Dosen Pembimbing :
Oleh :
KELOMPOK 1
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Disamping itu, penulis juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi
dalam menunjang pengetahuan berbagai pihak khususnya para mahasiswa. Selain
itu, makalah ini betujuan untuk menambah informasi, pengetahuan, dan wawasan
kepada pembaca tentang Kebutuhan Anak.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
warga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANNTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 4
B. Tujuan penulisan 5
C. Metode penulisan 5
D. Sistematika penulisan 5
BAB I I TINJAUAN TEORI
1. Pengertian 6
2. Etiologi 7
3. Patofisiologi 7
4. Manifestasi Klinis 8
5. Penatalaksanaan 8
6. Pengkajian Fokus 9
7. Pathway 12
8. Diagnosa Keperawatan 12
9. Intervensi Keperawatan13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit
Jantung Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung
atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat
adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006). Penyakit Jantung Kongenital
(Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan pada struktur jantung
yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada
perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu
(Roebiono, 2008).
Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung
Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas
struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang
mempunyai fungsi pasti atau potensial yang berarti. Kelainan ini
merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang
terkumpul, secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih
diperdebatkan. (Moons, et al. 2008).
Kelainan Kongenital jantung terjadi pada sekitar 8 per 1000
kelahiran hidup, yang menjadikannya salah satu tipe malformasi
congenital tersering. Dengan menurunnya insiden demam reumatik akut,
penyakit jantung kongietal sekarang menjadi penyebab tersering penyakit
jantung pada anak di dunia barat. Penyakit janung kongietal mencakup
beragam malformasi, berkisardari kelainan ringan yang hanya
menimbulkan gejala minimal sampai usia dewasa, hingga anomaly berat
yang menyebabkan kematian pada masa perinatal. Penyebab sebagian
besar penyakit jatung konginetal tidak diketahui
Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung
yang abnormal dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami
aborsi spontan. Dokter bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya
penyakit jantung, membedakannya dari keadaan normal dan menilai
urgensi pemeriksaan kardiologi . Pada umumnya kelainan Jantung bawaan
dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul
setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala umum
4
dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan.
B. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian tentang penyakit jantung bawaan
2. Mengetahui etiologi tentang PJB
3. Mengetahui patofisiologi tentang PJB
4. Mengetahui manifestasi klinis PJB
5. Megetahui penatalaksanan PJB
6. Menjelaskan pengkajian focus tentang PJB
7. Menjelaskan diagnose keperawatan
8. Menjelaskan intervensi keperawatan
C. Metode Penulisan
1. Jenis metode yang digunakan adalah mengamati langsung pasien
dengan kebutuhan oksigenasi
2. Sumber yang digunakan adalah pasien dengan kebutuhan
oksigenasi
3. Analisis yang digunakan, menggunakan wawancara dengan pasien
langsung, yang gangguan kebutuhan oksigenasi
4. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode askep
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistimatika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
2. Etiologi/ Predisposisi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik
5. Penatalaksanaan
6. Pengkajian Fokus
7. Pathways
8. Diagnosa Keperawatan
9. Fokus Intervensi Dan Rasional
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur
makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang
mempunyai fungsi pasti atau potensial yang berarti. Kelainan ini
merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang
terkumpul, secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih
diperdebatkan. (Moons, 2015).
Penyakit jantung kongenital (Conginental Heart Disease, CHD)
atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur jantung yang
terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan
oleh gangguan pada perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi
3-8 minggu (Roebiono, 2008). Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi,
kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut
mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini
pada usia muda. (Rahwamati. 2015)
6
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena
sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat
percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis
pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah
penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce
haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila
dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2
golongan PJB sianotik, yaitu:
a) Dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya
Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) denganVSD.
b) Dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya
Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing
2. Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain :
infeksi virus pada ibu hamil ( misalnya campak jerman atau rubella ),
obat-obatan atau jamu jamuan, alcohol. faktor keturunan atau kelainan
genetic dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak
diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai
dengan berbagai macam kelainan,dimana salah satunya PJB (Wajan J.
2015 )
Menurut (Rilantono, 2016). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh genetic dan
maternal dimana saat ini sebagai faktor yang paling berperan. Selain itu
infeksi virus, paparan radisasi, alcohol dan obat-obatan yang diminum
pada ibu hamil juga diduga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
3. Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor
genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi
penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.
Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran
darah dari arteri (Padila, 2015).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan
tekanan atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga
darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari
7
atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat
menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume
dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan
dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah
dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya
tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir
dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas
ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan
kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh
akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi
tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2016).
5. Penatalaksanaan
a. Farmakalogis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita
Penyakit Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni dengan
cara pembedahan dan kateterisasi jantung .
1) Metode Operatif (Pembedahan)
Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan
membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai
jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan oleh sebuah
alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh yang
dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan fungsi paru-paru
untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat dihentikan detaknya
dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang ada, seperti apabila ada
lubang pada septum jantung yang normalnya tertutup, maka lubang akan
ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada septum jantung.
2) Kateterisasi jantung
Prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan
memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya
8
dilengkapi seperti payung yang dapat dikembangkan untuk menutup
defek jantung, ketetr dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau
vena dipanggal paha atau lengan. Untuk membimbing jalannya kateter,
dokter menggunakan monitor melalui fluoroskopi angiografi atau
dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi (TEE)/Ekokardiografi
biasa sehinggan kateter dapat masuk dengan tepat menyusuri
pembuluh darah, masuk kedalam defek atau lubang, mengembangkan
alat diujung kateter dan menutup lubang dengan sempurna. Prosedur
ini dilakukan dalam pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak
melakukan sakit. Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk
penangana PJB dilaporkan lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa
tidak semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan metode ini. Pada
kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur
jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar rongga dada
(jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap membutuhkan
operatif terbuka.
b. Non Farmakologis
Sedangkan secara non farmakologis dapat diberikan tambahan susu
formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk ASI dibutuhkan
pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang lahir premature
dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui. Pada pasien/anak yang
menghadapi atau dicurigai menderita PJB dapat dilakukan tindakan,
seperti :
1) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang
hangat dapat dilakukan dengan membedong atau menempatkannya
pada inkhubator
2) Memberikan Oksigen
3) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit
serta asam basa
6. Pengkajian
Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2008) antara lain :
a) Identitas Pasien
Pada klien penderita Penyakit Jantung Bawan (PJB) diantaranya
terjadi pada usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Penyakit Jantung
Bawan (PJB) umumnya terjadi pada lak-laki dan perempuan sejak
lahir.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Penyakit Jantung
Bawan (PJB) yaitu sering merasa lemah dan letih, pucat dan sianosis
c) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
9
1. Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
2. Faktor perangsang nyeri yang spontan.
3. Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak
yang berat atau mencekik.
4. Lokasi nyeri : dibawah atau sekitar leher, dengan dagu
belakang, bahu atau lengan.
5. Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat atau
pemberian nitrat
6. Waktu nyeri : berlangsung beberapa jam atau hari, selama
serangan pasien memegang dada atau menggosok lengan
kiri.
7. Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea.
8. Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pada umumnya kasus penyakit jantung bawaan (PJB)
keadaaan umunya melemah sejak kecil hibgga dewasa
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adannya riwayat keluarga yang mengalami penyakit
jantung atau Penyakit Jantung Bawan (PJB).
d) Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien Penyakit
Jantung Bawan (PJB) biasanya baik atau kompos mentis (CM) dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem
saraf pusat.
a. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri
pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada Infark
Miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
b. B2 (Blood) 1)
1) Inspeksi : adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark
Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi biasanya ditemukan.
3) Auskultasi : ekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut (IMA).
10
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak
ditemukan pada Infark Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi
4) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.
c. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan
sianosi perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat
infark pada miokardium.
d. B4 (Bledder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor
adanya oliguri pada klien dengan Infark Miokard Akut
(IMA)karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran,
penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark
Miokard Akut (IMA).
f. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien
sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang
ditemukan adalah takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun
saat beraktivitas. Kaji personale hegiene klien dengan menanyakan
apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri
e) Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel
kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler
paru meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih
dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi
praterm (disebabkanoleh peningkatan volume atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri kekanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang
rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %.
4. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbon
dioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.
11
5. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
6. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan,
adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
7. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih
jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada
kecurigaan defek tambahan lainnya.
8. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim
(CK,CKMB) meningkat
7. Pathway
8. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d kontraktilitas
b. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (nyeri saat
bernapas)
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena
d. Nyeri akut b.d agen pencederaan biologis (iskemik)
12
e. Hipervolemi b.d gangguan aliran balik vena
9. Intervensi Keperawatan
No
. Luaran (SLKI) Rencana (SIKI) Rasional
Dx
T: 1.Mengurangi sesak
napas pasien
1.Posisikan semi
fowler/fowler dengan kaki E :
dibawah atau posisi nyaman
Untuk menghindari
2. Berikan diet jantung yang risiko dekubitus dan
sesuai mengurangi rasa bosan
E: K:
K:
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
13
kriteria hasil : 1. Monitor pola napas sputum yang
dikeluarkan pasien
a. Dyspnea menurun 2. Monitor sputum
b. Frekuensi napas T:
membaik T:
c. Kedalaman napas 1. Untuk mengurangi
1. Posisikan semi sesak napas
membaik
fowler/fowler
2. Agar sputum menjadi
2. Berikan minum air hangat encer
3. Berikan oksigen, jika perlu E:
E: Untuk memberi
Ajarkan teknik batuk efektif informasi pada pasien
bagaimana teknik batuk
K: yang benar
Kolaborasi pemberian K:
brokodilator, ekspektoran, dan
mukolitik, jika perlu Untuk memberikan obat
pada pasein
3. Lakukan pencegahan
infeksi
14
E:
K:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
15
a. Asupan cairan 2. Identifikasi penyebab perkembangan intake
meningkat hipervolemia dan output cairan
b. Edema menurun
c. Tekanan darah 3. Monitor intake dan output 4. Agar pasien tahu
membaik cairan bagaimana membatasi
cairan
T:
5. Untuk
1. Batasi asupan cairan dan menyeimbangkan cairan
garam
E:
K:
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung kongenital (Conginental Heart Disease, CHD)
atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur jantung yang
terdapat sejak lahir. Jenis PJB dibagi menjadi 2, yaitu PJB non sianotik
dan PJB sianotik.
PJB disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik,
maternal, dan lingkungan. Tanda dan gejala PJB yaitu anak mengalami
sianosis, dyspnea jika melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan pembesaran
jantung, tekanan nadi besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia.
(Aspiani, 2015)
17
DAFTAR PUSTAKA
Roebiono & Poppy S. 2008. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta : EGC
Hoffman, Julien IE. 2013. The global burden of congenital heart disease,
Cardiovascular Journal of Africa. Diakses tanggal 2 November 2019.
http;//www.nbci.nim.nih.gov/pmc/ article /PMC3721933/.
Handayani, Indah. 2017. Kenali penyakit jantung bawaan pada anak Diakses
tanggal 1 November 2019, http.//id.berita satu.com/family/kenali-penyakit-
jantung-bawaan-pada anak/150272.
18