Anda di halaman 1dari 20

KEBURUKAN AHKLAK DAN DAMPAKNYA

TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA DAN


UPAYA MEMPERBAIKINYA

Makalah

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Dan Tasawuf”

Disusun oleh :

Muhammad Fikri Nur Fahri 2371020017

Tiara Rahmawati 2371020045

Program Studi Sistem Informasi


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG:
1445H/2024M
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah segala puji syukur Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Keburukan Akhlak Dan
Dampaknya Terhadap Aspek Kehidupan Manusia Dan Upaya Memperbaikinya”.
Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menegakkan
kalimat tauhid serta bimbingan umatnya kejalan yang penuh cahaya dan semoga kita termasuk
kaum yang mendapatkan safaatnya di hari akhir, Aamiin.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fidian Abron,M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Dan Tasawuf.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan yang pembaca temukan
dalam karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini
berguna bagi para prmbaca dan pihak – pihak lain yang berkepentingan.

Bandar Lampung

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

2.1 Pengertian Akhlak Buruk ..................................................................................... 2

2.2 Faktor Terjadinya Akhlak Buruk..........................................................................3

2.3 Dampak Negatif Dari akhlak Buruk.....................................................................8

2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Akhlak Buruk.....................................................12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 16

3.2 Saran .................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai manusia yang beragama sudah sepatutnya kita menghindari perilaku tercela
dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi di zaman sekarang ini pergaulan bebas mulai
merajalela. Tidaklah ada satu kebaikan kecuali Rasulullah SAW telah menuntun ummat
kepadanya, dan tidak ada pula suatu keburukan kecuali beliau telah memperingatkan ummat
darinya, dan salah satu dari keburukan itu adalah akhlaq yang buruk.

Akhlak yang buruk merupakan sifat tercela yang melekat pada manusia, dan ia tidak
sejalan dengan kewajiban syariat dan tuntunan akhlak yang mulia, dan ia merupakan sebuah
hal yang munkar yang berasal dari penyakit hati.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa Pengertian Akhlak Buruk?
2) Apa Faktor Penyebab Terjadinya Akhlak Buruk?
3) Apa Dampak Negatif Dari Akhlak Buruk?
4) Bagaimana Upaya-Upaya Penanggulangan Akhlak Buruk?
1.3 Tujuan Makalah
1) Dapat Memahami Apa Itu Pengertian Akhlak Buruk
2) Mengetahui Faktor Penyebab Terjadinya Akhlak Buruk
3) Mengetahui Apa Saja Dampak Dari Akhlak Buruk
4) Dapat Memahami Upaya Penanggulangan Akhlak Buruk

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak Buruk

Akhlak buruk merujuk pada perilaku atau tindakan yang dianggap tidak baik atau
tidak sesuai dengan norma-norma moral dan etika yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Ini dapat mencakup perilaku seperti kebohongan, curang, pencurian, kekerasan, dan
sebagainya.
Akhlak buruk adalah perilaku atau tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai
moral yang dianut oleh suatu masyarakat atau individu.1 Ini bisa mencakup berbagai
perilaku yang dianggap tidak pantas, tidak etis, atau merugikan diri sendiri maupun orang
lain. Contohnya termasuk kebohongan, pencurian, penipuan, penghinaan, kekerasan, dan
perilaku merusak lainnya.
Keberadaan akhlak buruk dapat merusak hubungan antarindividu, memicu konflik
sosial, dan merusak struktur sosial secara keseluruhan. Akhlak buruk juga dapat memiliki
dampak negatif pada kesehatan mental dan emosional individu yang terlibat, serta merusak
reputasi dan integritas individu di mata masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya akhlak buruk termasuk pengaruh
lingkungan sosial, pengalaman hidup, pendidikan, dan faktor genetik atau biologis. Selain
itu, tekanan ekonomi, ketidaksetaraan sosial, dan kurangnya kontrol diri juga dapat
menjadi pendorong perilaku akhlak buruk.2
Pentingnya memerangi akhlak buruk adalah untuk memastikan keadilan,
kesetaraan, dan kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat. Upaya pencegahan dan
penanggulangan akhlak buruk dapat dilakukan melalui pendidikan moral, pembentukan
karakter, penegakan hukum yang adil, dan dukungan sosial bagi individu yang rentan
terhadap perilaku akhlak buruk.3
Dengan memahami dan mengakui akhlak buruk, masyarakat dapat bekerja sama
untuk menciptakan lingkungan yang lebih etis, adil, dan berempati, sehingga mendorong
perkembangan yang positif bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

1
Hakim, Lukman. "Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap dan perilaku siswa
sekolah dasar islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya." Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 10.1
(2012): 67-77.
2
Suprayitno, Adi, and Wahid Wahyudi. Pendidikan karakter di era milenial. Deepublish, 2020.
3
Darmiyati Zuchdi, Ed D. Humanisasi pendidikan: menemukan kembali pendidikan yang manusiawi. Bumi
Aksara, 2023.
2
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Akhlak Buruk

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan anak-anak mengalami penurunan


akhlak, seperti kurangnya kasih sayang dari orang tua, selalu mendapatkan kekerasan di
rumah, dan dampak teknologi digital yang saat ini sangat digandrungi anak-anak sehingga
tidak dapat memfilter mana yang baik dan mana yang buruk untuk di ikuti. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya akhlak buruk antara lain:
a. Lingkungan sosial
Lingkungan yang kurang mendukung, seperti pergaulan yang buruk atau
norma-norma sosial yang tidak mendukung perilaku baik, dapat mempengaruhi
pembentukan akhlak seseorang.
Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku yang lebih baik
karena di dalamnya akan memberikan pengarahan–pengarahan terhadap norma–
norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan
memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak
hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada
agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang.
Maka tepat sekali dikatakan bahwa nilai–nilai dan kebiasaan masyarakat yang
tidak bertentangan dengan nilai–nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai–nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan.
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu
diinstitusikan. Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif,
pandangan Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education,
menyatakan bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan
internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta
penyesuaian terhadap nilai.4

4
Nazar, M. SISTEM PENDIDIK AN REMAJA DALAM PANDANGAN ISLAM. Diss. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011.
3
Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang –
orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat
seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang
lain. Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan
nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul
karimah.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan
hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh karena itu lingkungan masyarakat
juga dapat membentuk akhlak seseorang, di dalamnya orang akan menatap
beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan.
Dari penjelasan di atas di jelaskan bahwa manusia hidup membutuhkan
orang lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri.
Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa mereka dalam hidup saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Misalkan ketika ia melihat
temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka
secara tidak langsung dia akan terpengaruh juga dengan kegiatan temannya.

1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini
ada kalanya berkeber tan terhadap pendidikan agama, dan ada kalanya
pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2. Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan
batin, biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama
yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada
seseorang untuk kehidupan yang beragama.

memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini
ditunjang oleh anggota–anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai,
maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan akhlak pada
diri orang yang ada disekitarnya. Masyarakat di sini juga ikut mempengaruhi
akhlak atau perilaku seseorang yang ada disekitarnya yang dalam kehidupan
sehari–harinya ia tak mungkin lepas dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal.
Lingkungan pergaulan merupakan alat pendidikan, meskipun keadaan maupun
peristiwa apapun yang terjadi tidak bisa dirancang, sehingga keadaan tersebut
4
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang baik berdampak
baik maupun akan berdampak jelek.
b. Pengaruh media
Media sosial merupakan salah satu fenomena yang sering muncul seiring
berkembangnya teknologi dan inovasi di internet.5 Selain sebagai media baru
dalam berinteraksi dan bersosialisasi, sosial media juga memiliki pengaruh yang
luar biasa terhadap berbagai aspek, terutama berpengaruh terhadap akhlak, aspek
sosial, aspek agama dan aspek moral. Pengaruh media sosial terhadap akhlak yang
berdampak buruk antara lain sebagai berikut:

1. Melalaikan waktu. Sosial media membuat waktu terbuang dengan sia-


sia. Padahal scara teori mereka yang berstatus sebagai pelajar
seharusnya belajar, istirahat tidur malam hari, ataupun sedang
beribadah. Ada yang mengatakan bahwa menggunakan Whatsapp ia
bisa chattingan dan video call bersama teman-teman yang
menggunakan waktu tidak sedikit. Ada juga pendapat lain mengatakan
bahwa menggunakan aplikasi sosial media hanya untuk keperluan yang
penting saja seperti mencari tugas sekolah sehingga waktu yang lainnya
daapat digunakan untuk melakukan perkerjaan yang lebih bermanfaat.
Banyak juga pelajar yang menghabiskan waktu untuk berselancar
dalam dunia media sosial, biasanya mereka akan duduk di warung kopi
yang memiliki jaringan wifi dari setelah maghrib bahkan ada yang
sampai pagi baru beranjak pulang kerumah.
2. Kurangnya pergaulan dalam lingkungan. Manusia adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup tanpa kehadiran manusia lainnya. Hal ini
mengharuskan kita saling berinteraksi dengan bai kantar sesama
manusia. Dengan hadirnya sosial media menjadikan orang tidak
memperhatikan keadaan di sekitar mereka.
3. Meniru perilaku yang dilihat di media sosial. Anak jaman sekarang
walaupun dikategorikan dalam usia sekolah dasar, namun sudah
memiliki akun jejaring sosial misalnya adalah Instagram dan facebook.
Dalam jejaring sosial tersebut tak jarang kita jumpai video-video
dengan kelakuan yang tidak pantas untuk ditiru, medengarkan lagu-lagu

5
Nurfitri, Annida, et al. "Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Pelajar Muslim Di Era Society 5.0." AR-
RASYID: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2.1 (2021): 73-81.
5
tentang cinta yang semestinya belum pantas untuk didengar dan
diterima oleh anak dalam usia sekolah dasar. Namunh al tersebut ditiru
olehnya dan di praktikkan di sekolah.
Konten media yang merayu atau mempromosikan perilaku buruk dapat
memengaruhi pandangan dan tindakan seseorang terhadap moralitas.

c. Kurangnya pendidikan agama dan moral


Pendidikan adalah karunia pengetahuan yang tidak dapat dicuri dan dapat
membantu setiap anak pada usia yang sangat muda, belajar untuk mengembangkan
dan menggunakan kekuatan mental, moral, dan fisik mereka, yang mereka peroleh
melalui berbagai jenis pendidikan. Pendidikan membawa pengetahuan kepada anak
untuk mencapai puncak impiannya. Pendidikan sangat penting bagi semua orang.
Tingkat pendidikan membantu orang mendapatkan rasa hormat dan
pengakuan ini adalah bagian tak terpisahkan dan kehidupan baik secara pribadi
maupun sosial.Pendidikan agama islam sangat erat sekali kaitannya dengan
pendidikan pada umumnya, pendidikan islam bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT.
Tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan misi Islam yaitu
mempertinggi nilai-nilai akhlak sehingga mencapai akhlakul karimah. Tujuan dari
pendidikan islam untuk pembentukan akhlak yang sanggup menghasilkan orang-
orang yang bermoral, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar
dan akhlak yang tinggi.
Kurangnya pendidikan agama dikarenakan salah satu factor yang kurangnya
pendidikan agama dalam keluarga.6 Dari orang tua yang kurang memberikan
semangat mengenai pendidikan kepada anak-anaknya, kemudian faktor yang lain
adalah adanya pergaulan-pergaulan bebas yang anak didik atau peserta didik yang
tidak mampu mengendalikan sehingga factor pendidikan mereka lepaskan atau
tidak bersekolah lagi. Ini semua yang menyebabkan kurangnya pendidikan agama
islam, terutama dikalangan remaja karena faktor kurangnya perhatian guru dan
kurangnya perhatian orangtua pada anak-anaknya.
Pendidikan agama dan bimbingan dimulai sejak usia dini tujuannya dalah
agar membuat anak memiliki kepribadian yang islami, dengan karakter dan moral
yang baik, prinsip-prinsip islami yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi
6
Utsmani, M. Mujib. "Penguatan Karakter Anak Usia Dini dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Hadits." SELING: Jurnal Program Studi PGRA 7.1 (2021): 54-64.
6
tuntutan hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab. Dengan
diberikannya pendidikan agama pada anak sejak usia dini akan ,menjadikan seorang
anak menjadi lebih baik, beragama, bermoral dan bernilai pekerti yang baik.
Menyesallah orang tua yang tidak menanamkan atau memberikan pendidikan
agama kepada anak-anaknya.
Melihat kenyataan sekarang agama di zaman ini hanyalah menjadi bahan
pendidikan yang tidak penting dalam perkembangan bangsa ini, mereka tidak sadari
bahwa agama mampu dalam memperkembangkan bangsa ini menjadi bangsa yang
maju. Mengapa agama mampu mengembangkan bangsa ini? Karena dengan adanya
agama, masyrakat kita mempunyai nilai-nilai moral yang biasa menghasilkan
dampak positif, memberikan rasa kenyamanan dalam masyarakat kita yang selama
ini dihantui oleh hal-hal yang bersifat kriminalitas dan pastinya mengurangi angka
kriminalitas dalam bangsa kita.
Biasa kita katakan bahwa dalam pandangan pemerintah pendidikan yang pada
umumnya seperti SD, SMP, SMA itu lebih di utamakan dari pada pendidikan yang
lebih mengarah dalam pendidikan agama seperti pesantren, pondok dan lain
sebagainya. Pendidikan agama merupakan dasar pembentukan pribadi anak. Tetapi
masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan khususnya dalam
pendidikan agama islam. Oleh karena itu, kita jangan hanya mengajarkan
pendidikan pada umumnya tetapi pendidikan agama juga.

d. Ketidaktahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, pedoman dalam
membentuk suatu tindakan seseorang, dan dapat juga didefinisikan sebagai hasil
penginderaan terhadap segala sesuatu yang telah terjadi dan dilewati
berdasarkan pengalaman.
Kurangnya pengetahuan tentang apa yang benar dan salah, serta konsekuensi
dari tindakan-tindakan tersebut, dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku
buruk tanpa menyadarinya.

e. Faktor genetik dan biologis


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan biologis juga
dapat berperan dalam pembentukan karakter dan perilaku seseorang. Faktor genetic
dan biologis tidak scara langsung menyebabkan ahklak buruk. Akhlak buruk lebih

7
sering dipengaruhi oleh factor lingkungan, pengalaman hidup, dan pengaruh sosial.
Meskipun faktor genetik dapat memengaruhi sifat-sifat tertentu yang mungkin
berkontribusi pada perilaku, akhlak buruk lebih kompleks dan melibatkan banyak
faktor yang terkait.
Adanya pengaruh faktor genetik orang tua terhadap pembentukan akhlak pada
anak dalam tinjauan Islam ternyata dapat memberi warna baru bagi perkembangan
pendidikan akhlak dimasa datang. Islam dengan nilai-nilai akhlaknya, menawarkan
kebenaran bagi yang mengalami prilaku akhlak mazmumah.
Bagaimana prilaku akhlak mazmumah dapat terjadi. Padahal Islam dengan
berbagai dalil, jelas telah mengantisipasi sejak awal kejadian ini. Lalu seberapa jauh
faktor genetic orang tua berpengaruh pada pembentukan akhlak anak dalam
tinjauan islam? di sisi lain, analisis yang dapat di lihat dan dijabarkan tentang
pengaruh faktor genetik orang tua terhadap pembentukan akhlak pada anak dalam
tinjauan Islam mencakup tiga cara pendekatan metode, yaitu; doktriner (syariat),
dialog dan keteladanan. Adapun analisis yang dapat dilihat dan dijabarkan dari tiga
metode diatas harus melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan psikologis,
pendekatan sosiokultural, pendekatan scientific. Hasil tesis ini ternyata pengaruh
faktor genetik orang tua terhadap pembentukan akhlak pada anak dalam tinjauan
Islam dapat melahirkan nuansa baru sebagai pembimbing yang paling ampuh
menuju prilaku akhlak.

f. Lemahnya iman
Para ulama sepakat bahwa iman harus nampak secara lahir dalam bentuk
perilaku dan amal ketaatan. Akhlak merupakan parameter ketinggian iman yang ada
dalam diri seorang hamba. Kuat dan lemahnya keimanan seseorang dapat dilihat
dari sebaik apa kualitas akhlaknya. Sementara akhlak yang baik menunjukan
keimanan yang kuat.

2.3 Dampak Negatif Dari Akhlak Buruk

Dampak negatif dari akhlaq buruk meresap dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, menggiring pada konsekuensi yang merugikan baik bagi individu maupun
masyarakat secara luas. Pada tingkat individu, perilaku yang tidak etis seringkali
menyebabkan penurunan kualitas hidup, memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Ini

8
juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, menciptakan ketegangan, konflik,
bahkan isolasi sosial.
Di tingkat masyarakat, keburukan akhlaq berpotensi mengganggu harmoni sosial,
memecah belah komunitas, dan merusak kepercayaan antaranggota masyarakat.
Dampaknya juga dapat terasa dalam struktur sosial, mengakibatkan penurunan solidaritas,
peningkatan kesenjangan sosial, dan penghambatan kemajuan ekonomi. Oleh karena itu,
pemahaman mendalam tentang dampak negatif akhlaq buruk menjadi penting untuk
merancang strategi penanggulangan yang efektif, dengan harapan membangun masyarakat
yang lebih harmonis, inklusif, dan berdaya.
Hal ini menyoroti urgensi untuk melakukan tindakan preventif dan intervensi yang
efektif guna mengurangi prevalensi keburukan akhlaq dalam masyarakat. Melalui
pendidikan moral yang kuat, pembangunan karakter yang berpusat pada nilai-nilai etika,
serta promosi kesadaran akan pentingnya perilaku yang baik, individu dapat lebih mampu
mengatasi godaan untuk bertindak tidak bermoral. Selain itu, diperlukan pula peran aktif
dari lembaga-lembaga sosial dan keagamaan dalam menyediakan dukungan dan bimbingan
bagi individu yang rentan terhadap perilaku negatif. Penegakan hukum yang adil dan
efisien juga menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendorong kepatuhan
terhadap norma-norma moral dan etika.
Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang dampak negatif akhlaq buruk
tidak hanya memperkuat kesadaran akan pentingnya perilaku moral, tetapi juga
mengilhami tindakan konkret untuk memperbaiki dan melindungi kesejahteraan sosial
yang lebih luas.7 Selain itu ada beberapa dampak negatif dari akhlak buruk antara lain,
yaitu:

a. Menimbulkan dosa
Sesungguhnya mudah bagi seseorang meninggalkan dosa-dosa besar, namun ada
beberapa dosa yang bersifat halus dan tersembunyi sehingga tidak disadari seseorang, atau
kalau pun yang bersangkutan menyadarinya tetap saja sulit baginya untuk membuangnya.
Sebagai contoh, demam typhus yang merupakan penyakit berat yang diikuti demam
tinggi, bisa segera diobati dengan obat yang tepat, tetapi tuberkulosa yang bekerja diam-
diam tak terlihat malah lebih sulit pengobatannya.

7
Ashari, Hasyim. Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali. Diss. IAIN PONOROGO, 2020.
9
Begitu juga dengan dosa-dosa halus yang tersembunyi dengan akibat manusia
bersangkutan tidak bisa mencapai derajat keruhanian yang luhur. Bentuknya adalah dosa-
dosa akhlak yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan sosial. Perbedaan sedikit saja
dalam status sosial telah menimbulkan kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan
dan ketakaburan dimana seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada
seseorang yang melakukan shalat secara patut selama beberapa hari dan orang-orang
memujinya karena itu, ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa harga diri tinggi
sehingga kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan pokok
daripada peribadatan.

b. Merusak hubungan dengan Allah SWT


Akhlak yang buruk dapat merusak hubungan dengan Allah SWT. Oleh karena itu,
menjaga hubungan dengan Allah Ta‟ala adalah perkara yang jauh lebih penting. Tentu saja
manusia yang cerdas adalah yang mampu menjaga hubungannya sesama manusia tanpa
melanggar segala konsekuensi yang dapat merusak hubungannya dengan Alla Ta‟ala.

c. Merusak hubungan dengan sesame manusia


Sering kita mendengar perjalanan hidup seorang manusia yang dihormati, dihargai,
dipuja, dan dipuji baik karena ilmunya yang luas, jabatan yang tinggi, kekayaan yang
melimpah maupun karisma dan popularitas yang membawanya pada sebuah titik puncak
kesuksesan duniawi.
Namun, tidak jarang dalam hitungan detik decak kagum terhadap manusia tersebut
berubah menjadi kebencian, caci maki hingga sumpah serapah. Dalam waktu yang
bersamaan pula dia kehilangan jabatan, kekayaan dan popularitasnya. Apa sebab hal yang
demikian itu terjadi?
Jawabannya adalah karena ia tidak menjaga hubungan (hablun) dengan sesama
manusia, yaitu adab dan akhlak. Seorang pejabat yang menyelewengkan jabatan atau
menjalin hubungan terlarang dengan lawan jenis dapat menghacurkan popularitasnya.
Seorang akademisi yang dikenal dengan ilmunya yang tinggi, namun tidak tahan dengan
godaan plagiarisme, maka serta merta dia kehilangan reputasinya dari orang-orang yang
menghormatinya. Seorang pengusaha kaya raya yang merusak komitmen dengan
melakukan penipuan dan kecurangan, maka dia akan kehilangan mitra kerja dan dapat
menghancurkan bisnisnya.

10
Oleh karena itu, tidak ada yang dapat melanggengkan hubungan antar sesama
manusia kecuali dengan adab dan akhlak yang baik. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
sallam sebagai suri tauladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan termasuk
dalam hal adab dan akhlak seharusnya menjadi pedoman kita dalam rangka menjaga
hablun minannaas. Sehingga dalam menjalankan prioritas kehidupan kita (yaitu beribadah
kepada Allah Ta‟ala), kita dapat menjalankan dengan aman dan nyaman karena adanya
kasih sayang dan cinta sesama manusia yang sama-sama mengharapkan ridha Rabbnya.

d. Membawa petaka dan kesangsaraan


Tidak ada yang lebih buruk daripada akhlak tercela. Apapun agamanya, orang
yang memiliki akhlak tercela akan dikecam oleh banyak orang. Akhlak tercela merusak
pada lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, lingkungan pendidikan, dan
komunitas sosial lainnya.
Akhlak tercela juga berpotensi menjauhkan seseorang dari rezeki. Akhlak tercela
pada seseorang membuat orang lain tidak nyaman dan menjaga jarak karena pertimbangan
akhlak tercela tersebut. Jarak inilah yang membuat jalan rezeki kepada orang yang
berakhlak tercela menjadi sepi.
Yang jelas, akhlak terpuji mengantarkan pada kebahagiaan, kelapangan hati, dan
ketenangan batin. Akhlak terpuji membawa keselamatan kepada semua orang. Sedangkan
akhlak tercela mengantarkan pada petaka dan musibah belaka. Akhlak tercela membawa
manusia pada posisi sulit.

e. Terhadapnya amal-amal yang telah kita kumpulkan


Amal yang telah bertumpuk-tumpuk akan terhapus dan bahkan berbuah dosa. Jika
akhlak mulia dapat berubah pahala dan menggugurkan dosa, maka akhlak yang buruk
dapat mengurangi, bahkan menghapus pahala dan menambah dosa.

11
2.4 Upaya-Upaya Penanggulangan Akhlak Buruk

Dalam kehidupan sehari-hari, sudah seharusnya kita menerapkan sikap-sikap terpuji.


Hal ini menunjukan bahwa kita memiliki akhlak terpuji dan terhindar dari akhlak buruk.
Akhlak buruk merupakan hal yang tidak seharusnya kita lakukan dalam kehidupan kita.
Ada banyak sekali contoh akhlak buruk yang mungkin terjadi di sekitar kita.
Cara menghindari akhlak tercela merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam mengetahuinya lebih lengkap, berikut ini usaha yang dapat Anda lakukan untuk
menghindari akhlak tercela.

a. Pendidikan moral
Pendidikan moral sangat perlu bagi manusia, karena melalui pendidikan,
perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan
norma demi harkat dan martabat manusia itu sendiri. Pentingnya pendidikan moral sebagai
sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai moral sejak dini dan memperkuatnya melalui
pendidikan formal dan informal.
Pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang pendidikan. Di sekolah dasar
perkembangan pendidikan moral tidak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada
dalam tatanan moral bangsa Indonesia yang terpapar jelas dalam pancasila sebagai dasar
Negara. Pendidikan moral bertujuan sangat mulia yaitu untuk membentuk anak negeri
sebagai individu yang beragama, memiliki rasa kemanusiaan/tenggang rasa demi persatuan
menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk kerakyatan serta keadilan hakiki.

b. Pembinaan akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini
sesuai dengan salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW. untuk menyempurnakan
akhlak mulia. Bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang daalam
hal ini termasuk fitrah berakhlak, yang kemudian disempurnakan melalui misi kerosulan
Nabi Muhammad SAW. berupa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul.
Sebenarnya tujuan pembinaan akhlak dalam islam sendiri untuk membentuk
pribadi muslim yang bermoral baik, seperti jujur, beradab, sopan, dan tentunya juga
disertai dengan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Karena kesadaran diri dan
refleksi terhadap perilaku dapat membantu individu mengubah perilaku buruk menjadi
possitif.

12
c. Penguatan komunitas
Untuk membangun akhlak yang baik, salah satunya dapat dilakukan dengan
memilah dan memilih komunitas yang bagus, yang memiliki visi misi dan tujuan hidup.
Lingkungan yang bagus akan menambah semangat seseorang untuk memperbaiki kualitas
hidupnya.

d. Penegakan hukum
Penegakan hukum kepada setiap warga negara dilakukan secara sama dihadapan
hukum dan dapat dilaksanakan dengan cara yang adil dan tidak diskriminatif. Akhlak,
etika, dan moral penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada
keadilan. Dalam menciptakan keadilan, hukum harus meliputi tiga unsur nilai yakni
kewajiban, moral, dan aturan.
Oleh karenanya hukum tidak dapat dipisahkan dari dimensi akhlak, etika, dan
moral, ketika ingin menciptakan keadilan dalam masyarakat maka unsur akhlak, etika, dan
moral harus ada dan dipenuhi.

Upaya penanggulangan akhlak buruk menjadi suatu keniscayaan dalam membentuk


masyarakat yang beradab dan harmonis.8 Salah satu langkah krusial adalah melalui
pendidikan moral yang berfokus pada pembentukan karakter yang kokoh dan berlandaskan
nilai-nilai etika. Program-program pendidikan yang merangkul nilai-nilai kebajikan dapat
membantu membentuk kesadaran moral dan memperkuat landasan etika individu sejak
usia dini. Selain itu, lembaga-lembaga keagamaan dapat memainkan peran yang signifikan
dalam mengedukasi dan membimbing umatnya menuju perilaku yang lebih etis.

8
Hidayat, Rahmat, and Candra Wijaya. Ilmu pendidikan Islam: menuntun arah pendidikan Islam di
Indonesia. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2016.
13
Selanjutnya, pentingnya peran keluarga sebagai lembaga pertama pembentukan
karakter tidak bisa diabaikan.9 Program dukungan keluarga yang fokus pada nilai-nilai
moral dapat memberikan fondasi kuat bagi perkembangan akhlak anak-anak. Di samping
itu, kampanye publik dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
Penting juga untuk mengembangkan mekanisme penegakan hukum yang adil dan
efektif untuk mencegah dan menanggulangi perilaku tidak bermoral. Sanksi yang tegas dan
konsisten dapat menjadi deterrent yang efektif, sementara rehabilitasi bagi pelaku
keburukan akhlaq perlu dipertimbangkan untuk memastikan perubahan perilaku yang
berkelanjutan. Secara keseluruhan, upaya penanggulangan akhlaq buruk memerlukan
sinergi antara pendekatan pendidikan, lingkungan keluarga, agama, dan sistem hukum.
Hanya melalui kombinasi upaya ini, masyarakat dapat mengarah pada perubahan
positif yang mendalam, menciptakan lingkungan di mana nilai-nilai etika diperkuat, dan
akhlaq buruk dapat diatasi secara efektif.
Akhlak mempunyai tali perhubungan yang akrab dengan iman dan takwa. Tanpa
akhlak bermakna iman dan takwa menjadi gersang. Akhlak yang baik yang disarankan
oleh al-Quran banyak sekali seperti iman, takwa, amal saleh, Ikhlas, sabar, amanah, zuhud,
adil, suka pemaaf, dan sebagainya. Antar sifat-sifat mahmudah yang yang disarankan
dalam Islam bagi melahirkan insan yang baik dan berakhlak tinggi sejajar dengan akhlak
Rasulullah SAW.
Maka bagi siapa yang iman dan akhlaknya benar dan bertakwa kepada Allah SWT ia
akan mendapatkan kebahagiaan. Perbuatan manusia akan dibalas setimpal oleh Allah
SWT sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan.
Saatnya bagi ummat Islam untuk meninggalkan sikap eksklusifisme dan fanatik
kepada golongan tertentu karena umas falam saat ini sudah semakin cerdas ditambah lagi
sarana informasi yang berkembang chingga tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk
tidak mau mempelajari ajaran agamanya sendiri. Ikhlas dalam menjelaskan suatu
permasalahan dengan niat supaya ummat beribadah kepada Allah dengan baik dan benar
sesuai tuntunan Nabi Muhamovad SAW dan para Sahabat Beliau.

9
Anisah, Ani Siti. "Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter anak." Jurnal
Pendidikan UNIGA 5.1 (2017): 70-84.
14
Berdakwah mengajak manusia kepada Allah dan Rasul-Nya agar selamat di dunia
dan di akhirat, dengan penyertaan perubahan sikap dan perilaku yang juga dapat dijadikan
rujukan dan diteladani bagi yang lain. Bukan mengajak manusia kepada dirinya,
kelompoknya, golongannya atau kepentingannya, melainkan sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa. Belajar ikhlas dan berlapang dada dalam menyikapi
perbedaan pendapat selama masih dalam koridor Sunnah saling menghormati, menghindari
menfitnah dan memprovokasi karena dalam al-Quran telah disebutkan bahwa umat Islam
semua bersaudara dan semoga semua pada akhirnya sama-sama masuk surga, meskipun
disisi lain senantiasa ada perbedaan, termasuk amalan dan ibadah Sunnah.
Islam mengajarkan umatnya untuk tidak mudah diprovakasi dengan isu-isu atau
berita bobong, bahkan Islam mengajarkan agar umat ini sebelum menerima dan
menyebarkan berita tentang sesuatu hendaknya mengetahui dengan jelas, sehingga tidak
menimbulkan fitrah.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak baik atau akhlak buruk yang muncul pasti sebagian besar dari
lingkunganyang mempengaruhinya. Maka salah satu upaya untuk menghiasi diri dengan
akhlak yangterpuji, harus selalu bergaul dengan orang yang baik akhlaknya, agar terbawa
arus baikdan menjadi kebiasaan hingga menjadi karakter yang baik pula.

Sesungguhnya akhlak buruk wajib dibersihkan dari diri orang yang


beriman.Bersihkan hati karena hati adalah tempat pandangan Allah. Hati yang bersih
akanmelahirkan akhlak yang baik dan terpuji. Hati yang kotor akan melahirkan akhlak
yang buruk juga.

3.2 Saran

marilah hiasi diri kita dengan akhlak mulia, sebagaimana akhlaktauladan kita
Rasulullah SAW sehingga mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan baikdi dunia
maupun di akhirat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman. "Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap dan perilaku
siswa sekolah dasar islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya." Jurnal Pendidikan
Agama Islam-Ta’lim 10.1 (2012): 67-77.

Suprayitno, Adi, and Wahid Wahyudi. Pendidikan karakter di era milenial. Deepublish, 2020.

Darmiyati Zuchdi, Ed D. Humanisasi pendidikan: menemukan kembali pendidikan yang


manusiawi. Bumi Aksara, 2023.

Nazar, M. SISTEM PENDIDIK AN REMAJA DALAM PANDANGAN ISLAM. Diss. Universitas


Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011.

Nurfitri, Annida, et al. "Dampak Media Sosial Terhadap Perilaku Pelajar Muslim Di Era Society
5.0." AR-RASYID: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2.1 (2021): 73-81.

Utsmani, M. Mujib. "Penguatan Karakter Anak Usia Dini dalam Perspektif Al-Qur‟an dan
Hadits." SELING: Jurnal Program Studi PGRA 7.1 (2021): 54-64.

Ashari, Hasyim. Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali. Diss.


IAIN PONOROGO, 2020.

Hidayat, Rahmat, and Candra Wijaya. Ilmu pendidikan Islam: menuntun arah pendidikan Islam di
Indonesia. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2016.

Anisah, Ani Siti. "Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter
anak." Jurnal Pendidikan UNIGA 5.1 (2017): 70-84.

17

Anda mungkin juga menyukai