Anda di halaman 1dari 13

HADITS TENTANG ETIKA BERKUMPUL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Hadits-Hadits Sosial

Oleh:

Ahmad Renaldiansyah : 210601085


Rizka Hidayatul Hasanah : 210601081
Muhammad Syarif Hidayatullah : 210601074

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Hadits Tentang Etika Berkumpul” ini tepat pada waktunya. Tak lupa
pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


pada mata kuliah “Hadits-Hadits Sosial”. Dan menambah wawasan
tentang “Hadits Tentang Etika Berkumpul” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mutmainnah, M.Th.I


selaku dosen mata kuliah “Hadits-Hadits Sosial” yang telah memberikan tugas ini
dan kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi


penulis dan pembaca. Dan mampu memberi sumbangan pemikiran, baik berupa
konsep teoritas maupun praktis.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak


kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca.

Mataram, 15 Maret 2023

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................................2
BAB 2..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. Etika Berkumpul dalam Pandangan Islam...............................................................3
B. Hadits-Hadits Tentang Etika Berkumpul.................................................................4
BAB 3..................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................8
Kesimpulan......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat
menjunjung tinggi pentingnya etika dan akhlak. Etika dan akhlak adalah
hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena mencakup segala
tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungan dengan sang khaliq ataupun dengan makhluknya.1

Akhlak mulia merupakan salah satu sifat para nabi-nabi allah dan
juga orang-orang shaleh. Dan dengan itu pula yang menjadikan manusia
lebih tinggi derajat dan kedudukannya dihadapan allah Swt. Akhlak mulia
dapat berupa, wajah yang berseri, berbuat kebajikan dan meninggalkan
perbuatan yang dapat mencelakakan sesama. Apalagi jika berkumpul dan
bertemu dengan teman ataupun berkumpul dengan saudara dan keluarga,
maka kita harus mengetahui etika dalam berkumpul.

Sebaik-baik perkumpulan di kalangan umat Islam ialah apabila


berkumpul dengan saudaranya yang seiman, menunjukkan tingkahlaku
dengan perwatakan yang baik, manis muka serta menerima dengan penuh
rasa gembira yang tidak terhingga. Reaksi seperti ini amat disukai oleh
Allah dan Rasul-Nya, dan besar artinya di sisi syariat Islam serta mendapat
ganjaran pahala yang banyak. Rasulullah s.a.w. melarang umatnya
menghina atau memandang rendah dan memperkecilkan orang lain ketika
berkumpul.2 Oleh karena itu, dalam makalah ini akan kami sajikan tentang
bagaimana pandangan islam terhadap etika berkumpul dan tentang etika
berkumpul dalam hadits Nabi Muhammad SAW.

1
Rokayah, “Penerapan Etika dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, TERAMPIL:
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.2, No.1, Juni 2015, hlm.15
2
Rokiah Ahmad, Adab Pergaulan Menurut Dalil Al-Quran Dan Al-Sunnah, (Selangor:
Universiti Kebangsaan Malaysia), hlm.11

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana pandangan islam terhadap etika berkumpul?
2. Bagaimana bunyi Hadits-Hadits tentang etika berkumpul?

C. Manfaat
1. Untuk memahami pandangan islam terhadap etika berkumpul?
2. Untuk mengetahui bunyi Hadits-Hadits tentang etika berkumpul?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Etika Berkumpul dalam Pandangan Islam


Etika berasal dari bahasa yunani “ethikos, ethos” (Adat,
Kebiasaan, praktek).3 Sedangkan etika merupakan kata lain dalam bahasa
Arab “Akhlaq”. Kata Mufradnya adalah khulqu, yang berarti : sajiyyah:
perangai, mur’iiah : budi, thab’in : tabiat, dan adab: adab (kesopanan).
Etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk ( ethics atau ‘ilm
al-akhlaq) dan moral (akhlaq) adalah praktiknya. Sering pula yang
dimaksud dengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan
jiwa berupa perbuatan baik maupun buruk .4 Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yg baik dan apa yg buruk
dan hak serta kewajiban moral dan juga kumpulan asas atau nilai yg
berkenaan dng akhlak yaitu asas perilaku yg menjadi pedoman.5

Ibnu Miskawaih, Imam Al-Ghazali Ahmad Amin yang merupakan


tiga pakar akhlak menyatakan mengenai akhlak adalah Perangai yang
melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan sifat yang baik
tanpa memikirkan pikiran terlebih dahulu.6

Dalam berkumpul kita harus memiliki kemampuan Respect for


others yakni menghargai orang lain. Secara istilah, respect for others
berarti tidak mengejek, tidak merendahkan, atau mendengar orang lain
dengan baik. Menghargai seseorang menjadikan kita nyaman. 7 Etika
berkumpul dengan orang lain, ketika datang haruslah mengucapkan salam,
3
Nizar, “Hubungan Etika Dan Agama Dalam Kehidupan Sosial”, dalam https//23117-
hubungan-etika-san-agama-dalam-kehidupan-b0d43e84 Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2023
Pukul 21.36
4
Muhammad Alfan, “Filsafat Etika Islam”, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hlm.20-21
5
Tim Redaksi, “Kamus Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.402
6
Rokayah, “Penerapan Etika dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari”…, hlm.16
7
Muhammad Zulian Alfaizi, “Akhlak Al-Qur’an”, ( Yogyakarta: Laksana Diva Press,
2019), hlm.211

3
bersalaman, bercanda dengan semestinya, hormati perasaan orang lain,
jaga dan perhatikan kondisi, mnghargai sesama, tawadhu’, murah senyum,
berbaik sangka, memaafkan kekeliruan mereka, dan menjadi pendengar
yang baik.8

B. Hadits-Hadits Tentang Etika Berkumpul


Nabi Muhammad SAW. Bersabda:

‫ اذا لقي‬:‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬،‫وعن ابي هريرة رضي هللا عنه‬
‫ فان حالت بينهما شجرة او جدار او حجر ثم لقيه فليسلم‬،‫احدكم اخاه فليسلم عليه‬
)‫ (رواه ابو داود‬.‫عليه‬

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: "Apabila
salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, maka
hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya. Dan seandainya di antara
keduanya terpisah oleh pohon, dinding atau batu, kemudian bertemu
kembali maka hen-daklah ia mengucapkan salam lagi." (HR. Abu Dawud)9
Memberi salam merupakan syiar Islam yang di dalamnya
tersimpan hikmah yang amat positif. Salam merupakan satu sebab
terciptanya saling mengenal, bertautnya dua hati, dan akan menumbuhkan
rasa cinta kasih di antara sesama. Memberi salam juga perbuatan terpuji
yang menunjukkan ketawadukan dan kecintaan kita terhadap sesama,
sekaligus cermin kebersihan hati kita dari rasa iri dan dengki, dari dendam
dan benci, dari kesombongan dan memandang rendah orang lain. Pahala
yang besar dan hikmah positif dalam berbagi salam ini, akan dapat kita
petik jika itu dilakukan dengan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Berikut tuntunan yang telah Allah dan Rasulullah ajarkan pada kita dalam
berbagi salam.

Islam mengajarkan kita untuk menyebarluaskan salam keselamatan


kepada setiap muslim, karena di dalamnya terkandung manfaat yang
positif bagi kehidupan kita, seperti menyebarluaskan salam merupakan
8
Rokayah, “Penerapan Etika dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari”…, hlm.18-19
9
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, “Riyadhus Shalihin”, Terj.Achmad Sunarto,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm.40

4
amalan sunnah yang memiliki nilai pahala yang amat besar. Di samping
pahala yang besar, berbagi salam juga merupakan amalan yang dapat
menumbuhkan rasa cinta kasih kita terhadap sesama.10

‫اذا زار احدكم اخاه فجلس عنده فال يقومن حتى يستاذنه‬

Jika salah seorang kamu mengunjungi saudara lalu duduk di


sebelahnya, maka sungguh janganlah ia berdiri sehingga meminta izin
kepadanya.11
Meminta izin ketika hendak meninggalkan pertemuan ini boleh
dengan isyarat, mengucapkan kata-kata sebagaimana lazimnya, atau
dengan mengucapkan salam Islam, dan ini adalah lebih baik dan lebih
utama sebab salam selain berfungsi sebagai permintaan izin, juga sebagai
pemberitahuan kepada khalayak (ahli majelis) jika kita hendak
meninggalkan majelis. Dan jika memungkinkan maka akan lebih baik lagi
apabila kita menerangkan alasan kepergian kita (apabila majelis belum
selesai), ini untuk menjaga dan menghindari munculnya kecurigaan dan
prasangka negatif, sekaligus sebagai sikap yang mencerminkan keindahan
akhlak dan budi pekerti kita.12

‫ قال رسول هللا‬:‫عن عبد هللا ابن عمر و ابن العاص رضي هللا عنهما قال‬
‫ والمهاجر من هجر‬،‫ المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده‬:‫صلى هللا عليه وسلم‬
)‫ (متفق عليهم‬.‫ما نهى هللا عنه‬.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: "Orang Islam adalah kaum muslimin yang terhindar dari
gangguan lidah dan tangannya; sedangkan orang yang hijrah adalah orang
yang meninggalkan segala apa dilarang oleh Allah." (HR. Bukhari dan
Muslim).13

10
Haryanto al-Fandi,.”Etika Bermuamalah”, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm.4-5.
11
Muhammad Nashiruddin al-Albani, “Silsilah al-Hadits ash-Shohihah wa Syai’un min
Fiqhiha wa Fawa’idiha,” terj Muhammad Qodirun Nur, (Jakarta: Qisthi Press 2005) hlm 394.
12
Abdul Aziz bin Fauzan, Aturan Islam Tentang Bergaul Dengan Sesama, (Griya Ilmu)
hlm 427.
13
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, “Riyadhus Shalihin”, Terj Achmad
Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999) hlm 456.

5
Asbabul Wurud:

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki telah


bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, Muslim yang mana yang
paling baik?”. Jawab beliu: “sebaik-baik muslim ialah orang...... dan
seterusnya”.14

Dalam pergaulan hidup sehari-hari acapkali seseorang


merendahkan orang lain, atau meremehkan dengan memperlihatkan sifat
mengejek atau mengeluarkan kata-kata yang bernada menghina.15

Dalam hadis di atas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah


orang yang mampu menjaga dirinya sehingga orang lain selamat dari
kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata lain, ia
harus berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh
tangannya, baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta
bendanya, dan lain-lain ataupun dengan lisannya. Kalaupun ia pernah
menyakiti saudaranya tanpa disengaja, ia harus segera memberikan
pertolongan sesuai kemampuannya.16

‫ من احب ان‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫وعنه رضي هللا عنه قال‬
‫ واليات‬،‫ وهو يؤمن باهلل واليوم االخر‬،‫يزحزح عن النار و يدخل الجنة فلتاته منيته‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫الى الناس الذي يحب ان يؤتى اليه‬.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda: "Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, hendaklah apa yang menjadi angan-angannya
itu benar-benar di usahakan, dimana ia harus beriman kepada Allah dan
hari akhir, serta berbuat senang kepada orang lain, sebagaimana ia sendiri
senang apabila diperbuat seperti itu." (HR. Muslim)17

)‫ اذا كنتم ثالثة فال يتناجى رجالن دون االخر (رواه بخارى‬.
14
Ibnu Hamzah ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud 2 Latar Belakang Historis Timbulnya
Hadits-hadits Rasul, terj Suwarta Wijaya & Zafrullah Salim (Jakarta: Kalam Mulia 2004) hlm 340.
15
Abdul Hamid Hamzah, Pola Dasar Ajaran Islam, (Yayasan Al Ikhlas) hlm 266.
16
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum), (Bandung: Pustaka
Setia 2003) hlm 42.
17
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, “Riyadhus Shalihin”…,hlm.456-457

6
“Apabila terdapat tiga orang, maka janganlah dua orang berbisik-
bisik tanpa disertakan oleh seorang lagi.”
Berbisik-bisik di dalam majelis tanpa melibatkan orang ketiga yang
berada di tempat tersebut adalah perbuatan tidak terpuji, dan dapat
menyinggung perasaan orang lain, menjadikan orang lain bersedih hati,
dan dapat pula memunculkan persangkaan yang tidak baik. Namun, jika
memang ada hal penting yang harus kita bicarakan dengan pelan (berbisik-
bisik), hendaknya kita melibatkan orang ketiga yang berada di majelis
tersebut.18

‫اذا زار احدكم اخاه فجلس عنده فال يقومن حتى يستاذنه‬

“Jika salah seorang kamu mengunjungi saudara lalu duduk di


sebelahnya, maka sungguh janganlah ia berdiri sehingga meminta izin
kepadanya”.19
Meminta izin ketika hendak meninggalkan pertemuan ini boleh
dengan isyarat, mengucapkan kata-kata sebagaimana lazimnya, atau
dengan mengucapkan salam Islam, dan ini adalah lebih baik dan lebih
utama sebab salam selain berfungsi sebagai permintaan izin, juga sebagai
pemberitahuan kepada khalayak (ahli majelis) jika kita hendak
meninggalkan majelis. Dan jika memungkinkan maka akan lebih baik lagi
apabila kita menerangkan alasan kepergian kita (apabila majelis belum
selesai), ini untuk menjaga dan menghindari munculnya kecurigaan dan
prasangka negatif, sekaligus sebagai sikap yang mencerminkan keindahan
akhlak dan budi pekerti kita.20

18
Haryanto al-Fandi, “Etika Bermuamalah”…, hlm.93.
19
Muhammad Nashiruddin al-Albani, “Silsilah al-Hadits ash-Shohihah wa Syai’un min
Fiqhiha wa Fawa’idiha”, terj Muhammad Qodirun Nur, (Jakarta: Qisthi Press 2005), hlm.394.
20
Abdul Aziz bin Fauzan, “Aturan Islam Tentang Bergaul Dengan Sesama”, (Griya
Ilmu), hlm.427.

7
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan
Etika berkumpul dengan orang lain, ketika datang haruslah mengucapkan
salam, bersalaman, bercanda dengan semestinya, hormati perasaan orang lain,
jaga dan perhatikan kondisi, mnghargai sesama, tawadhu’, murah senyum,
berbaik sangka, memaafkan kekeliruan mereka, dan menjadi pendengar yang
baik. Islam mengajarkan kita untuk menyebarluaskan salam keselamatan kepada
setiap muslim, karena di dalamnya terkandung manfaat yang positif bagi
kehidupan kita, seperti menyebarluaskan salam merupakan amalan sunnah yang
memiliki nilai pahala yang amat besar.

8
DAFTAR PUSTAKA
Rokayah, “Penerapan Etika dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-Hari”,
TERAMPIL: Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.2, No.1, Juni
2015

Rokiah Ahmad, Adab Pergaulan Menurut Dalil Al-Quran Dan Al-Sunnah,


Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia

Nizar, “Hubungan Etika Dan Agama Dalam Kehidupan Sosial”, dalam


https//23117-hubungan-etika-san-agama-dalam-kehidupan-b0d43e84
Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2023

Muhammad Alfan, “Filsafat Etika Islam”, Bandung : Pustaka Setia, 2011

Tim Redaksi, “Kamus Bahasa Indonesia”, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008

Muhammad Zulian Alfaizi, “Akhlak Al-Qur’an”, Yogyakarta: Laksana Diva


Press, 2019

Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, “Riyadhus Shalihin”, Terj.Achmad


Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1999

Haryanto al-Fandi,.”Etika Bermuamalah”, Jakarta: Amzah, 2011

Muhammad Nashiruddin al-Albani, “Silsilah al-Hadits ash-Shohihah wa Syai’un


min Fiqhiha wa Fawa’idiha”, terj Muhammad Qodirun Nur, Jakarta:
Qisthi Press 2005

Abdul Hamid Hamzah, Pola Dasar Ajaran Islam, Yayasan Al Ikhlas

Ibnu Hamzah ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud 2 Latar Belakang Historis Timbulnya


Hadits-hadits Rasul, terj Suwarta Wijaya & Zafrullah Salim (Jakarta:
Kalam Mulia 2004

9
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis (Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum), Bandung:
Pustaka Setia 2003

Abdul Aziz bin Fauzan, “Aturan Islam Tentang Bergaul Dengan Sesama”, Griya
Ilmu

Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, “Riyadhus Shalihin”, Terj Achmad
Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1999

Abdul Aziz bin Fauzan, Aturan Islam Tentang Bergaul Dengan Sesama, Griya Ilmu

10

Anda mungkin juga menyukai