Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

ATHEROSKLEROSIS

Nama Kelompok :
1. Dika Hanifah Aji Sari

( 470115046)

2. Dwi Purnamasari

(470115047)

3. Embun Larasati

(470115053)

4. Ernawati

(470115055)

5. Irawan Nitasari

(470115057)

6. Rama Putra D

(470115074)

7. Ronavista Alif D MH

(470115078)

TAHUN AJARAN 2016 / 2017


AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah
Nya maka makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa kepada Nabi Muhammad
SAW atas limpahan rahmatNya yang kita nantikan di yaumul akhir nanti.
Terimakasih kami sampaikan kepada dosen kami yang telah memberi
tugas ini, sehingga kami dapat mempelajari dan memahami lebih dalam.
Terimakasih juga kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Gangguan Kardiovaskuler Aterosklerosis yang
meliputi penyebab penyakit, gejala maupun pengobatannya. Makalah ini penting
karena sebagai Tugas Patofisiologi dan sebagai dasar untuk kita belajar.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang
selanjutnya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi
pembaca. Terima Kasih.

Madiun, 03 November 2016

Daftar Isi

Kata pengantar.......................................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian .......................................................................................................................
II.2 Etiologi/ faktor risiko.........................................................................................................
II.3 Manifestasi Klinik/gejala.................................................................................................
II.4 Patofisiologi....................................................................................................................
II.5 Pemeriksaan diagnostik.................................................................................................
II.6 Penatalaksanaan Medik.................................................................................................
Bab III...................................................................................................................................
PENUTUP............................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah
mummi Mesir, lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit
ini. Otopsi pertama yang dilakukan pada tahun 1931 menunjukkan adanya tandatanda pengapuran pada pembuluh koroner seorang mummi wanita berusia 50
tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam perang Korea
menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada
pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali.
Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu
lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap
tanpa gejala yang nyata. Penyakit jantung koroner (PJK) yang berawal dari
aterosklerosis telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat
PJK di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat 11 juta
orang pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan
karena pesatnya perubahan gaya hidup. Meski belum ada data epidemiologis
pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil survey
kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia
menderita PJK. Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi
kedokteran menyebabkan umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah
penduduk lansia bertambah. Survey di tiga kecamatan di daerah Djakarta
Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia melewati angka 15%
yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang. Usia
lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai
meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan. Prevalensi
PJK (Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan angka
kematian mencapai lebih dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang lansia satu
mengidap PJK dan jika terserang PJK maka kematian demikian tinggi dan hanya
20% yang dapat diselamatkan.

Melihat dari data yang telah dikembangkan, banyaknya pasien yang


tercatat menderita aterosklerosis kemudian berlanjut ke jantung koroner, kami
tertarik untuk mempelajari tentang ateroskleosis lebih dalam.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa yang di maksud Atherosklerosis?


Apa saja etiologi/faktor resiko dari Atherosklerosis?
Apa saja klasifikasi dari Atherosklerosis?
Bagaimana manifestasi klinis dari Atherosklerosis?
Bagaimana patofisiologi dari Atherosklerosis?
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Atherosklerosis?
Bagaimana penatalaksanaan dari Atherosklerosis?
Apa saja komplikasi dari Atherosklerosis?
Bagaimana asuhan keperawatan dari Atherosklerosis?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengetahui pengertian dari Atherosklerosis.


Mengetahui etiologi/faktor resiko dari Atherosklerosis.
Mengetahui klasifikasi dari Atherosklerosis.
Mengetahui manifestasi klinis dari Atherosklerosis.
Mengetahui patofisiologi dari Atherosklerosis.
Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Atherosklerosis.
Mengetahui penatalaksanaan dari Atherosklerosis.
Mengetahui komplikasi dari Atherosklerosis.
Membuat asuhan keperawatan dari Atherosklerosis.

BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Aterosklerosis dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau
ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri
adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi
berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan
arteri diseluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.
Aterosklerosis adalah pengerasan arteri yang terjadi ketika lemak
(kolesterol) dan kalsium terbentuk (menumpuk) di lapisan dalam arteri,
membentuk zat yang disebut plak. Seiring waktu, lemak dan penumpukan
kalsium dapat mempersempit arteri dan menyumbat aliran darah yang
melaluinya.
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda yang menyerang intima
arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak,
kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima
arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai ateroma atau plak. Karena
aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di
ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan cabang-cabang
aorta yang besar dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai
darah ke bagian-bagian ekstremitas, otak, jantung dan organ dalam utama.
Penyakit ini multifokal, dan lesi unit, atau ateroma (bercak aterosklerosis), terdiri
dari masa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrosa. Sering disertai endapan
sekunder garam kalsium dan produk-produk darah. Bercak aterosklerosis mulai
pada lapisan intima atau lapisan dalam dinding pembuluh tetapi dalam
pertumbuhannya dapat meluas sampai melewati tunika media atau bagian
muskuloelastika dinding pembuluh.
Sekarang aterosklerosis tak lagi dianggap merupakan proses penuaan
saja. Timbulnya "bercak-bercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan

fenomena alamiah bahkan sejak masa kanak-kanak dan tidak selalu harus
menjadi lesi aterosklerotik; terdapat banyak faktor saling berkaitan yang dapat
mempercepat

proses

aterogenik.

Telah

dikenal

beberapa

faktor

yang

meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis koroner pada individu tertentu.


Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai akumulasi
lipid ekstrasel, recruitment dan akumulasi lekosit, pembentukan sel busa, migrasi
dan proliferasi miosit, deposit matriks ekstrasel, akibat pemicuan patomekanisme
multifaktor yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus, bermanifestasi akut
maupun

kronis

serta

menimbulkan

penebalan

dan

kekakuan

arteri.

Aterosklerosis disebabkan faktor genetik serta intensitas dan lama paparan


faktor lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen, infeksi virus dan
bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai faktor
tersebut.
Penumpukan lemak disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning
karena mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis
bukanlah suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan
fase stabil dan fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang
tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak
selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah
proses plak berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh
darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di
otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika
aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka
bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung
(arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling
sering terkena dalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai
tua. Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada
kanak-kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah
menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis
terlebih dahulu.

2. Etiologi/ faktor risiko


Ada beberapa penyebab atherosklerosis yang dapat mempercepat
proses menurut beberapa ahli yaitu:
A.usia yang semakin tua
Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium)
terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya
kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat,
sehinggatekanandarahmenjadimeningkat.
Endapan kalsium di dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat
memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan
elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku,
sehingga

volume

darah

yang

mengalir

sedikit

dan

kurang

lancar.

Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus


memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya
arteriosclerosis,

tekanan

darah

menjadi

semakin

meningkat.

Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri,
maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan
diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar.
B.Jenis Kelamin
Penyakit aterosklerotis secara umum sedikit terjadi pada perempuan,
namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada faktor akhir terutama
masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena faktor esterogen bersifat sebagai
pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme,
selain itu karena pola hidup perempuan dan laki-laki berbeda.
C.Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk
terjadinya

penyakit

aterosklerosis.

Alasan

utama

bahwa

aterosklerosis

merupakan penyakit komplek dengan faktor genetik dan lingkungan terlibat


sebagai etiologi.
D.PeningkatanLipid(Kolesterol)
Peningkatan kadar kolesterol jahat dalam darah dapat meningkatkan
resiko berbagai penyakit. Kolesterol yang tinggi akan berakumulasi di dinding
arteri sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri
menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit serta pengerasan
pembuluh darah.

Pola makan yang tidak seimbang salah satu penyebabnya. Makanan


yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol didalam darah selain pola makan yang tidak
seimbang. Faktor keturunan kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik dan
olahraga, konsumsi alcohol, serta merokok merupakan penyebab umum
kolesterol tinggi.
Trigliserida merupakan salah satu kolesterol jahat dalam tubuh yang bila
mengalami peningkatan melebihi kadar normal tubuh dapat menyebabkan
peningkatan resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung dan otak.
Hal ini terjadi bila bersamaan dengan tinggi nya kadar LDL dan rendahnya kadar
HDL.
Low-Density Lipoprotein (LDL) yang sebagian besar terdiri dari lemak,
ditambah sejumlah kecil protein. Jenis kolesterol ini dapat memblokir arteri,
sehingga sering disebut sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL menempel
pada dinding arteri dalam bentuk deposit lemak yang dari waktu ke waktu secara
bertahap menyumbat aliran darah. Deposit lemak juga dikenal sebagai plak atau
ateroma.
High-Density Lipoprotein (HDL) sebagian besar terdiri dari protein,
ditambah sejumlah kecil lemak. Jenis kolesterol ini dapat membantu untuk
mengurangi penyumbatan di arteri, sehingga sering disebut sebagai kolesterol
baik.
Jika

penyempitan

dan

pengerasan

ini

cukup

berat,

sehingga

menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit
atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan
menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika
infark miokard meluas,maka akan timbul gagal jantung.
Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya
penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl),
memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang
dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia 45
tahun (pria) dan 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga yang
menderita penyakit jantung.
E.Hipertensi
Tekanan tinggi didalam pembuluh darah merusak lapisan (lining) dan
mempercepat pengembangan dari atheroma. Jantung juga harus bekerja lebih

berat untuk memompa darah dibawah tekanan tinggi, tapi ia harus lakukan ini
tanpa suplai oksigen yang memadai. Ini akan meningkatkan kemungkinan
seseorang untuk mendapat angina atau serangan jantung.Tekanan tinggi juga
bisa meningkatkan risiko mendapat stroke karena kerusakan yang ditimbulkan di
pembuluh darah otak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien
hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada
populasi risiko rendah seperti pada faktor berkembang, dimana hipertensi
berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal.
Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara
menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat yang
mengalami tekanan tinggi dan memungkinkan kolesterol LDL (low density
lipoprotein) yaitu jenis kolesterol yang jahat memasuki saluran arteri dan
meningkatkan penimbunan plak. Hipertensi diperkirakan merupakan penyebab
33%dari semua insiden penyakit jantung.
F.Diabetes Melitus
Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu
terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak
terkonrol

dengan

kadar

glukosa

yang

tinggi

cenderung

meningkatkan

kadarkolesteroldantrigliserida.Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes


lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense
LDL, sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih
dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik
(lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk
plak).
Diabetes Melitus (Kencing Manis) saat ini DM dianggap sebagai risiko
yang ekuivalen dengan PJK. Mereka yang menderita DM walaupun tanpa riwayat
infark miokard akut mempunyai angka kejadian kardiovaskular yang sama
dengan mereka yang tanpa DM tetapi pernah mengalami infark miokard.
Penderita DM mempunyai risiko kejadian kardiovaskular dalam 10 tahun
sebesar 20%. Mereka yang menderita DM juga mempunyai angka kematian
yang tinggi bila mengalami kejadian kardiovaskular, mereka lebih banyak yang
meninggaldanlebihbanyakyangmendapatkankomplikasi.
Oleh karena itulah bagi mereka yang menderita DM tata laksananya harus lebih
agresif, misalnya target pengontrolan tekanan darah pada mereka harus kurang

10

dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita harus lebi rendah
dan agresif dengan target LDL kurang dari 100mg/dl. Pengobatan diberikan bila
kadar kolesterol diatas 130 mmHg, tetapi dapat juga diberikan bila kadar
kolesterol LDLnya kurang dari130mg/dl.
G.Obesitas
Obesiatas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan
beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka
jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh.
Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilahyangdisebut gagal
jantung. Tanda-tandanya adalah nafas sesak dan timbulnya bengkak pada
tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi
(hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak.
Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung.
Akibatnya, timbal penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan
oksigen.Keadaan ini akan mempercepat timbulnya aterosklerosis.
H.Merokok
Menghisap rokok mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan risiko
terkena penyakit jantung koroner (CHD). Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat
lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan
dinding pembuluh darah.
Bahan-bahan kimia didalam rokok diserap kedalam aliran darah dari
paru-paru dan mengelilingi seluruh tubuh, mempengaruhi setiap sel tubuh.
Bahan kimia ini menyempitkan pembuluh darah sementara waktu. Mereka juga
membuat keping-keping darah yang disebut platelets menjadi lebih lengket, jadi
meningkatkan kemungkinan untuk membentuk gumpalan darah, selain itu hal ini
akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada dindidng pembuluh darah
yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak.
I.Stres
Ternyata tidak hanya penyakit fisik saja yang menjadi pemicu timbulnya
penyakit aterosklerosis namun penyakit yang berhubungan dengan psikis
menjadi satu faktor penyebabnya, yaitu depresi. Diketahui bahwa stres akan
membuat pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat, dan kadar
kolesterol meningkat.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.

11

Orang yang mudah stres dua kali lipat lebih mudah terkena penyakit jantung.
Dikatakan oleh ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Internasional Omni Alam Sutera
Tangerang, dr Andri SpKJ, pasien dengan riwayat depresi yang sering muncul
mempunyai peningkatan rata-rata risiko kematian 4 sampai 5 kali setelah infark
miokardium daripada yang tidak depresi. Depresi setelah infark miokard
berhubungan dengan timbulnya infark kembali dan kematian.
Depresi menyebabkan penurunan suatu zat dalam tubuh yang dinamakan
serotonin. Penurunan kadar serotonin ini berhubungan dengan perubahan
perlengketan platelet. Hal ini membuat orang yang depresi mempunyai
kecenderungan plateletnya lengket di pembuluh darah(jantung).
Stres negatif seperti merasa sakit hati yang sangat berlebihan, bila tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan dan
sayangnya sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ia telah terkena stres
negatif.Bila tingkat stres sudah sangat tinggi dan mencemaskan maka akan
sangat membahayakan kesehatan, apalagi bila usia sudah diatas 40 thn,usia
semua faktor resiko angat meningkat.
Menurut penelitian paraahli kesehatan klinik stres dapat memicu
semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan
penyempitan

pembuluh

antung.sehingga

dapat

darah

jantung

menyebabkan

serta

peningkatan

terganggunya

suplai

denyutj
darah

kejantung.Stres bisa membuat kekacauan sistem internal tubuh yang berujung


terganggunya kinerja jantung. Terganggunya kinerja jantung akan menyebabkan
penumpukan dan menutup darah di saluran arteri, tekanan darah tinggi,dan
menghancurkan

sistem

darah.

J.GayaHidup
Orang yang memiliki gaya hidup malas berolahraga akan menyebabkan
terganggunya aliran darah yang dapat membantu menyebabkan menurunnya
aliran darah dan oksigen ke tubuh. Olahraga bahkan dapat memperkuat
kontraksi jantung, memungkinkan jantung untuk memompa darah lebihbanyak
dengan usaha sedikit.

3. Manifestasi Klinik/gejala
Sebelum

terjadinya

penyempitan

atau

penyumbatan

mendadak,

aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi


12

terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat
lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat,
maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam
jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Atherosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak,jantung,ginjal,organ vital
lainnya serta lengan dan tungkai. Jika arterosklerosis terjadi di dalam arteri yang
menuju ke otak (arterikarotid) maka bisa terjadi stroke. Tanda dan gejalanya:

Sakit kepala
Rasa pening
Kecemasan
Perubahan tingkat kesadaran
Kecemasan
Patirasa pada ekstermitas tubuh
Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri korener), bisa

terjadi serangan jantung. Tanda dan gejalanya:

Sesak (dispnea)
Batuk kering maupun basah
Mudah lelah
Hipoksia
Kelemahan, keletihan
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang

terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang
khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul
gejala seperti:
1. Nyeri saat aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio intermiten)
2. Nyeri yang terus menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin
berat dan terjadi iskemia kronis.
3. Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi
terasa dingin.
4. Hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan ulserasi
akibat suplai nutrisi yang kurang.

13

5. Bisa juga terjadi edema bilateral atau unilateral akibat posisi ekstremitas yang
4.

terlalu lama menggantung.


Patofisiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,
pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini
akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap
daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak,
terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa
tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk
ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa
pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah,
sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan
memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan
terlepas dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di
tempat lain (emboli).
Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami
kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:
Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak
bagaikan garis lemak.
Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak,
jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan
vascular untuk memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit

14

belum nampak sampai proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase
preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis,
yang dapat mengakibatkan iskemia dan disfungsi miokardium biasanya
menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis
dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas
terhadap

dinding

arteri

memulai

suatu

urutan

perbaikan

alami

yang

mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan


kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial derived
relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan
endothelial derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi
pembuluh darah. Pada keadaan normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh
asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di
sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP),
adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga mampu
merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh
darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka
serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia
akibat aterosklerotik pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF.
Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi
dengan cara berikut:
Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque
Perdarahan pada plak ateroma
pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit
Embolisasi thrombus atau fragmen plak
Spasme arteria koronaria

Pathway:
Tekanan darah tinggi , merokok, DM, obesitas, lansia
Penumpukan lemak
Penebalan Atereoma

Nyeri akut
Dinding Pembuluh darah mengeras

15

Atherosklerosis

Suplai o2 dn
nutrisi terganggu

Sirkulasi darah terganggu

Arteri kororner

otak

ekstremitas/perifer

Angina pectoris/ infark

strok

sirkulasi perifer
terganggu

Hambatan mobilitas
fisik

Miokard

Resiko penurunan
perfusi jaringan
jantung

Denyut nadi terganggu

Ketidakefektifan
perfusi jaringan

Modifikasi gaya hidup

rencana pembedahan

Kurang informasi

Defesiensi
pengetahuan

Post op

pre op

Luka operasi

prosedur tidakan
yang komplek

Kerusakan Integritas kulit


Ansietas

5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
aterosklerosis yaitu dengan cara:

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida


sebagai factor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

16

ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di

pergelangan kaki dan lengan.


Pemeriksaan doppler di daerah yang terkena.
Skening ultrasonik duplex.
CT scan di daerah yang terkena.
Arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena.
IVUS (intravascular ultrasound).
1. Penatalaksanaan Medik
Obat-obatan, operasi, dan merubah gaya hidup dapat membantu
penderita dalam peningkatan efisiensi jantungnya. Berikut ini adalah beberapa
perawatan yang dapat diberikan untuk seorang penderita aterosklerosis.
A.Pengobatan Kolesterol : Pengobatan kolesterol dapat membantu
memperlambat,

menghentikan,

atau

bahkan

membalikkan

penumpukan

simpanan lemak arteri pasien. Beberapa dokter meresepkan antikoagulan untuk


pasien yang menderita aterosklerosis, yang bertindak sebagai pengencer darah,
sehingga Dmencegah pembentukan gumpalan darah.
B.Obat antiplatelet atau trombolitik : Jenis obat-obatan ini mengurangi
kemungkinan darah menggumpal di arteri sempit. Selain pengobatan antiplatelet, bedah balon angioplasty juga merupakan pilihan pengobatan untuk
aterosklerosis. Dengan balon angioplasty bagian yang tersumbat diperluas agar
darah

dapat

mengalir.

C.Operasi : Operasi berguna untuk pengobatan aterosklerosis, dan juga operasi


lebih sering dipilih dibanding obat-obatan. Ada berbagai jenis operasi untuk
pengobatan penyakit ini, salah satunya yang umum adalah operasi bypass.
Selain itu, endarterectomy (pengangkatan lapisan arteri) dan penyambungan
(memperbaiki atau mengganti pembuluh darah) adalah metode bedah lain yang
digunakan untuk aterosklerosis.
D.Penatalaksanaan aterosklerosis secara tradisional tergantung pada modifikasi
faktor risiko, obat-obatan dan prosedur bedah tandur (penggabungan dua
pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus). Pemberian obat-obatan
untuk menurunkan kadar lemak darah disertai modifikasi diet dan latihan. Jenis
obat yang digunakan antara lain:
sekuestran asam empedu (kolestiramin atau kolestipol).
asam nitrotinat, statin lovastatin.
mavastin dan simpastatin).
asam fibrat (gemfibrosil).
terapi penggantian estrogen.
E.Bedah tandur
Dilakukan berdasarkan pada angiogram yang dapat memperlihatkan
tingkat obstruksinya. Prosedur bedah vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

17

inflow yang menyuplai darah dari aorta ke arteri femoralis, dan prosedur outflow
yang menyuplai darah ke pembuluh di bawah arteri femoralis.
Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan inflow
darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta bi iliaka. Bila
mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada arteri iliaka,
sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya dalam
abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau aneurisma,
anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis (aorta bifemoral).
Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien tersebut tidak
memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat menyebabkan
berbagai variasi tekanan darah dan memerlukan waktu pembedahan yang lama,
maka dapat dilakukan prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri femoralis.
Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting karena
kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan pembuluh darah
seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah. Misalnya, bila digunakan
arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke tandur yang disambungkan
ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini adekuat) untuk menyuplai kedua
tungkai. Jadi pasien menerima tandur aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila
kedua sisi memerlukan darah, maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah ligamen inguinalis di arteri
femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya adalah tandur femoral popliteal.
Bila anastomosis distal dilakukan di atas lutut mungkin perlu dipakai bahan
prostetis untuk tandur. Namun bila anastomosis distalnya di bawah lutut, yang
diperlukan adalah tandur vena safena agar tetap paten.
Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan
pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri poplitea
tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur dibuat
dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena asli
agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena magna
atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang
diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran
tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat
anastomosis.
Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang dianjurkan pada
prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik dimana gelombang
cahaya yang kuat disalurkan malalui kateter serat optic. Gelombang laser akan
memanaskan ujung kateter perkutan dan menguapkan plak aterosklerosis. Alat

18

artektomi rotasional dapat mengangkat lesi dengan mengabrasi plak yang telah
menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser, angioplasty dan artektomi adalah
waktu untuk dirawat di rumah sakit menjadi singkat.
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan
adalah faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang
dimilikinya, seseorang hendaknya:

Menurunkan kadar kolesterol darah


Menurunkan tekanan darah
Berhenti merokok
Menurunkan berat badan
Berolah raga secara teratur.
Mengatur pola makan
Diet rendah lemak dan kolesterol
Mengontrol tingkat tekanan darah dan kolesterol

2. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada aterosklerosis yaitu:

Penyakit jantung koroner.


Kerusakan organ (seperti ginjal, otak, hati dan usus).
Serangan jantung.
Stroke.
Terlalu sedikit darah di tungkai dan kaki.
Serangan iskemik sesaat (transient ischemic attack, TIA).
Tromboemboli.

B. Asuhan keperawatan
1.

Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh, semua data atau informasi klien yang dibutuhkan


dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan pengkajian pada klien
aterosklerosis.
1. Aktivitas dan istirahat.
Kelemahan, kelelahan,ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tacycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi
1. Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah
tinggi, diabetes melitus.

19

2. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal


atau terlambatnnya capilary refill time, distritmia.
3. Suara jantung, suara jantung tambahan S3
mencerminkan

terjadinya

kegagalan

jantung/

atau

S4

ventrikel

mungkin

kehilangan

kontraktilitasnya.
4. Heaet rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi
cardia ).
5. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normaI.
6. Edema:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga
timbul dengaan gagal jantung.
7. Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan barat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7. Kenyamanan
a. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang dan wajah.
c. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah
dialami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak
mata ,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna
kulit serta tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan
peningkatan respirasi, pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes
atau juga vesukuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9. Interaksi sosial
20

Stress,kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tidak


terkontrol.
10. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok
2.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa adalah masalah keperawatan yang actual (yang sudah terjadi) dan
potensial (kemungkinan akan terjadi) yang dapat ditangani dengan intervensi
keperawatan, maka diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada penderita
aterosklerosis adalah:
1. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b/d penurunan sirkulasi darah ke
jantung (koroner)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah, ke
perifer, penurunan nadi, hipertensi
3. Nyeri akut b/d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke
4.
5.
6.
7.

3.

jaringan
Kerusakan integritas kulit b/d tirah baring (post op)
Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan masa otot, kekuatan otot, kaku sendi
Ansietas b/d proses penyakit
Defisiensi pengetahuan b/d kurang infornasi.

Rencana Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan di
laksanakan

untuk

menanggulangi

masalah

sesuai

dengan

diagnosa

keperawatan yang telah di tetapkan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.


Diagnosa 1

: Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b/d penurunan

sirkulasi darah ke jantung (koroner)


Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam

diharapkan pasien tidak mengalami resiko penurunan perfusi jaringan jantung


Kriteria Hasil :
Tekanan systote dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Nadi perifer kuat dan simetris
Tidak ada oedema perifer dan asites
Bunyi jantung abnormal tidak ada
Nyeri dada tidak ada
Intervensi:
1. Monitor status kardiovaskuler
R/ Mengetahui sejauh mana system kardiovaskuler mengalami ketergangguan
2. Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung
R/ Frekuensi napas yang terlalu cepat atau terlalu lambat menandakan ada
kelainan jantung

21

3. Monitor adanya perubahan tekanan darah


R/ perubahan tekanan darah yang hipertensi menandakan ada kelainan jantung
4. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
R/ Latihan yang terlalu berat dan sering menyebabkan ketidakefektifan
5. Anjurkan untuk menurunkan stress
R/ Fikiran yang terlalu stress memicu hipertensi/kerja jantung
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ Menentukan terapi dan tindakan selanjutnya
Diagnosa 2: ketidakefeektifam perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi
Tujuan

darah ke perifer, penurunan nadi, hipertensi


:setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam ,

diharapkan tidak terjadi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Kriteria hasil :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intracranial
Intervensi
1. Monitor
adanya

daerah

tertentu

yang

hanya

peka

terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul
R/ daerah yang hanya peka terhadap rangsangan tertentu menandakan ada
kelainan
2. Monitor adanya paratese
R/ Parestese menandakan bahwa daerah tersebut terjadi aliran darah yang tidak
lancar
3. Monitor adanya tromboplebitis
R/
4. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
R/ mengetahui kondisi kulit
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ menentukan tindakan selanjutnya
Diagnosa 3: Nyeri akut b/d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
Tujuan

oksigen ke jaringan
:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri pasien berkurang bahkan tidak ada


Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tau penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik
non faramakologi untuk mengurangi nyeri )
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas.
R/ Sebagai acuan untuk tindakan selanjutnya
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyaman.

22

R/ Mengetahui ekspresi atau respon pasien


3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
R/ Lingkungan yang tidak nyaman bisa memicu timbulnya rasa nyeri
4. Ajarkan tentang tekhnik distraksi dan relaksasi terhadap nyeri.
R/ Teknik distraksi relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri pasien secara mandiri
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk mendapatkan injeksi analgesik
R/ Injeksi analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
6. Bantu keluarga dan klien untuk pemberian dukungan
R/dengan adanya keluarga di dekat pasien pasien merasa dipedulikan.
Diagnosa 4: kerusakan integritas kulit b/d tirah baring ( post op )
Tujuan: setalah dillakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapakan tidak
terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil :
Tidak ada kerusakan lapisan kulit (dermis)
Tidak ada gangguan permukaan kulit(epidermis)
Tidak ada luka atau lesi pada kult
Intervensi:
1. Monitor kulit adanya kemerahan
R/ mengatahui gejala awal terjadinya keruskan pada kulit
2. Anjurkan kepada pasien untuk menggunkan pakaian yang longgar
R/ pakaian yang longgar dapat menghindari gesekan antara permukaan kulit dan
pakaain
3. Hindari kerukan pada tempat tidur
R/ lekukan pada perlak atau sprai dapat memicu terjadinya kerusakan kulit
4. Ubah posisi pasien 2 jam sekali ( mika/miki)
R/ menghindari terjadinya penekan tubuh dengan tempat tidur
5. Kolaborasi pembelian lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan
R/ untuk memberi kelembapan terhadap kulit yang tertekan
Diagnosa 5 : Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan masa otot, kekuatan otot,
Tujuan

kaku sendi
:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien mampu mobilitas fisik dengan baik

1.
2.
3.
4.

Kriteria hasil :
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Tidak ada kesulitan membolak-balik posisi tubuh
Tidak ada keterbatasan kemampuan melakukan melakukan motorik kasar
tidak ada keterbatasan rentang pergerakan sendi
intervensi :
Observasi kekuatan otot klien
R/digunakan untuk mengetahui kekuatan otot pasien
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan jika diperlukan
R/digunakan untuk mobilisasi pasien
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/untuk mengurangi terjadinya resiko cidera anggota tubuh lainya
Bantu klien untuk menggunakan walker pada saat melakukan aktivitas

23

R/ untuk mempermudah klien beraktifitas dan melakukan kegiatan sehari hari


5. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana terapi sesuai dengan
kebutuhan
R/untu mendapatkan edukasi tentang terapi fisik.
Diagnosa 6: Ansietas b/d perjalanan penyakit
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam cemas
berkurang
kriteria hasil :
Klien tampak rileks
Tidak terlihat gelisah
Klien tidak lemah
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ( ekspresi wajah, cara pasien berkomunikasi )
R/ dapat mengetahui tingkat kecemasan yang dihadapi klien dan mudah dalam
memberikan tindakan
2. Bina hubungan saling percaya antara klien, keluarga, dan perawat
R/ hubungan saling percaya terhadap tindakan yang diberikan
3. Beri lingkungan yang tenang
R/ dapat mengurangi rangsangan eksternal
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
R/ dapat meningkatkan kepercayaan diri klien
5. Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan dan cara mengatasi cemas
R/ rasa takut ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau pengetahuan.
Diagnosa 7: Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien bisa
memiliki pengetahuan yang penuh
Kriteria hasil:
Tidak ada perilaku hiperbola
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan progam pengobatan


Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar
Intervensi :
1. Berikan pengetahuan tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
R/ Supaya pasien dan keluarga pasien mengetahui lebih dalam
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi,
R/ Supaya pasien tidak salah persepsi mengenai penyakitnya
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
R/ Supaya pasein lebih jelas tentang penyakitnya
4.

Implementasi Keperawatan

24

Menganjurkan pasien untuk memperbaiki gaya hidup seperti mengatur


pola makan, rutin melakukan olahraga, menghindari rokok serta menghindari
alkohol.
Menganjurkan pasien untuk diet rendah lemak dan rendah kolestrol.
Menganjurkan pasien untuk tetap mengontrol tekanan darah.
Memberi terapi(anjuran dokter)
Clopidogrel adalah obat yang salah satu dibutuhkan oleh penyempitan

pembuluh darah perifer.


Aspirin. Konsumsi aspirin dapat mencegah penggumpalan darah.
obat gipoltipidemicheskih yang mestabilkan struktur plak aterosklerotik ,
secara signifitan memperlambat perkembangan asterosklorosis serebral

dan mengurangi frekuensi transistent ischemict akut.


Obat antihipertensi angiostensin ( angiokand, valsortan, ibertan et al.)
reseptor dan inhibator angiotensin-converting enzyme (enapil, cilazapril,
captopril, dll ) dalam pencegahan dan stabilisasi menifestasi insufisiensi

serebral untuk menjaga tekanan darah.


Vitamin E, asam aksorbat, persiapan yodium aktovegin, emoxypine
Obat-obatan yang menormalkan aliran vena, sifat reologi darah dan
mikrosirkulasi yaitu ginkgo biloba ekstrak daun, dihydroergocripitine,
cavinton, piracetam dan sinarzin.

5.

Evaluasi
Pasien dan keluarga harus memahami apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya arterosklerosis dan apa saja yang memicu terjadi arterosklerosis.
Pasien harus menaati diit rendah kolestrol dan rendah lemak dan obat yang
dianjurkan. Jika dilihat dari hasil tindakan yang telah dilakukan maka perawat
haru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.Bila mengenai
jaringan perifer, ketidakefektifan perfusi jaringan suplai darah arteri ke
ekstermitas meningkat ( teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat. Nyeri
pada pasien mengalami penurunan dengan menggunakan analgetik.

25

Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari beberapa pengertian aterosklerosis, penulis mencoba menyimpulkan


pengertian dari aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh sempitnya pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat di
dinding pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi tersumbat. Timbunan
tersebut bukan hanya lemak tetapi ada juga substansi lain berupa trombosit,
makrofag, leukosit, produk sampah seluler, kalsium dan lain-lain.
Awalnya seluruh endapan lemak terbentuk di dalam lapisan arteri.di
seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Pertumbuhan ini
disebut dengan plak.
Aterosklerosis bisa terjadi pada otak, jantung, ginjal, dan organ vital
lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika terjadi pada arteri koroner menuju
jantung, akan mengakibatkan serangan jantung. Namun jika terjadi pada arteri
karoid menuju otak, akan mengakibatkan stroke.
Penyakit ini adalah penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang
silih berganti. Perubahan gejala kliniknya tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan
dengan rupture plak.
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis, yaitu: tekanan darah
tinggi, kadar kolesterol tinggi, perokok, diabetes (kencing manis), kegemukan
(obesitas), malas berolah raga, dan usia lanjut.
Perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami
kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut: dalam tunika intima timbul
endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan garis lemak,
penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak,
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam, lesi yang diliputi
oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis, timbul ateroma atau kompleks
plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium,
debris seluler dan kapiler, Perubahan degeneratif dinding arteria.
26

Pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap klien untuk mengetahui ada


tidaknya aterosklerosis yaitu dengan cara: ABI (ankle-brachial index), dilakukan
pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan, pemeriksaan doppler
di daerah yang terkena, skening ultrasonik duplex, CT scan di daerah yang
terkena, arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
IVUS (intravascular ultrasound).

B. Saran
Kita sudah mengetahui bahwa penyakit aterosklerosis yang diserang
adalah pembuluh darah yang merupakan organ yang sangat penting pada tubuh
dapat memicu penyakit PJK maupun Stroke yang merupakan penyakit
berbahaya dan memiliki angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapat
terhindar dari penyakit aterosklerosis adalah dengan menghindari perilaku yang
di anggap sebagai perilaku modern tetapi dapat merusak kesehatan seperti
merokok, stress, dan makan-makanan yang mengandung lemak dan kolesterol
tinggi. Karena aterosklerosis adalah penyakit yang progresif dan tidak diketahui
secara pasti gejala awalnya sehingga sebisa mungkin membiasakan hidup sehat
dari usia dini.

27

DAFTAR PUSTAKA
Agamemnon Despopoulos, Stefan Silbernagi. 2003. Color Atlas of Physiology.
New York. Thieme e-book
corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta:
Balai Penerbit RS Jantung Harapan kita
Kusmana, Hanafi. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI
Kusumawidjaja. 1996. Patologi. Jakarta: FKUI
http://www. en.wikipedia.org./wiki/arteri
http://www. search.ebscohost.com/journal/arteriosclerosis.htm
Lipkin, David. 2003. Finding the Age Patients Heart. 326:1045-1046.
(http://www.BMJ.com)
Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta :
EGC.
Price Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC
R Syamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. ed.2.-.
Jakarta : EGC.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Taggarat,

David

P.

2007.

Coronary

Revascularition.

334:593-594.

(http://www.BMJ.com)
Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

28

29

Anda mungkin juga menyukai