Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT JANTUNG KORONER

DOSEN PENGAMPU
FATMAWATI S.Kep., Ns., M.Kes

OLEH KELOMPOK 3
1. ASTRI
2. AYU WARDA NENGSIH
3. AINUN KHAIRANI
4. FERNA INDRAYANI
5. FADILLAH APRILIANI FIRSAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ penyakit jantung
koroner ” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah.kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari sempurna. Dan ini
merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.

Oleh karena itu,keterbatasan waktu dan kemampuan kami,maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami pada khususnya dan bagi pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju
dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global
penyakit ini akan menjadi penyebab kematian pertama di negara
berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa
diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering
yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit system sirkulasi) merupakan penyebab
utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini
empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker
(6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang
meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko
mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik,
hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait
(Anonimª, 2006).
Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai bahan-bahan
energy secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan nutrisi
ini mengalir melalui suatu pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner.
Apabila pembuluh darah menyempit atau tersumbat proses transportasi
bahan-bahan energi akan terganggu. Akibatnya sel-sel jantung melemah dan
bahkan bisa mati. Gangguan pada pembuluh koroner ini yang disebut
penyakit jantung koroner (Yahya, 2010).
Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar
menggurangi atau bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting
adalah memelihara fungsi jantung sehingga harapan hidup akan meningkat
(Yahya, 2010). Sebagian besar bentuk penyakit jantung adalah kronis,
pemberian obat umumnya berjangka panjang, meskipun obat-obat itu
berguna tetapi juga memberikan efek samping (Soeharto, 2001).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat
harus secara teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan
dokter dapat menimbulkan masalah baru (Soeharto, 2001).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman, telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Penggunaan obat
dinilai tidak tepat jika indikasi tidak jelas, pemilihan obat tidak sesuai, cara
penggunaan obat tidak sesuai, kondisi pasien tidak dinilai, reaksi yang tidak
dikehendaki, polifarmasi, penggunaan obat tidak sesuai dan lain-lain. Maka
dari itu perlu dilaksanakan evaluasi ketepatan obat, untuk mencapai
pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis (Anonim, 2000).
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan
penyakit penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi
yang diberikan. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat
menentukan kualitas pengguanan obat dalam pemilihan terapi. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-
pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.
Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia dapat memberikan masalah
tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut pemilihan dan penggunaan
obat secara benar dan aman (Anonim, 2000). Banyak penderita serangan
jantung yang kembali ke rumah setelah perawatan beberapa hari. Sebagian
perlu perawatan berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena fungsi
jantung sudah menurun. Di antara penderita serangan jantung itu, ada pula
yang tidak dapat diselamatkan (Yahya, 2010). Dari uraian diatas mendorong
peneliti untuk melakukan evaluasi pengobatan jantung koroner.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka di angkat rumusan masalah
dibawah ini:
1. Apa yang dimaksud Penyakit Jantung Koroner?
2. Apa gejala utama Penyakit Jantung Koroner?
3. Apa prognosis Penyakit Jantung Koroner?
4. Bagaimana patofisiologi Penyakit Jantung Koroner?
5. Bagaimana penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Penyakit Jantung Koroner?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Jantung Koroner
2. Untuk mengetahui gejala utama Penyakit Jantung Koroner
3. Untuk mengetahui prognosis Penyakit Jantung Koroner
4. Untuk mengetahu patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Penyakit Jantung Koroner
BAB 2
PEMBAHASAN
1. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
PJK (asterosklerosis coroner, penyakit nadi koroner, penyakit jantung
iskemia) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri
koroner, mulai dari terjadinya arterisklerorsis (kekakuan arteri) maupun
yang sudah terjadi penimbunan lemak atau flak (plague) pada dinding arteri
koroner, baik disertai gejala klinis ataupun tanpa gejala (Kabo, 2008).
Menurut organisasi kesehtan dunia (WHO), Penyakit Jantung Koroner
adalah ketidaksanggupan jantung myocardium sehubungan dengan proses
penyakit pada sistem nadi koroner. PJK adalah penyempitan atau
tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah
koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat
makanan dan oksigen agar dapat memompa darah keseluruh tubuh, jantung
akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan darah
kejantung akan berkurang, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara
kebutuhan dan pasokan dan peneluaran, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen, makin besar
persentase penyempitan pembuluh koroner makin berkurang aliran darah ke
jantung (UPT – Balai Informasi Teknologi Lipid Pangan & Kesehatan,
2009).
Asterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koronia, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.
Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat
dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit semakin lanjut,
maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang
mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian
keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menajdi tidak stabil
sehingga mebahayakan miokardium yang terletak disebelah distal dari
daerah lesi (Price. S & Wilson. L, 2006) PJK bukan penyakit menular, tetapi
dapat ditularkan melalui suatu bentuk penularan sosial yang berkaitan
dengan gaya hidup (life style) masyarakat.
Karena itu penyakit ini juga berkaitan dengan sosial ekonomi masyatrakat.
PJK bukan disebabkan oleh kuman, virus ataupun mikroorganisme lainnya,
tetapi dapat menyerang banyak orang dengan karakteristik tertentu. Arus
moderenisasi dan perubahan gaya hidup dapat dianggap sebagai kuman atau
pembawa penyakit ini.
Sebagian besar tindakan pencegahan PJK dapat dikatakan mempunyai
pengaruh terhadap faktor – faktor jangan merokok, makan makanan yang
sehat, melakukan aktivits fisik secara teratur dan periksa tekanan darah. Cara
penerpaan hidup sehat harus dimulai sejak anak-anak secara efektif (Petch,
1995).
B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama penderita PJK pada pria yang sering dirasakan umumnya
sakit dada sebelah kiri, seperti terasa ditusuk, diremas, tertindih, dan lainnya.
Sedangkan pada wanita gejala utama seperti sesak nafas, mengeluh sakit
didaerah punggung bawah atau rahang dan tenggorokan, terkadang terasa
masuk angin, mual, dan kecapaian. Gejala-gejala lain dirasakan pada
penderita penyakit jantung koroner sebagai berikut :
1. Nyeri dada
Nyeri sering dirasakan dibagian dada dan menyebar ke leher, lengan dan
bahu. Nyeri disertai rasa sepeti diremas, yang disebabkan jantung
keekurangan darah dan pasokan oksigen. Terkadang nyeri pada sebagian
orang tidak diraskan, tapi hanya merasa tidak enak badan.
2. Sesak nafas
Sesak nafas dirasakan saat kesulitan bernafas yang disadari dan
memerlukan tambahan usaha untuk mengatasi kekurangan udara. Bila
jantung tidak dapat memompa sebagaimana mestinya, sehingga cairan
cenderung berkumpul dijaringan dan paru, menyebabkan seseorang
kesulitan bernafas saat berbaring.
3. Berdebar-debar
Keluhan lain yang biasa dirasakan seperti jantung berdebar yang tidak
seperti biasanya. Debaran jantung lebih keras daripada irama jantung yang
tidak teratur (aritmia). Terkadang rasa berdebar-debar diikuti dengan
keringat dingin, sakit dada, serta sesak nafas (Notoatmodjo 2011).
C. PROGNOSIS
Gejala penyakit jantung koroner dapat berbeda-beda pada masing-masing
orang. Ada yang merasakan gejala tertentu sebelum mengalami sindrom
koroner akut. Ada juga yang tidak pernah mengalami gejala apapun hingga
mengalami serangan jantung.
1. Nyeri Dada (Angina)
Nyeri dada biasanya dialami di bagian tengah atau sebelah kiri dada.
Rasa sakit ini bisa berupa:
 Dada terasa berat, tertindih, dan tertekan
 Rasa terbakar pada dada
 Nyeri tajam yang singkat pada leher, lengan atau punggung.
 Sesak napas
 Penderita jantung koroner dapat mengalami sesak napas dan kelelahan
akibat kurangnya oksigen ke jantung dan organ tubuh lain.
 Serangan jantung
 Serangan jantung terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah yang
membuat otot jantung tidak mendapat cukup darah dan oksigen. Jika
penyumbatan total terjadi, maka aliran darah ke jantung akan berhenti.
Gejala serangan jantung meliputi:
a. Nyeri dada yang menyebar ke leher, rahang, telinga, lengan, punggung, dan
perut
b. Batuk
c. Pusing
d. Sesak napas
e. Wajah pucat abu-abu
f. Panik
g. Sakit pada seluruh tubuh
h. Mual dan muntah
i. Berkeringat
Gejala serangan jantung umumnya terjadi konstan, datang dan pergi.
Gejala ini dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Gejala
lain:
 Gangguan pencernaan
 Nyeri ulu hati
 Lemas
 Berkeringat
 Mual
 Kram
D. PATOGENESIS
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak
pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya
disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein)
darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah
terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah.
Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun
selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian dalam
pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut
sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012). Pada
umumnya PJK juga merupakan ketidakseimbangan antara penyedian dan
kebutuhan oksigen miokardium. Penyedian oksigen miokardium bisa
menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa meningkat melebihi batas
cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan oksigen miokardium harus
dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah arteri
koroner dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau
lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50%
kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini
tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung
(Saparina, 2010).
E. PENATALAKSANAAN
A. FARMAKOLOGI
1. Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan
secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan.
Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
2. Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan
venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan
dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral
atau intravena.
3. Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
4. Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen
ativactor complex), Urokinase, ASPAC (anisolated plasminogen
streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type
plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika
diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Terapi ini masih
bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
5. Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker
juga mempunyai efek anti aritmia.
B. NON FARMAKOLOGI
1. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
2. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena:
a. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
b. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
c. Menurunkan tekanan darah
d. Meningkatkan kesegaran jasmani
e. Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi seimbang,
makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dengan
menerapkan diet rendah lemak (Rahman, 2007).
f. Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah kesehatan
kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari AHA dan NCEP.
Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk memperbaiki profil lemak
darah pada batas-batas normal. Terapi diet dasar atau tingkat 1 dapat
menurunkan ≥ 10% dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh
majemuk (poly-unsaturated faty acid). bila kadar total kolesterol darah turun
10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah dianggap
berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan < 10%, diet
dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan (Setiati, 2014)
1. EKG yaitu gamabtan listrik oleh jantung pada waktu berkontraksi,
gamabaran yang biasa didapat berupa denyut, ritme, serta apakah otot
jantung berkontraksi dengan normal.
2. Ekokardiografi Salah satu pemeriksaan yang tidak menimbulkan rasa sakit
dan pantulan gelombang suara (ultrasound) dari berbagian bagian jantung.
Tes ini dapat melihat gambaran fungsi pompa jantung dan kontrkasi yang
mengalami gangguan saat suplai darah terganggu.
3. Radioaktif isotop Pengguanaan zat kimia atau isotop yang dimasukkan pada
penderita, kemudian zat dideteksi melalui kamera khusus. Zat yang biasa
digunakan thalium dan thecnetium. Bagian otot yang jantung yang terdapat
infark, zat radioaktif leboh sedikit dibandingkan pada bagian otot jantung
yang normal
4. Angiografi Cara yang dapat mendeteksi kelainan jantung langsung dari
pembuluh darah arteri, seperti gambaran radiologios yang menggunakan alat
angiogram. Pemeriksaan ini termasuk tindakan invasive yang memasukkn
kateter kedalam pembuluh arteri atau vena dan didiorong sampai ke berbagai
tempat di jantung. Gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah akan
terlihat pada pemeriksaan ini.
5. Arterigrafi koroner (kateterisasi) Kateterisasi jantung adalah salah satu
pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung,
ruang jantung, katuo jantung, otot jantung, dan pembuluh darah jantung
yang termasuk pembyluh darah koroner, terutama dapat mendeteksi adanya
pembuluh darah yang m,engalami sumbatan.
B. KONSEP KEPERWATAN
A. KASUS
Tn. M dengan usia 54 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
dada sudah berhari hari hingga sesak nafas, jantung berdebar debar, batuk
serta mual dan muntah. Dengan pemeriksaan: Sesak (+), Tampak kesakitan
dengan menahan dada dengan tangannya, RR: 26x/menit, TD : 135/100
mmHg, Wajah tampak pucat.

B. PENGKAJIAN
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart
Disease (CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan
penyakit yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri
koroner sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan yang mensuplai
oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani, 2016).
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung yang terjadi
saat arteri koroner tersumbat oleh timbunan lemak. Arteri koroner sendiri
merupakan pembuluh darah yang memasok darah dan oksigen ke otot
jantung agar tetap memompa.

C. INTERVENSI
Melakukan 4 pilar strategi dalam menanggulangi penyakit jantung koroner,
yaitu:
1. promosi kesehatan, mengupayakan menginformasikan sebanyak mungkin
kepada masyarakat melalui media-media
2. deteksi dini, dengan cara melakukan tiga hal, yaitu ukur tekanan darah,ukur
gula darah, ukur indek masa tubuh dan lingkar perut
3. perlindungan khusus, terapkan kawasan tanpa rokok.
4. pengobatan.
D. IMPLEMENTASI
1. slogan-slogan,promosi-promosi di iklan tv,Koran-koran di isi dengan
informasi menanggulangi penyakit jantung koroner
2. penyuluhan ke masyarakat juga mengukur tekanan darah,mengukur gula
darah, dan mengukur indeks masa tubuh juga mengukur lingkar perut
3. menerapkan kawasan tanpa rokok,menyediakan kawasan untuk perokok
4. melakukan pengobatan.

E. EVALUASI
Masyarakat sudah mulai mampu menanggulangi penyakit jantung
koroner dengan melihat promosi kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun tenaga-tenaga medis lainnya, bahkan sudah mengikuti berbagai
penyuluhan pengukuran ttv,dll,juga mampu menerapkan daerah tanpa rokok.
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPILAN
Menurut organisasi kesehtan dunia (WHO), Penyakit Jantung Koroner
adalah ketidaksanggupan jantung myocardium sehubungan dengan proses
penyakit pada sistem nadi koroner.
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart
Disease (CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan
penyakit yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri
koroner sehingga terjadi penyempitan atau sumbatan yang mensuplai
oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III,
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Bresler, Michael Jay, and Sternbach, George L., 2007, Manual Kedokteran
Darurat Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Brown, C. T., 2006, Penyakit Aterosklerotik Koroner, dalam Price, S.A. dan
Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep-konsep Proses Penyakit, diterjemahkan
oleh Pendit, B.U., Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N. dan Mahanani, D.A.,
Volume 2, Edisi 6, 579-585, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai