Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

DENGAN LEUKEMIA

Dosen Pengampu : Ns. Mariyam, M.Kep.,Sp.Kep.An

Di Susun Oleh
KELOMPOK 2B:
1. Mera Septiana (G0A021070)
2. Alviata Mega Putri (G0A021071)
3. Fair Zikni Muktadiroh (G0A021072)
4. Aditya Muhammad Tikin (G0A021073)
5. Erina Pebriyani Putri Aji (G0A021074)
6. Lysa Dwi Octavia (G0A021075)
7. Siska Zahrotun Nashihah (G0A021076)
8. Cita Maya Septiana (G0A021077)
9. Aviesta Amellya Pramesti (G0A021078)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan
pertolongan-Nya, kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga makalah Keperawatan Anak dengan judul “Leukimia” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak. Kami berharap makalah tentang leukemia pada anak dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa agar mengetahui lebih jelas tentang leukemia.
Kami menyadari makalah kami di tatanan sekolah ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan kami harap teman-teman yang
membaca makalah ini dapat masukan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih
baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua termasuk pembaca dan penulis dari makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 09 Maret 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................5
C. Metode Penulisan.................................................................................................5
D. Sistematika Penulisan..........................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................7
A. Definisi..................................................................................................................7
B. Klasifikasi.............................................................................................................8
C. Etiologi..................................................................................................................8
D. Patofisiologi.........................................................................................................11
E. Manifestasi Klinis...............................................................................................12
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................13
G. Penatalaksanaan.................................................................................................13
H. Kompikasi...........................................................................................................16
I. Pengkajian..........................................................................................................17
J. Pathways.............................................................................................................20
K. Diagnosa Keperawatan......................................................................................21
L. Intervensi Keperawatan.....................................................................................21
BAB III...........................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan.........................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (2020) sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik,
mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas
dari penyakit maupun cacat. Sejalan dengan definisi sehat menurut WHO,
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial sehingga memungkinkan
setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini
berarti kesehatan seseorang berperan penting untuk menunjang
produktifitas orang tersebut dalam hidupnya.
Kesehatan merupakan salah satu hal penting untuk mendukung
pembangunan perekonimian negara. Suatu negara dapat di katakan maju
jika masalah kesehatannya dapat teratasi dengan baik, di era globalisasi
ini, masalah kesehatan akan semakin kompleks. Oleh karena itu kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknoligi harus di kembangkan sehingga
permasalahan kesehatan dapat teratasi dengan semestinya, terutama
pengembangan pengetahuan dalam profesi keperawatan (Kemenkes RI
2021).
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
yang komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang
ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang
mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit. berbeda halnya dengan
keperawatann anak, anak sebagai individu maupun salah satu anggota
keluarga merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan sehingga
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak
sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga dalam memberika
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami penyakit khusus

4
mendapat penanganan yang sebagai mana mestinya seperti anak dengan
leukemia.
Leukimia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering
di sertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan
dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan di akhiri dengan
kematia (Nurarif, 2019).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan Anak dan untuk
memberikan wawasan kepada mahasiswa atau mahasiswi tentang teori
leukemia dan tindakan asuhan keperawatan pada anak penderita
leukemia.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari leukemia.
b. Menjelaskan klasifikasi leukemia.
c. Menjelaskan etiologi leukemia.
d. Menjelaskan patofisiologi leukemia.
e. Menjelaskan manifestasi klinis leukemia.
f. Menjelaskan penatalaksanaan leukemia.
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang leukemia.
h. Menjelaskan komplikasi dari leukemia.
i. Menjelaskan asuhan keperawatan leukemia.

C. Metode Penulisan
1. Mempelajari buku – buku dan majalah – majalah kesehatan yang
bersifat ilmiah dan berkaitan dengan judul makalah.
2. Mempelajari dari e-book atau internet terkait dengan judul makalah.
3. Pengkajian fokus terhadap kasus dengan masalah gangguan leukemia
pada anak.

5
D. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
Halaman Judull
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Teori
A. Definisi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
I. Konsep Pengkajian
J. Pathways
K. Diagnosa Keperawatan
L. Intervensi Keperawatan
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Leukimia adalah suatu penyakit keganasan yang dikarenakan
adanya abnormalitas gen pada sel hematopoetik sehingga menyebabkan
poliferasi klonal dari sel yang tidak terkendali, dan sekitar 40% leukimia
terjadi pada anak (Widagdo, 2012 di kutip oleh Rahmadina, 2018).
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta
gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal
dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom yang menentukan ciri
fisik, misalnya kulit coklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan gen
merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki fungsi dan
jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari leukikimia yang diklarifikasikan
menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa
lymphoblastis. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia,
dan diakhiri dengan kematian ( Ngastiyah, 2012 dikutip dalam Supriadi
2018 ).
Keganasan sel limfosit, berupa proliferasi patologis sel-sel
hematopoietik mudah ditandai dengan kegagalan sumsum tulang
meproduksi sel darah. Leukimia akut ditandai dengan perjalanan penyakit
yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak
segerah diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan
minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronik memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang

7
lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun ( Wirawan, 2013 dikutip dalam
Supriadi 2018 ).

B. Klasifikasi
1. Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)
Leukimia limfoblastik akut itu sendiri adalah suatu penyakit
keganasan pada jaringan hematopoetik yang ditandai dengan
penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal
atau sel leukemik dan penyebabkan penekanan dan penggantian unsur
sumsum yang normal (Price, 2009 di kutip oleh Rahmadina, 2018 ).
Leukimia limfoblastik akut juga merupakan tipe leukemia paling
sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa
yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih. Puncak usia terjadi
Leukimia limfoblastik akut adalah kira-kira 4 tahun, walaupun
penyakit ini dapat mengenai semua usia. Individu-individu tertentu,
seperti penderita sinrom down dan ataksia-telangieksis sangat beresiko
mengalami penyakit ini.
2. Leukimia Mielositik Akut (LMA).
Leukimia jenis ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-
anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfoblastik akut.
3. Leukemia Limfoblastik Kronik (LLK)
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari
55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa mudah, dan
hamper tidak ada pada anak-anak (Bradley J ed al,2007 dikutip dalam
Supriadi 2018 ).
4. Leukimia Miolositik Kronik ( LMK ).
Leukimia jenis ini sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga
terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit ( Padila,2013 dikutip
dalam Supriadi 2018 ).

8
C. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga
kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan factor resiko tertentu lebih
meningkatkan resiko timbulnya penyakit leukimia.
1. Host
a. Umur, Jenis Kelamin, Ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut
umur. LLA (Leukemia Limfositik Akut) merupakan leukemia
paling sering ditemukan pada anak – anak, dengan puncak insiden
antara usia 2-4 tahun, LMA (Leukemia Mielositik Akut) terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara
umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur
rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada Wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi
terlihat antara kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan
kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis
kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat
setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang
leukemia daripada anak – anak. Leukemia terjadi paling sering
pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak – anak, hal itu
terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down
adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada
kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia
akut juga meningkatkan pada penderita dengan kelainan kongenital
misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld,
penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom wiskott
Aldrich.

9
Pada Sebagian penderita dengan leukemia, insiden
leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk
mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.
Selain itu leukemia juga dapat terjadi pada kembar identic.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan
leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu
enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita
leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan
leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan
etiologi terjadinya leukemia. HTLV dan cRNA telah ditunjukan
oleh mikroskop electron dan kultur pada sel pasien dengan jenis
khusus di jepang dan sporadic di tempat lain, khususnya di antara
Negro Karibia dan AS.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paling
jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan
LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan.
Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahki
radiologi mempunyai resiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.
c. Zat Kimia
Zat kimia (missal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan resiko terkena leukemia.
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia
missal benzene.
d. Merokok

10
Merokok merupakan salah satu factor resiko untuk
berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukomogen yang
potensial untuk menderita leukemia terutama LMA factor resiko
terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
3. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian di jepang,
Sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan petani

D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meingkatkan
produksi sel darah putih pada summsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi, dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan
genetic, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi
sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut sering kali melibatkan penyusunan

11
Kembali bagian dari kromosom (bahan genetic sel yang kompleks).
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari
pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel – sel yang menghasilkan sel darah normal.
Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena
infiltrasi, hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah Lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi, dan
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang atau
sendi, hipermetabolisme, nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia, dan femur.
2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa Lelah, perdarahan, dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perubahan
biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau pertekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menuunjukan gejala. Penderita
LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan, dan kelelahan. Gejala lain yaitu

12
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan Latihan atau
olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan
dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi, dan fase
krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa
cepat kenyang akibat deskan limpa dan lambung. Penurunan berat
badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis,
dan demam yang disertai infeksi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi
dan pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%)
dan kadang – kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA
ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK
ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3 , sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3 .
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba – tiba dari sel
muda (blast) ke sel matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada
penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil
yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan

13
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3 .

G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
1) Tahap I (Terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel – sel leukemia di dalam
darah dan sumsum tulag.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang Panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednisone, dan asparaginase.
2) Tahap 2 (Terapi konsolidasi/intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan
terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel
leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga
timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini
dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
3) Tahap 3 (Profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mecegah
kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dlam
tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang – kadang dikombinasikan dengan terapi
radiasi untuk mencegah leukemia memasuki otak dan
sistem saraf pusat.
4) Tahap 4 (pemeliharaan jangka Panjang)

14
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3
tahun. Angka harapan hidup membaik dengan 95% anak
mencapai remisi penuh, 60% sembuh.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
1) Fase Induksi
Fase iduksi adalah regimen kemoterapi intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel – sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun
remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel – sel
leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat
dideteksi. Bila dibiarkan, sel – sel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan dating.
2) Fase Konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri
dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat
dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka
rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih
dari 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena
tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan
gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala
karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II,
pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada
stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
1) Fase Kronik

15
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan
yang mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk
jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK
yang tidak diharapkan pada Tindakan transplantasi sumsum
tulang.
2) Fase Akselerasi
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respon
sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel – sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa
atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia.
Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,
electron, x-ray, dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang
yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel – sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat – akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotic
untuk infeksi.

16
H. Kompikasi
Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera
dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru – paru
2. Tubuh rentan terhadap infeksi
3. Resiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma
4. Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum
tulang
5. Anemia hemolitik
6. Tumor lysis syndrome
7. Gangguan fungsi ginjal
8. Anak – anak penderita leukemia bereiko terjadi gangguan sistem saraf,
gangguan tumbuh kembang, dan katarak.

I. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh
anak yang berusia β sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki
lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas sesak,
anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh anak,
anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada ekstremitas,
berkeringat pada malam hari, penurunan selera makan, sakit kepala
dan perasaan tidak enak badan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan
keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.

17
c. Riwayat Kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinarX saat
hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down karena
kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya leukemia.
d. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak mudah terserang
infeksi.
e. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena
aktivitas bermain anak dibatasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya kesadaran composmentis sampai koma Tekanan darah
hipotensi Nadi takikardi Suhu tubuh tinggi Pernapasan takipnea
sesak napas.
b. Kepala – leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
c. Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis,
perdarahan retina.
d. Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
e. Mulut
Biasanya pada klien leukemia sering terjadi perdarahan pada gusi.
f. Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
g. Abdomen

18
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali,
limfadenopati, nyeri abdomen.
h. Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat
perdarahan.
i. Ekstermitas
Biasanya pada ekstermitas terasa nyeri terutama pada persendian
apabila digerakkan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit
rendah.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal
dan sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang
(BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
c. Lumbal Punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi.
d. Biopsi Limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit.

19
J. Pathways

20
K. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Infeksi (D.0142) b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder

21
2. Risiko Perdarahan (D.0012) b.d gangguan koagulasi
3. Nyeri Kronis (D.0078) b.d kondisi pasca trauma
4. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d faktor psikologis
5. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015) b.d kurang terpapar
informasi tentang faktor pemberat
6. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) b.d efek tindakan atau pengobatan

L. Intervensi Keperawatan
No. Luaran Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
intervensi Imunisasi/Vaksinisasi mengetahui
keperawatan selama (I.14508) riwayat
…x… jam diharapkan O: kesehatan dan
tingkat infeksi 1. Identifikasi riwayat alergi
(L.14137) menurun riwayat kesehatan 2. Untuk
dengan kriteria hasil : dan riwayat alergi mengetahui
1. Nafsu makan 2. Identifikasi kontraindikasi
meningkat kontraindikasi imunisasi
2. Demam menurun pemberian 3. Untuk
3. Nyeri menurun imunisasi mengetahui
4. Kadar sel darah T: kapan waktu
putih membaik 1. Berikan suntikan dan kadaluarsa
5. Kultur darah pada bayi di imunisasi
membaik bagian paha 4. Untuk
anterolateral mengetahui
2. Dokumentasikan tujuan,
informasi manfaat, reaksi
vaksinasi yang terjadi,
E: jadwal, dan
1. Jelaskan tujuan,

22
manfaat, reaksi efek samping
yang terjadi, 5. Agar keluarga
jadwal, dan efek pasien
samping mengetahui
2. Informasikan imunisasi yang
imunisasi yang melindungi
melindungi terhadap
terhadap penyakit penyakit
2. Setelah dilakukan Pencegahan 1. Untuk
intervensi Perdarahan (I.02067) memonitor
keperawatan selama O: tanda dan
…x… jam diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala
tingkat perdarahan gejala perdarahan perdarahan
(L.02017) menurun 2. Monitor koagulasi 2. Untuk
dengan kriteria hasil : T: memonitor
1. Kelembapan 1. Pertahankan bed koagulasi
membrane mukosa rest selama 3. Agar
meningkat perdarahan perdarahan
2. Kognitif 2. Batasi tindakan tidak semakin
meningkat invasive, jika perlu parah
3. Hemoglobin E: 4. Agar tidak
membaik 1. Jelaskan tanda dan terjaadi
4. Hematokrit gejala perdarahan keparahan
membaik 2. Anjurkan 5. Agar keluarga
5. Suhu tubuh meningkatkan pasien
membaik asupan cairan mengetahui
untuk menghindari tanda dan
konstipasi gejala
K: perdarahan
1. Kolaborasi 6. Agar tidak
pemberian obat terjadi

23
pengontrol konstipasi
perdarahan, jika 7. Agar
perlu perdarahan
tidak semakin
meningkat
3. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1. Untuk
intervensi (I.08238) mengetahui
keperawatan selama O: lokasi,
…x… diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tingkat nyeri karakteristik, durasi,
(L.08066) menurun durasi, frekuensi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas kualitas, dan
1. Sikap protektif nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi respon 2. Untuk
2. Gelisah menurun nyeri non verbal mengetahui
3. Frekuensi nadi 3. Identifikasi factor respon pasien
membaik yang memperberat terhadap nyeri
4. Pola napas dan memperingan 3. Untuk
membaikpola tidur nyeri mengetahui
membaik T: factor yang
1. Berikan teknik memperberat
nonfarmakologis dan
untuk mengurangi mengurangi
nyeri nyeri
2. Fasilitasi istirahat 4. Agar nyri
dan tidur berkurang
E: 5. Agar pasien
1. Anjurkan istirahat dan
memonitor nyeri tidur cukup
secara mandiri 6. Agar keluarga
K: pasien dapat

24
1. Kolaborasi memonitor
pemberian nyeri secara
analgetic, jika mandiri
perlu

BAB III
PENUTUP

25
A. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta
gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal
dalam darah tepi. Leukemia ada 4 jenis yaitu Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA), Leukemia Mielositik Akut (LMA), Leukemia limfoblastik Kronik
(LLK), Leukemia Mielositik Kronis (LMK).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia, wajah pucat,
sesak napas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunan berat
badan, nyeri tulang, dan nyeri sendi. Pengobatan leukemia dapat berupa
kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan terapi suportif.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah mengenai leukemia
pada anak diharapkan pembaca dapat memahami tentang teori leukemia
pada anak dan konsep asuhan keperawatan anak dengan leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

26
Asuhan Keperawatan Leukemia pada Anak (diakses pada tanggal 09
maret)
darihttps://www.academia.edu/31690187/Asuhan_Keperawatan_Leukemia_pada_
Anak1_docx
IDAI (2017). Mengenal Leukemia Pada Anak. Indonesian Pediatric
Society.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I. Cetakan II. Jakarta DPP PPNI.
PPNI (2022) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik Keperawatan Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta DPP PPNI.
Rahmadina eka, LF. (2018) Bab I Pendahuluan A. Latar
BelakangLeukemia. Diakses 08 Maret 2023.
Wolley. Gunawan. Warouw. (β016). Perubahan status gizi pada anak
dengan leukemia limfoblastik akut selama pengobatan. Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 4, nomor 1.

27

Anda mungkin juga menyukai