Disusun Oleh :
Kelompok 3
Noviana Fitria G0A021079
Jeanolla Labina P. G0A021080
Puji Lestari G0A021081
M. Lutfi Haikal G0A021082
Imel Febriyanti G0A021083
Khusnul Khotimah G0A021084
Andi Nugroho S. G0A021085
Annisa Afiyani G0A021086
Diah Arum Sari G0A021087
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan
hidayahNya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA” dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit Talasemia
pada anak.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Dera Alfiyanti, M.Kep. selaku Dosen
pembimbing Keperawatan anak yang telah memberikan kami kesempatan dan kepercayaan
untuk membuat makalah ini. Kami ucapkan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah terdapat kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran, usulan, dan kritik demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................3
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................4
1. Tujuan Umun..........................................................................................4
2. Tujuan khusus........................................................................................4
C. Metode Penulisan.........................................................................................4
D. Sistematika penulisan...................................................................................4
A. Pengertian Talasemia........................................................................................6
B. Etiologi Talasemia............................................................................................6
C. Patofisiologi Talasemia.....................................................................................7
D. Manifestasi Talasemia......................................................................................8
E. Penatalaksanaan Talasemia.............................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................19
B. Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Data dari World Health Organization menyatakan sekitar 250 juta penduduk dunia
(4,5%) membawa gen thalasemia, sedangkan 80-90 juta di antaranya membawa gen
thalasemia β (beta). Prevalensi thalasemia di berbagai negara juga mengalami angka yang
cukup tinggi, seperti di Italia 10%, Yunani 5-10%, Cina 2%, India 1-5%. Jika dilukiskan
dalam peta dunia, seolah-olah membentuk sebuah sabuk (thalassemic belt) dimana Indonesia
termasuk di dalamnya (Bakta, 2007).
Penyakit thalasemia selain berdampak pada kondisi fisik juga berdampak terhadap
kondisi psikososial, dimana anak dengan kondisi penyakit kronik mudah mengalami emosi
dan masalah perilaku. Lamanya perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan yang
terjadwal secara pasti serta seringnya tidak masuk sekolah menuntut kebutuhan emosional
yang lebih besar. Anak penderita thalasemia mengalami perasaan berbeda dengan orang lain
dan mengalami harga diri yang rendah (Shaligram, Girimaji & Chaturvedi, 2007).
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas seminar
kelompok khususnya mata kuliah Keperawatan anak serta melatih mahasiswa
untuk berpikir kritis.
2. Tujuan khusus
C. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
D. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
4
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian Talasemia
Talasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh
defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin. Talasemia merupakan penyakit
hemolitik kronik karena kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif.
Talasemia memiliki karakteristik berupa penurunan atau pengurangan produksi rantai
globin, sehingga menyebabkan eritrosit yang mudah rapuh dan mengakibatkan
anemia dengan berbagai macam derajatnya (Ganie, 2016).
6
keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.Thalasemia adalah penyakit
yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel
darah merah.
B. Etiologi Talasemia
b) Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada talasemia
C. Patofisiologi Talasemia
Pada keadaan normal, disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2
rantai alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh
hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2
rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada keadaan normal.
Hemoglobin F (foetal) setelah lahir fetus senantiasa menurun dan pada usia 6 bulan
7
mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4% pada keadaan normal.
Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Pada penderita thalasemia
satu atau lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi sehingga terdapat kelebihan
rantai globin karena tidak ada pasangan dalam proses pembentukan hemoglobin
normal orang dewasa (HbA).
Kelebihan rantai globin yang tidak terpakai akan mengendap pada dinding
eritrosit. Keadaan ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan eritrosit memberikan
gambaran anemia hipokrom dan mikrositer. Pada thalasemia beta produksi rantai beta
terganggu, mengakibatkan kadar Hb menurun sedangkan produksi HbA2 dan atau
HbF tidak terganggu karena tidak memerlukan rantai beta dan justru memproduksi
lebih banyak dari pada keadaan normal, mungkin sebagai usaha kompensasi.
Eritropoesis di dalam susunan tulang sangat giat, dapat mencapai 5 kali lipat dari nilai
normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis ekstra medular hati dan limfa.
(Soeparman, dkk, 1996).
Masing-masing HbA yang normal terdiri dari empat rantai globin sebagai
rantai polipeptida, dimana rantai polipeptida tersebut terdiri dari dua rantai polipeptida
alfa dan dua rantai polipeptida beta. Empat rantai tersebut bergabung dengan empat
komplek heme untuk membentuk molekul hemoglobin, pada thalasemia beta sintesis
rantai globin beta mengalami kerusakan. Eritropoesis menjadi tidak efektif, hanya
sebagian kecil eritrosit yang mencapai sirkulasi prifer dan timbul anemia. Anemia
berat yang berhubungan dengan thalasemia beta mayor menyebabkan ginjal
melepaskan erythropoietin yaitu hormon yang menstimulasi bone marrow untuk
menghasilkan lebih banyak sel darah merah, sehingga heatopoesis menjadi tidak
efektif, eritropoesis yang meningkat mengakibatkan hyperplasia dan ekspansi sumsum
tulang, sehingga timbul deformitas pada tulang. Eritropoetin juga merangsang
jaringan hematopoiesis ekstra meduler di hati dan limpa sehingga timbul
hepatosplenomegali. Efek lain dari anemia adalah meningkatnya absorbsi besi dari
saluran cerna menyebabkan penumpukan besi berkisar 2-5 gram pertahun (Potts &
Mandleco, 2007).
D. Manifestasi Talasemia
8
Thalasemia diturunkan dari orang tua kepada anaknya melalui gen. Jika kedua
orang tua adalah pembawa sifat thalasemia ada kemungkinan 50% anak pembawa
sifat thalasemia (minor) sedangkan 25% menderita thalasemia mayor dan 25% lagi
anak akan normal. Namun, bila salah satu dari orang tua pembawa sifat, dan satunya
laginormal, maka kemungkinan 50% anak menjadi pembawa sifat thalassemia
sedangkan 50% lagi kemungkinan anak akan normal (E. Sri Indiyah, S. Meri Rima M,
2019).
a. Thalasemia Mayor
b. Thalasemia Intermedia
9
klinis dari thalasemia intermedia tidak seawal thalasemia mayor. Diagnosis
awal bisa terjadi pada usia belasan tahun atau bahkan pada usia dewasa.
c. Thalasemia Minor
E. Penatalaksanaan Talasemia
10
1. Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi Ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita Thalasemia sedang atau
berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah
merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut,
transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah
merah akan mati. Khusus untuk penderita beta Thalasemia intermedia, transfusi darah
hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta thalasemia
mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan secara teratur terapi diberikan secara teratur
untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10g/dl.
11
Human Leukocyte Antigens (HLA) adalah protein yang terdapat pada sel
dipermukaan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel kita sendiri sebagai
'diri' dan sel asing' sebagai lawan didasarkan pada protein HLA ditampilkan pada
permukaan sel kita. Pada transplantasi sumsum tulang, HLA ini dapat mencegah
terjadinya penolakan dari tubuh serta Graft versus Host Disease (GVHD). HLA yang
terbaik untuk mencegah penolakan adalah melakukan donor secara genetik
berhubungan dengan penerima.
12
4. Bibir terlihat pucat kehitaman.
5. Pada inspeksi terlihat dada sebelah kiri menonjol disebabkan adanya pembesaran
jantung yang disebabkan anemia kronik.
6. Perut kelihatan membuncit, serta ketika melakukan palpasi adanya pembesaran
limpa dan hati (hepatospeknomegali).
7. Pertumbuhan fisik kecil dan berat badan kurang dari normal untuk anak seusianya.
8. Adanya keterlambatan pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak usia
pubertas.
9. Kulit. Warna kulit pucat kekuningan, jika anak sering mendapatkan transfusi
darah warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini sebabkan adanya
penimbunan besi zat besi dalam jaringan kulit.
13
H. Fokus Intervensi Talasemia
Observasi
Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi (mis: lapar,
tidak nyaman)
Terapeutik
Minimalkan nyeri
14
Pertahankan kenyamanan anak
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
15
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
16
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Observasi
Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
suhu, ankle-brachial index)
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
17
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
Lakukan hidrasi
Edukasi
Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang diwariskan (inherited) dan
merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Kelainan
hemoglobin pada penderita thalasemia akan menyebabkan eritrosit mudah mengalami
destruksi, sehingga usia sel-sel darah merah menjadi lebih pendek dari normal yaitu
berusia 120 hari (Marnis. Indriati, & Nauli, 2018). Oleh karena itu pada penderita
thalasemia terutama golongan mayor mereka harus transfuse darah seumur hidup.
Disinilah peran perawat sangat diperlukan untuk memberikan dukungan kepada pasien
dan keluarga bukan hanya sebatas melakukan tindakan perawatan.
Perawat hendaknya harus memiliki keterampilan, kompetensi dan pengetahuan yang luas
mengenai konsep thalassemia sehingga ketika kasus tersebut dijumpai pada anak para
perawat bisa bergegas untuk mengantisipasi agar tidak terjadi tingkat keparahan yang
tinggi apabila belum terlambat untuk ditangani.
2. Saran
19
a. Diharapkan mahasiswa dapat mengeksplorasi asuhan keperawatan anak Thalasemia
dengan masalah keperawatan lainnya. Dan dapat mengaplikasikan intervensi
keperawatan yang disusun dengan baik dan sesuai.
b. Diharapkan mahasiswa dapat mengenali bagaimana proses dan tanda gejala serta
factor penyabab terjadinya Thalasemia sehingga untuk kedepannya dapat
memutuskan rantai penularannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aman, Adi Kusuma. 2003. Klasifikasi Etiologi dan aspek Laboratorik Pada Anemi
Hematolik. Digitized by USU digital library
Potts, S. J., & Mandleco, B. L., (2007) Pedriatic nursing ; Caing for children and
their families (2nd ed). New York : Thomson Coorporation.
20
Sudayo Ayu W.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( Ed. 5 Jilid 2).
jakarta .interna publishing
Nur Rachmi Sausan (2020) Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan
Thalasemia Yang Di Rawat Di Rumah Sakit, Jurnal Ilmiah Kesehatan. Available at:
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066.
21