Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MELLYNDA FANNIA ROCHMAH

NIM : G0A021100
KELAS : 3B

7 JUMP TUTORIALS

STEP 1 (ISTILAH SULIT)

1. No murmur (meia), suara desis perlahan dari aliran darah dekat jantung (rohmatul)
2. No gallop (mahdiyah), bunyi jantung yg menyerupai derap langkah kuda
(ochathanya)
3. Weezing (rohmatul), suara napas frekuensi tinggi yg terdengar diakhir ekspirasi
karena penyempitan (dwi anggi)
4. Shifting dullness (rhisma), kepekaan pada waktu perkusi abdopen pd ketinggian
tertentu kemudian menghilang (ocha)
5. Piting edema (riska), pembengkakan pd tubuh tertentu karena kelebihan cairan
(mahdiyah)
6. JVP (hammam), (niam, 2020) tekanan tidak langsung dari vena kava (rhisma)
7. Anemis (zaky), pucat (sri khayati)
8. Sklera anikterik (sabrina), agian putih mata normal (asriya)
9. Ekstremitas (diah rosela), alat gerak (sri khayati)

STEP 2 (ANALISA KASUS)

1. Mengapa JVP mengalami peningkatan? (rhisma)


2. Kenapa diberikan cedocard dan furosemik? (ochathanya)
3. Apakah pada setiap penderita CHF mengalami edema? (siti alyah)
4. Bagaimana cara menangani sesak nafas? (sabrina devka)
5. Apakah masalah keperawatan yang muncul dalam kasus tersebut? (mellynda)
6. Apakah usia dapat menjadi salah satu faktor terjadinya CHF? Jika iya apa alasannya?
(mellynda)

STEP 3 (BRAINSTORMING)

1. JVP meningkat karena terjadi kegagalan jantung dalam memompa darah. (hammam)
Menamahkan : terjadi kegagalan jantung dimana pada gagal jantung kanan bendungan
darah diventrikel kanan diteruskan ke atrium kanan dan vena kava superior,sehingga
tekanan pada vena jagularis akan meningkat (sri khayatiningsih)
2. Cedocard karena pasien merasa nyeri dan fungsinya untuk meredakan rasa nyeri.
Furosemik karena pasien kelebihan cairan dan fungsinya adalah untuk membuang
cairan berlebih (zaky ahmad)
3. Kemungkinan besar mengalaminya, karena edema merupakan salah satu faktor
penyebab PND (hammam)
4. Dengan diberikan posisi semi fowler (mellynda), dipasang oksigen (rhisma), air
hangat (meia)
5. Masalah keperawatan, pola nafas tidak efektif (mellynda, ikha), nyeri akut (siti alyah),
penurunan daya pompa jantung (alyah, mellynda), gangguan pola tidur (zaky)
6. Bisa,

STEP 4

1. Cedocard digunakan untuk membantu mencegah nyeri dada pada pasien dengan
kondisi jantung tertentu.
Furosemide membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.
2. CHF menyebabkan edema karena fungsinya bilik kiri tidak berjalan secara optimal,
maka terjadilah peningkatan tekanan pada serambi kiri dan pembuluh darah di
sekitarnya. Kondisi ini menciptakan penumpukan cairan di paru-paru (edema).
3. Cara mengatasi sesak napas malam hari
a. posisikan semi flower
b. pemberian oksigen
c. mencoba pernafasan diafragma
d. menghirup uap
e. mencoba mengambil udara dengan bibir yang mengerucut
4. Masalah keperawatan yang muncul :
a. pola nafas tidak efektif b.d hambatan Upaya napas. ditandai dengan nyeri dada
saat bernafas. (Karena pada Soal tertulis bahwa Pasien mengalami sesak nafas dan
nyeri dada) Pasien mengalami takipnea
b. gangguan pola tidur
c. Risiko intoleransi Aktivitas b.d gangguan pernapasan
d. Penurunan curah Jantung, karena adanya edema, dipsnea dan PND

STEP 5 (LEARNING OUTCOME)

1. Definisi CHF
2. Patofisiologi CHF
3. Etiologi CHF
4. Penatalaksanaan CHF
5. Manifestasi klisnis CHF
6. Merumuskan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan CHF

STEP 6 DAN STEP 7 (TUGAS INDIVIDU)

1. Definisi CHF
Gagal jantung adalah salah satu masalah kesehatan dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk
Indonesia. Gagal jantung kongestif atau juga disebut Congestive Heart Failure (CHF)
adalah ketidakmampuan jantung saat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh (Rispawati, 2019).
2. Patofisiologi CHF
Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat terjadi dari
kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit jantung atau
gangguan kemampuan kontraksi miokard. Beberapa mekanisme kompensatorik
diaktifkan untuk mengatasi turunnya fungsi jantung sebagai pompa, di antaranya
sistem adrenergik, renin angiotensin ataupun sitokin. Dalam waktu pendek beberapa
mekanisme ini dapat mengembalikan fungsi kardiovaskuler dalam batas normal,
menghasilkan pasien asimptomatik. Meskipun demikian, jika tidak terdeteksi dan
berjalan seiring waktu akan menyebabkan kerusakan ventrikel dengan suatu keadaan
remodeling sehingga akan menimbulkan gagal jantung yang simptomatik.
3. Etiologi CHF
Penyebab CHF terbagi menjadi dua, yaitu: faktor intrinsik yang diakibatkan oleh
penyakit Arteri Koroner (PAK). PAK mengurangi aliran darah melalui arteri sehingga
mengurangi penghantaran oksigen ke miokardium. Penyebab lain yang cukup sering
adalah infark miokardium. Selama infark miokardium, miokardium kekurangan darah
dan jaringan mengalami kematian sehingga tidak dapat berkontraksi, miokardium
yang tersisa harus melakukan kompensasi untuk kehilangan jaringan tersebut.
Penyebab lainnya adalah penyakit katup, kardiomiopati, dan distritmia.Sedangkan,
pada faktor ekstrinsik disebabkan oleh peningkatan afterload (misalnya hipertensi),
peningkatan volume sekuncup jantung dan hypovolemia atau peningkatan preload,
dan peningkatan kebutuhan tubuh (kegagalan keluaran yang tinggi, misalnya
tiritoksitosis, kematian).
4. Penatalaksanaan CHF
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a. Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin converting
enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker (ARB),
glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien
dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya hidup,
pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
5. Manifestasi Klinis CHF
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3
atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan
1) Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena.
2) Edema ekstremitas bawah
3) Distensi vena leher dan escites
4) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.
5) Anorexia dan mual
6) Kelemahan
6. Merumuskan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan CHF
a. Merumuskan diagnosa keperawatan (SDKI)
1) Pola nafas tidak efektif b.d diformitas jantung (D.0005)
2) Nyeri akut b.d agen fisiologis (D.0077)
3) Penurunan curah jantung b.d afterload (D.0008)
4) Hypervolemia b.d Mekanisme regulasi (D.0022)
b. Merumuskan luaran keperawatan (SLKI)
1) Pola nafas tidak efektif b.d diformitas jantung
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas (L.01004)
membaik. Kriteria hasil :
1. Frekuensi nafas dalam rentang normal
2. Tidak ada pengguanaan otot bantu pernafasan
3. Pasien tidak menunjukkan tanda dipsnea
2) Nyeri akut b.d agen fisiologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri (L.08066)
menurun. Kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Pasien menunjukkan ekspresi wajah tenang
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
3) Penurunan curah jantung b.d afterload
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung (L.02008)
meningkat. Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam rentang normal
2. Kekuatan nadi perifer meningkat
3. Tidak ada edema
4) Hyperfolomie b.d Mekanisme regulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
(L.03020) meningkat. Kriteria hasil :
1. Tererbebas dari edema
2. Haluaran urin meningkat
3. Mampu mengontrol asupan cairan
c. Merumuskan intervensi keperawatan (SIKI)
1) Pola nafas tidak efektif b.d diformitas jantung
Intervensi : Manajemen jalan nafas (I.01011)
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gagling, mengi, Wheezing, ronkhi)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian bronkodilato, ekspetoran, mukolitik, jika perlu.
2) Nyeri akut b.d agen fisiologis
Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Penurunan curah jantung b.d afterload
Intervensi : Perawatan jantung (I.02075)
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor keluhan nyeri dada
5. Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
6. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
7. Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
8. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
4) Hyperfolomie b.d Mekanisme regulasi
Intervensi : Manajemen hipervolemia (I.03114)
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes,dipsnea,edema,
JVP/CVP meningkat,suara nafas tambahan)
2. Monitor intake dan output cairan
3. Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
4. Batasi asupan cairan dan garam
5. Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
6. Ajarkan cara membatasi cairan
7. Kolaborasi pemberian diuretik

Anda mungkin juga menyukai