Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

Pancasila Sebagai Solusi Problem Korupsi,


Kerusakan Lingkungan, dan Dekadensi Moral

DOSEN PEMBIMBING
Supriyanto, M Pd

DISUSUN OLEH :
1. Nadia izzatinnisa G0B020073
2.Iis Wahyuni G0B020059
3. Anindya Putri P. G0B020067
4. Fatma Aulia Putri G0B020061
5. Nila Zidnal izzah G0B020081
6. Rohmatul fitri G0B020082

D3 GIZI
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulullah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas
kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Hak dan
Kewajiban Warga Negara Berdasarkan UUD 1945”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam makalah ini membahas tentang Pengertian Hak, Pengertian Kewajiban, Pengertian Warga
Negara, Asas Kewarganegaraan dan Hak Kewajiban Warga Negara berdasarkan UUD 1945.
Akhirnya saya sampaikan terimakasih atas perhatianya terhadap makalah ini, dan saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri dan pembaca sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan
dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Semarang , 12 OKTOBER 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................   
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
Latar Belakang..................................................................................................................
Rumusan Masalah..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti korupsi....................................................
Pancasila sebagai solusi problem bangsa seperti kerusakan lingkungan...............................
Pancasila sebagai solusi problem bangsa dekadensi moral.................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dan memiliki berbagai suku, agama, ras, budya, bahasa
daerah, dan golongan serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia.
Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Selain itu masing-masingsuku
bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar taat dan
melakukan segala yang tertera di dalamnya. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau
tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat
yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda, mereka akan mengelompok menurut asal-usul
daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan ketidakseimbangan
dalam suatu negara (disentegrasi). Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya
ditandai oleh perbedaan-perbedaan horizontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan
suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan yang vertikal,
berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievment). Indikasi perbedaan-perbedaan
tersebut tampak dalam strata sosial, sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas
pekerjaan dan kondisi permukiman.
Rumusan Masalah
•         Problem bangsa seperti korupsi
•         Problem bangsa seperti kerusakan lingkungan
•         Problem bangsa seperti dekadensi moral

BAB II
PEMBAHASAN

Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa Seperti Korupsi


Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa
bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis Ekonomi, Politik, Budaya, Sosial,
Hankam, Pendidikan, dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya,
sumber krisis justru berasal dari badan-badan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban amanat
rakyat. Setiap hari kita disuguhi berita-berita mal-amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang
dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi
krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula krisis
dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian
warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar
adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna
sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
moralitas individu, moralitas sosial, dan moralitas mondial.
Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke dalam,
tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Seorang
yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku seperti sopan,
rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, suka menolong, bekerja keras, rajin belajar,
rajin ibadah, dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena dipaksa dari luar.
Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang memiliki moralitas
individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi menjadi moralitas
sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral tinggi dan rendah.
Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal yang berlaku dimanapun dan
kapanpun, moralitas yang terkaitdengan keadilan, kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan sosial. Bisa jadi
seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini terutama terlihat pada
bagaiman mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Sikap toleran, suka membantu
seringkali hanya ditunjukan kepada orang lain yang menjadi bagian kelompoknya, namun tidal
toleran kepada orang diluar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa moral sosial tidak
cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun sesungguhnya lebih pada bagaiman
individu melihat orang lain sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan
yang sama. Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-
menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas sosial, demikian
pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup dilingkungan
masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral. Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-orang
yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak
adil. Seorang yang moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan
mengikuti. Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu mengarahkan
kemana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari kemana tujuan hendak
dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju, sehingga pikiran dan
langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuanya hanya untuk kesenangan
duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh untuk kebahagiaan
ruhaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan.
Pelajaran yang sangat berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yang berjuang demi
meraih kemerdekaan. Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi Moralitas
Mondial telah membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak yang tidak
sempat merasakan buah perjuanganya sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabaikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang termuat dalam alinea-alineanya.
Alinea pertama, “Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan”.
Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita bahwa telah terjadi pelanggaran hak atas
kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak kemerdekaan itu sendiri merupakan
pelanggaran atas moral mondial, yaitu prikemanusiaan dan prikeadilan. Apapun bentuknya
penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki manusia. Apabila ditilik dari UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan
merebut kemerdekaan dan bagaimana mengisisnya. Alasan dasar mengapa bangsa ini harus
merebut kemerdekaan karena penjajahan bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan
(alinea I). Secara eksplisit founding fathers menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena
rahmat Allah SWT dan adanya keinginan luhur bangsa (alinea III). Ada perpaduan antara nilai
ilahiah dan nilai humanitas yang saling berkelindan. Selanjutnya, di dalam membangun negara
ke depan dapat diperlukan dasar-dasar nilai yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Moralitas, saat ini menjadi barang yang sangat mahal karena semakin langka orang yang masih
betul-betul memegang moralitas tersebut. Namun, dapat juga dikatakan sebagai barang murah
karena banyak orang menggadaikan moralitas hanya dengan beberapa lembar uang. Ada
keterputusan (missing link) antara alinea I, II, III denganalinea IV. Nilai-nilai yang seharusnya
menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan denagn nafsu berkuasa dan
kemewahan harta.
Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada sesama. Lalu bagaimana
membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila? Korupsi secara harfiah
diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011 : 23). Kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukan ekskalasi yang begitu tinggi. Oleh
karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui beragam cara / pendekatan, yang
dalam hal ini saya mengguankan istilah pendekatan eksternal maupun internal.
Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan ‘memaksa’ orang yang tidak korupsi. Kekuatan eksternal tersebut misalnya Hukum,
Budaya, dan Watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat, baik dari aspek peraturan
maupun aparat penegak hukum, akan mengeliminir terjadinya korupsi. Demikian pula
terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan seseorang enggan
untuk melakukan korupsi. Adapunkekuatan internal adalah kekuatan yang muncul dari dalam
diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan. Pendidikan yang kuat
terutama dari keluarga sanga penting untuk menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat dengan
pendidikan formal disekolah maupun non-formal di luar sekolah.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar pancasila adalah membangun
mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat. Di perguruan
tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian termasuk di dalamnya
pendidikan Pancasila. Melihat realitas di kelas bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila sering
dikenal sebagai mata kuliah yang membosankan, maka dua hal pokok yang harus dibenahi
adalah materi dan metode pembelajaran. Materi harus selalu up to date dan metode pembelajaran
juga harus inovatif menggunakan metode-metode pembelajaran yang dikembangkan.
Pembelajaran tidak hanya kognitif, namun harus menyentuh aspek efektif dan konatif.
Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai mahluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya kedalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan korupsi
terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidak mampuan untuk menahan diri melakukan
kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibanding kebahagiaan sepiritual yang
lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan
secara cepat menjadikanya nilai-nilai agama dikesampingkan. Kesadaran manusia akan nilai
ketuhanan ini, secara eksistensial akan menempatkan manusia pada posisi yang tinggi. Hal ini
dapat dijelaskan melalui hirarki eksistensial manusia, yaitu dari tingkatan yang paling rendah,
penghambaan terhadap harta (hal yang bersifat material), lebih tinggi lagi adalah penghambaan
terhadap manusia, dan yang paling tinggi adalah penghambaan pada Tuhan. Manusia sebagai
mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan merendahkan dirinya diperhamba
oleh harta, namun akan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan, melakukan yang diperintahkan
dan meninggalkan yang dilarang-Nya.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks Pancasila,
karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Denagn demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakal keseluruhan nilai
Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanuisaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan berbegara,
terutama dalam pemberantasan korupsi. Penanaman nilai sebagaimanatersebut diatas paling
efektif adalah melalui pendidikan dan media. Pendidikan informal dikeluarga yang harus
menjadi landasan utama dan kemudian didukung oleh pendidikan formal di seklah dan
nonformal di masyarakat. Peran media juga sangat penting karena memiliki daya jangkau dan
daya pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat. Media harus memiliki visi dan misi mendidik
bangsa dan membangun karakter masyarakat yang maju namun tetap berkepribadian Indonesia.
Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa Seperti Kerusakan Lingkungan
•         Pemeliharaan Lingkungan Hidup
Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dikatakan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Dalam Pasal 3 undang-undang diatas dijelaskan lebih jauh, bahwa pengelolaan lingkungan hidup
yang diselenggarakan dengan atas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditegaskan lebih lanjut, bahwa sasaran
pengelolaan lingkungan hidup adalah :
•         Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan
hidup.
•         Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
•         Terjaminya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
•         Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
•         Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
•         Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan kegiatan
diluar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.
Tujuan pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan meningkatkan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu
pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang
tinggi dan di lain pihak sumber daya alam yang di punyai sangat terbatas.
Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin
banyak mau tidak mau dapat mengakibatkan tekanan terhadap sumber daya alam.
Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat
harus disertai dengan upaya untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan dan dilaksanakan dengan
kebijakan yang terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang
dan mendatang. Oleh karena itu, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu
kehidupan rakyat itu, baik generasi sekarang dan mendatang, adalah pembangunan berwawasan
lingkungan.
Mengacu pada pengertian yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.
Sebagai konsekuensi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup ini, maka
banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat, antara lain yang
diatur dala Pasal 3 dan Pasal 4 Undanf-Undang No. 23 Tahun 1997 yang mengatur Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam Pasal 3 dijelaskan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang
diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Pasal 4 diatur mengenai sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang pengaturanya adalah
sebagai berikut :
•         Tercapainya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antaramanusia dan lingkungan
hidup.
•         Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
•         Terjaminya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
•         Tercapainya kelestaraian fungsi lingkungan hidup.
•         Terkendalinya pemanfaatan sumbe daya secara bijaksana.
•         Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau
kegiatan diluar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan
hidup.

•         Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila


            Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila, seperti dijelaskan dalam
Penjelasan Umum Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, merupakan kesatuan yang bulat
dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan
hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan
batin. Antara manusia, masyarakat dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang
harus selalu dibina dan di kembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dinamis ( Koesandi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
            Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus di
aplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut (Soejadi, 1999 : 88-90 ) :
            Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain:
•         Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Ynag Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu
dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil,
Maha Bijaksana dan sebagainya.
•         Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi larangan-laranganya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan
Ynag Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan mahluk yang ada
disekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan mahluk-mahluk
Tuhan yang lain.
            Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan Sila ini dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya menyayangi binatang, menyayangi tumbuhan dan merawatnya, selalu menjaga
kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah senang terhadap
orang-orang yang selalu bertaqwa dan berbuat baik.
            Lingkungan Hidup Indonesia yang di anugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat
dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuanya agar tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan
bangsa Indonesia serta mahluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup
itu sendiri.
            Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai prikemanusiaan yang
harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut:
•         Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban
asasinya.
•         Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan
terhadap Tuhan.
•         Manusia sebagai mahluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan keyakinan.
            Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan
dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik
dan sehat, hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup, hak setiap orang untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku dan sebagainya ( Koesandi Hardjasoemantri, 2000 : 558 ).
            Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini,
misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang di hirup bisa tetap
nyaman, menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar, mengadakan
gerakan penghijauan dan sebagainya.
            Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai
ayat (3), Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2).
            Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat, dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai
hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup, dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
            Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegasan, bahwa setiap orang yang melakukan
usaha dan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.
            Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama
dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup, dalam ayat (2)
ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara :
•         Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.
•         Menumbuhkembangkan kemampuan dam kepeloporan masyarakat.
•         Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
•         Memberikan saran pendapat.
•         Menyampaikan informasi dan menyampaikan laporan.
            Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-
hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
•         Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta
wajib membela dan menjunjung tinggi patriotisme.
•         Pengakuan terhadap kebinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa
(berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
•         Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia ( nasionalisme).
            Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam
pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan
mengembangkanya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam
pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumberdaya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati,
1992 : 156-158).
            Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-
nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan
adat di daerah yang bersangkutan, misalnya dilarang menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin
sesepuh adat, ada juga yang dilarang memakan binatang-binatang tertentu yang sangat dihormati
dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung
sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian  di daerah itu.
            Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Dalam Permusyawaratan
Perwakilan terkandung nilai-nilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus di
cermati, yakni :
•         Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat.
•         Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat.
•         Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama.
•         Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil-wakil rakyat.
            Penerapan Sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain :
•         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
•         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak
dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
•         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
            Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek, antara lain :
•         Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya.
•         Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia.
•         Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
•         Menghormati hak milik orang lain.
•         Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh
rakyat Indonesia.
•         Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
            Pengamalan Sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukm yang mengatur masalah
lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspek-aspek pengelolaan
lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam.
Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa Seperti Dekadensi Moral
              Pancasila adalah dasar negara kita atau juga dikenal sebagai ideologi bangsa merupakan
pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dalam segi
politik, ekonomi dan sosial. Konstitusi di Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila sejak
Negara Indonesia berdiri hingga sekarang telah banyak mengalami pasang surut. Tapi hingga
kini tetap dapat berdiri dengan kokoh. Adapun dicanangkanya Pancasila sebagai dasar negara,
karena isinya dianggap sesuai dengan situasi kondisi manusia atau masyarakat yang memiliki
latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Apabila kita sebagai mahluk ciptaan-Nya dan
menjadi masyarakat Indonesia khususnya wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
menjalankan semua perintah-Nya, itu sesuai dengan sila pertama. Tapi dari masa ke masa
semakin banyak manusia-manusia yang tidak memiliki jiwa Pancasila. Mereka membaca
Pancasila hanya sebatas di bibir saja, tapi tidak mengamalkan atau tidak mengaplikasikan dalam
kehidupanya sehingga di sana sini marak dengan perkelahian pelajar, penggunaan obat-obat
terlarang/ narkoba bahkan penyakit yang paling parah tidak bisa di sembuhkan dikalangan
pejabat yaitu korupsi. Semua ini adalah tanda-tanda dari kemerosotan ahlak bangsa yang sulit
untuk diobati karena sila pertama untuk manusia-manusia seperti itu hanyalah tulisan belaka.
Kita tahu benar bahwa manusia itu terjadi dari jiwa dan raga., diberikan akal oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa, tepi sering kali akal itu dikalahkan oleh nafsu sehingga terciptala kebobrokan
dalam mental dan moral. Sebenarnya manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Karena
pribadi-pribadi semacam ini tidak menjiwai Pancasila sehingga akal menjadi nomor kesekian.
Sedangkan nafsulah yang menjadi nomer satu. Persatuan Indonesia dalam sila ke tiga adala suatu
yang bulat, tidak dapat dipisah-pisah. Oleh karena itu dalam pergaulan kita harus saling
menunjukan rasa persatuan walaupun berbeda-beda agama, suku, adat dan latar belakang. Yang
ada sekarang malah bukanya bersatu tapi perbedaan pandangan sedikit saja bisa memicu
pertentangan atau perkelahian bahkan yang lebih mengenaskan lagi bisa terjadi pembunuhan.
Saya sebagai mahasiswa atau yang lebih dikena sebagai kaum intelektual merasa prihatin dan
miris dengan kondisi sosial sekarang. Karena dengan mereka berkelakuan seperti itu, sama saja
mereka tidak memahami atau tidak mengerti bahkan boleh dibilang tidak nejunjung nilai-nilai
yang ada dalam Pancasila. Tapi sebaliknya saya sebagai generasi penerus berkewajiban
menjunjung tinggi dan mencintai Pancasila sebagai pandangan hidup saya karena kelima sila
dalam Pancasila itu sendiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama dan seyogyanya kita
harus menjadi sarjana yang berahlak karena maju tidaknya suatu bangsa sitentukan oleh moral
bangsa itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
            Demikianlah yang dapat Saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahsanan dalam
makalah ini, tentunya banyak keurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan
kurangnya rujukan atau referensi yang Saya peroleh hubunganya dengan makalah ini Saya
banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun
kepada Saya demi sempurnanya makalah ini. semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi Saya
dan para Pembaca sekaliam. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/367785150/Pancasila-Sebagai-Solusi-Problem-Bangsa

Anda mungkin juga menyukai