebagai wujud keagungan dan Kekuasaan-Nya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang

wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan

adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan

menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita

dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT.

(QS.Al_Hujurat[49]:13)

Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika

Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama

lainnya. Sekali lagi tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.

B. Faktor Utama Dalam Pergaulan

1. Ta’aruf.(mengenal)

Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka

akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau

memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?

Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita

akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita

7
dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas

pada diri seseorang.

2. Tafahum (memahami)

Langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain.

Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang

ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat

memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang

harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat

ditentukan oleh agama teman dekat kita.

3. Ta’awun (saling menolong)

Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum

tumbuh sikap ta’awun. Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa

cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada

ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah

mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan

umat Islam yang lain.

Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita

lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena

Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal,

memahami, dan saling menolong.

C. Etika Bergaul Dalam Islam

1. Larangan berduaan tanpa mahram

Larangan Islam, tidak semata-mata untuk membatasi pergaulan, tetapi lebih

dari itu yaitu, untuk menyelamatkan peradaban manusia. Berduaan dengan lawan

jenis merupakan salah satu langkah awal terhadap terjadinya fitnah. Dengan

8
demikian, larangan perbuatan tersebut, sebenarnya sebagai langkah preventif agar

tidak melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang

telah disepakati masyarakat.

“Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Janganlah

sekali-kali salah seorang diantara kalin bersuyi-sunyi dengan perempuan

lainnya kecuali disertai muhrimnya.” (HR. Bukhari Muslim dikutip Imam

Nawawi dalam Tarjamah Riyadhus Shalihin).

Penjelasan hadist di atas bahwa bagi lawan jenis dilarang untuk berdua

(khalwah), kecuali sudah halal. Istilah pacaran, di zaman sekarang tidak heran banyak

sekali dari kalangan laki-laki dan perempuan melakukan itu, dengan alasan hak asasi

manusia atau kebebasan serta alasan mengikuti perkembangan zaman, jika tidak

berpacaran dianggap tidak gaul atau ketinggalan zaman. Padahal ini benar-benar telah

melanggar syariat islam dan ini sudah disinggung dari Rasulullah SAW, karena

perkembangan zaman dan hiruk pikuknya lingkungan, maka hilanglah karakter islam

dari para pemuda di era modern ini. Jadi, hadits ini berlaku untuk zaman sekarang

bukan hanya zaman Rasulullah saja, maka dari sebagai pemuda muslim tidak boleh

terlena dari perkembangan zaman dan harus menjaga batas antara lawan jenis,

khawatir hal yang tidak diinginkan terjadi.

2. Sopan santun duduk di pinggir jalan

Di zaman modern ini telah kita lihat banyak sekali kursi-kursi khusus di

sepanjang jalan, baik di trotoar di taman, di tempat-tempat umum lainnya, guna

memperindah dan menjadi tempat peristirahatan para pejalan, baik pejalan kaki atau

pengendara. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sesuatu yg tidak

diinginkan. Maka dari itu, jauh sebelumnya Rasulullah telah memperingati para

sahabat kala itu agar tidak nongkrong di pinggir jalan. Banyak para sahabat yg

9
bertanya, mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat kita berkumpul dan lain

sebagainya.

"Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua harus

menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam riwayat lain, di

jalan – mereka berkata,"Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat

duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda, "Jika tidak mengindahkan

larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk mengobrol, berilah hak

jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?" Nabi bersabda, "Menjaga

pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab salam,

memerintahkan kepada kebaikan dan larangan kemunkaran."

Rasulullah SAW dalam hadits ini telah melarang para sahabat untuk duduk di

pinggir jalan, baik di kursi-kursi khusus, di atas pohon, di trotoar, dan lain sebagainya.

Karena ini adalah sebuah kekhawatiran yang berkaitan dengan adab, khawatir

menghalangi pejalan kaki. mengganggu, dan berbuat gaduh.

Dalam hal ini Rasulullah bukan melarang, melainkan ada larangan tertentu

yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim. Berikut ini larangan yang tidak

boleh dilakukan, diadiantaranya.

a. Menjaga pandangan mata

Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk dipinggir

jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai uisa dan

berbagai tipe. Maka bagi para lelaki jangalah memandang dengan sengaja kepada

para wanita yang bukan muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak

boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat.

b. Tidak menyakiti

10
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan

lain-lain.Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan

tangan misalnya melempar dengan batu-batu kesil atau benda apa saja yang akan

menyebabkan orang lewatsakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-

lain yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.

c. Menjawab Salam

Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya sunnat.

Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum

menjawabnya adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan dibahas di

bawah.

d. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.

Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan

sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan lain-

lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang bijak.

Jika tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam

hati supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.

3. Menyebarluaskan salam

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita menyebarkan salam kepada

sesama. Salam adalah amalan sunnah berpahala besar. Hukum menyebarkan salam ialah

sunnah, sementara menjawabnya wajib. Salam adalah media untuk saling bertegur sapa

dan menghilangkan prasangka buruk.

Dijelaskan dalam buku Syarah Hisnul Muslim oleh Syaikh Majdi Abdul Wahab Al-

Ahmad, ada sebuah hadits yang menganjurkan kaum muslimin untuk menyebarkan

salam. Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:

11
"Kalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kalian tidaklah beriman sebelum

saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang kalau kalian kerjakan

niscaya kalian akan saling sayang menyayangi? Yaitu sebar luaskan salam di antara

kalian." (HR Muslim).

D. Tata Bergaul Dalam Islam

Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma

kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hokum syara', serta memenuhi segala

hak yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya. berikut adalah tata

pergaulan yang baik :

1. Bergaul dengan orang tua atau dosen

Hal pertama yang semestinya dilakukan setiap muslim dalam pergaulan

sehari-hari adalah memahami dan menerapkan etika atau tata cara bergaul dengan

orang tuanya. Adapun yang dimaksud dengan orang tua, dapat dipaharni dalani

tiga bagian, yaitu:

a. Orang tua kandung, yakni orang yang telah melahirkan dan mengurus serta

membesarkan kita (ibu bapak).

b. Orang tua yang telah menikahkan anaknya dan menyerahkan anak yang telah

diurus dan dibesarkannya untuk diserahkan kepada seseorang yang menjadi

pilihan anaknya dan disetujuinya. Orang tua ini, lazim disebut dengan

“mertua”.

c. Orang tua yang telah mengajarkan suatu ilmu, sehingga kita mengerti, dan

memahami pengetahuan, mengenal Allah, dan memahami arti hidup, dialah

“guru/dosen” kita.

Dalam Al-Quran maupun hadis, dapat ditemukan banyak sekali keterangan

yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada orangtua. Sekalipun demikian,

12
Islam tidak menyebutkan jenis-jenis perbuatan baik kepada kedua orangtua secara

rinci, sebab berbuat baik kepada kedua orang tua bukan merupakan perbuatan

yang dibatasi beberapa batasan dan rincian. Kewajiban berbuat baik kepada kedua

orangtua sangat bergantung pada situasi dan kondisi, kemampuan, keperluan,

perasaan manusiawi, dan adat istiadat setiap masyarakat.

2. Bergaul dengan yang lebih tua

Dalam pergaulan sosial, kita dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan kewajiban

masing-masing, termasuk dalam pergaulan dengan orang yang lebih tinggi atau

lebih tua dari kita. orang yang lebih tinggi dari kita, dapat dikategorikan menjadi 3

(tiga) bagian. yaitu:

a. Orang yang umurnya lebih tua atau sudah tua,

b. Orang yang ilmu, wawasan, dan pemikirannya lebih tinggi, sekali pun bisa

jadi umurnya lebih muda.

c. Orang yang harta dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih banyak.

Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap wajar dan

menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan jika

mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik.

3. Bergaul dengan teman sebaya

Bergaul dengan sesama atau teman sebaya, baik dalam umur, pendidikan,

pengalaman, dan sebagainya, kadang-kadang tidak selalu berjalan mulus.

Mungkin saja terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadi salah pengertian

(mis understanding) atau bahkan ada teman yang zaim terhadap kita serta suka

membuat gara-gara dan masalah.

Menghadapi persoalan seperti itu, hendaklah kita menyikapi dengan sikap

terbaik yang kita miliki. Jika ada yang berbuat salah, hendaklah kita segera

13
memaafkan kesalahannya sekalipun orang yang berbuat salah tidak meminta

maaf. Begitu juga apabila kita berbuat kesalahan atau kekeliruan, hendaklah kita

segera meminta maaf kepada orang yang kita sakiti, baik disengaja maupun tidak

disengaja. Perkara orang itu memaafkan kita atau tidak, itu bukan urusan kita.

Kewajiban kita adalah segera meminta maaf dan memaafkan.

4. Bergaul dengan lawan jenis

Pergaulan yang baik dengan lawan jenis. hendaklah tidak didasarkan pada

nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas yang dilarang

agama. Inilah yang tidak dikehendaki dalam Islam. Islam sangat memperhatikan

batasan-batasan yang sangat jelas dala pergaulan antara laki-laki dengan

perempuan.

Islam mengajarkan agar dalam pergaulan dengan lawan jenis untuk

senantiasa saling menjaga diri, menghormati dan menghargai atas dasar kasih

sayang yang tulus karena Allah, bukan karena derajat, pangkat, harta, keturunan,

tetapi semata-mata hanya karena Allah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus

menjaga batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak

diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya dipahami

oleh sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasihati mereka dengan

baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing-masing. Islam mempunyai

aturan-aturan dalam lingkup pergaulan antar pemuda- pemudi. Islam melarang sesuatu

yang dapat menyebabkan zina atau berdekatan dengan zina. Semua perbuatan pasti akan

menimbulkan akibat baik atau buruk,sesuai apa yang telah dilakukan.

B. Saran

Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena permasalahan

yang tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif yang belum jelas

kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai sahabat sesama muslim mempunyai

kewajiban terhadap saudaranya untuk saling tolong menolong. Allah SWT berfirman :

“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong

dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2). Dan dalam kehidupan

sehari – hari seharusnya kita menjadikan Al – Qur’an dan Assunah sebagai pegangan

hidup agar kita semua selamat dunia akhirat. Amin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dra.Oneng Nurul Bariyah

M.ag,MateriHadists,Jakarta:BadarJayaOffset,2007

KaharMunsyur,BulughulMaram,Jakarta:PT.RinekaCipta,cet.3,hal.225

Mustaqim, Abdul., “KonsepMahramdalamAl-Qur’an(Implikasinya

dalamMobilitasKaumPerempuandiRanah Publik)”, Musâwa, Vol. 6, No.

1,2010

RachmatSyafe'I,AlHadits(Aqidah,Akhlaq,SosialdanHukum),Jakarta:PT.P

ustakaSetia,2003,h.217

RachmatSyafe'I,AlHadits(Aqidah,Akhlaq,SosialdanHukum),Jakarta:PT.P

ustakaSetia,2003

16

Anda mungkin juga menyukai