Disusun Oleh:
UNIVERSITAS KLABAT
FAKULTAS KEPERAWATAN
DESEMBER, 2023
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan mematikan di dunia saat ini. PJK terjadi ketika pembuluh darah yang
memasok jantung dengan oksigen dan nutrisi, dikenal sebagai arteri koroner, menjadi
penyumbat atau terhambat oleh penumpukan plak aterosklerotik. Gejala PJK dapat
bervariasi, tetapi sering kali melibatkan nyeri dada atau angina, dan dalam kasus yang
lebih serius, dapat menyebabkan serangan jantung fatal. Penyakit ini merupakan
penyebab utama morbiditas dan kematian di negara industri yang mengakibatkan lebih-
kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Robbins, 2009), tahun 2008 diperkirakan 17,3
juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua
kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013).
wawancara yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan
terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan diagnosis
dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7% kemudian diikuti Sumatra barat, bangka belitung, DIY, Sulawesi
selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah Jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes,
2013).
1
2
Ada banyak faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner,
resiko yang sangat berpengaruh adalah resiko akibat dari perilaku gaya hidup, khususnya
pola makan yang tidak sehat. Belakangan ini banyak orang yang mengonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak dan malas untuk berolahraga, akibatnya kadar lemak
dalam darah meningkat atau sering disebut hiperkolesterolemia (Febry, 2010). Pevalensi
angka kejadian hiperkolestrolemia di tahun 2003- 2004 adalah 15,5% dan tahun 2008 -
2009 adalah 19,4% (Roth dalam Firdiansyah, 2014). Suatu survei kesehatan dan
bila kadar kolesterolnya tinggi. Sebanyak 23% masyarakat menyatakan bahwa kolesterol
tinggi menjadi tantangan kesehatan terbesar yang akan dihadapi dalam lima tahun yang
akan datang. Lemak yang ada dalam tubuh terdiri dari empat fraksi (unsur) yaitu;
kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL. Dari empat fraksi lemak tersebut kadar LDL
dan HDL yang lebih berperan menjadi faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (Kurniadi,
2015). Dalam sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa LDL dan kolesterol tinggi adalah
dua komponen lemak dengan proporsi tinggi pada perempuan, masing-masing 41,1% dan
35,7%, sedangkan pada laki-laki kolesterol tinggi dan HDL rendah merupakan resiko
utama pada komponen lemak darah masing-masing 61,4% dan 56,8%. Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedua kelompok sama-sama berisiko tinggi (Rosjidi,
2014).
LDL atau yang sering disebut sebagai lemak jahat mengangkut lemak paling
banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan lemak dalam
arteri. Sementara HDL mengangkut lemak lebih sedikit dari LDL dan sering disebut
3
lemak baik karena dapat membuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri
kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi, 2015). Rasio lemak LDL terhadap
HDL yang menjadi faktor resiko jantung koroner apabila rasionya > 3 (Ramayulis, 2016).
Rasio lemak ini sangatlah penting untuk menganalisis kemungkinan terjadinya penyakit
jantung. Semakin tinggi rasionya maka akan berisiko mengalami penyakit jantung (Larry,
2012). Ketika kadar LDL dalam aliran darah meningkat, beberapa diantaranya akan
menuju ke arteri koroner dan akan menyebabkan dinding arteri koroner melemah. Setelah
itu akan terjadi peradangan pada dinding arteri koroner. Dalam upaya menghambat
peradangan ini, tubuh memberi sinyal kepada sel-sel otot polos untuk memperbanyak diri
dan membuat lebih banyak materi berserat untuk menahan prosesnya. Pada akhirnya
suatu tutup terbentuk diatas peradangan tadi yang sering disebut dengan plak. Plak
tersebut akan mempersempit arteri dan akan mengurangi aliran darah, hal ini dapat
membebani jantung. Walaupun demikian, hal tersebut tidak selalu menyebabkan serangan
jantung. Serangan jantung (penyakit jantung koroner) baru akan terjadi ketika plak itu
gejala dari penyakitnya. Gejala yang dirasakan bisa memberikan efek atau dampak bagi
pasien. Dampak psikologis yang dialami pada pasien dengan jantung koroner
depresi. Sedangkan dampak sosial yang dialami yaitu pasien penyakit jantung koroner
sering dianggap lemah oleh orang sekitarnya. Hal ini terjadi karena pasien tidak
diperbolehkan untuk beraktivitas yang berat. Selain dampak dari penyakit jantung
4
koroner tersebut apabila penyakit jantung koroner tidak segera ditangani atau
penanganannya yang tidak tepat, maka akan terjadi beberapa komplikasi diantaranya
ventrikel sindroma koroner akut elevasi st tanpa elevasi st infark miokard angina tak stabil
takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel, syok kardiogenik, gagal jantung kongestif,
yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, berhenti merokok, membatasi konsumsi
alkohol, kurangi berat badan apabila berat badan berlebih (obesitas), menjaga pola makan
yang benar, kontrol atau kendalikan tekanan darah tinggi, mengendalikan kadar lemak
yang tinggi dengan menjaga pola makan (mengurangi makanan yang mengandung lemak)
dan rajin berolah raga (Utaminingsih, 2015). Agar kadar kolesterol kembali dalam batas
yang normal, volume total aktivitas fisik dan olahraga terencana yang diperlukan setiap
minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal energi atau 250 kkal per hari kira-kira 30-45 menit
aktivitas fisik dan olahraga terencana (Larry, 2012). Apabila penyakit Jantung Koroner
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan
atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium)
mati karena kekurangan oksigen. Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan
pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu
Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel intima arteri yang merupakan
pokok lemak (lipid), pokok kompleks karbohidrat darah dan hasil produk darah,
jaringan fibrus dan defosit kalsium yang kemudian diikuti dengan perubahan lapisan
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana pembuluh darah yang menyuplai
makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami sumbatan. Sumbatan paling sering
5
6
b. Epidemiologi
2009). Diperkirakan 20.000 - 40.000 orang dari 1 juta penduduk Eropa menderita
penyakit jantung koroner (Wahyuni, 2017). Tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari
kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Hasil Riset
terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter
atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis
dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7% kemudian diikuti Sumatra barat, bangka belitung, DIY, Sulawesi
selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah Jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes,
2013). Dari data yang diperoleh dari dinkes kabupaten Ponorogo pada tahun 2015
terdapat 3220 pasien yang menderita penyakit jantung koroner dan di tahun 2016 menjadi
3165.
7
c. Klasifikasi
Chronic stable angina terjadi ketika cadangan aliran dari arteri koroner
keadaan ini biasanya akan mereda dalam 5-10 menit setelah istirahat atau
Stable angina ditandai dengan nyeri dada rasa tidak enak pada rahang,
bahu, punggung, lengan saat beraktivitas fisik atau stress emosi akibat
kurangnya aliran darah ke jantung. Pada kasus ini tidak disertai dengan
krusakan sel-sel jantung. Gambaran EKG chronic stable angina tidak khas,
a. Unstable angina
Nyeri timbul saat beristirahat dan semakin hari nyeri lebih sering
Pada kasus ini obstruksi koroner luas dan durasinya terbatas (<20
enzim yang keluar dari sel otot jantung seperti CK,CKMB, Trop T, dan
(Aaronson, 2010).
secara komplet dalam waktu yang signifikan, dan gejalanya lebih berat
(Aarenson, 2010).
9
d. Etiologi
merupakan penyebab tersering penyakit arteri koroner. Spasme arteri coronaria akibat
berbagai mediator seperti serotinin dan histamin sering terjadi pada orang jepang.
(Mcphee, 2010).
Ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.
Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar
koroner enam kali lebih besar dari mereka yang hanya memiliki satu macam faktor
resiko (Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Faktor resiko penyakit jantung
koroner terbagi dalam faktor yang dapat dicegah, faktor yang tidak dapat dicegah dan
a. Merokok
b. Hipertensi
(Kurniadi, 2015).
c. Kolesterol
penyakit jantung koroner. Untuk itu, setiap orang harus menjaga agar
kolesterol lebih dari 300 mg/dl mempunyai resiko 4 kali lebih besar
e. Kurang Olahraga
insulin, hal ini bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner.
Bila lemak tersebut dibakar, maka pembuluh darah akan terbebas dari
yang sehat (terbebas dari lemak) akan membuat jantung menjadi sehat
(Kurniadi, 2015).
12
f. Diabetes
a. Penuaan
2015).
b. Menopause
c. Riwayat Keluarga
penyakit yang sama (Kurniadi, 2015). Hal ini terjadi karena gaya hidup
Sehingga apabila ada anggota keluarga memiliki gaya hidup bisa yang
keluarga lain juga akan memiliki gaya hidup yang sama (Pudiastuti,
2013).
a. Stres
yang dialami bisa menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan
b. Alkohol
c. KB Hormonal
2015).
e. Patofisiologi
ditandai dengan akumulasi bahan lemak (lipid) dan jaringan fibrosa pada dinding
arteri, karena atherosklerosis bertambah dan lumen dari pembuluh darah menjadi
sempit dan aliran darah terhambat ke daerah miokardium yang disuplai oleh arteri.
Akibat atherosklerosis bentuk dinding arteri juga kehilangan elastisitas dan menjadi
f. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit jantung koroner terjadi sesuai dengan lokasi dan derajat
1. Iskemik,
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah),
4. Infark miokardium,
g. Pemeriksaan Diagnostik
tanya jawab atau anamnesa untuk mengetahui keluhan dan riwayat yang pernah
keluarga, riwayat penyakit dahulu, dan juga riwayat sosio-ekonomi. Sedangkan untuk
meliputi pengamatan umum, palpasi (perabaan bagian atas jantung), perkusi jantung
(ketuk pada batas jantung untuk menentukan gambaran besar jantung), dan auskultasi
seperti pemeriksaan tekanan darah dan tekanan vena. Selain itu juga perlu dilakukan
1. Ekokardiografi
pemeriksaan ini bisa diketahui gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi
2. Elektrokardiografi (EKG)
3. Radioaktif isotop
kamera khusus. Zat yang biasanya digunakan adalah thallium dan technetium.
Pada otot jantung yang mengalami infark, zat radioaktif lebih sedikit
4. Angiografi
sampai ke berbagai tempat pada jantung. Tes ini termasuk dalam tindakan
17
h. Prognosis
Perubahan gaya hidup dan medikasi secara signifikan dapat mempengaruhi resiko
individual. Perubahan diet, aktivitas dan medikasi dapat membantu mengubah proses
i. Komplikasi
2. Syok kardiogenik
5. Ruptur jantung
6. Anuerisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditik
9. Sindrom dressler
10. Aritmia
18
j. Pencegahan
belum tentu sesuai harapan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pencegahan agar
tidak terjadi penyakit jantung koroner. Pencegahan penyakit jantung koroner bisa
dilakukan dengan pencegahan primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan pencegah
primer adalah usaha untuk menjaga agar tidak terjadi penyakit jantung koroner dan
usaha ini bisa dilakukan sejak dini (saat masih remaja). Sedangkan pencegahan
sekunder adalah upaya yang dilakukan agar tidak terjadi serangan jantung dan
Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencegah faktor resiko yang bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner seperti stres, hipertensi dan diabetes (Kabo,
2008).
19
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Makan berlebih
Kegemukan
Kurang olahraga
Diabetes
Aterosklerosis
Merokok
Asupan tinggi garam Tekanan
Asupan tinggi lemak Darah
Tinggi
Penuaan
Asupan tinggi
kolesterol
Pada gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor resiko yang bisa
diabetes, merokok, konsumsi alkohol, riwayat keluarga dan asupan tinggi garam, lemak,
Apabila tubuh kurang olahraga dan makan berlebih maka akan menyebabkan kegemukan
yang kemudian terjadi aterosklerosis sehingga beresiko terjadi penyakit jantung koroner.
Ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan aterosklerosis yaitu diabetes dan
merokok. Hipertensi juga merupakan faktor resiko yang menyebabkan penyakit jantung
koroner. Yang menjadi faktor penyebab tekanan darah menjadi tinggi bisa disebabkan
karena kebiasaan merokok, asupan tinggi garam, penuaan dan lemak. Dan yang terakhir
yang bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner adalah kolesterol darah yang
tinggi. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan tingginya kadar kolesterol darah adalah
asupan tinggi lemak, kolesterol, menopause, stres, KB hormonal dan lemak jenuh.
BAB III
KESIMPULAN
C. Kesimpulan
pada kelompok usia lansia (56- 65 tahun) yakni 13 pasien (36,1 %).
3. Penyakit penyerta yang ditemukan pada pasien penyakit jantung koroner yaitu
%).
jantung koroner di Poliklinik Jantung RSUD dr. Rasidin tahun 2017 yang
obat (42,08%).
5. Kejadian DRPs dan outcome klinis pasien PJK didapatkan bahwa pasien yang
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F. dan Khomsan, A. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah Baradero,
M., Dayrit M. W. dan Siswadi, Y. 2008. Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC
Dahlan, M. S. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
Medika
Farahdika. 2015. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner
Pada Usia Dewasa Madya (41-60). Unnes Journal Of Public Health. Vol. 4, No.2.
(Diakses: 28 april 2018). Diambil dari: https://journal.unnes.ac.id
Febry, A. B. 2010. Menu Sehat Untuk 30 Hari Untuk Hiperkolestrol, Hipertensi dan
Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Argo Media Pustaka
Firdiansyah, M.H. 2014. Hubungan Antara Rasio Kadar Kolesterol Total Terhadap High
Density Lipoprotein (Hdl) Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD
Dr. Moewardi. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Diakses: 29 Desember 2017). Diambil dari: http://eprints.ums.ac.id/
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. (Diakses: 15 Desember
2017). Diambil dari : http://www.depkes.go.id/
Kurniadi, H. 2015. Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolestrol Tinggi, Diabetes
Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media
Lemone, P., Burke, K. M. dan Bauldoff, G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Lingga, L. 2012. Sehat dan Sembuh dengan Lemak. Jakarta: Elex Media
Melaeny, C. S. Dan Katuuk, M. 2017. Hubungan Riwayat Lama Merokok Dan Kadar
Kolesterol Total Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik
Jantung Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. e-Journal Keperawatan (e-Kp). Vol.
5, No. 1, (Diakses: 27 April 2018). Diambil dari: https://media.neliti.com
Nasir, A., Muhith, A dan Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Ramayulis, R. 2016. Diet Untuk Penyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya Grup
Robbins dan Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC Rosjidi,
C. H. dan Isroin, L. 2014. Perempuan Lebih Rentan Terserang Penyakit
Kardiovaskular. Ponorogo: Jurnal Florence. Vol. VII, No. 1. (Diakses: 5Januari
2018). Diambil dari: http://eprints.umpo.ac.id/
Rotty, L. Dan Lee, J. A. 2015. Profil Lipid Pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner
di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2012. Manado: Jurnal e-Clinic. Vol.
3, No. 1. (Diakses: 25 April 2018). Diambil dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/
Wongkar, A.H. 2014. Hubungan Profil Lipid Darah Low Density Lipoprotein dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. Manado. (Diakses: 25 April 2018). Diambil dari :
https://ejournalhealth.com/
WHO. 2013. The Top 10 Causes of Death. (Diakses: 15 desember 2017). Diambil dari:
http://who.int/
Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Mediakal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha
Medika
RIWAYAT HIDUP
1. Penyusun Satu
Rifriyen Alkassa.
Kemudian lulus SMA pada tahun 2010 di SMA Advent Klabat Manado, di tahun
2011 mengikuti kursus Komputer dan Bahasa Inggris di Michigan Collage Manado.
Di tahun 2014 penyusun juga menjadi mahasiswa selama dua semester Jurusan
Ekonomi Management di Universitas Manado, dan di tahun 2019 penyusun juga menjadi
Klabat.
Beberapa latar pekerjaan penyusun, pada tahun 2011 bekerja sebagai Pramuniaga
di PT. Kawanua Dasa Pratama Manado, pada tahun 2012 bekerja sebagai Sales Marketing
dengan posisi terakhir Leader di CV. Lintas Samudra Pasifik, pada tahun 2015 bekerja
sebagai Satuan Polisi Pamong Praja di Daerah Pemerintahan Kabupaten Mimika, Timika,
Papua, dan pada tahun 2020 bekerja sebagai Freelance di bidang Multimedia Konten
Kreator.
27
2. Penyusun Dua
No Telpon : 082111919978
Agama : Kristen
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : Jessicaabigail444@Gmail.Com
Pendidikan
Pengalaman
3. Penyusun Tiga
Status : Single
Pendidikan:
SD 001 Samarinda
Pengalaman:
4. Penyusun Empat
Umur : 20 Tahun
Status : Mahasiswa
Kewarganegaraan : Indonesia