Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah, Akhlak, dan


Muamalah
AKHLAK SOSIAL

Dosen Pengampu : Gariyanto, M.Pd. I

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Aurora Fayza Daniswara (21340009)
2. Destya Putri Nabilla (21340032)
3. Devia Maranata (21340043)
4. Febrika Kurnia Sari (21340040)
5. Jihan Queen Asri (21340037)
6. Yoja Exgysta (21340029)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022

1
KATA PENGANTAR
 

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Akhlak Sosial” dengan lancar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ibadah, Akhlak,
dan Muamalah.Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai hakekat shalat dan segala sesuatu mengenai ibadah shalat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gariyanto, M.Pd. I selaku


dosen  pengampu Mata Kuliah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 21 Mei 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1. Latar Belakang............................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
3. Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAAN........................................................................................ 3

1. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial.................................................. 3


2. Masyarakat Dambaan Islam............................................................................ 4
3. Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama Dalam Islam................................ 8
4. Prinsip-Prinsip Islam dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial.................... 9
5. Pandangan Islam Terhadap Beberapa Persoalan: Kemiskinan, Kebodohan,
dan Pengangguran........................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15

1. Kesimpulan.................................................................................................... 15
2. Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup yang berakhlak berkewajiban untuk


menunaikan dan menjaga perilaku yang baik serta menjauhi dan meninggalkan
perilaku yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari syariat islam yang
menentukan kualitas keberagaman. Akhlak menekankan pada kualitas dari
perbuatan, misalnya ketika shalat dilihat dari kekhusu’annya, berjuang dilihat dari
kegigihannya, dan jabatan dilihat dari apa yang telah diberikan, bukan yang
diterima.

Dalam menjalani kehidupan bertetangga, bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara, kita sebagai umat yang senantiasa bersosialisasi dan berinteraksi
dengan manusia lainnya, khususnya umat islam, sudah selayaknya kita
menampilkan akhlak mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabat. Berakhlak mulia dalam kehidupan sosial sangat perlu untuk
direalisasikan.

Sebagai sesama umat yang se-akidah kita perlu menjaga keharmonisan


persaudraan yang didasarkan atas kesamaan di dalam berkeyakinan. Islam
mengajarkan agar kita selalu menampilkan kemuliaan akhlak dalam kehidupan
sosial.

2. Rumusan Masalah
1). Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan sosial?
2). Siapakah masyarakat dambaan islam?
3). Bagaimana toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam?
4). Apa sajakah prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial?
5). Bagaimana pandangan islam terhadap terhadap beberapa persoalan:
kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran?

1
3. Tujuan
1). Untuk mengetahui pengertian akhlak secara umum,
2). Untuk mengetahui akhlak sosial yang diterapkan dalam islam,
3). Untuk mengetahui tugas masyarakat islam terhadap akhlak,
4). Untuk mengetahui akhlak yang baik dan akhlak yang buruk dalam
kehidupan bersosial, dan
5). Untuk mengetahui pandangan islam terhadap beberapa persoalan:
kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial

Menurut pandangan Islam. Manusia secara etimologi disebut juga insan yang
dalam bahasa Arabnya berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa dan jika
dilihat dari akar kata al-uns berarti jinak. Dari kedua akar tersebut kata insan
digunakan untuk menyebut manusia dikarenakan manusia memiliki sifat pelupa
dan jinak-dalam artian manusia mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
ada di sekitarnya.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosial diartikan


sebagai sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat dan suka memperhatikan
kepentingan umum. Dikarenakan sosial merupakan cara manusia berhubungan
dengan sesame dalam berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan
budaya, sifat manusia juga mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan pranata-pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang
telah disepakati bersama.

Akhlak sosial islami merupakan suatu perilaku atau peringai yang baik dan
mulia dalam pandangan islam, baik akhlak kepada Allah SWT maupun kepada
sesame manusia. Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki
rasa saling bergantung dan saling berinteraksi satu dengan lainnya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut terdapat delapan akhlak sosial islami
yang perlu diperhatikan:

1). Saling menyayangi; setiap orang yang beriman akan saling menyayangi yang
bersifat umum sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT, baik kepada
sesama umat islam, kepada yang berbeda keyakinan, bahkan kepada alam.
2). Beramal sholeh; berbuat baik dalam menjalankan kehidupan, seperti memberi
sumbangan, memberi nasehat, bekerja untuk kepentingan masyarakat, dan
mengajarkan ilmu kepda orang lain.
3). Saling mengormati; sikap ini biasanya lebih banyak tampil dan tampak dab
pada umumnya bersifat langsung dalm perjumpaan.

3
4). Berlaku adil; keadilan diartikan sebagai sikap yang benar, tidak memihak
salah satu persoalan. Berlaku adil disini berkaitan dengan tidak
mendriskriminasi seseorang.
5). Menjaga persaudaraan; diartikan sebagai upaya membuat hubungan
persaudaraanmenjadi lebih harmonis dan akrab layaknya saudara.
6). Berani membela kebenaran; keteguhan dalam menghadapi bahaya dalm
rangka menegakkan kebenran berdasarkan ketentuan dari Allah SWT. berani
membela kebenaran juga dapat diartikan merasa takut pada beberapa
hal yang memang harus ditakuti yaitu hal-hal yang jahat dan jelek seperti
kejahatan, kriminal dan kejelekan seperti aib, dan kemiskinan.
7). Tolong menolong; diartikan sebagai sikap saling membantu. Kehidupan
bermasyarakat akan dapat mandiri dan kuat apabila kerja sama dan tolong
menolong diantara anggota masyarakat dapat dijalankan dengan baik.
8). Musyawarah; untuk menyatukan suara ditengah masyarakat di Indonesia yang
beragam, musyawarah hadir sebagai alat menyatukan perbedaan pendapat.
Islam juga menjamin kebebasan dalam berpendapat bagi setiap orang selama
pendapatnya tidak bertentangan dengan kaidah dan prinsip Islam.

2. Masyarakat Dambaan Islam

Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-


elemen dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata
kehidupan yang mereka inginkan. Beberapa cendekiawan Muslim di Asia
Tenggara menyebut masyarakat yang demikian dengan istilah "Masyarakat
Madani". Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani diartikan
sebagai "masyarakat sipil yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, dan hukum
yang ditopang oleh penguasaan teknologi yang berperadaban, dan didasarkan oleh
iman dan ilmu". Dalam istilah hidup adalah ibadah. Kehidupan di dunia harus
diisi dengan kegiatan yang diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Dalam Islam
kehidupan dunia adalah ladang amal dan bekerja, bukan alam pembalasan.
Sebaliknya, kehidupan akhirat adalah alam pembalasan bukan ladang untuk
bekerja. Menurut Kuntowijoyo ada tiga upaya atau gerakan untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang ideal. Pertama, gerakan humanisasi yaitu upaya

4
memanusiakan manusia. Hal ini tercermin dari gerakan Amar Ma'ruf,
memerintahkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Kedua, gerakan liberasi
yaitu upaya membebaskan manusia dari belenggu-belenggu kejahatan dan
kemunkaran. Ketiga, gerakan transendensi yakni upaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT, melalui ibadah-ibadah yang dilakukan. Untuk memelihara
kesempurnaan sebagai insan kamil, manusia tidak bisa lepas dari melaksanakan
kewajiban-kewajiban agama yang diperintahkan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤيا َ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۗ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقٮ ُك ْم ۗ اِ َّن‬
‫هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬

Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat:13)

Masyarakat dengan semangat Islam membentuk tatanan-tatanan yang


bersumber dari hukum yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Tatanan-tatanan
tersebut minimal bersendikan tauhidullah, ukhuwah islamiyah, persamaan dan
kesetiakawanan, musyawarah dan tasamuh, jihad dan shaleh, dan istiqomah.

1). Tauhidullah
Tauhidullah artinya setiap individu yang merasa menjadi anggota masyarakat
Islam semestinya mendasarkan hidupnya pada perinsip tauhid– mengesakan Allah
– dan tercermin dalam seluruh segi kehidupannya. Katauhidan itu nampak pada:
a). Ibadah dando’a, yaitu tidak adayang patut disembah dan tidak ada yang patut
dimintai pertolongan kecuali Allah. (Q.S Al-Fatihah:5),
b). Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi, yaitu keyakinan tidak ada Zat
yangmemberi rizki dan pemilik mutlak dari seluruh alam semesta kecuali
Allah. (Q.S Al-Baqarah:204 dan Q.S An-Nur:33),

5
c). Tauhid dalam kegiatan dakwah dan pendidikan, yaitu keyakinan tidak
adak ada zatyang dapat memberi petunjuk kecuali Allah. (Q.S Al-Qasas:56
dan Q.S An-Nahl:37),
d). Kegiatan berpolitik, yaitu suatu keyakinan tidak ada penguasa yang paling
mutlak danmaha adil kecuali Allah, juga kekuasaan dan kemulyaan yang
diperoleh semata-matahanya datang dari Allah. (Q.S Ali Imran: 26 dan Q.S
Yunus:65),
e). Pelaksanaan hukum, yaitu keyakinan bahwa hukum yang mutlak benar dan ad
iladalah hukum yang datang dari Alla. ( Q.S Yusuf: 40 dan 67)
f). Sikap hidup secara keseluruhan, termasuk ucapan ucapan sebagai ungkapan 
hati dalam menerima peristiwa sehari-hari. Tidak ada yang patut ditakuti
kecuali Allah (Q.S At-Taubah:l8), (Q.S Al-Baqarah:150).Tidak ada yang patut
dicintai secara mutlak kecuali Allah (Q.S At-Taubah:24). Tidak ada yang
dapat menghilangkan kemadharatan dan tidak ada yang dapat memberikan
karunia kecuali Allah (Q.S Yunus:107), (Q.S Ali Imran:73). Bahkan tidak ada
yang dapat menghilangkan nyawa kecuali Allah (Q.S Ali Imran:145).
g). Seorang anggota masyarakat Islam, akan senantiasa mengihlaskan seluruh
hidupnya untuk beribadah kepadaNya serta tetap menjaga kesucian
amaliahnya baik lahir maupun bathin. (Q.S Al-An’am:162-163), (Q.S Al-
Bayyinah-5)

2). Ukhuwah Islamiyyah


Dengan sendi Tauhidullah, masyarakat Islam berpandangan hidup yang sama, 
sehingga terjelmalah pertautan hati satu sama lain yang melahirkan ikatan
persaudaraan di atas budi pekerti akhlak yang mulia. Terkikis penyakit egoisme,
individualisme serta meterialisme yang hanya mementingkan diri sendiri. Firman 
Allah menegaskan dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara.” (Q.S Al-Hujurat:10). “Dan Allah mepersatupadukan di antara hati
mereka, yang andai kata engkau belanjakan seluruh isi bumi tidaklah engkau mam
pu mempersatukan di antara mereka.Sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan Maha
Bijaksana“ (Q.S Al Anfal:63). Lebih jauh Islam mengajarkan, berbeda bangsa, ber
beda kulit, berbeda bahasa dan berbeda budaya diupayakan untuk saling mengenal

6
dan memperkaya batin masing-masing. Ibadah-ibadah khusus dalam Islam, bila
kita simak secara teliti ternyata ujungnya adalah kebaikan bermasyarakat.

3). Persamaan dan Kesetiakawanan


Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah,maka hanya Allah lah Yang Maha
Kuasa dan Maha Mulia, dirinya hanya sebagai hamba, tidak akan terbetik dari
hatinya perasaan lebih mulia dari sesamanya. Perasaan ini kan menumbuhkan
persamaan dan kebersamaan,menumbuhkan kesetiakawanan yang bersumber dari
kedalaman lubuk hati yang diteduhi iman.

4). Musyawarah dan Tasamuh


Apabila persamaan dan persaudaraan yang berdasar keimanan telah tumbuh
dengan subur, maka segala usaha serta tindakan-tindakan masyarakat senantiasa
akan dilihat dari segi kepentingan umum dan untuk kepentingan bersama.
Berbagai pendapat mungkin terjadi, bahkan pasti terjadi, tetapi semua itu tidak
akan menimbulkan konflik yang akan menjadi gangguan ketentraman bersama. 
Musyawarah menjadi tradisinya, saling menghormati. Firman Allah dalam Al-
Qur’an,“Mereka menyambut ajaran yang datang dari
Tuhannya mendirikan shalat, musyawarah dalam urusan urusannya, dan mereka
menginfakkan sebahagian dari rizkinya.“( Q.S Asy syura 38). Seorang mukmin
tidak bakalan merasa benar sendiri, ia menyadari bahwa dirinya tidak mungkin
sempurna, ia akan senantiasa mencari kebenaran serta mempertimbangkan nasihat
dan pendapat orang lain.

5). Jihad dan Amal Shaleh


Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati, berusaha mencapai
hasil yang sebaik baiknya. Itulah jihad, yang merupakan karakter seorang mukmin
. Ia terus bekerja dan berusaha menciptakan kesejahteraan untuk dirinya, keluarga,
dan masyarakatnya serta bangsa dan negaranya sebagai wujud amal shalehnya.

7
6). Istiqomah
Istiqamah, artinya lurus terus, maksudnya setiap muslim akan tetap memegang
dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah. Ia tidak akan meleleh
karena panas,tidak akan beku karena dingin, tidak akan lapuk karena hujan dan
tak akan lekang di terik sinar matahari. Keteguhan hati serta kepercayaan diri
yang mantap merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam men
g-ayuh serta meniti hidup yang penuh rintangan.

3. Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama Dalam Islam

Secara umum, toleransi dapat diartikan sebagai sikap manusia agar saling
menghargai dan menghormati terhadap perbedaan yang ada. Toleransi perlu
dimunculkan dari setiap diri individu maupun kelompok untuk menumbuhkan
rasa perdamaian dalam keberagaman di sekitar lingkungan.

Adapun secara etimologi atau bahasa, toleransi yang berasal dari bahasa latin
yaitu tolerare berarti sabar dan menahan diri. Sedangkan secara terminologi,
toleransi merupakan sikap saling menghormati, menghargai, menyampaikan
pendapat, kepercayaan, pandangan terhadap sesama manusia yang pada dasarnya
bertentangan dengan diri sendiri.

Toleransi antar umat beragama yang terkandung dalam Al-Quran yaitu


Pertama,bertanggung jawab terhadap keyakinan dan pebuatan, Kedua, kebebasan
memilih dan menjalankan keyakinan tanpa adanya paksaan, Ketiga, saling
menghargai dan menghormati keyakinan, Keempat, berlaku adil dan berbuat baik
sesama manusia.

Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an surat Al Kafirun:

‫) َواَل‬4( ‫) َواَل َأنَا عَابِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم‬3( ‫) َواَل َأ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬2( َ‫) اَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون‬1( َ‫قُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُون‬
ِ ‫) لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد‬5( ‫َأ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬
)6( ‫ين‬

Artinya: “"Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak

8
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku".

Kemudian terdapat juga hadits yang di riwayatkan dari Dari Anas bin Malik
RA, Rasulullah SAW bersabda,

‫ َأ ْخ َر َجهُ ُم ْسلِ ٌم َو َأبُو يَ ْعلَى‬- ‫ار ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬


ِ ‫ َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه اَل يُْؤ ِمنُ َع ْب ٌد َحتَّى يُ ِحبَّ لِ َج‬:‫َو َسلَّ َم قَا َل‬

Artinya: “Demi (Allah) yang nyawaku di tangan-Nya, tidaklah beriman


seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri,” (HR Muslim dan Abu Ya’la)

Meskipun Islam menjunjung tinggi toleransi, penghargaan yang diberikan


Islam hanya sebatas urusan muamalah atau hubungan sesama manusia. Toleransi
Islam tidak sampai ke batas akidah dan keimanan yang dianut umat agama lain.
Artinya, selama itu tidak mengotori atau mencemari kemurnian keyakinan
terhadap Allah SWT, pintu toleransi dibuka seluas-luasnya.

4. Prinsip-Prinsip Islam dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Pandangan islam tentang kehidupan sosial antara lain sebagai berikut:

A). Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan
dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya
masing-masing dengan memelihara dan kehormatan baik dengan sesama
muslimmaupun dengan non muslim, dalam hubungan ketetanggaan bahkan 
Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan
sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَا َ صْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَ َخ َو ْي ُك ْم َوا تَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

Artinya: “Orang orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damai
kanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah supaya kamu mendapatkan rahmat”. (Q.S Al-Hujurat:10)

9
B). Tetangga adalah mempunyai hak yang wajib dijaga dan dihormati, tidak boleh
saling mengganggu dan wajib tolong-menolong antar tetangga.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫هّٰللا‬
‫ـار ِذى‬ِ ‫َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َشيْـًئـا ۗ  َّوبِا ْل َوا لِ َد ْي ِن اِحْ َسا نًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َوا ْليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َوا ْل َج‬
‫ت اَ ْي َما نُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكا‬ ِۢ ‫ب بِا ْل َجـ ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ِل ۙ  َو َما َملَـ َك‬ ِ ‫ب َوا لصَّا ِح‬ ِ ُ‫ـار ْالجُـن‬ِ ‫ْالقُرْ ٰبى َوا ْل َج‬
‫ نَ ُم ْختَا اًل فَ ُخوْ رًا‬
Artinya: “Dan berbuat baik kepada tetangga dekat dan tetangga yang
jauh,teman sejawat” (Q.S An Nisa:36).

Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk baik
dan adil mereka berhak memperoleh hak hak dan kehormatan sebagai tetangga
memberi makanan yang halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan prinsip
-prinsip yang diajarkan oleh agama islam. Dalam hubungan-hubungan sosial
yang lebih luas setiap orang baik sebagai individu, keluarga maupun warga
dan organisasi haruslah menunjukkan sikap sikap sosial yang didasarkan atas 
prinsip menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia, memupuk persaudaraan 
dan kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerja masyarakat sejahtera lahir dan 
bathin, memupuk jiwa toleransi, saling menghormati kebebasan orang lain, 
menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang
sama, menepati janji, menanamkan kasih sayang dan mencegah kerusakan, 
menjadikan masyarakat yang shaleh, dan bertanggung jawab atas baik dan 
buruknya masyarakat dengan melakukan amar makruf dan nahi munkar, 
berusaha untuk bersatuu dan bermanfaat, memakmurkan masjid, menghormati
dan mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama,
tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin, dan
yatim, tidak mengambil hak orang lain, dan berlomba dalamkebaikan ditengah
masyarakat untuk perbaikan hidup, baik lahir maupun bathin. Sehingga dapat 
mencapai cita-cita masyarakat utama yang diridhoi Allah SWT.

10
Islam sebagai ajaran sangat peduli dengan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan
sosial dalam islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan
sosial yang bersifat jasmani dan rohani. Manifestasi dari kesejahteraan sosial
dalam islam harus memperoleh perlindungan yang mencakup lima hal, yaitu:
1). Agama (Al-din), merupakan kumpulan aqidah, ibadah, ketentuan dan hukum
yang telah disyari’atkan Allah SWT untuk mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah, hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian yang
lainnya.aga
2). Jiwa/tubuh (Al Nafs), islam mengatur eksitensi jiwa dengan menciptakan
lembaga pernikahan untuk mendapatkan keturunan. Islam juga melindungi
dan menjamin eksistensi jiwa berupa kewajiban memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, qishah,
diyat, dilarang melakukan hal yang bisa merusak dan membahayakan jiwa.
3). Akal (Al ‘aql), melindungi akal dengan larangan mengkonsumsi narkoba
(khamr dan segala hal yang memabukkan) sekaligus memberikan sanksi bagi
yang mengkonsumsinya.
4). Kehormatan (Al‘irdhu), berupa sanksi bagi pelaku zina dan bagi orang yang
menuduh zina.
5). Kekayaan (Al mal), mengatur bagaimana memperoleh kekayaan dan mengusa
hakannya, seperti kewajiban mendapatkan rizki dan anjuran bermua’amalat.
Islam juga memberi perlindungan kekayaan dengan larangan mencuri, menipu
,berkhianat, memakan harta orang lain dengan cara tidak benar, merusak harta
orang lain, dan menolak riba.

5. Pandangan Islam Terhadap Beberapa Persoalan: Kemiskinan,


Kebodohan, dan Pengangguran

Islam datang sebagai agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan


pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu Islam
sangat memperhatikan kebahagiaan manusia baik itu kebahagiaan dunia maupun
akhirat, dengan kata lain Islam (dengan segala aturannya) sangat mengharapkan
umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan materi dan spiritual. Islam sangat
memperhatikan masalah pembangunan ekonomi, namun menempatkannya setelah

11
pembnagunan umat manusia. Semua aspek yang terkait dengan pembnagunan
ekonomi harus menyatu dengan pembnagunan umat manusia. Pertumbuhan
ekonomi tidak hanya diukur dari aspek ekonomi saja, melainkan dengan aktivitas
manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan sisi material dan
spiritual manusia sekaligus.

Kursid Ahmad dalam Sayyid Tahir (1995) merumuskan dasar-dasar filosofis


pembangunan ekonomi ini yaitu:

1). Tauhid, yang mengacu kepada pengakuan terhadap keesaan Allah dan
kekuasaanNya yang menetapkan aturan hubungan antara hubungan antara
tuhan dengan manusia dan manusia dan manusia (hablum-minallah and
hablumminannas),
2). Rububiyyah, beri’tiqad bahwa Allah ialah tuhan yang menciptakan alam,
mentabdir, memilikinya, memberi rezeki, segala-galanya di bawah
pengetahuan, kehendek dan kebijaksanaan-Nya yang tidak terhingga. Beriman
bahwa hanya Allah satu-satunya Rab yang memiliki, merencanakan,
menciptakan, mengatur, memelihara, memberi reseki, memberikan menfaat,
menolak mudharat serta menjaga seluruh alam semesta,
3). Khilafah, yang menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah Allah di muka
bumi untuk memakmurkan bumi dan bertanggung jawab kepada Allah tentang
pengelolaan sumberdaya yang diamanahkan kepadanya, dan
4). Tazkiyah, yaitu mensucikan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
sesamanya dan alam lingkungan, masyarkat dan negara.

Agama Islam adalah agama paripurna yaitu agama yang mengajarkan segala
aspek kehidupan di dalamnya. Termasuk di dalamnya tentang kemiskina,
kebodohan dan pengangguran. Sehingga apabila kita ingin menjadi seorang
muslim sejati maka kita harus mengikuti apa yang diperintahkan oleh Nabinya,
termasuk menghindari kemiskinan, kebodohan dan menjadi pengangguran.

Kemiskinan: Agama Islam pada hakikatnya tidak memandang seseorang dari


harta kekayaannya, akan tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala menilai seseorang dari
ketakwaannya. Orang miskin di akhirat kelak akan masuk surga 500 tahun lebih

12
dahulu daripada orang kaya, akan tetapi bukan berarti Islam megajarkan kita untk
menjadi miskin. Justru sebaliknya orang Islam dianjurkan untuk menjadi kaya
raya. Banyak sekali ibadah yang dibutuhkan biaya, seperti ibadah Haji, sedekah,
zakat, bahkan jihad Fisabilillah. Oleh karena itu apakah miskin atau kaya dalam
Islam yang dilihat adalah ketakwaannya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ۗ واِ ْن تَ ُع ُّدوْ ا نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ اَل تُحْ صُوْ هَا ۗ اِ َّن ااْل ِ ْن َسا نَ لَـظَلُوْ ٌم َكفَّا ٌر‬
َ  ُ‫َو ٰا ٰتٮ ُك ْم ِّم ْن ُكلِّ َما َسا َ ْلـتُ ُموْ ه‬

Artinya: “Allah telah menganugerahkan kepada kamu segala apa yang kamu
minta (butuhkan dan inginkan). Jika kamu mengitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tidak mampu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia sangat
aniaya lagi sangat kufur" (QS. Ibrahim [14]: 34).

Pernyataan Al-Quran tersebut dikemukakannya setelah menyebutkan aneka


nikmat-Nya, seperti langit, bumi, hujan, laut, bulan, matahari, dan sebagainya.
Sumber daya alam yang disiapkan Allah untuk umat manusia tidak terhingga dan
tidak terbatas. Seandainya sesuatu telah habis, maka ada alternatif lain yang
disediakan Allah selama manusia berusaha. Oleh karena itu, tidak ada alasan
untuk berkata bahwa sumber daya alam terbatas, tetapi sikap manusia terhadap
pihak lain, dan sikapnya terhadap dirinya itulah yang menjadikan sebagian
manusia tidak memperoleh sumber daya alam tersebut. Kemiskinan terjadi akibat
adanya ketidakseimbangan dalam perolehan atau penggunaan sumber daya alam
itu.

Kebodohan: Islam sangat tidak menyukai kebodohan, karena dengan


kebodohan maka akan menyeret seseorang kepada kesyirikan dan kekufuran
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Selain itu di dalam surat Al Mujadilah ayat
11 Allah menjanjikan akan meningkatkan derajat seseorang yang berilmu di dunia
dan akhirat. Al-Qur’an sendiri telah menunjukkan siapa orang bodoh itu. Allah
SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi
mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera
bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana." (QS An-Nisa ayat 17) Karena itu, orang yang bodoh adalah

13
orang yang tidak taat dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Selama dia melakukan maksiat, maka ia bodoh. Kebodohan tentang akhirat, dan
kebodohan tentang surga dan neraka, membuatnya jatuh ke dalam maksiat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ِ ‫ك َواَ صْ لَح ُۤوْ ا ۙ اِ َّن َربَّكَ ِم ۢ ْن بَ ْع ِدهَا لَ َغفُوْ ٌر ر‬


‫َّح ْي ٌم‬ َ ِ‫ك لِلَّ ِذ ْينَ َع ِملُوا الس ُّْٓو َء بِ َجهَا لَ ٍة ثُ َّم تَا بُوْ ا ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ٰذل‬
َ َّ‫ثُ َّم اِ َّن َرب‬

Artinya: "Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang


mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat setelah
itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha
Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nahl ayat 119)

Pengangguran: Islam tidak menyukai orang yang meminta-minta, sehingga


sebaiknya setiap orang menjauhi keadaan menganggur karena menganggur
mendekatkan diri kepada meminta minta. Dalam sebuah hadist Rasululah
Shalallahu alaihi wassalam menjelaskan bahwa orang yang bekerja mencari kayu
bakar dan menjualnya lalu makan dari hasilnya tersebut lebih baik daripada yang
berdiam diri saja. Oleh karenanya jangan sampai seorang muslim menjadi
pengangguran.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫هّٰللا‬
ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوْ ا فَ َسيَ َرى ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُوْ لُهٗ َوا ْل ُمْؤ ِمنُوْ نَ  ۗ  َو َستُ َر ُّدوْ نَ اِ ٰلى ٰعلِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب َوا ل َّشهَا َد ِة فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما‬
َ‫ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬

Artinya: “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya


serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS At-
Taubah:105).

BAB III

14
PENUTUP

1. Kesimpulan

Manusia sebagai makhluk berakhlak memiliki kewajiban untuk


menunaikan dan menjaga akhlak yang baik dan menjauhi dan
meninggalkan yang bathil. Rasa empati terhadap sesama manusia harus
dibangkitkan supaya terjalin kehidupan sosial yang harmonis. Akhlak
sosial dalam Islam terjadi pada saat adanya interaksi sosial antara manusia.
Manusia saling membutuhkan satu sama lain sehingga harus membangun akhlak
sosial yang baik antar sesama. Akhlak sosial adalah perilaku masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang baik dapat
membantu kedekatan dalam masyarakat. Tugas masyarakat Islam yaitu
menerapkan akhlak yang baik dan menghindari akhlak buruk. Akhlak yang baik
memberikan keuntungan dan kebahagian untuk diri sendiri. Akhlak yang buruk
harus dihindari karena dapat menimbulkan kesengsaraan diri sendiri. Akhlak yang
buruk tidak disukai Allah SWT dan juga manusia lainnya. Bebrapa kebiasaan
Rasulullah SAW dalam berakhlak sosial yang baik dapat diterapkan dan menjadi
acuan manusia dalam berperilaku.

2. Saran

Sebagai manusia yang baik, kita harus membangun akhlak mulia dalm
kehidupan sehari-hari. Akhlak yang baik akan memmberikan keuntungan kepada
diri sendiri dan meninggalkan perilaku yang buruk. Menerapkan perilaku
Rasulullah SAW adalah salah satu cara membangun diri untuk memulai
memperbaiki perilaku. Penulis berharap dengan diselesaikannya makalah ini dapat
memberi wawasan kepada pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Hadist,

Rahmi, Dya Muthiah. 2019. “Investasi Modal Manusia Dalam Pembangunan


Ekonomi Perspektif Islam.” Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia 5(1):
55–64.

Saihu, Saihu. 2020. “Pendidikan Sosial Yang Terkandung ….” Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam 9(01): 127–48.
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/703.

Sodiq, Amirus. 2016. “Konsep Kesejahteraan Dalam Islam.” Equilibrium 3(2):


380–405. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/
1268/1127.

16

Anda mungkin juga menyukai