Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH LANSIA DARI ASPEK SOSIAL TINJAUAN

ISLAM

Dibuat Oleh:
1. Intana Liyu (221007010043)
2. Puti Vania (221007010047)
3. Laras Dwi Marfi (221007010048)

PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2024/2025
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih


dan Maha Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan sholawat serta
salam saya panjatkan kepada junjungan umat manusia Rasulullah Muhammad saw.
Yang telah membawa manusia dari zaman kejahilan hingga zaman serba modern
ini.
Makalah ini membahas mengenai lansia dari aspek sosial dengan tinjauan
islam, disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan. Dalam penyusunan makalah
ini, kami bekerja sama dalam mecari mater dan membuat isi daaari makalah ini.
Kami mengetahui ada kekurangan pada makalah kami, oleh sebab itu, kami
meminta maaf, dan meminta saran dari pembaca terhadap makalah yang kami buat
ini.

Padang, 18 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
3. TUJUAAN ................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
1. Menjelaskan Perubahan Peran Sosial di Masyarakat dalam Perspektif
Islam ................................................................................................................... 3
2. Menjelaskan Stressor Psikososial pada Lansia dalam Perspektif Islam
...................................................................................................................... 6
3. Menjelaskan Dukungan Sosial pada Lanjut Usia dalam Perspektif
Islam ................................................................................................................... 8
4. Menjelaskan Pelayanan Sosial Bagi Lansia dalam Perspektif Islam .. 10
5. Menelaah QS: Al-Isra [17]; 23-24 ........................................................... 14
BAB III ................................................................................................................. 18
KESIMPULAN.................................................................................................... 18
1. Kesimpulan ............................................................................................... 18
2. Saran ......................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Lansia adalah kelompok umum yang membutuhkan perhatian khusus, baik dari
aspek kesehatan maupun sosial. Dari aspek sosial, tinjauan Islam terhadap lansia
merupakan suatu perhatian yang penting. Berikut adalah beberapa latar belakang
mengenai lansia dari aspek sosial tinjauan Islam:
Kesehatan, Lansia adalah kelompok yang membutuhkan perhatian khusus dari
aspek kesehatan, baik dari segi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa Tinjauan
Islam terhadap lansia dapat membantu meningkatkan kesehatan lansia, baik dari
segi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Kelompok Lansia, Lansia adalah
kelompok yang membutuhkan perhatian khusus, baik dari segi kesehatan maupun
sosial. Dari aspek sosial, tinjauan Islam terhadap lansia dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup lansia, baik dari segi pendidikan, keagamaan, maupun
kewirausahaan. Panti Sosial Tresna, Panti sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Kota
Bandung merupakan salah satu tempat penampungan lansia, yang memiliki
kegiatan bimbingan keagamaan yang berfungsi untuk menambah pengetahuan
tentang agama kepada lansia. Tinjauan Islam terhadap lansia dapat membantu
meningkatkan kualitas bimbingan keagamaan di panti sosial tersebut.
Pendidikan,Tinjauan Islam terhadap lansia dapat membantu memperkuat
pendidikan lansia, baik dari segi pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan.
Kewirausahaan,Tinjauan Islam terhadap lansia dapat membantu meningkatkan
kewirausahaan lansia, baik dari segi usaha mikro maupun usaha besar Pengaruh
Sektor Industri, Tinjauan Islam terhadap lansia dapat membantu meningkatkan
pengaruh sektor industri terhadap lansia, baik dari segi pengembangan infrastruktur
maupun pengembangan kewirausahaan

1
2. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Peran Sosial di Masyarakat Perspektif Islam?
B. Apa strsor Psikosial pada lansia Perspektif Islam?
C. Apa Dukungan Sosial Pada Lanjut Usia Perspektif Islam?
D. Bagimana Pelayanan social Bagi Lansia Perseptif Islam?
E. Menelaah Surat QR: Surat Al-Isra [17]: 23-24( P )?
3. TUJUAAN
A. Untuk Menhetahui Bagaimana Peran Sosial di Masyarakat Perspektif
Islam
B. Untuk Menhetahui Apa strsor Psikosial pada lansia Perspektif Islam
C. Untuk Menhetahui Dukungan Sosial Pada Lanjut Usia Perspektif Islam
D. Untuk Menhetahui Bagimana Pelayanan social Bagi Lansia Perseptif
Islam
E. Untuk Menhetahui Apa Saja yang Dapat Menelaah Surat QR: Surat Al-Isra
[17]: 23-24( P )

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menjelaskan Perubahan Peran Sosial di Masyarakat dalam Perspektif


Islam
Pengertian perubahan sosial Menurut Samuel Hoening perubahan sosial adalah
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola pola kehidupan manusia, baik itu
terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan menurut Selo
Soemarjan perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.
Termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
kelompok kelompok dalam masyarakat tersebut. Senada dengan hal itu Robert Mac
Iver dalam bukunya “ A Textbook of society” mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan sosial (social relationship)
atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.Dengan begitu dapat
dipahami bahwa perubahan sosial itu segala perubahan yang terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan social relationship yang mempengaruhi sistem sosial
dalam masyarakat tersebut.
Salah satu syarat kehidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan,
yang oleh sebagian orang dianggap menjelma sebagai agama.Agama ini bertujuan
untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani.Untuk mencapai
kedua ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang
Maha Esa. Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut
memberikan gamabaran tentang ajaran yang berkenaan dengan: hubungan manusia
dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep
kemasyaraktan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara
sesama manusia. Sebagaimana yang termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 2: yang
berbunyi:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu

3
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannyadan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya” (Q.S al-Maidah:2).
Perubahan sosial yang dikehendaki ajaran Islam adalah perubahan yang
memiliki dan mengutamakan nilai-nilai, yaitu perubahan dari suatu yang kurang
baik menjadi baik atau yang baik menjadi lebih baik dan segala bentuk perubahan
yang terjadi di berbagai bidang harus sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
Pada dasarnya perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang
memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat.
Dalam kehidupan seorang individu sebagai makhkluk sosial, Agama Islam
dalam kehidupannya berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-
norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Sebagai sistem nilai agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta
dipertahankan sebagai bentuk ciri khas ditengah gelombang terjadinya perubahan-
perubahan sosial.
Dalam membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama segala bentuk
simbol-simbol keagamaan, mukjizat, magis, maupun upacara ritual sangat berperan
dalam proses pembentukan sistem nilai dalam diri seseorang. Setelah terbentuk,
maka seseorang serta merta mampu menggunakan sistem nilai ini dalam
memahami, mengevaluasi, serta menafsirkan situasi dan pengalaman. Dengan kata
lain sistem nilai yang dimilikinya terwujud dalam bentuk norma-norma tentang
bagaimana sikap diri.
Melihat fungsi agama yang begitu penting dalam kehidupan manusia, maka
manusia memahami dan mengamalkan keyakinan keberagamaannya dengan
sepenuh hati. Agar fungsi agama tersebut dapat kita rasakan dalam hidup
bermasyarakat di era modern seperti saat ini.

4
Pada dasarnya dalam diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi
arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut antara lain:
a. Hidayat Al-Ghaziyyat (naluriah)
b. Hidayat Al-Hissyyat (indrawi)
c. Hidayat Al-Aqliyyat (nalar)
d. Hidayat Al-Dinniyyat (agama)
Melalui pendekatan ini, maka agama Islam sudah menjadi potensi fitrah yang
dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam
kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa
terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi
pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi
motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama Islam berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang
keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini
akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama
sebagai nilai etik dan sebagi petunjuk bagi manusia karena dalam melakukan
sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Ajaran agama
Islam mendorong penganutnya untuk berbuat kebaikan, al-Qur‟an sebagi kitab suci
dan sumber ajaran Islam berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan
manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surah al- Baqarah, ayat 2, artinya:
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 2).
Dari arti surat diatas diketahui bahwa Alqur’an merupakan petunjuk bagi orang
yang bertaqwa yakni orang yang memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-
Nya. Begitu juga sebaliknya, agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya,
dimana seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya
suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang ghaib
(supernatural) yaitu Allah SWT.

5
Agama dalam kehidupan sangatlah diperlukan dalam kondisi masyarakat yang
terus mengalami perubahan sosial baik secara cepat dan secara lambat.Masyarakat
yang bersifat dinamis tidak bisa menolak yang namanya perubahan bahkan di satu
sisi masyarakat itu juga membutuhkan perubahan sosial, namun dalam hal ini tentu
harus ada peran yang bisa mengimbangi atau menjadi pedoman masyarakat dalam
menyikapi perubahan sosial yang terjadi.
Salah satu bagian dari perubahan sosial adalah terjadinya lapisan sosial dalam
masyarakat yang juga memberikan dapat negatif bagi masyarakat.Agar dampak
negatif dari perubahan sosial dan pelapisan sosial dalam masyarakat yang terjadi
bisa diminimalisir bahkan diarahkan ke hal yang positif. Disinilah peran Agama
Islam sangat penting dalam menghadapi fenomena kehidupan manusia yang terus
mengalami perubahan sosial yang semakin cepat, ditandai dengan kemajuan yang
terjadi di berbagai bidang yang pada tahap selanjutnya memaksa masyarakat untuk
menyesuaiakan diri dengan segala bentuk perubahan yang terjadi.
2. Menjelaskan Stressor Psikososial pada Lansia dalam Perspektif Islam
Psikosial pada lansia dari perspektif Islam adalah suatu istilah yang berfokus
pada penjelasan tentang perilaku individu sebagai fungsi dari rangsangan psikologis
dan sosial. Psikosial adalah istilah yang mempelajari terkait penjelasan tentang
perilaku individu, yang terbaik diperhatikan dalam kalangan lansia, yang
mengalami perubahan fisiologis dan psikososial yang berpotensi pada masalah
kesehatan baik fisik maupun psikologis.
Tingkat religiositas lansia makin tinggi, maka akan makin rendah pula
kecemasan pada menghadapi kematian dimiliki oleh lansia. Mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan cara beribadah mempunyai peranan penting, lansia akan
menerima kenyataan, membuatnya mampu merumuskan arti persoalan yang positif
tentang tujuan keberadaannya di dunia
Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan ketaatan beribadah dengan
kecemasan menghadapi kematian pada lansia di Desa Haduyang, Kecamatan Natar,
Kabupaten Lampung Selatan, menyatakan ada hubungan yang negatif signifikansi
antara ketaatan beribadah dan kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Pada
umumnya, psikososial pada lansia dari perspektif Islam menganggap bahwa
ketaatan beribadah memiliki peranan penting dalam mengurangi kecemasan pada

6
menghadapi kematian, yang mengakibatkan lansia menerima kenyataan dengan
lebih baik dan membuatnya mampu merumuskan arti persoalan yang positif tentang
tujuan keberadaannya di dunia.
Stresor psikososial pada lansia adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan emosional dan sosial mereka. Perspektif Islam menawarkan
pandangan yang kaya dan mendalam terhadap cara menghadapi stresor psikososial
ini. Berikut adalah penjelasan panjang tentang stresor psikososial pada lansia dari
perspektif Islam:
a. Penghormatan terhadap Lansia:
Dalam Islam, penghormatan terhadap lansia adalah nilai yang sangat
ditekankan. Lansia dianggap memiliki~ pengalaman, kebijaksanaan, dan
kontribusi yang berharga bagi masyarakat. Oleh karena itu, sikap hormat dan
perhatian terhadap mereka sangat dianjurkan dalam agama Islam.
Menghormati lansia dapat membantu mengurangi stres psikososial mereka
dengan memberikan rasa dihargai dan diterima di masyarakat.
b. Peran Keluarga yang Kuat:
Keluarga dalam Islam dianggap sebagai fondasi masyarakat yang kuat.
Peran keluarga dalam merawat dan mendukung lansia sangat penting. Islam
mengajarkan kewajiban anak-anak untuk merawat orang tua mereka,
memberikan dukungan emosional dan fisik, serta menghargai kontribusi yang
telah diberikan oleh lansia selama hidup mereka. Keberadaan keluarga yang
harmonis dan saling mendukung dapat membantu mengurangi stres psikososial
pada lansia.
c. Ukhuwah (Persaudaraan) dan Solidaritas Sosial:
Islam mendorong terciptanya hubungan persaudaraan yang kuat antara
anggota masyarakat. Solidaritas sosial dan saling membantu antara sesama
Muslim sangat ditekankan dalam agama Islam. Lansia yang merasa terhubung
dengan komunitas mereka dan mendapatkan dukungan sosial dapat mengalami
penurunan stres psikososial karena mereka merasa didukung dan dihargai.

d. Keterlibatan dalam Kegiatan Keagamaan dan Sosial:

7
Keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan sosial dapat menjadi sumber
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi lansia. Islam mendorong umatnya untuk
terlibat dalam kegiatan sosial yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial dapat merasa
terhubung dengan komunitas mereka dan memiliki tujuan hidup yang jelas,
yang dapat membantu mengurangi stres psikososial.
e. Sabar dan Tawakal (Berserah diri kepada Allah):
Sabar dan tawakal adalah nilai-nilai penting dalam Islam. Lansia diajarkan
untuk bersabar dalam menghadapi tantangan dan cobaan dalam hidup mereka,
serta berserah diri kepada kehendak Allah SWT. Keyakinan bahwa Allah selalu
menyertai dan memberikan ujian sesuai dengan kemampuan seseorang dapat
memberikan ketenangan pikiran dan mengurangi stres psikososial pada lansia.
Dengan memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut, komunitas
Muslim diharapkan dapat memberikan perhatian dan dukungan yang memadai
kepada lansia untuk mengurangi stres psikososial mereka dan meningkatkan
kualitas hidup mereka sesuai dengan ajaran Islam yang penuh kasih sayang dan
penghargaan terhadap semua anggota masyarakat.
3. Menjelaskan Dukungan Sosial pada Lanjut Usia dalam Perspektif Islam
a. Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Sarafino dukungan sosial merupakan perasaaan nyaman,
penghargaan, perhatian, bantuan yang diterima dari seseorang atau kelompok
lain untuk dirinya.16 Sedangkan menurut Santrock (dalam Hasanah)
mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan informasi dan umpan baik
(feedback) dari individu ke individu lain, bahwa individu itu dicintai,
diperhatikan, dihargai dalam hubungan komunikasi yang dekat.
Dukungan sosial sangat penting karena menjadi sesuatu yang berharga
ketika seseorang mengalami masalah oleh karena itu membutuhkan orang
orang terdekat untuk membantu mengatasi masalahnya. Misalnya, orang yang
relasinya baik dengan orang lain, maka orang tersebut memiliki mental dan
fisik yang baik, kesejahteraan subjektif tinggi, dan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang rendah. Dukungan sosial yang diterima oleh lansia menjadi
sumber semangat saat melewati masa tuanya, sehingga akan merasa

8
diperhatikan dan didukung. Setiap individu yang lahir di muka bumi
merupakan entitas sosial, sebagaimana lansia membutuhkan interaksi sosial
dengan individu lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
merupakan bantuan langsung yang diberikan seseorang dalam bentuk
dukungan emosional, instrumental, penghargaan, perhatian, dan jejaring sosial,
sehingga seseorang yang mendapatkan merasa ada penopang dan dianggap
dirinya berharga.
b. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial
Menurut Sarafino, bentuk-bentuk dukungan sosial ada lima yaitu:
1) Dukungan Emosional
Dukungan berupa perhatian, empati, dan memiliki rasa peduli dan
prihatin pada individu. Perhatian yang maksud adalah memberikan
kehidupan layak kepada lansia seperti pemenuhan kebutuhan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut lansia
dapat menjalani kehidupannya dengan tenang. Empati adalah kapasitas
untuk memahami atau merasakan apa yang dialami oleh individu, yaitu
salah satu contoh mendengarkan lansia berbicara apapun yang disampaikan
walaupun terkadang mereka sering mengulang cerita yang sama. Terutama
saat mereka sedang merasa sulit dan stress, ini akan membantu
menentramkan hatinya. Kemudian memunculkan rasa peduli dan prihatin,
artinya ketika lansia sedang mengalami sebuah musibah kita akan merasa
peduli dan prihatin dengan keadaan yang menimpanya, dengan memberikan
sebuah pelukan, merangkul, dan memberikan semangat. Kesedihan berlarut
akan berakibat buruk pada lansia, maka memberikan kata-kata positif akan
membantu membangkitkan semangat.
2) Dukungan Informatif
Dukungan yang diberikan berupa saran, nasehat, informasi yang
berfungsi membantu individu dalam mengambil keputusan yang sulit dalam
pekerjaannya. Bentuk informasi yang dapat diberikan kepada lansia adalah
informasi mengenai cara merawat kesehatan kulit dan gigi, informasi
kegiatan di masyarakat seperti akan diadakannya kerja bakti, dan informasi

9
berita di media sosial yang mungkin tidak mereka jangkau. Dukungan ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan lansia.
3) Dukungan Instrumental
Dukungan berupa bantuan langsung, seperti meminjamkan atau
memberikan uang kepada individu atau membantu individu dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Artinya kita dapat memberikan bantuan baik
materi maupun non materi kepada lansia.
4) Dukungan Penghargaan
Dukungan berupa penilaian positif atau penghargaan kepada individu,
persetujuan mengenai ide atau pendapat individu, dorongan semangat serta
melakukan perbandingan secara positif terhadap orang lain. Contohnya,
ketika lansia tinggal di lingkungan masyarakat, cara untuk memberi
penghargaan adalah memberikan kepercayaan sebagai pengelola kegiatan
lingkungan atau menjabat sebagai ketua RT. Menghargai lansia artinya
memberikan kepercayaan kepada lansia bahwa lansia masih dapat
melakukan aktifitas secara mandiri. Seperti pergi bersama teman atau
melakukan perkumpulan.
5) Dukungan Kelompok
Dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa menjadi bagian
dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Jika
lansia mendapat dukungan dari suatu kelompok, maka lansia tersebut
merupakan bagian dari anggota kelompok tersebut. Bentuk dukungan
kelompok bagi lansia bisa berasal dari kelompok alumni sekolah, posyandu
lansia, maupun menjadi bagian anggota kelompok kegiatan masyarakat
lainnya. Pada kelompok ini lansia bisa saling bertukar informasi dan cerita
dengan sesama anggota atau teman sebayanya.
4. Menjelaskan Pelayanan Sosial Bagi Lansia dalam Perspektif Islam
Semakin tua seseorang tidak dapat dipungkiri lansia mengalami berbagai
masalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Persoalan yang dialami oleh lansia
bukan hanya berdampak terhadap individu berusia lanjut, namun juga berdampak
pada individu lingkungan sekitarnya. Meskipun ada beberapa usia lanjut masih
cukup mampu mengurus diriya sendiri, namun juga terdapat beberapa lansia yang

10
ketergantungan pada bantuan orang lain dikarenakan kemampuan yang dimiliki
berkurang baik secara fisik, psikis, emosional, dan ekonomi.
Pendampingan yang dapat diberikan oleh seseorang terhadap lansia berupa
bimbingan untuk mencapai kemandirian lansia. Dengan itu Al-Qur’an menjelaskan
konsep pendampingan yang dapat diberikan berupa pemberdayaan dan dukungan
terhadap lanjut usia.
Pelayanan Sosial Bagi Seorang Lansia
a. Dukungan anak terhadap kedua orang tuanya yang sudah berlanjut usia
Keberpihakan Islam terhadap pemberdayaan manusia berusia lanjut
diterangkan dalam Al-Qur’an, terutama tentang dukungan yang diberikan anak
terhadap orang tuanya dengan sangat terperinci dan tegas dalam Surah al-Isra’
[17]: 23 yang berbunyi sebagai berikut: ” Dan Tuhanmu telah memerintahkan
agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada
ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Allah memerintahkan kalian (seorang anak) untuk berbuat baik kepada
keduanya dengan sebaik-baiknya. Janganlah kamu mengatakan “ah” kepada
salah satunya atau keduanya. Bersabarlah menghadapi tingkah laku keduanya,
sebagaimana mereka bersabar menghadapimu ketika kamu kecil. Menurut
Mujahid adalah jika keduanya dalam pengasuhanmu sampai kondisi tua,
sehingga kencing di tempat dan melakukan hal-hal yang menjijikkan maka
janganlah kamu merasa jijik kepada keduanya. Ataupun ketika membersihkan
kotoran dan air kencingnya, sebagaimana mereka membersihkan kamu pada
masa kecil, janganlah kamu menyakiti keduanya. Maka berbuat baiklah kepada
orang tuamu dengan perkataan yang indah dan baik, perkataan yang lembut
dan halus.
Pengasuhan orang tua terhadap anak dari kecil hingga dewasa dilakukan
dengan lemah lembut dan penuh dengan perhatian. Hal inilah yang
diungkapkan dalam prinsip pendampingan lansia dalam perspektif islam yaitu
merawat lanjut usia sebagai mana mereka merawat anaknya ketika keci, yang

11
penuh dengan tanggungjawab, kesabaran, perkataan yang lemah lembut, dan
tidak adanya kekerasan dalam merawat lansia terutama kedua orang tua yang
telah berusia lanjut.
Perlakuan yang demikian merupakan tanggungjawab dari anak-anak
meraka sehingga tidak dapat diwakili oleh siapapun. Perlakuan yang baik dan
kesabaran serta kasih sayang dinilai sebagai kebaktian, sebaliknya perlakuan
yang tercela dinilai sebagai kedurhakaan. Dalam hal ini menjelaskan
bahwasanya perlakuan terhadap usia lanjut menurut Islam merupakan
kewajiban agama, maka sangat tercela dan durhaka bagi seorang anak yang
tega menitipkan kedua orang tuanya di panti jompo dengan alasan apapun itu.
b. Dukungan dari keluarga terdekat
Kewajiban dalam keluarga terdekata yaitu:
Pertama, melakukan prakondisi baik fisik dan mental dalam menghadapai
masa pensiun atau masa lanjut usia seperti membantu mengupayakan sumber-
sumber finansial sehingga perubahan yang terjadi tidak membuat lansia kaget
dalam artian menghindari post power syndrome. Kedua, memberikan
dukungan finansial dan psikologis kepada kerabat yang mamasuki fase usia
lanjut.
Al-Qur’an mengelompokkan lanjut usia dalam kelompok lemah dimana
mereka berhak untuk mendapatkan haknya sebagai orang lemah. Orang yang
memiliki tanggugjawab dalam masalah ini adalah kerabat dekat. Memberi hak
kepada mustahik dapat berwujud apa saja sesuai dengan kebutuhan orang yang
menerimanya.
Ath- Thabari menjelaskan perinta Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk
bersilaturrahim dengan kerabat mereka dari jalur ayah dan ibu, sebab sesudah
itu Allah menganjurkan hamba-Nya untuk berbakti kepada orang tuanya. Jadi,
anjuran silaturrahim ini ditunjukkan kepada nasab-nasab mereka, bukan nasab
orang lain yang tidak disebutkan dalam konteks. Takwil ayat ini adalah
berikanlah wahai Muhammad kerabatmu akan haknya yaitu silaturahim, bakti,
dan kasih sayang kepada mereka. Walaupun hal ini ditunjukkan kepada Nabi
Muhammad saw, tetapi yang dituju adalah setiap orang yang terkena
kewajiban-kewajiban dari Allah.

12
Selain dukungan finansial, dukungan psikologis tak kalah pentingnya bagi
lanjut usia. Keluarga harus berusaha bagaimana orang-orang lanjut usia dapat
merasakan ritme kebahagiaan di tengah-tengah keluarga besarnya. Berkumpul
dan saling mengasihi antar anggota keluarga dalam keceriaan dan kedamaian
adalah suatu kebahagiaan bagi seorang usia lanjut, terutama terhadap anggota
keluarga yang disayangi dan dibanggakan. Al-Qur’an mengisahkan bagaimana
saudara-saudara Yusuf berupaya membebaskan saudaranya (Buyamin) dari
penahanan penguasa untuk mencegah ayahnya yang telah memasuki usia lanjut
dari kesedihan karena kehilangan putra yang disayangi untuk kedua kalinya.
c. Dukungan dari masyarkat
Interaksi yang dilakukan lansia bukan hanya mencakup pada lingkungan
keluarga, namun lansia juga menjalani kehidupan sosial dimana mereka
membutuhkan dukungan dan motivasi dari masyarakat. Kepeduliah terhadap
kesejahteraan para lanjut usia juga harus dimiliki oleh masyarakat luas dengan
memberikan dukungan yang diperlukan, terutama terhadap lansia yang tidak
mendapatkan hak-haknya dari keluarga karena berbagai alasan.
Dalam Tafsir Lubabut-Ta’wil fi Ma’anit-Tanzil, al-Khanzin menjelaskan
maksud kata ‘miskin’ dalam ayat di atas dengan fakir, yaitu mereka yang tidak
memiliki harta dan tidak mampu bekerja. Orang lanjut usia termasuk salah satu
kelompok masyarakat yang tidak produktif lagi bahkan kebanyakan dari
mereka tidak mampu untuk mencari nafkah lagi. Sedangkan kalimat ‘memberi
makan’ dalam ayat itu tidak terbatas pada makanan in natura saja tetapi, dalam
keterangan Ibrahim al-Qattan, makna lebih jauh mengacu kepada berbuat baik
(ihsan) kepada yang membutuhkan dalam bentuk apapun.
Lajnah pentashihan mushaf Al-Qur’an dalam Khadijah an-Nabrawi
menjelaskan berbuat ihsan dengan memberi perlindungan dan penyantun
kepada orang-orang berusia lanjut merupakan kewajiban syar’i (wajib dini)
bagi setiap muslim. Hak-hak pokok yang harus didapatkan oleh para lanjut usia
adalah hak penghargaan dan penghormatan (at-tafdil wal-ihtiram) dan hak
kasih sayang (ar-rahmah). Islam memiliki keberpihakan terhadap orang-orang
berusia lanjut yang telah menjadi lemah sesudah kuat dan mengajak kaum

13
muslimin untuk senantiasa mengasihani mereka dalam rangka meringankan
berbagai beban kesulitan hidup
Masyarakat luas dapat mendanai perkumpulan-perkumpulan pada lanjut
usia dalam satu majelis pengajian atau mejelis zikir yang senantiasa
memberikan pencerahan terutama tentang bagaimana menghadapi kehidupan
sesudah mati menggunakan pendekatan yang menyenangkan.141 Masyarakat
luas juga dapat membatu merawat orang-orang lanjut usia dalam memberikan
motivasi dan dukungan agar lansia terhindar dari rasa kesepian, kecemasan,
dan masalah psikis lainnya dalam menjalankan kehidupan sosial.
5. Menelaah QS: Al-Isra [17]; 23-24
Dalam Surat Al-Isra ayat 23-24 membicarakan bagaimana kita sebagai seorang
anak harus merawat dan menjaga orang tua kita yang sudah berusia lanjut. Bunyi
dari surat Al-Isra ayat 23: ”Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.”
Allah memerintahkan kalian (seorang anak) untuk berbuat baik kepada
keduanya dengan sebaik-baiknya. Janganlah kamu mengatakan “ah” kepada salah
satunya atau keduanya. Bersabarlah menghadapi tingkah laku keduanya,
sebagaimana mereka bersabar menghadapimu ketika kamu kecil. Menurut Mujahid
adalah jika keduanya dalam pengasuhanmu sampai kondisi tua, sehingga kencing
di tempat dan melakukan hal-hal yang menjijikkan maka janganlah kamu merasa
jijik kepada keduanya. Ataupun ketika membersihkan kotoran dan air kencingnya,
sebagaimana mereka membersihkan kamu pada masa kecil, janganlah kamu
menyakiti keduanya.
Maka berbuat baiklah kepada orang tuamu dengan perkataan yang indah dan
baik, perkataan yang lembut dan halus. Seperti baguskanlah perkataanmu,
perkataan mulia yang ingin didengarkan oleh keduanya, menurut Yunus
menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahb mengabari kami, ia berkata:
Harmalah bin Imran menceritakan kepadaku dari Abu Haddaj At-Tujaibi, ia

14
berkata: Aku berkata kepada Sa’id bin Musayib, “Semua perintah berbakti kepada
orang tua yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an telah kupahami, kecuali
firman Allah ‫ لقو امهل لَوق ايمرك‬Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia’. Apa maksud perkataan yang mulia?” Sa’id bin Musayyib menjawab,
“Ucapan seorang hamba yang berbuat salah kepada tuannya yang kejam.”
Dalam tafsirnya Ibnu Katsir menjelaskan Allah swt menyuruh hambanya untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua. Janganlah kamu memperdengarkan kata-kata
buruk seperti perkataan ‘ah’ yang merupakan perkataan tingkatan yang paling
rendah atau ringan, serta jangan sampai ada perbuatan buruk yang dilakukan
terhadap mereka seperti meringankan tangan kepada orang tuamu. Dan setelah
Allah melarang kamu melontarkan ucapan buruk dan perbuatan tercela, Allah swt
menyuruh berkata-kata baik dan berbuat baik kepada keduanya, yakni dengan
lemah lembut, baik, penuh sopan santun, disertai pemuliaan dan penghormatan.
Berdasarkan penjelasan Tafsir Ath-Thabari dan Tafir Ibnu Katsir dapat
disimpulkan Allah swt melarang seorang anak mencela atau menghardik kedua
orang tua baik melalui perkataan atau perbuatan. Hal ini dapat dilihat pada
kehidupan generasi sekarang dimana parenting orang tua pada anak dewasa seperti
pertemanan. Meskipun parenting ini sering membawa dampak positif seperti
keterbukaan anak terhadap orang tua, namun terdapat dampak negatif dimana tutur
kata anak tidak sopan seperti memanggil langsung dengan nama keduanya atau
menaikkan suara kepada keduanya ketika argument yang disampaikan tidak
diterima.
Dengan demikian Allah swt memerintahkan hambanya untuk berbuat baik
bahkan membahagiakan kedua orang tua. Perbuatan baik dan menyenangkan orang
tua bukanlah perbuatan yang sulit untuk dilakukan, hal ini dapat dilakukan dan
dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari seperti rajin beribadah, menemani orang
tua berbicara dan sebagainya. Surah al-Isra’ [17]: 24 menjelakan tetang kelanjutan
sikap yang dilakukan seorang anak terhadap kedua orang tuanya pada masa lanjut
usia, sebagaimana Allah berfirman pada Surah al-Isra ayat 24: ” Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanah, ‘Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil.”

15
Ayat ini meyuarakan sikap bertawadhu terhadap kedua orang tua melalui
perilaku, yaitu pada masa lanjut usia hingga pada saat wafatnya. Al Qurthubi
menjelaskan sikap tersebut yaitu merendahkan diri kepada kedua orang tua baik
dalam cara berbicara, diamnya dan metatapnya dengan tidak menajamkan
pandangan kepada mereka karena yang demikian adalah cara melihat yang ramah.
Allah swt memerintahkan para hamba-Nya agar berkasih sayang kepada orang tua
dan mendoakan keduanya. Hendaknya menyayangi keduanya sebagaimana mereka
menyayagimu dan lemah lembut kepada mereka sebagaimana keduanya lemah
lembut kepadamu. Karena mereka telah menjaga dan menolongmu ketika kamu
masih kecil, bodoh dan sangat membutuhkan sehingga mereka mengutamakan
kamu daripada diri mereka sendiri. Maka kamu tidak akan bisa membalas kebaikan
keduanya kecuali ketika mereka telah berusia lanjut sampai batas tidak berdaya
seperti masa kecilmu, lalu kamu mengurusinya dengan baik sebagaimana keduanya
telah menguruimu dengan baik pula. Dengan demikian kedua orang tua memiliki
hak untuk diutamakan. Rasulullah saw bersabda:
‫يزي لاو ااِلو ا‬
َ ‫هدي کولمم َل‬
َ ‫هيتَ هقتعيف شي َل نأ‬
“Seorang anak tidak akan bisa membalas kebaikan orang tua kecuali jika
mendapatkan orang tuanya menjadi budak lalu ia membelinya dan
merendahkannya. [H.R. Muslim No. 2779]”
Lajah pentashihan Al-Qur’an dalam Fakhruddin Al-Razi, menjelaskan tentang
lima hal yang menjadi hak orang tua terutama yang telah mencapai usia lanjut
dalam Surah al-Isra’[17] ayat 23 dan 24:
a. Tidak mendapatkan at-ta’fif, yakni ungkapan-ungkapan yang menunjukkan
kebosanan, kekesalan, dan ketidaksukaan, sejenis ungkapan “uuf” (ah!)
apalagi lebih kasar.
b. Tidak mendapatkan teriakan, bentakan, atau hardikan.
c. Mendapatkan percakapan dengan kata-kata yang manis, lembut, santun, dan
enak didengar sesuai adat kesopanan.
d. Mendapatkan penghormatan dan kasih sayang dalam suasana kerendahan
hati.
e. Mendoakan agar senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah atas jerih
payahnya merawat dan membesarkan anaknya.

16
Pengasuhan orang tua terhadap anak dari kecil hingga dewasa dilakukan
dengan lemah lembut dan penuh dengan perhatian. Hal inilah yang diungkapkan
dalam prinsip pendampingan lansia dalam perspektif islam yaitu merawat lanjut
usia sebagai mana mereka merawat anaknya ketika keci, yang penuh dengan
tanggungjawab, kesabaran, perkataan yang lemah lembut, dan tidak adanya
kekerasan dalam merawat lansia terutama kedua orang tua yang telah berusia lanjut.
Perlakuan yang demikian merupakan tanggungjawab dari anak-anak meraka
sehingga tidak dapat diwakili oleh siapapun. Perlakuan yang baik dan kesabaran
serta kasih sayang dinilai sebagai kebaktian, sebaliknya perlakuan yang tercela
dinilai sebagai kedurhakaan. Dalam hal ini menjelaskan bahwasanya perlakuan
terhadap usia lanjut menurut Islam merupakan kewajiban agama, maka sangat
tercela dan durhaka bagi seorang anak yang tega menitipkan kedua orang tuanya di
panti jompo dengan alasan apapun itu.

17
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan
Kondisi lansia yang disebutkan dalam AL-Qur’an adalah masalah Fisik,
masalah kejiwaan, dan masalah sosial ekonomi yang dikaitkan dengan penurunan
fisik dan psikologis lansia. Tingkat religiositas lansia makin tinggi, maka akan
makin rendah pula kecemasan pada menghadapi kematian dimiliki oleh lansia.
Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara beribadah mempunyai peranan
penting, lansia akan menerima kenyataan, membuatnya mampu merumuskan arti
persoalan yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia. Semakin tua
seseorang tidak dapat dipungkiri lansia mengalami berbagai masalah seperti yang
telah dijelaskan di atas. Persoalan yang dialami oleh lansia bukan hanya berdampak
terhadap individu berusia lanjut, namun juga berdampak pada individu lingkungan
sekitarnya. Meskipun ada beberapa usia lanjut masih cukup mampu mengurus
diriya sendiri, namun juga terdapat beberapa lansia yang ketergantungan pada
bantuan orang lain dikarenakan kemampuan yang dimiliki berkurang baik secara
fisik, psikis, emosional, dan ekonomi.
Oleh sebab itu islam mengajarkan bahwasanya, sebagai seorang anak,
keluarga, masyarakat, kiita diajarkan untuk bisa merawat dan menjaga lansia,
sebagaimana mereka merawat dan menjaga kita dahulunya
Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, kami mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima dihati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saran dan
kritik kami harapkan demi perbaikan selanjutnya

18
DAFTAR PUSTAKA

Sa'diyah, H. (2016). Peran Agama Islam Dalamperubahan Sosial Masyarakat. Islamuna:


Jurnal Studi Islam, 3(2), 195-216.

Mirnawati, N. (2023). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Successful Aging Pada
Lansia Di Desa Malingmati Kecamatan Tambakrejo Kabupaten
Bojonegoro (Doctoral dissertation, IAIN PONOROGO).

Wsj, Q. A. (2023). Pendampingan Lansia Dalam Perspektif Al-Qur’an (Doctoral


dissertation, UIN Ar-Raniry Fakultas Dakwah dan Komunikasi).

19

Anda mungkin juga menyukai