DISUSUN OLEH
1. SALSABILA WNNY PUTRI
Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “ Akhlak Dalam Kehidupan Sosial’’. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Al Islam 2.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan muda, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.”
2. Ibrahim Anis:
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”
1
3. Abdul Karim Zaidan:
“Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan
sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau
buruk , untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Ketiga definisi yang diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq
itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul
secara spontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Dalam kehidupan bertetangga, bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara kita sebagai umat yang senantiasa bersosialisasi, berinteraksi dengan
yang lainnya, khususnya umat muslim, sudah sepantasnya kita menampilkan akhlak
mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang
diridhoi oleh Allah SWT. Berperilaku/berakhlak mulia didalam bertetangga sangat
perlu untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai sesama umat yang seakidah kita perlu menjaga keharmonisan
persaudaraan yang didasarkan atas kesamaan didalam berkeyakinan. Islam
mengajarkan agar kita selalu menampilkan kemuliaan akhlak dalam tetangga.
Disamping itu kita juga harus menampilkan akhlaq yang mulia didalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami:
a. Untuk mengetahui pandangan islam tentang kehidupan sosial
b. Untuk mengetahui masyarakat dambaan islam
c. Untuk mengetahui Toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam
d. Untuk mengetahui prinsip dalam mewujudkan kesejahteraan social
e. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap kemiskinan, kebodohan, dan
pengangguran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang definisi kehidupan sosial, akhlaq
sosial, masyarakat dambaan islam, toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam,
prinsip- prinsip islam dalam mewujudkan kesejahteraan social, dan pandangan islam
terhadap persoalan kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran.
4
Akhlak sosial islami adalah suatu prilaku atau suatu perangai yang baik
dalam pandangan islam, baik akhlak kepada Allah SWT maupun akhlak kepada
manusia.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki
rasa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain sehingga mereka pun
saling berinteraksi agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk
sosial, manusia hidup berdampingan dengan manusia lain. Manusia tidak dapat
menjalani hidupnya secara individual. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kehidupannya tidak dapat terlepas dari interaksi, sosialisasi dan komunikasi yang
pada akhirnya membentuk sebuah kelompok.
Ada delapan sosial islami sebagai berikut:
1. Saling menyayangi
Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesame teman,
tetapi kasih sayang kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama manusia,
terhadap manusia yang berbeda keyakinan, terhadap keluarga dan bahkan
terhadap alam.
2. Beramal sholeh
Beramal sholeh dapat diartikan berbuat baik/kebajikkan, memberi sumbangan
atau bantuan kepada orang miskin. Amal sholeh juga dapat berarti melakukan
sesuatu yang baik seperti memberi nasehat, bekerja untuk kepentingan
masyarakat, dan mengajarkan suatu ilmu. Beramal sholeh merupakan wujud
akhlaq sosial dalam rangka mewujudkan kepedulian sosial, sehingga seseorang
berbuat baik terhadap orang lain.
3. Saling menghormati
Saling menghormati adalah sikap sosial yang mendasar dan luas. Sikap social ini
lebih banyak tampil dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat
langsung, dalam setiap perjumpaan kita satu sama lain. Karena masing-masing
hanya mengutamakan kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan
orang lain.
4. Berlaku adil
Keadilan dapat diartikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak memihak
salah satunya, dan tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang dimaksud adil
5
disini adalah memberi hak kepada yang berhak tanpa membeda-bedakan antara
orang-orang yang berhak itu, dan melakukan tindakan kepada orang yang salah
sesuai dengan kejahatannya dan kelalaiannya, tanpa mempersukarnya atau
bersikap pilih kasih kepadanya.
Mengapa kita harus adil? Karena dalam kehidupan sosial, kita suatu saat akan
dimintai untuk mendamaikan dua belah pihak yang berselisih, seperti
perselisihan dalam keluarga, masyarakat bahkan dalam bernegara. Oleh sebab
itu, dalam upaya menjadi pendamai, kita harus berbuat adil. diantaranya adalah:
5. Menjaga persaudaraan
Menjaga persaudaraan dapat diartikan membuat hubungan persaudaraan atau
pertemanan menjadi karib seperti layaknya saudara( adik dan kakak yang seayah
dan seibu). Dalam kehidupan bermasyarakat, kita hanya berhubungan dengan
saudara, tetapi juga tetangga, teman kampus, teman di kantor, dan orang lain
dalam banyak tempat dan kesempatan.
Dalam riwayat Bukhari Dan Muslim dari ibnu Umar RA. Rasulillah Muhammad
SAW bersabda,
“Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya,
tidak juga mengundangnya (kepada musuh).
6
Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudarannya, Allah akan memenuhi
pula kebutuhannya. Barang siapa yang melapangkan dan seorang muslim,
kesulitan, Allah akan melapangkan-kesulitan yang dihadapinya dihari kemudian.
Barang siapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya
dihari kemudian.”
7
“ Saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikkan dan taqwa, dan
jangan kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS Al-
Maidah:2)
8. Musyawarah
Musyawarah dapat diartikan rapat atau berunding untuk memperoleh keputusan
atau petunjuk yang terbaik. Manusia dan umat islam dari awal penciptanya sudah
beraneka ragam. Di Indonesia misalnya, manusia Indonesia terdiri dari berbagai
suku, Bahasa, keyakinan dan tempat tinggal. Di dalam agama islam sendiri, tidak
dapat di pungkuri juga terdapat berbagai kelompok seperti NU, Muhammadiyah
dan lain-lain. Sedangkan dalam masyarakat juga terdapat perbedaan dalam status
social, pendidikan, kekayaan, dan lain-lain. Dalam hal banyaknya perbedaan ini,
maka mereka dapat menyatukan pendapat untuk mencari keputusan yang terbaik
yaitu melalui musyawarah.
Islam menjadikan musyawarah sebagai suatu cara atau aturan dalam rangka
meneliti dan memeriksa pendapat agar diperoleh keputusan atau petunjuk yang
terbaik. Islam juga menjamin kebebasan berpendapat bagi tiap orang selama
pendapat itu tidak bertentangan dengan kaidah dan ibadah.
Bagaimana kita umat islam memulai untuk melaksanakan akhlaq musyawarah?
Pertama, kita mulai berani mengemukakan pendapat yang benar dan menjadi
pendengar yang baik bagi pendapat yang dikemukakan oleh orang lain. Kedua,
kita harus mulai berani berdiskusi dana du argumentasi tentang sesuatu yang
dimusyawarahkan dengan berbekal ilmu pengetahuan yang cukup memadai.
Ketiga, kita harus mulai berani menerima keputusan bersama dan secara
konsekuen mentaati keputusan yang telah dibuat.
8
1. Tauhidullah
2. Ukhuwah Islamiyyah
3. Persamaan dan kesetiakawanan
4. Musyawarah dan Tasamuh
5. Jihad dana mal shaleh
6. Istiqomah
2. Ukhuwah Islamiyah
Adalah sebuah istilah yang menunjukkan persaudaraan antara sesama muslim
diseluruh dunia tanpa melihat perbedaaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa dan
kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan
atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka sama-sama bersaksi tiada Tuhan
melainkan Allah SWT dan Muhammad itu adalah Nabi dan utusan-Nya.
9
Persaudaraan seiman itu ditegaskan oleh Allah SWT dalam surah Al-Hujarat
ayat 10:
10
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa
Tidak semena-mena terhadap orang lain
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
6. Istiqomah
Istiqomah artinya harus terus lurus, maksudnya setiap muslim akan tetap
memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah. Ia tidak
akan meleleh karena panas, tidak akan beku karena dingin, tidak akan lapuk
karena hujan dan tak akan lekang diterik sinar matahari. “ Katakan aku beriman
kepada Allah, kemudian luruslah senatiasa” demikian jawab Nabi kepada
sahabatnya yang meminta nasihat. Jiwa orang yang istiqomah akan senantiasa
tenang, tidak ragu, tidak gentar apalagi takut menghadapi berbagai tantangan.
11
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku,”(QS al-Kafirun 109:6)
Toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu
sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan
memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan(ibadah) masing-
masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak
beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa
dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau
tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling-menghormati, saling
memuliakan dan saling tolong-menolong.
12
tetangga, memberi makanan yang halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan
prinsip-prinsip yang diajarkan oleh agama islam.
3. Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas setiap orang baik
sebagai individu, keluarga maupun warga dab organisasi haruslah menunjukkan
sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung tinggi nilai
kehormatan manusia, memupuk persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan,
mewujudkan kerja sama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir dan
bathin, memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain,
menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama,
menepati janji, menanamkan kasih saying dan mencegah kerusakan, menjadikan
masyarakat yang shaleh, dan bertanggung jawab atas baik dan buruknya
masyarakat dengan melakukan amar makruf dan nahi munkar, berusaha untuk
menyatu dan berguna/bermanfaat bagi masyarakat, memakmurkan masjid,
menghormati dan mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan
sesama, tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin,
dan yatim, tidak mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan
hubungan-hubungan sosial lainnya yang bersifat ishlah menuju terwujudnya
masyarakat utama yang di ridhoi oleh Allah SWT, melaksanakan gerakan
jama’ah dan dakwah jama’ah sebagai wujud dari melaksanakan dakwah islam di
tengah-tengah masyarakat untuk perbaikan hidup baik lahir maupun bathin
sehingga dapat mencapai cita-cita masyarakat utama yang diridhoi Allah SWT.
Islam sebagai ajaran sangat peduli dengan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan
sosial dalam islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan
sosial yang bersifat jasmani dan rohani. Manifestasi dari kesejahteraan sosial
dalam islam harus memperoleh perlindungan yang mencakup lima hal:
1. Agama (Al-din), merupakan kumpulan aqidah, ibadah, ketentuan dan hukum
yang telah disyari’atkan Allah SWT untuk mengatur hubungan antara
manusia dengan Allah, hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian
yang lainnya.
2. Jiwa/tubuh (Al-nafs), islam mengatur eksitensi jiwa dengan menciptakan
lembaga pernikahan untuk mendapatkan keturunan. Islam juga melindungi
dan menjamin eksistensi jiwa berupa kewajiban memenuhi apa yang menjadi
13
kebutuhannya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, qishah,
diyat, dilarang melakukan hal yang bisa merusak dan membahayakan
jiwa/tubuh.
3. Akal (Al- ‘aql), melindungi akal dengan larangan mengkonsumsi narkoba
(khamr dan segala hal yang memabukkan) sekaligus memberikan sanksi bagi
yang mengkonsumsinya.
4. Kehormatan (Al-‘irdhu), berupa sanksi bagi pelaku zina dan orang yang
menuduh zina.
5. Kekayaan (Al-m’al), mengatur bagaimana memperoleh kekayaan dan
mengusahakannya, seperti kewajiban mendapatkan rizki dan anjuran
bermua’amalat, berniaga. Islam juga memberi perlindungan kekayaan
dengan larangan mencuri, menipu, berkhianat, memakan harta orang lain
dengan cara tidak benar, merusak harta orang lain, dan menolak riba.
Penyebab kemiskinan
Banyak ragam pendapat tentang sebab-sebab kemiskinan. Namun, secara
garis besar dapat disetujui ada tiga sebab utama kemiskinan yaitu pertama:
kemiskinan alamiah yatu kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami
seseorang misalnya cacat mental atau fisik, lanjut usia tidak mampu untuk
bekerja, dan lain-lain. Kedua: kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang
disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM karena kultur masyarakat tertentu
misalnya rasa malas, tidak produktif, tergantung pada harta warisan, dn lain-lain.
14
Ketiga: kemiskinan yang disebabkan oleh kesalahan system yang digunakan
negara dalam persetujuan rakyat.
Pemerintah dan semua lapisan masyarakat tentu tidak menghendaki
kemiskinan dalam hidupnya. Oleh karena itu pemerintah pun telah berusaha
meminimalisir angka kemiskinan dan masyarakat pun tengah berusaha payah
keluar dari bayang-bayang kemiskinan. Kita pun tahu dampak dari adanya
kemiskinan ini, seperti kriminalitas, kekerasan dalam rumah tangga,
perampokan, dan lain sebagainya, dimana semua itu semakin hari semakin
meningkat saja intensitasnya disekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan
telapak tangan untuk mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi, diantaranya
ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, teknologi, dan tentu saja
ketenagakerjaan. Selain itu ada segi lain yang tak boleh kita lupakan juga dalam
mengatasi ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua
pedoman yaitu Alqur’an dan Hadist. Melalui keduanya kita dapat mengetahui
bagaimana (islam) memandang kemiskinan. Alquran menggambarkan
kemiskinan dengan 10 kosakata yang berbeda, yaitu al-maskanat (kemiskinan),
al-faqr (kefakiran), al-‘ailat (mengalami kekurangan), al-ba’sa (kesulitan hidup),
al-imlaq (kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak berdaya), al-
qani (kekurangan dan diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu), dan al-dha’if
(lemah). Kesepuluh kosakata diatas menyandarkan pada satu arti/makna yaitu
kemiskinan dan penanggulangannya. Islam menyadari bahwa dalam kehidupan
masyarakat akan selalu ada orang kaya dan orang miskin (QS An-Nisa/4:135).
15
“Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rezeki” (QS ar-
Ruum: 40).
16
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. Bersabda:
“Salah seorang diantara kalian pergi pagi-pagi mengumpulkan kayu
bakar, lalu memikulnya dan berbuat baik dengannya (menjualnya),
sehingga dia tidak lagi memerlukan pemberian manusia, maka itu baik
baginya daripada dia mengemis pada seseorang yang mungkin
memberinya atau menolaknya”.
Jadi jelas, kepada setiap laki-laki yang mampu bekerja, pertama kali islam
mewajibkan untuk berusaha sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya
dan keluargannya. Adapun terhadap wanita, Islam tidak mewajibkan
pemberian nafkah kepada mereka.
17
dalam orang-orang yang tidak mampu bekerja. Jika demikian keadaannya,
lalu siapa yang akan menanggung kebutuhan nafkahnya?
Dalam kasus semacam ini, Islam mewajibkan kepada kerabat dekat yang
memiliki hubungan darah, untuk membantu mereka. Allah SWT. Berfirman:
“Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian pada ibu
dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani selain
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya.
Warispun berkewajiban demikian” (QS al-Baqarah:233).
“Sedekah (zakat) itu hanya diperuntukkan bagi para fakir miskin” (QS at-
Taubah: 60).
18
4. Mewajibkan Kaum Muslim untuk Membantu Rakyat Miskin
Apabila didalam Baitul Mal tidak ada harta sama sekali, maka kewajiban
menafkahi orang miskin beralih ke kaum muslim secara kolektif. Rasulullah
SAW juga bersabda:
“Siapa saja yang menjadi penduduk suatu daerah, lalu diantara
mereka terdapat seseorang yang kelaparan, maka perlindungan
Allah Tabaraka Wata’ala terlepas dari mereka” (HR Imam
Ahmad).
KEBODOHAN
Kebodohan hakiki seorang manusia menurut islam, bukannlah ketika ia
tidak bisa membaca dan menulis atau kurang cepat menghapal dan mudah lupa.
Karena hal itu bukanlah inti dari kebodohan. Sebab mungkin saja orang yang
tidak bisa membaca atau menulis bukan karena ia bodoh tapi karena tidak punya
kesempatan belajar dan bersekolah atau tidak punya biaya. Tapi kebodohan yang
hakiki menurut islam ialah ketika seseorang enggan menerima kebenaran islam
yang sudah diketahuinya.
19
PENGANGGURAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan para sahabat
untuk mau bekerja dan tidak berdiam diri di rumah atau tergantung dengan
orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam riwayat Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu:
(( َأوْ يَ ْمنَ َعه،ُب َأ َح ُد ُك ْم ح ُْز َمةً َعلَى ظَه ِْر ِه خَ ْي ٌر ِم ْن َأ ْن يَ ْسَأ َل َأ َحدًا فَيُ ْع ِطيَه
َ َأل ْن يَحْ تَ ِط.))
“Seseorang di antara kalian mencari seikat kayu bakar yang dipikul
di atas punggungnya, itu lebih baik daripada meminta-minta
kepada seseorang, terkadang diberi, terkadang tidak.”
Pada hadits ini Rasulullah menganjurkan agar seorang muslim mau bekerja,
meskipun pekerjaan tersebut sangat ringan atau tidak membutuhkan
keterampilan khusus. Pekerjaan seperti ini sangat banyak di lingkungan kita,
seperti: menjadi tukang angkat-angkat di pasar, menjadi tukang pemungut
sampah, menjual telur atau makanan keliling dll.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita
untuk berlindung dari sikap malas. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berdoa:
(( ال َ ك ِمنَ ْالهَ ِّم َو ْال َح َز ِن َو ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َو ْال ُج ْب ِن َو ْالب ُْخ ِل َو
َ ضلَ ِع ال َّدي ِْن َو َغلَبَ ِة الر
ِ ِّج َ ِاللَّهُ َّم ِإنِّي َأعُو ُذ ب.))
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebimbangan,
kesedihan, kelemahan, kemalasan, ketakutan, kepelitan, dililit hutang
dan dikuasai oleh orang-orang.”
Seluruh apa yang disebutkan dalam doa di atas adalah akibat dari
kelemahan, kemalasan dan kurangnya rasa tawakkal kepada Allah.
Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang
menganggur dan terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan
kemiskinan tersebut seseorang akan berbuat apa saja termasuk yang merugikan
orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya, ada sebuah hadist yang
mengatakan “Kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran.” Namun
kenyataannya, tingkat pengangguran di negara-negara yang mayoritas
20
berpenduduk muslim relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat
tentang buruknya pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun negara,
akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius. Walaupun Allah telah
berjanji akan menanggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan berarti tanpa
ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita
harus berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah
menciptakan “sistem’ yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan
mendapatkan rizqi dan barang siapa yang berpangku tangan maka dia akan
kehilangan rizqi, artinya ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan
rizqi tersebut. Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni
aktivitas ekonomi dalam segala bentuk seperti: pertanian, pengembalaan,
berburu, industri, perdangangan dan lain-lain. Islam tidak semata-mata hanya
memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih baik, penuh
ketekunan, dan professional.
Menurut Qardhawi (2005) pengangguran dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengangguran Jabariyah (terpaksa): Suatu pengangguran dimana seseorang
tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status ini dan terpaksa
menerimanya. Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang
tidak mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari
sejak kecil sebagai modal untuk masa depannya atau seseorang telah
mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan ini tidak berguna
sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.
2. Pengangguran Khiyariyah: Seseorang yang memilih untuk menganggur
padahal dia pada dasarnya adalah orang yang mampu untuk bekerja, namun
pada kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-
malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur dengan
potensi yang dimiliki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja. Dia
tidak pernah mengusahakan suatu pekerjaan dan mempunyai pribadi yang
lemah hingga menjadi “sampah masyarakat.”
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan
solusi yang ditawarkan islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok
pengangguran jabariyah perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah agar
21
mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam tidak mengalokasikan dana dan
bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya mereka
memang tidak memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka mampu untuk
bekerja hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan potensinya dan lebih
memilih beban bagi orang lain.
Perintah untuk bekerja banyak terdapat dalam al Quran ataupun Hadist
(QS At- Taubah: 105)
Artinya: “ Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada Allah yang maha mengetahui akan ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia sejak lahir telah membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu, manusia
perlu bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam
pandangan islam, sebuah masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi
secara terus-menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah
aturan yang sama. Sehingga diantara mereka akan terjalin hubungan yang harmonis.
Dalam hal ini, terdapat delapan akhlak sosial islami yang diperlukan untuk hidup
bermasyarakat yaitu: (1) akhlak saling menyayangi, (2) beramal sholeh, (3) saling
menghormati, (4) berlaku adil, (5) menjaga persaudaraan, (6) berani membela
kebenaran, (7) tolong-menolong, (8) musyawarah.
Akhlak adalah Hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama
makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang penting dalam pembentukan akhlakul
karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah
Rasulullah SAW.
Anas bin Malik radhiallahu “alaihi wa sallam adalah manusia yang paling
baik budi pekertinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak sosial islami adalah suatu prilaku atau suatu perangai yang baik
dalam pandangan islam, baik akhlak kepada Allah SWT maupun akhlak kepada
manusia.
3.2 SARAN
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok
yang menyusun dan bagi para pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan
diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan
akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad SAW, setidaknya kita termasuk ke
23
dalam golongan kaumnya, dan terima kasih atas bimbingan dan masukan dari
bapak/ibu pembimbing dalam menyusun makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, M.A (Yogyakarta, Kuliah Akhlaq: 2014), Cetakan XIII.
K.H. Ahmad Azhar Basyir MA (Yogyakarta, Risalah Islamiyah Bidang Akhlak: 2012),
Cetakan I.
25