ATHEROSKLEROSIS
Nama Kelompok :
1. Dika Hanifah Aji Sari
( 470115046)
2. Dwi Purnamasari
(470115047)
3. Embun Larasati
(470115053)
4. Ernawati
(470115055)
5. Irawan Nitasari
(470115057)
6. Rama Putra D
(470115074)
7. Ronavista Alif D MH
(470115078)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah
Nya maka makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa kepada Nabi Muhammad
SAW atas limpahan rahmatNya yang kita nantikan di yaumul akhir nanti.
Terimakasih kami sampaikan kepada dosen kami yang telah memberi
tugas ini, sehingga kami dapat mempelajari dan memahami lebih dalam.
Terimakasih juga kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Gangguan Kardiovaskuler Aterosklerosis yang
meliputi penyebab penyakit, gejala maupun pengobatannya. Makalah ini penting
karena sebagai Tugas Patofisiologi dan sebagai dasar untuk kita belajar.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang
selanjutnya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi
pembaca. Terima Kasih.
Daftar Isi
Kata pengantar.......................................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian .......................................................................................................................
II.2 Etiologi/ faktor risiko.........................................................................................................
II.3 Manifestasi Klinik/gejala.................................................................................................
II.4 Patofisiologi....................................................................................................................
II.5 Pemeriksaan diagnostik.................................................................................................
II.6 Penatalaksanaan Medik.................................................................................................
Bab III...................................................................................................................................
PENUTUP............................................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah
mummi Mesir, lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit
ini. Otopsi pertama yang dilakukan pada tahun 1931 menunjukkan adanya tandatanda pengapuran pada pembuluh koroner seorang mummi wanita berusia 50
tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam perang Korea
menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada
pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali.
Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu
lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap
tanpa gejala yang nyata. Penyakit jantung koroner (PJK) yang berawal dari
aterosklerosis telah menjadi penyebab utama kematian dewasa ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat
PJK di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat 11 juta
orang pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan
karena pesatnya perubahan gaya hidup. Meski belum ada data epidemiologis
pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil survey
kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia
menderita PJK. Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi
kedokteran menyebabkan umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah
penduduk lansia bertambah. Survey di tiga kecamatan di daerah Djakarta
Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia melewati angka 15%
yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang. Usia
lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai
meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan. Prevalensi
PJK (Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan angka
kematian mencapai lebih dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang lansia satu
mengidap PJK dan jika terserang PJK maka kematian demikian tinggi dan hanya
20% yang dapat diselamatkan.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Aterosklerosis dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau
ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri
adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi
berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan
arteri diseluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.
Aterosklerosis adalah pengerasan arteri yang terjadi ketika lemak
(kolesterol) dan kalsium terbentuk (menumpuk) di lapisan dalam arteri,
membentuk zat yang disebut plak. Seiring waktu, lemak dan penumpukan
kalsium dapat mempersempit arteri dan menyumbat aliran darah yang
melaluinya.
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda yang menyerang intima
arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak,
kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima
arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai ateroma atau plak. Karena
aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di
ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan cabang-cabang
aorta yang besar dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai
darah ke bagian-bagian ekstremitas, otak, jantung dan organ dalam utama.
Penyakit ini multifokal, dan lesi unit, atau ateroma (bercak aterosklerosis), terdiri
dari masa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrosa. Sering disertai endapan
sekunder garam kalsium dan produk-produk darah. Bercak aterosklerosis mulai
pada lapisan intima atau lapisan dalam dinding pembuluh tetapi dalam
pertumbuhannya dapat meluas sampai melewati tunika media atau bagian
muskuloelastika dinding pembuluh.
Sekarang aterosklerosis tak lagi dianggap merupakan proses penuaan
saja. Timbulnya "bercak-bercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan
fenomena alamiah bahkan sejak masa kanak-kanak dan tidak selalu harus
menjadi lesi aterosklerotik; terdapat banyak faktor saling berkaitan yang dapat
mempercepat
proses
aterogenik.
Telah
dikenal
beberapa
faktor
yang
kronis
serta
menimbulkan
penebalan
dan
kekakuan
arteri.
volume
darah
yang
mengalir
sedikit
dan
kurang
lancar.
tekanan
darah
menjadi
semakin
meningkat.
Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri,
maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan
diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar.
B.Jenis Kelamin
Penyakit aterosklerotis secara umum sedikit terjadi pada perempuan,
namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada faktor akhir terutama
masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena faktor esterogen bersifat sebagai
pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme,
selain itu karena pola hidup perempuan dan laki-laki berbeda.
C.Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk
terjadinya
penyakit
aterosklerosis.
Alasan
utama
bahwa
aterosklerosis
penyempitan
dan
pengerasan
ini
cukup
berat,
sehingga
menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit
atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan
menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika
infark miokard meluas,maka akan timbul gagal jantung.
Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya
penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl),
memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang
dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia 45
tahun (pria) dan 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga yang
menderita penyakit jantung.
E.Hipertensi
Tekanan tinggi didalam pembuluh darah merusak lapisan (lining) dan
mempercepat pengembangan dari atheroma. Jantung juga harus bekerja lebih
berat untuk memompa darah dibawah tekanan tinggi, tapi ia harus lakukan ini
tanpa suplai oksigen yang memadai. Ini akan meningkatkan kemungkinan
seseorang untuk mendapat angina atau serangan jantung.Tekanan tinggi juga
bisa meningkatkan risiko mendapat stroke karena kerusakan yang ditimbulkan di
pembuluh darah otak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien
hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada
populasi risiko rendah seperti pada faktor berkembang, dimana hipertensi
berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal.
Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara
menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat yang
mengalami tekanan tinggi dan memungkinkan kolesterol LDL (low density
lipoprotein) yaitu jenis kolesterol yang jahat memasuki saluran arteri dan
meningkatkan penimbunan plak. Hipertensi diperkirakan merupakan penyebab
33%dari semua insiden penyakit jantung.
F.Diabetes Melitus
Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu
terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak
terkonrol
dengan
kadar
glukosa
yang
tinggi
cenderung
meningkatkan
10
dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita harus lebi rendah
dan agresif dengan target LDL kurang dari 100mg/dl. Pengobatan diberikan bila
kadar kolesterol diatas 130 mmHg, tetapi dapat juga diberikan bila kadar
kolesterol LDLnya kurang dari130mg/dl.
G.Obesitas
Obesiatas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan
beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka
jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh.
Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilahyangdisebut gagal
jantung. Tanda-tandanya adalah nafas sesak dan timbulnya bengkak pada
tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi
(hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak.
Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung.
Akibatnya, timbal penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan
oksigen.Keadaan ini akan mempercepat timbulnya aterosklerosis.
H.Merokok
Menghisap rokok mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan risiko
terkena penyakit jantung koroner (CHD). Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat
lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan
dinding pembuluh darah.
Bahan-bahan kimia didalam rokok diserap kedalam aliran darah dari
paru-paru dan mengelilingi seluruh tubuh, mempengaruhi setiap sel tubuh.
Bahan kimia ini menyempitkan pembuluh darah sementara waktu. Mereka juga
membuat keping-keping darah yang disebut platelets menjadi lebih lengket, jadi
meningkatkan kemungkinan untuk membentuk gumpalan darah, selain itu hal ini
akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada dindidng pembuluh darah
yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak.
I.Stres
Ternyata tidak hanya penyakit fisik saja yang menjadi pemicu timbulnya
penyakit aterosklerosis namun penyakit yang berhubungan dengan psikis
menjadi satu faktor penyebabnya, yaitu depresi. Diketahui bahwa stres akan
membuat pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat, dan kadar
kolesterol meningkat.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.
11
Orang yang mudah stres dua kali lipat lebih mudah terkena penyakit jantung.
Dikatakan oleh ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Internasional Omni Alam Sutera
Tangerang, dr Andri SpKJ, pasien dengan riwayat depresi yang sering muncul
mempunyai peningkatan rata-rata risiko kematian 4 sampai 5 kali setelah infark
miokardium daripada yang tidak depresi. Depresi setelah infark miokard
berhubungan dengan timbulnya infark kembali dan kematian.
Depresi menyebabkan penurunan suatu zat dalam tubuh yang dinamakan
serotonin. Penurunan kadar serotonin ini berhubungan dengan perubahan
perlengketan platelet. Hal ini membuat orang yang depresi mempunyai
kecenderungan plateletnya lengket di pembuluh darah(jantung).
Stres negatif seperti merasa sakit hati yang sangat berlebihan, bila tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan dan
sayangnya sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ia telah terkena stres
negatif.Bila tingkat stres sudah sangat tinggi dan mencemaskan maka akan
sangat membahayakan kesehatan, apalagi bila usia sudah diatas 40 thn,usia
semua faktor resiko angat meningkat.
Menurut penelitian paraahli kesehatan klinik stres dapat memicu
semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan
penyempitan
pembuluh
antung.sehingga
dapat
darah
jantung
menyebabkan
serta
peningkatan
terganggunya
suplai
denyutj
darah
sistem
darah.
J.GayaHidup
Orang yang memiliki gaya hidup malas berolahraga akan menyebabkan
terganggunya aliran darah yang dapat membantu menyebabkan menurunnya
aliran darah dan oksigen ke tubuh. Olahraga bahkan dapat memperkuat
kontraksi jantung, memungkinkan jantung untuk memompa darah lebihbanyak
dengan usaha sedikit.
3. Manifestasi Klinik/gejala
Sebelum
terjadinya
penyempitan
atau
penyumbatan
mendadak,
terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat
lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat,
maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam
jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Atherosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak,jantung,ginjal,organ vital
lainnya serta lengan dan tungkai. Jika arterosklerosis terjadi di dalam arteri yang
menuju ke otak (arterikarotid) maka bisa terjadi stroke. Tanda dan gejalanya:
Sakit kepala
Rasa pening
Kecemasan
Perubahan tingkat kesadaran
Kecemasan
Patirasa pada ekstermitas tubuh
Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri korener), bisa
Sesak (dispnea)
Batuk kering maupun basah
Mudah lelah
Hipoksia
Kelemahan, keletihan
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang
terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang
khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul
gejala seperti:
1. Nyeri saat aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio intermiten)
2. Nyeri yang terus menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin
berat dan terjadi iskemia kronis.
3. Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi
terasa dingin.
4. Hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan ulserasi
akibat suplai nutrisi yang kurang.
13
5. Bisa juga terjadi edema bilateral atau unilateral akibat posisi ekstremitas yang
4.
14
belum nampak sampai proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase
preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis,
yang dapat mengakibatkan iskemia dan disfungsi miokardium biasanya
menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian yang logis
dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas
terhadap
dinding
arteri
memulai
suatu
urutan
perbaikan
alami
yang
Pathway:
Tekanan darah tinggi , merokok, DM, obesitas, lansia
Penumpukan lemak
Penebalan Atereoma
Nyeri akut
Dinding Pembuluh darah mengeras
15
Atherosklerosis
Suplai o2 dn
nutrisi terganggu
Arteri kororner
otak
ekstremitas/perifer
strok
sirkulasi perifer
terganggu
Hambatan mobilitas
fisik
Miokard
Resiko penurunan
perfusi jaringan
jantung
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
rencana pembedahan
Kurang informasi
Defesiensi
pengetahuan
Post op
pre op
Luka operasi
prosedur tidakan
yang komplek
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
aterosklerosis yaitu dengan cara:
16
menghentikan,
atau
bahkan
membalikkan
penumpukan
dapat
mengalir.
17
inflow yang menyuplai darah dari aorta ke arteri femoralis, dan prosedur outflow
yang menyuplai darah ke pembuluh di bawah arteri femoralis.
Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan inflow
darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta bi iliaka. Bila
mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada arteri iliaka,
sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya dalam
abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau aneurisma,
anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis (aorta bifemoral).
Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien tersebut tidak
memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat menyebabkan
berbagai variasi tekanan darah dan memerlukan waktu pembedahan yang lama,
maka dapat dilakukan prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri femoralis.
Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting karena
kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan pembuluh darah
seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah. Misalnya, bila digunakan
arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke tandur yang disambungkan
ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini adekuat) untuk menyuplai kedua
tungkai. Jadi pasien menerima tandur aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila
kedua sisi memerlukan darah, maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah ligamen inguinalis di arteri
femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya adalah tandur femoral popliteal.
Bila anastomosis distal dilakukan di atas lutut mungkin perlu dipakai bahan
prostetis untuk tandur. Namun bila anastomosis distalnya di bawah lutut, yang
diperlukan adalah tandur vena safena agar tetap paten.
Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan
pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri poplitea
tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur dibuat
dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena asli
agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena magna
atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang
diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran
tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat
anastomosis.
Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang dianjurkan pada
prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik dimana gelombang
cahaya yang kuat disalurkan malalui kateter serat optic. Gelombang laser akan
memanaskan ujung kateter perkutan dan menguapkan plak aterosklerosis. Alat
18
artektomi rotasional dapat mengangkat lesi dengan mengabrasi plak yang telah
menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser, angioplasty dan artektomi adalah
waktu untuk dirawat di rumah sakit menjadi singkat.
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan
adalah faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang
dimilikinya, seseorang hendaknya:
2. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada aterosklerosis yaitu:
B. Asuhan keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
19
terjadinya
kegagalan
jantung/
atau
S4
ventrikel
mungkin
kehilangan
kontraktilitasnya.
4. Heaet rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy bradi
cardia ).
5. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normaI.
6. Edema:Jugular vena distension,odema anasarka,crackles mungkin juga
timbul dengaan gagal jantung.
7. Warna kulit mungkin pucat baik bibir dan di kuku.
3. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan barat badan.
5. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7. Kenyamanan
a. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang dan wajah.
c. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah
dialami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak
mata ,perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna
kulit serta tingkat kesadaran.
8. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan
peningkatan respirasi, pucat atau cyanisis, suara nafas crakcles atau wheezes
atau juga vesukuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9. Interaksi sosial
20
Diagnosa keperawatan
Diagnosa adalah masalah keperawatan yang actual (yang sudah terjadi) dan
potensial (kemungkinan akan terjadi) yang dapat ditangani dengan intervensi
keperawatan, maka diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada penderita
aterosklerosis adalah:
1. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b/d penurunan sirkulasi darah ke
jantung (koroner)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah, ke
perifer, penurunan nadi, hipertensi
3. Nyeri akut b/d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke
4.
5.
6.
7.
3.
jaringan
Kerusakan integritas kulit b/d tirah baring (post op)
Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan masa otot, kekuatan otot, kaku sendi
Ansietas b/d proses penyakit
Defisiensi pengetahuan b/d kurang infornasi.
Rencana Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan di
laksanakan
untuk
menanggulangi
masalah
sesuai
dengan
diagnosa
21
daerah
tertentu
yang
hanya
peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
R/ daerah yang hanya peka terhadap rangsangan tertentu menandakan ada
kelainan
2. Monitor adanya paratese
R/ Parestese menandakan bahwa daerah tersebut terjadi aliran darah yang tidak
lancar
3. Monitor adanya tromboplebitis
R/
4. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
R/ mengetahui kondisi kulit
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ menentukan tindakan selanjutnya
Diagnosa 3: Nyeri akut b/d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
Tujuan
oksigen ke jaringan
:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
22
kaku sendi
:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien mampu mobilitas fisik dengan baik
1.
2.
3.
4.
Kriteria hasil :
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Tidak ada kesulitan membolak-balik posisi tubuh
Tidak ada keterbatasan kemampuan melakukan melakukan motorik kasar
tidak ada keterbatasan rentang pergerakan sendi
intervensi :
Observasi kekuatan otot klien
R/digunakan untuk mengetahui kekuatan otot pasien
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan jika diperlukan
R/digunakan untuk mobilisasi pasien
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/untuk mengurangi terjadinya resiko cidera anggota tubuh lainya
Bantu klien untuk menggunakan walker pada saat melakukan aktivitas
23
secara benar
Intervensi :
1. Berikan pengetahuan tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
R/ Supaya pasien dan keluarga pasien mengetahui lebih dalam
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi,
R/ Supaya pasien tidak salah persepsi mengenai penyakitnya
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
R/ Supaya pasein lebih jelas tentang penyakitnya
4.
Implementasi Keperawatan
24
5.
Evaluasi
Pasien dan keluarga harus memahami apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya arterosklerosis dan apa saja yang memicu terjadi arterosklerosis.
Pasien harus menaati diit rendah kolestrol dan rendah lemak dan obat yang
dianjurkan. Jika dilihat dari hasil tindakan yang telah dilakukan maka perawat
haru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.Bila mengenai
jaringan perifer, ketidakefektifan perfusi jaringan suplai darah arteri ke
ekstermitas meningkat ( teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat. Nyeri
pada pasien mengalami penurunan dengan menggunakan analgetik.
25
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sudah mengetahui bahwa penyakit aterosklerosis yang diserang
adalah pembuluh darah yang merupakan organ yang sangat penting pada tubuh
dapat memicu penyakit PJK maupun Stroke yang merupakan penyakit
berbahaya dan memiliki angka kematian yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapat
terhindar dari penyakit aterosklerosis adalah dengan menghindari perilaku yang
di anggap sebagai perilaku modern tetapi dapat merusak kesehatan seperti
merokok, stress, dan makan-makanan yang mengandung lemak dan kolesterol
tinggi. Karena aterosklerosis adalah penyakit yang progresif dan tidak diketahui
secara pasti gejala awalnya sehingga sebisa mungkin membiasakan hidup sehat
dari usia dini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agamemnon Despopoulos, Stefan Silbernagi. 2003. Color Atlas of Physiology.
New York. Thieme e-book
corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta:
Balai Penerbit RS Jantung Harapan kita
Kusmana, Hanafi. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI
Kusumawidjaja. 1996. Patologi. Jakarta: FKUI
http://www. en.wikipedia.org./wiki/arteri
http://www. search.ebscohost.com/journal/arteriosclerosis.htm
Lipkin, David. 2003. Finding the Age Patients Heart. 326:1045-1046.
(http://www.BMJ.com)
Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta :
EGC.
Price Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC
R Syamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. ed.2.-.
Jakarta : EGC.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Taggarat,
David
P.
2007.
Coronary
Revascularition.
334:593-594.
(http://www.BMJ.com)
Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
28
29